Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sholihatun Anisa

NIM : 46118120062

TUGAS BESAR (TB) II PANCASILA

A. Setiap rezim pemerintahan yang berkuasa selalu berupaya mengimplementasikaan


Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan Negara agar makna dan refleksitas Pancasila ini
diterima oleh seluruh unsur masyarakat secara luas. Hal ini telah dilakukan oleh rezim-
rezim pemerintahan yang lalu, hingga rezim pemerintahan yang sekarang yang tengah
berkuasa (era reformasi).

 Coba anda sebutkan dan jelaskan untuk setiap rezim pada masa kekuasaannya,
bagaimana rezim tersebut mengimplementasikan Pancasila dalam bentuk kebijakan
pemerintahannnya
1. Masa rezim orde lama
2. Masa rezim orde baru
3. Masa rezim era reformasi (khususnya masa pemerintatahan Presiden Joko
Widodo)

B. Kebijakan pemerintahan dalam bentuk apapun dalam system hukum Indonesia tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, baik dalam bentuk Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, PERPU, Keputusan Presiden, Menteri, Gubernur atau UUD
sekalipun, semua itu harus sesuai dengan Pancasila.

 Coba anda sebutkan dan jelaskan minimal 3 (tiga) contoh sebuah kebijakan
Pemerintah yang melanggar ketentuan tersebut hingga berpotensi mendapat
penolakan dari masyarakat luas secara masif.

Petunjuk :
1. Untuk melengkapi jawaban anda gunakan referensi media sosial, media cetak atau
elektronik yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tuliskan sumber berita,
hari atau tanggal pengutipan sumber berita.
2. Jawaban kirim ke ketua kelas lewat email (koordinasi dengan ketua kelas).
Nama : Sholihatun Anisa
NIM : 46118120062

JAWABAN

A. 1) Masa rezim Orde Lama


Pada masa ini, Pancasila diterapkan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde
lama. Terdapat 3 periode penerapan Pancasila yang berbeda, yaitu :
a. Periode 1945 – 1950
Pada periode ini, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
menghadapi berbagai masalah. Ada  upaya-upaya  untuk mengganti Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa, yaitu munculnya gerakan-gerakan
pemberontakan yang tujuannya menganti Pancasila dengan ideologi lainnya. Dua
pemberontakan itu adalah Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun
terjadi pada tanggal 18 September 1948 dan Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan ini ditandai
dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII) oleh Kartosuwiryo  pada  tanggal 17
Agustus 1949.
b. Periode 1950 – 1959
Pada periode ini dasar negara tetap Pancasila, akan tetapi dalam penerapannya lebih
diarahkan seperti ideologi leberal. Hal tersebut  dapat dilihat dalam penerapan sila
keempat yang tidak lagi berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak
(voting). Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya
pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Pada periode ini persatuan dan kesatuan
mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan Republik Maluku
Selatan (RMS), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), dan Perjuangan
Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Maka, penerapan
Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal
yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.
c. Periode 1956 – 1965
Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai  Pancasila  tetapi  berada 
pada  kekuasaan  pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan
penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi. Pada periode ini terjadi Pemberontakan
PKI pada tanggal 30 September 1965 yang dipimpin oleh D.N Aidit. Tujuan
pemberontakan ini adalah kembali mendirikan Negara Soviet di Indonesia serta
mengganti Pancasila dengan paham komunis.

2. Masa Orde Baru


Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu
antara tahun 1966-1968, ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
Era yang kemudian dikenal sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utama
pemerintahan Orde Baru  ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Orde Baru memberikan
secercah harapan bagi rakyat Indonesia, terutama yang berkaitan dengan perubahan-perubahan
politik, dari yang bersifat otoriter pada masa demokrasi terpimpin menjadi lebih demokratis.
Harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya terwujud. Karena, sebenarnya tidak ada perubahan
yang subtantif dari kehidupan politik Indonesia. Antara Orde Baru dan Orde Lama sebenarnya
sama saja (sama-sama otoriter). Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan
Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di Indonesia. Maka dapat disimpulkan
bahwa bahwa pelaksanaan demokrasi Pancasila masih jauh dari harapan. Pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen hanya dijadikan alat politik penguasa
belaka. Kenyataan yang terjadi demokrasi Pancasila sama dengan kediktatoran.

3. Masa Era Reformasi

Pada masa reformasi, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa terus menghadapi berbagai tantangan. Penerapan Pancasila tidak lagi dihadapkan pada
ancaman pemberontakan-pemberontakan yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lain,
akan tetapi lebih dihadapkan pada kondisi kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan
yang serba bebas. Kebebasan  yang  mewarnai  kehidupan   masyarakat   Indonesia   saat  ini
meliputi berbagai macam bentuk mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi, berekspresi dan
sebagainya. Kebebasan tersebut di satu sisi dapat memacu kreatifitas masyarakat, tapi disisi lain
juga bisa mendatangkan dampak negatif yang merugikan bangsa Indonesia sendiri. Banyak hal
negatif yang timbul sebagai akibat penerapan konsep kebebasan yang tanpa batas, seperti
munculnya pergaulan bebas, pola komunikasi yang tidak beretika dapat memicu terjadinya
perpecahan, dan sebagainya. Tantangan lain dalam penerapan Pancasila di era reformasi adalah
menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang
ditandai dengan adanya konflik di beberapa daerah, tawuran antar pelajar, tindak kekerasan yang
dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan  dan  sebagainya. Contohnya yang
terjadi pada masa reformasi terbaru adalah konflik yang terjadi antara Papua – Surabaya
yang didasari kesalahpahaman antara mahasiswa. Peristiwa-peristiwa  tersebut  telah  
banyak menelan korban jiwa antar sesama warga bangsa dalam kehidupan masyarakat, seolah-
olah wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan
kerukunan telah hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada perkembangan dunia yang sangat cepat dan
mendasar, serta berpacunya pembangunan bangsa-bangsa. Dunia saat ini sedang terus dalam
gerak mencari tata hubungan baru, baik di lapangan politik, ekonomi maupun pertahanan
keamanan. Maka, Kewaspadaan dan kesiapan harus kita tingkatkan untuk menanggulangi
penyusupan ideologi lain yang tidak sesuai dengan Pancasila. Hal ini lebih penting artinya,
karena sebagian besar bangsa kita termasuk masyakat berkembang. Masyarakat yang kita cita-
citakan belum terwujud secara nyata, belum mampu memberikan kehidupan yang lebih baik
sesuai cita-cita bersama. Keadaan ini sadar atau tidak sadar, terbuka kemungkinan bangsa kita
akan berpaling dari Pancasila dan mencoba membangun masa depannya dengan diilhami oleh
suatu pandangan hidup atau dasar negara yang lain.

B. Contoh sebuah kebijakan Pemerintah yang melanggar ketentuan tersebut hingga berpotensi
mendapat penolakan dari masyarakat luas secara masif.
1. Rancangan Perubahan Undang-Undang nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) menjadi Undang-Undang.
Pengamat Hukum Pertambangan menyebut pengesahan revisi UU Minerba berpotensi
melanggar UUD 1945. Pelanggaran terjadi karena masih ada substansi uu yang tidak sesuai
dengan Pasal UUD 1945.
Selain itu, uu juga bertentangan dengan putusan MK terkait perpanjangan kontrak karya (KK)/
perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B). Pasalnya, uu sekarang
menganulir peran BUMN dan BUMD dalam proses tersebut. pemerintah dan DPR RI dalam
Rapat Paripurna yang digelar Selasa (12/5) akhirnya sepakat mengesahkan Rancangan
Perubahan Undang-Undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Minerba) menjadi Undang-Undang.
Pengesahan UU tersebut menuai pro dan kontra, sejumlah mahasiswa telah melakukan
sederetan demonstrasi berkaitan hal tersebut pada tahun 2019. Terbaru, demo tersebut dilakukan
secara virtual, adapula yang mengirimkan karangan bunga berduka cita kepada DPR RI.
Mahasiswa menyebutkan Catatan merah RUU Minerba : 1. Tidak pastinya ketentuan
pemurnian dalam regulasi SDA Minerba. 2. Kerusakan lingkungan yang semakin meningkat
akibat aktivitas pertambangan. 3. Cacat formil. 4. Membuka peluang korupsi. 5. Meningkatkan
energi kotor Indonesia.

Sumber :
- CNN Indonesia, Rabu, 13/05/2020 08:32 WIB, Pengamat hukum tambang sebut revisi uu
minerba bermasalah.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200511200327-85-502252/pengamat-hukum-
tambang-sebut-revisi-uu-minerba-bermasalah
- Liputan 6, 26/09/2019 10:00 WIB, Didemo mahasiswa, Proses RUU Minerba masih
berjalan
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4071932/didemo-mahasiswa-proses-ruu-minerba-masih-
berjalan#

2. Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja

Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja ini dinilai selain memiliki
kelemahan seperti terkesan dominasi eksekutif dan cenderung mengubah praktika pembentukan
peraturan perundang-undangan, juga memiliki sejumlah keunggulan tertentu, di antaranya dapat
menjadi solusi bagi penyelesaian konflik antarperaturan perundang-undangan atau benturan
antarregulasi, selain solusi bagi inkonsistensi regulasi. Isu omnibus law ini muncual ketika pidato
pelantikan Presiden yang menyebutkan bahwa pemerintah akan menerbitkan dua undang-undang
besar yakni UU Cipta Lapangan Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM. Secara konseptual,
omnibus law merupakan istilah yang diterapkan di negara-negara yang memiliki sistem hukum
common law seperti Amerika Serikat. Sementara itu, negara Indonesia sendiri menganut sistem
hukum civil law, sehingga istilah omnibus law ini relatif asing dalam sistem hukum negara
Indonesia.

Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM SI melakukan aksi demo menolak
omnibus law di depan gedung DPR RI. Dalam aksinya, mereka menyampaikan lima poin
tuntutan. Dalam aksi itu, mahasiswa membawa lima tuntutan terkait omnibus law ;

1. Menolak dengan tegas pengesahan RUU Cipta Kerja, karena bertentangan dengan UU No 15
Tahun 2019 Bab 2 Pasal 5 dan Bab ll pasal 96 tentang perubahan mas UU No 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
2. Menolak upaya sentralisasi kekuasaan melalui konsep Omnibus Law RUU Cipta Kerja yang
mencederai semangat reformasi.
3. Menolak penghapusan hak pekerja meliputi jaminan pekerjaan, jaminan pendapatan, dan
jaminan sosial sesuai UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.4. Menolak
penyederhanaan izin investasi yang berdampak pada kerusakan lingkungan sesuai dengan UU
No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Mendesak pemerintah membuka ruang partisipasi untuk masyarakat dalam setiap penyusunan
dan perubahan kebijakan.

Kontroversi di kalangan masyarakat tentunya perlu direspons positif oleh pemerintah dan
DPR agar RUU omnibus law ini dapat menjadi regulasi yang progresif memberi solusi bagi
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan bangsa tanpa mencederai hak-hak politik dan
ekonomi rakyat. Untuk itu, penulis mendorong agar pembentukan  undang-undang ini
melibatkan partisipasi publik secara massif. Hal ini penting dilakukan sebagai upaya legitimasi
hukum dan politik dalam konsep negara  hukum yang demokratis.

Sumber : https://mediaindonesia.com/read/detail/297104-omnibus-law-untuk-siapa , Media


Indonesia; Selasa, 17/03/2020
https://news.detik.com/berita/d-4925131/demo-tolak-omnibus-law-ini-5-tuntutan-mahasiswa-di-
dpr , detik news; Rabu, 04/03/2020

3. UU KPK

Walaupun kejadian ini telah berlalu tahun 2019 kemarin, namun masih dapat
menimbulkan penolakan yang berlanjut setelah ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menemukan ada 26 poin yang berpotensi melemahkan KPK dalam UU KPK hasil revisi yang
telah disahkan oleh DPR pada Selasa (24/9/2019) lalu. Juru Bicara KPK Febri Diansyah
mengatakan, 26 poin tersebut dianggap berpotensi melemahkan KPk lantaran mengurangi
sejumlah kewenangan yang dahulu dimiliki KPK berdasarkan UU Nomor 30 Tahun 2002
tentang KPK. Tim KPK juga mendapati ketidaksingkronan antar pasal, hingga menimbulkan
tafsir yang beragam sehingga menyulitkan KPK dalam penanganan perkara korupsi ke depan.
Hal ini menuai kontroversi di berbagai kalangan, salah satunya mahasiswa. Ribuan
mahasiswa dari perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya melakukan aksi menolak pengesahan
RUU KUHP, revisi UU KPK, dan RUU Pertanahan. Aksi yang semula berjalan damai berakhir
ricuh. Polda Metro Jaya mencatat ada 265 mahasiswa terdampak bentrokan yang terjadi di depan
gedung DPR/MPR, Selasa (24/9). Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono memerinci,
sebanyak 254 mahasiswa menjalani rawat jalan dan 11 lainnya dirawat inap.

Sumber :
- Republika.co.id , Kamis 26/09/2019
https://nasional.republika.co.id/berita/pyf08d415/demo-mahasiswa-tolak-revisi-uu-kpk-
berlanjut
- Kompas.com , 25/09/2019
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/25/10382471/ini-26-poin-dari-uu-kpk-hasil-
revisi-yang-berisiko-melemahkan-kpk

Anda mungkin juga menyukai