Anda di halaman 1dari 32

PENUNTUN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

Oleh :
TIM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2015
PERCOBAAN I
PENGUKURAN PANJANG

1. Tujuan : Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.


2. Alat dan Bahan :
1. mistar centimeter
2. mistar milimeter
3. jangka sorong
4. mikrometer sekrup
5. jangka sorong
6. balok (batang) kayu atau papn
7. kelereng/ manik-manik
8. kertas
3. Teori Dasar
Pengukuran panjang harus dilakukan dengan alat ukur yang tepat. Perhatikan
dilingkungan sekitar kita, pengukuran panjang dilakukan oleh penjahit pakaian, pekerja
bangunan, pengukur tanah, atau pembuat kunci. Masing-masing profesi tadi membutuhkan alat
ukur yang berbeda. Namun pada hakekatnya mereka semua melakukan pengukura panjang, dan
masing-masing pekerjaan membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga alat ukur yang di
gunakan berbeda pula (Nursyamsuddin,2004).
Berikut ini cara penggunaan mikrometer sekrup dan jangka sorong.
A. Mikrometer sekrup

Rahang Skala Utama


geser Skala nonius /
Benda
sekrup pemutar

Gambar 1. mengukur panjang dengan mikrometer sekrup


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 2
Mikrometer sekrup di tunjukan pada gambar 1. Jika skala nonius di putar lengkap 1 kali maka
rahang geser dan skala nonius maju mundur 0.5 mm. Karena skala nonius memiliki skala 50
skala, maka ketelitian mikrometer sekrup 0.5 mm / 50 = 0.01 mm (Kanginan,2002).Dengan
demikian ketidak pastianya x
x = 1/2 x nilai satuan terkecil (nst) = 1/2 x 0.001 mm = 0.005 mm
Maka cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:
1. Perhatikan garis skala utama dengan skala nonius. Pada gambar 1. garis skala utama
adalah 7 mm lebih.
2. Perhatikan garis mendatar pada skala nonius yang berhimpit dengan garis mendatar pada
skala utama. Pada gambar 1. garis mendatar tersebut 24. maka nilai x = 7,0+( 24 x 0,01
mm ) = 7,24 mm.
Sehingga jika dituliskan. Panjang = (7,240 0,005) mm
B. Jangka Sorong

Rahang
Skala
geser
Benda Skala Utama
Nonius

Gambar 2. mengukur panjang dengan Jangka Sorong

Skala nonius memikiki panjang 9 mm dan di bagi 10 skala sehingga selisihnya 0,1 mm.atau 0,01
cm. Maka ketidak pastiannya adalah
x = 1/2 x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,005 cm
cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:
1. perhatikan angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada nonius. Pada
gambar 2. angka tersebut 5 cm

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 3


2. perhatikan garis nonius yag berhimpit dengan skala utama. Pada gambar 2. angka
tersebut adalah garis ke 4. ini berarti
nilai x = 5 cm + ( 5 x 0,01 cm ) = 5,05 cm.
Sehingga jika dituliskan, Panjang = (5,050 0,005) cm

4. Cara kerja
a) Mengukur panjang batang (papan) kayu
ukur panjang batang kayu denagn mistar sentimeter
lakukan pengukuran denagn posisi mata sebagai berikut, seperti terlihat pada gambar
berikut.
1 2 3

Ulangi denagn 5 kali pengukuran


Tuliskan data yang didapat ke dalam tabel pengamatan
Gantilah mistar centimeter dengan mistar milimeter lalu ulangi langkah a sampai d.
b) Mengukur diameter manik-manik
ukurlah diameter manik-manik dengan mikrometer sekrup (cara penggunaan dapat
dilihat pada teori dasar)
lakukan pengukuran oleh orang yang berbeda
lakukan 5 kali pengukuran
tuliskan data yang didapat pada tabel data
ulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka sorong
c) Mengukur tebal kertas
ukurlah tebal kertas dengan mikrometer sekrup (cara penggunaan dapat dilihat pada
teori dasar)
lakukan pengukuran oleh orang yang berbeda

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 4


lakukan 5 kali pengukuran
tuliskan data yang didapat pada tabel data
ulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka sorong
5. Data Hasil Pengamatan
a. Hasil pengukuran panjang batang (papa) kayu (L)
Dengan mistar centimeter Dengan mistar milimeter
Pengukuran ke
(L L) Cm (L L) mm
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

b. Hasil pengukuran diameter manik-manik (D)


Pengukuran ke Dengan Mikrometer sekup Dengan Jangka Sorong
(D D) Cm (D D) mm
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 5


c. Hasil pengukuran tebal kertas (T)
Pengukuran ke Dengan Mikrometer sekup Dengan Jangka Sorong
(T T) Cm (T T) mm
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

6. Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan


a. dari hasil pengukuran panjang kayu, alat ukur manakah yang lebih teliti? Berikan
alasannya.
b. dari hasil pengukuran diameter kelereng dan tebal kertas alat ukur manakah yang lebih
teliti? Berikan alasannya.
c. posisi mata yang mana yang lebih teliti dalam melakukan pengukuran? Berikan
alasannya.
d. untuk menghitung diameter rambut, alat ukur manakah yang anda akan gunakan?
Mengapa.

e. hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (x) dan perentase
x
error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran. Gunakan persamaan
x
berikut:

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 6


xi
x
xi x
x
n n

Dengan x = rata-rata hasil pengukuran

x = ketidak pastian pengukuran

xi = jumlah data hasil pengukuran

n = banyaknya pengulangan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 7


PERCOBAAN II
KOEFISIEN MUAI LINIER

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pemuaian berbagai logam
Menentukan koefisien muai linier logam besi, alumunium, dan tembaga

2. PRINSIP DASAR
Sebagian besar zat akan memuai bila dipanaskan dan Mengecil bila didinginkan.
Banyaknya pemuaian atau menjadi kecil bervariasi tergantung pada jenis material.

Gambar 1. Pemuaian Batang logam

Berdasarkan eksperimen, diamati perubahan panjang (L) sebanding dengan perubahan


suhu untuk hampir semua benda padat. Perubahan panjang juga sebanding dengan
panjang mula - mula L0 seperti terlihat pada Gbr. 1
Kesetaraan ini dapat ditulis menjadi :
..(1)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 8


Dengan adalah koefisien muai linier [/C]. Persamaan Ini juga dapat ditulis dalam
bentuk :
..(2)
Dengan L0 adalah panjang mula -mula pada suhu T0 dan L adalah panjang setelah
dipanaskan atau Didinginkan pada temteratur T [C]. Besar koefisien muai linier
ditentukan oleh bahan pembentuk logam. Dalam eksperimen untuk Pengukuran
koefisien ini dilakukan dengan mencari Perbedaan panjang (L) dari batang yang
ditempatkan Pada ruang dengan suhu t1 dan pada uap panas Dengan suhu t2.
Perubahan panjang L sebanding Dengan panjang awal L1 dan penambahan suhu
t2 t1. Koefisien muai linear dapat ditulis:

( )

3. ALAT dan BAHAN


Peralatan muai panjang 1 set
Dial gauge 1 buah
Thermometer 1 buah
Batang logam besi 1 buah
Batang logam alumunium 1 buah
Batang logam tembaga 1 buah
Lampu spritus 1 buah

4. PROSEDUR PERCOBAAN
Ukur panjang batang logam dan catat suhu ruang
Masukkan batang logam yang akan diukur ke dalam peralatan muai logam linier serta
pasang thermometer.
Panaskan batang hingga tercapai kesetimbangan termal dengan menghubungkan
peralatan muai linier dengan sumber tegangan.
Catat perubahan (L) untuk setiap penurunan suhu 20C.
Lakukan hal yang sama (langkah 1 s/d 4 untuk batang logam yang lain

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 9


5. DATA PERCOBAAN
Panjang awal logam = cm
Suhu Setimbang = 0C

Penurunan Suhu L L Dial Gauge


1. .
2. ..
3. ..
4. ..
5. ..
6.
7.
8.
9. .
10. .

6. EVALUASI PERCOBAAN
Buat grafik yang menunjukkan hubungan antara L dan T!
Tentukan koefisien muai linier masing masing logam dengan mengukur / menghitung
gradient dari kurva masing masing logam (metode kuadran terkecil)
Bandingkan harga hasil percobaan dengan daftar pada buku referensi, dari hal ini
tentukan jenis logam tersebut !
Adakah cara pengukuran lain untuk menentukan perubahan panjang L? Jelaskan!
Buat kesimpulan hasil percobaan yang telah dilakukan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 10


PERCOBAAN III
KALORIMETER

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu memahami sistem kerja kalorimeter.
Membuktikan bahwa kalorimeter mempunyai kapasitas panas.

2. PRINSIP DASAR

Gambar 1. Kalorimeter

Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu tempat ke
tempat lain disebut kalor. Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada
suatu reaksi kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Sedangkan alat yang digunakan untuk

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 11


mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan adalah kalorimeter. Dengan menggunakan
hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi
pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimeter
berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam
kalorimeter.
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1C pada air dengan
massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri. Dalam proses ini berlaku azas Black yaitu:
=

= +

c (Tp Tc ) = m2 c ( Tc Td ) + C ( Tc Td )
keterangan:
m1 = massa air panas Td = suhu air dingin
m2 = massa air dingin
c = kalor jenis air
C = kapasitas kalorimeter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran

Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika.
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor,
kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan
keadaan.
Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam suatu proses
termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor yang
dipindahkan ke sistem.
Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak spontan.
Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangakan reaksi tidak
spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari kristal sempurna murni
pada suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak menunjukkan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 12


keteraturan tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan
sedikit diatas 0 K, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif.
Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan
perubahan suhu (T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut:

Q = m . c . T

Keterangan :
Q = jumlah kalor (Joule)
m = massa zat (gram)
t = perubahan suhu (takhir tawal)
c = kalor jenis

3. ALAT DAN BAHAN


Kalorimeter
Termometer
Neraca Ohaus
Bejana kaca 1000 ml
Becana kaca 2000 ml
Lampu spiritus
Kaki tiga + kasa ( 1 set )
Air

4. PROSEDUR PERCOBAAN
Siapkan bejana kaca yang berisi air 75 ml, bejana kaca kalorimeter, neraca Ohauss,
lampu spiritus, kaki tiga dan kasa 1 set.
Isi bejana kaca dengan air 25 ml kemudian panaskan di kaki tiga.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 13


Timbang kalorimeter kosong termasuk perlengkapannya. Catat massa tersebut dalam
kolom data ( M1 ).
Masukkan air biasa (yang tidak dipanaskan) ke dalam kalorimeter sehingga terisi
sebagian, kemudian catat massa kalorimeter sekarang ( M2 ).
Hitung massa air biasa yang berada dalam kalorimeter tersebut ( m1 ).
Amati suhu mula-mula air pada kalorimeter dan catat hasil pengukuran dalam kolom
data ( T1 ).
Amati suhu air yang dipanasi dan catat suhu dalam kolom data ( T2 ).
Tuangkan air yang telah dipanaskan ke dalam kalorimeter.
Aduk air di dalam kalorimeter
Amati suhu dalam kalorimeter sampai keadaan suhu menjadi tetap. Catat suhu akhir (
TA ) dalam kolom data.
Timbang massa kalorimeter sekarang, lalu catat hasil pengukuran dalam kolom data (
M3 ).
Hitung massa air panas yang dimasukkan ke dalam kalorimeter dan catat hasilnya (m1).

5. DATA
No M1 M2 M3 m1 m2 T1 T2 TA
1
2
3
4
5

6. EVALUASI
Berikan pembahasan tentang azas Black sehingga mendapatkan rumus yang
dipergunakan pada percobaan ini.
Apa syarat bagi sebuah kalorimeter ideal?
Apa yang dimaksud dengan harga air kalorimeter.
Apa yang dimaksud dengan keadaan kesetimbangan termal.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 14


Buat bagan data pengamatan.

PERCOBAAN IV
HUKUM OHM

1. TUJUAN PERCOBAAN

Memperagakan pengukuran tegangan listrik.


Memperagakan pengukuran arus listrik.
Menginterpretasikan grafik tegangan dan arus.
Menentukan besar hambatan suatu penghantar.

2. PRINSIP DASAR
Kuat arus lsitrik yang mengalir dalam suatu penghantar ( hambatan ) besarnya sebanding
dengan beda potensial (tegangan) antara ujung-ujung penghantar tersebut. Pernyataan tersebut
dapat dituliskan :
vI
Jika kesebandingan tersebut dijadikan persamaan, dapat dituliskan :
v
I
R
Atau v I R ( hukum Ohm )
Dimana I = Kuat arus yang mengalir dalam penghantar ( Ampere )
R = Tahanan atau hambatan ( Ohm )

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 15


V = Beda potensial ( tegangan ) kedua ujung penghantar ( Volt )

3. ALAT DAN BAHAN


Catu Daya
Volt meter
Amperemeter
Resistor
Lampu
Kabel pengubung
Panel hambatan ( PCB )
4. PROSEDUR PERCOBAAN
Set percobaan

PCB

Kuat arus tetap

Pasanglah rangkaian listriknya seperti gambar diatas dan beritahukan kepada Assisten
lebih dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber
tegangan.
Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung ( ON )
Atur potensio pada catu daya sehingga Amperemeter menunjukkan pada Angka tertentu (
I1), catatlah penujukkan pada Amperemeter dan Volmeter serta besarnya resistor yang
digunakan
Ulangi langkah 2-3 dengan mengganti resistor.
Dengan mengubah nilai Arus menjadi (I2) lakukan langkah 2-4.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 16


Ulangi hingga 5 variasi Arus.

Hambatan tetap.

Pasanglah rangkaian listriknya seperti gambar diatas dan beritahukan kepada Assisten
lebih dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber
tegangan.
Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung ( ON )
Atur ujung Voltmeter pada hambatan dengan nilai tertentu ( R1) dan catatlah besarnya
arus dan tegangan.
Pada resistor yang sama Anda ulangi untuk Voltase yang berbeda-beda.
Ulangi langkah 2-4 dengan mengganti resistor (R2).
Ulangi hingga 5 variasi Hambatan.

5. DATA PERCOBAAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 17


Kuat Arus tetap.
No I1=... A I2=...A I3=...A I4=...A I5=...A
R V R V R V R V R V
1
2
3
4
5

Hambatan Tetap
No R1=... R2=... R3=... R4=... R5=...
I V I V I V I V I V
1
2
3
4
5

6. EVALUASI
Buatlah grafik hubungan antara kuat arus ( sebagai absis ) dan tegangan ( sebagai ordinat
) dari data yang telah anda peroleh.
Tentukan besarnya hambatan berdasarkan grafik yang telah Anda buat.
Tentukan niali hambatan berdasarkan hukum Ohm.
Bandingkan nilai hambatan hasil perhitungan dari grafik, berdasarkan Hukum Ohm dan
pengukuran langsung. Lakukan pembahasan dan Ambil kesimpulan.

PERCOBAAN V
REFLEKSI BENDA PADA CERMIN SUDUT (INDEKS BIAS)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 18


1. TUJUAN PERCOBAAN
Mengamati bayangan pada cermin datar
Memahami prinsip hukum snellius
Menentukan jumlah bayangan benda yang dibentuk oleh cermin sudut

2. PRINSIP DASAR
Dua buah cermin datar yang digabung dengan cara tertentu dapat memperbanyak jumlah
bayangan sebuah benda. Jumlah bayangan yang terjadi bergantung pada besar sudut yang
dibentuk oleh kedua cermin itu. dua buah cermin segi empat diletakkan saling berhadapan
dengan salah satu sisi segi empat tersebut berhimpit hingga membentuk sudut 900, kemudian
letakkanlah sebuah benda P (pensil misalnya) diantara kedua cermin tersebut maka akan
terbentuk tiga buah bayangan. Penggambaran tersebut menggunakan prinsip dasar hokum
snellius. Snellius menyatakan bahwa : 1) Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak
pada bidang datar 2) Sudut datang sama dengan sudut pantul

Dua cermin datar A dan B yang dipertemukan kedua ujungnya membentuk sudut 90satu sama lain dapat
memantulkan cahaya dari benda P hingga membentuk tiga buah bayangan A, B, dan A= B

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 19


Dengan mempertemukan dua permukaan sermin A dan B di titik C membentuk sudut apit sebesar
60 menghasilkan jumlah bayangan sebanyak lima buah.

Bila sudut antara dua cermin datar 90 menghasilkan 3 bayangan dari suatu benda yang
diletakkan di antara kedua cermin tersebut dan sudut 60 menghasilkan 5 bayangan, kesimpulan
sememtara menyatakan jika sudut kedua cermin diubah-ubah (0<<900) jumlah bayangan benda
juga akan berubah-ubah sesuai dengan persamaan empiris
N=360/ -1
dengan
n : Jumlah bayangan
: sudut antara kedua cermin

Proses pembentukan bayangan :


Benda di depan cermin datar.
Berlaku hukum pemantulan.
Sinar datang pertama (biru muda) melalui
ujung benda dan mengenai cermin, akan
dipantulkan oleh cermin, sinar pantul
diperpanjang putus-putus (biru muda).
Sinar datang kedua (merah) melalui ujung
benda dan mengenai cermin, akan
dipantulkan oleh cermin, sinar pantul
diperpanjang putus-putus (merah).

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 20


Perpotongan perpanjangan sinar pantul pertama dan kedua (biru muda dan merah putus-
putus) berpotongan, dan itu merupakan bayangan ujung benda.
Sinar ke tiga (kuning) melalui pangkal benda dan mengenai cermin, akan dipantulkan
oleh cermin, sinar pantul diperpanjang putus-putus (kuning), merupakan bayangan
pangkal benda.
Terbentuklah bayangan benda oleh cermin datar.

Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah :


Jarak bayangan ke cermin (s) = jarak benda ke cermin (s)
Tinggi bayangan (h) = tinggi benda (h)
Sama besar dan berlawanan arah (perbesarannya = 1 kali)
Bayangan bersifat maya (di belakang cermin)

3. ALAT dan BAHAN


Cermin sudut 1 set
Busur 1 buah
Jarum pentul 1 set
Busa 1 buah

4. PROSEDUR PERCOBAAN
Persiapkan alat dan bahan percobaan
Susunlah alat dan bahan percobaan seperti pada gambar 1.1 dengan sudut awal 900

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 21


Sumber gambar : http://www.pudak-scientific.com
Hitunglah jumlah bayangan benda yang terbentuk pada kedua cermin
Isikan data yang diperoleh pada table percobaan
Ulangi langkah 2 s/d 4 dengan mengganti sudut sesuai table percobaan

5. TABEL PERCOBAAN
No Sudut Jumlah Bayangan
1. 150
2. 300
3. 450
4. 600
5. 750
6. 900
7. 1050
8. 1200
9. 1350
10. 1500

6. EVALUASI
Gambar jumlah bayangan yang terbentuk untuk setiap sudut berdasarkan hukum
snellius
Tentukan jumlah bayangan yang terbentuk berdasarkan teori
Bandingan bayangan yang terbentuk secara teori dengan praktek
Gambarlah grafik hubungan antara sudut vs jumlah bayangan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 22


PERCOBAAN VI
PRISMA

1. TUJUAN PERCOBAAN
Memahami penggunaan Hukum Snellius tantang pembiasan
Memahami dan mengamati sifat-sifat pembiasan pada prisma
Menentukan indeks bias pada prisma
Menentukan besarnya sudut deviasi

2. PRINSIP DASAR
Prisma optik adalah benda yang dapat ditembus cahaya, Bila salah satu sudut prisma
didatangkan suatu sinar maka berkas cahaya yang datang akan dibiaskan mendekati normal dan
kemudian keluar lagi dan dibiaskan oleh udara menjadi normal.

Gambar 1. Pembiasan Pada Prisma

Sudut yang dibentuk antara perpanjangan sinar datang terhadap sinar bias disebut sudut deviasi
(D) dengan rumus :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 23


Dengan melakukan percobaan dengan sudut datang diubah-ubah akan menghasilkan sudut
deviasi yang beribah-ubah dan sudut ini akan mencapai minimum dengan syarat = sehingga
terjadi sudut deviasi minimum (Dm) dengan rumus :

( )

( )

Jika pengukuran ini dipergunakan sudut A yang kecil, maka harga Dm juga kecil sehingga
persamaan (2) dapat ditulis menjadi :

3. ALAT DAN BAHAN


Prisma
Sumber cahaya
Papan Landasan
Bussur derajat
Mistar 30 cm
Jarum pentul warna
Kertas grafik
Paku tindis

4. PROSEDUR PERCOBAAN :
Ambil kertas grafik kemudian buatlah dua buah garis lurus yang saling tegak lurus di
tengah-tengah prisma seperti pada gambar di bawah ini.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 24


Selanjutnya buatlah sudut 250, 350, 450, 550, dan 650 terhadap salah satu garis yang telah
dibuat.

0
25

Letakkan prisma sedemikian rupa diatas kertas grafik sehingga sudut pembiasanya
terletak diatas (seperti gambar brikut) :

0
25

Arahkan sumber cahaya sesuai dengan garis yang dibuat terhadap garis yang tegak lurus
tersebut
Bautlah titik-titik dengan menggunakan tusuk jarum pada titik A, B dan C. selanjutnya
lepaskan prisma dan gambarlah perpanjangan sinar datang serta hubungkan titik A-B dan
titik B-C menggunakan bantuan penggaris

B
0
25 C

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 25


Hitung sudut sinar bias yang masuk ke prisma
Hitung sudut antara perpanjangan sinar datang ke prisma dan garis BC (sinar sinar bias)
Ulangi langkah (3) sampai langkah (7) dengan mengubah sudut menjadi 350, 450, 550, dan
650.
Masukkan hasil sudut deviasi pada tabel di bawah ini
No Sudut datang (i) Sudut bias (r) Sudut deviasi ()

1 250 ................. .................


2 350 ................. .................
3 450 ................. .................
4 550 ................. .................
5 650 ................. .................

Hitung indeks bias perisma dengan menggunakan persamaan berikut:


n sin i n1 sin r
Ket: n adalah indeks bias udara dan n1 indeks bias prisma

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 26


PERCOBAAN VII
JEMBATAN WHEATSTONE

1. TUJUAN PERCOBAAN :
Memahami rangkaian Jembatan Wheatstone.
Menentukan besar hambatan listrik dengan menggunakan metode Jembata Wheatstone.
Membuktikan kebenaran rumus hubungan seri dan paralel.
Menentukan hambatan jenis suatu kawat penghantar.

2. PERINSIP DASAR :
Metode percobaan dengan menggunakan rangkaian Jembatan Wheaston merupakan
salah satu cara untuk menentukan hambatan suatu resistor yang belum diketahui. Pada dasarnya
prisnsip rangkaian Jembatan Wheatstone mengacu pada Hukum Kirchoff pertama yang
menyatakan pada setiap titik percabangan jumlah aljabar arus adalah nol :

Dari rumus 1. adalah arus yang menuju atau meninggalkan titik percabangan. Hal ini berarti
jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar.
Dengan menerapkan Hukum Kirchoff pada rumus 1, Maka secara sederhana Percobaan
Jembatan Wheatstone adalah membandingkan hambatan yang sudah diketahui nilainya dengan
hambatan yang belum diketahui.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 27


C

R2 RX

G
Rb
R1

D
E

S
Gambar 1. Rangkaian Percobaan Jembata Wheatstone

Dimana
S : Skalar Penghubung
E : Sumber tegangan arus
G : Galvanometer
Rb : Hambatan rheostat
R1 dan R2 : Hambatan yang sudah diketahui nilaianya
Rx : Hambatan yang akan ditentukan nilainya

Dalam hal ini nilai pada R1, R2 dan Rb dapat diatur sehingga arus yang melalui galvanometer
sama dengan nol. Apabila keadaan setimbang ini tercapai, diperoleh hubungan:

Untuk menyederhanakan rangkaian dan memudahkan pengukuran , hambatan R1 dan R2 diganti


dengan kawat lurus L. Maka berlaku rumus :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 28


Hukum Kirchoff kedua menyatakan di dalam suatu rangkaian tertutup dari suatu rangkaian,
jumlah potensial sama dengan nol atau dapat dituliskan:

Apabila terdapat titik-titik a,b,c,d,e....., maka

Eksperimen lain dari Hukum Kirchoff II, dengan memerhatikan arus dan tegangan serta
konvensi tanda yang benar :

Di sini adalah hambatan dari penghantar ke-n dan besar tegangan.


Untuk suatu konduktor homogen dengan panjang dan luas penampang A, besar hambatan
adalah:

Dengan merupakan resistivitas atau hambatan jenis.


Dari Hukum Ohm, hambatan total untuk rangkaian terhubung seri dapat ditulis :

Sedangkan untuk hambatan terhubung paralel adalah:

3. ALAT dan BAHAN


Kawat geser
Resistor 100
Kawat penghantar

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 29


Galvanometer
Catu daya DC
Hambatan rheostat
Hamabatan yang belum diketahui nilaianya
Papan Jembatan Wheatstone
Skalar
Kabel penghubung

4. PROSEDUR PERCOBAAN
a) Mengukur Besar Hambatan Seri dan Paralel
Susun rangkaian seperti Gambar 1!
Gunakan sebuah resistor yang nilai hambatanya diketahui dan kecil sebagai Rx.
Atur nilai Rb pada 100 , kemudian atur kontak geser K sehingga galvanometer
menunjukan angka nol!
Catat panjang L1 dan L2!
Ulangi percobaan dengan mengubah nilai Rb pada 200 , sampai
Ganti Rx dengan Ry dengan nilai lebih besar dan lakukan langkah nomor 2 dan 3.
Ulangi untuk Rx dan Ry yang dihubungkan secara seri dan paralel!.
b) Menentukan Hambatan Jenis Kawat Penghantar
Dari Gambar 1, ganti Rx dengan kawat penghantar!
Catat panjang dan diameter kawat penghantar.
Lakukan cara kerja A.2 dan A.3 atur nilai Rb pada kemudian ulangi untuk
nilai Rb = , dan .
Ulangi langkah di atas untuk panjang kawat yang berbeda-beda (sekurang-
kurangnya 5 panjang kawat).

5. DATA PERCOBAAN
Metode Jembatan Wheatstone; Menentuka nilai hambatan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 30


TABEL DATA (Nilai Rx yang kecil)
Harga Rx yang sebenarnya ..................
Rb ( ) L1 ( ) L2 ( ) Rx (perhitungan ) ( )

Rata-Rata Rx
Persentase Kesalahan ...............................

TABEL DATA (Nilai Ry yang besar)


Harga Ry yang sebenarnya ..................
Rb ( ) L1 ( ) L2 ( ) Ry (perhitungan ) ( )

Rata-Rata Ry
Persentase Kesalahan ...............................

6. EVALUASI
a. Jelaskan cara lain untuk mengukur hambatan!
b. Buktiakan Persamaan (5) dan (7) !

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 31


Apa syarat agar R1 dan R2 sebanding dengan L1 dan L2 ?
Bagaimana pengaruh pengukuran jika kawat geser tidak homogen?
c. Apakah satuan hambatan jenis ( satuan SI)?
d. Buat bagan data pengamatan!

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2014 | 32

Anda mungkin juga menyukai