Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : MASSA JENIS ZAT PADAT TERATUR

NAMA PRAKTIKAN : REHAN ANDRE SAPUTRA


NIM/GRUP : 2022010032/III
TANGGAL PRAKTIKUM : 19 JANUARI 2021
ASISTEN :

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN
INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
1. LATAR BELAKANG
Tanpa kita sadari, dalam kehidupan sehari-hari kita
selalu berhubungan dengan segala macam jenis benda yang selalu
digunakan untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Pada setiap benda
memiliki massa, bentuk, dan volume yang berbeda. Begitu pula
dengan massa jenis. Setiap benda memiliki massa jenis yang
berbeda dengan benda yang lain. Massa jenis diartikan sebagai
perbandingan antara massa zat dengan volumenya. Nilai dari massa
jenis hanya bergantung pada jenis zat, tidak bergantung pada
volume ataupun massa suatu zat.
Jadi, "walaupun massa ataupun volume pada suatu zat itu
berbeda dengan yang lain, akan tetapi massa jenisnya tetap sama.
Pengukuran massa benda dapat dilakukan dengan alat yang disebut
dengan neraca. Pada setiap nerca memiliki ketelitian masing-
masing. Pada umumnya, pengukuran massa dilakukan secara
perbandingan, didalam laboratorium, dikenala neraca analis untuk
menetapkan massa suatu benda. Pengetahuan tentang massa jenis
dalam praktikum sangatlah penting. Hal itu dikarenakan
pengetahuan tentang massa jenis selalu digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan massa jenis zat padat berbagai bentuk.
2. Membandingkan hasil pengukuran massa jenis zat padat dari
dua metode yang berbeda.
3. Manfaat Praktikum
Adapun Manfaat yang diperoleh dari praktikum massa jenis yaitu :
1. Dapat mengetahui konsep dari massa jenis.
2. Dapat melakukan pengukuran menggunakan alat timbangan
manual dan digital
3. Dapat menganalisa data hasil pengukuran massa jenis suatu zat

4. Alat, Bahan, dan Langkah Kerja


a. Alat dan Bahan
1. Jangka Sorong
2. Mikrometer skrup
3. Gelas ukur 50 ml
4. Balok
5. Silinder
6. Kelereng
7. Batu kerikil
8. Neraca ohauss
b. Langkah Kerja
1. Massa Jenis zat padat ditimbang dengan neraca
2. Volume zat padat tersebut diukur dengan dimasukkan ke
dalam gelas ukur yang telah berisi air sehingga tenggelam
seluruhnya.
3. Ulangi langkah ke 1-2 sebanyak 3 kali
4. Hitung massa jenis dari data (1) dan (2)
5. Volume zat padat diukur dengan metode berbeda. Yaitu
dengan mengukur dimensinya dengan menggunakan
jangka sorong atau mikrometer skrup. Ulangi pengukuran
tersebut sebanyak 3 kali.
6. Hitung massa jenis dari data (1) dan (4)
5. Massa jenis
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan
volume benda.Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis
berfungsi menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis
yang berbeda (Tripler, 1998). Konsep massa jenis sering
digunakan untuk menentukan jenis suatu zat. Massa jenis zat
dapat dihitung dengan membandingkan massa zat (benda)
dengan volumenya. Adapun rumus menentukan Massa jenis
zat adalah sebagai berikut :
Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila
diukur dalam air daripada di udara. Hal itu disebabkan
karena di dalam air, benda mendapat gaya ke atas. Sementara
ketika diudara, benda memiliki berat sesungguhnya(Kondo,
1982). Keadaan benda dalam air berdasarkan massa jenisnya
adalah sebagai berikut :
A. Terapung
Pada saat benda diletakkan didalam suatu cairan,
benda akan bergerak ke atas, sehingga gaya keatas lebih
besar daripada gara berat (Kanginan, 2002).
B. Melayang
Pada saat Benda diletakkan di dalam suatu cairan,
benda tidak akan bergerak ke atas ataupun kebawah,
sehingga gaya keatas sama dengan gaya kebawah
(Soedojo, 1999).
C. Tenggelam
Pada saat benda diletakkan dalam suatu wadah cairan,
benda akan bergerak kebawah sampai menyentuh dasar
wadah. Sehingga gaya keatas lebih kecil daripada gaya
berat (Sears, 1985)
Satuan SI massa jenis adalah kg/m 3 namun g/cm 3 juga
digunakan. Sebagai tambahan, massa jenis air mendekati 1000
kg/m 3

6. Massa
Dalam kegunaan sehari-hari, massa biasanya disinonimkan dengan
berat (misalnya untuk berat badan, alih-alih massa badan). Namun
menurut pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan
oleh interaksi massa dengan medan gravitasi. Sebagai contoh,
seseorang yang mengangkat benda berat di Bumi dapat mengasosiasi
berat benda tersebut dengan massanya. Asosiasi ini dapat diterima
untuk benda-benda yang berada di Bumi. Namun apabila benda
tersebut berada di Bulan, maka berat benda tersebut akan lebih kecil
dan lebih mudah diangkat namun massanya tetaplah sama. Tubuh
manusia dilengkapi dengan indra-indra perasa yang membuat kita
dapat merasakan berbagai fenomena-fenomena yang diasosiasikan
dengan massa. Seseorang dapat mengamati suatu objek untuk
menentukan ukurannya, mengangkatnya untuk merasakan beratnya,
dan mendorongnya untuk merasakan inersia benda tersebut.
Penginderaan ini merupakan bagian dari pemahaman kita mengenai
massa, tetapi tiada satupun yang secara penuh dapat mewakili konsep
abstrak massa.
Konsep abstrak bukanlah berasal dari penginderaan, melainkan
berasal dari gabungan berbagai pengalaman manusia. Konsep modern
massa diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727) dalam
penjelasan gravitasi dan inersia yang dikembangkannya. Sebelumnya,
berbagai fenomena gravitasi dan inersia dipandang sebagai dua hal
yang berbeda dan tidak berhubungan. Namun, Isaac Newton
menggabungkan fenomena-fenomena ini dan berargumen bahwa
kesemuaan fenomena ini disebabkan oleh adanya keberadaan massa.
Alat yang digunakan untuk mengukur massa biasanya adalah
timbangan. Dalam satuan SI, massa diukur dalam satuan kilogram, kg.
Terdapat pula berbagai satuan-satuan massa lainnya, misalnya:

 gram: 1 g = 0,001 kg (1000 g = 1 kg)


 ton: 1 ton = 1000 kg

7. Volume
Bangun Ruang merupakan bangun dimensi tiga yang mempunyai
ruang. Rumus yang berlaku di bangun tersebut dinamankan rumus
bangun ruang. Banyak rumus bangun ruang yang belaku di
dalamnya, salah satunya rumus volume. Volume atau bisa juga disebut
kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa
ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang
beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan
misalnya kubus, balok, silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang
tidak beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan. Volume
digunakan untuk menentukan massa jenis suatu benda.

Satuan SI volume adalah m3. Satuan lain yang banyak dipakai


adalah liter (=dm3) dan ml.

 1 m3 = 103 dm3 = 106 cm3

 1 dm3 = 1 liter

 1 cm3 = 1 ml = 1 cc

8. Mikrometer sekrup
 Pengertian
Micrometer adalah alat ukur dengan ketepatan (presisi) yang
tinggi. Digunakan untuk benda kerja pada jarak ukur tertentu
yakni 0 - 25 mm, 25 - 50 mm, 50 - 75 mm dengan tingkat
ketelitian 0.01 mm. (Hasna, 2011: 7). Micrometer
merupakan alat ukur untuk mengukur panjang atau ketebalan
benda, kedalaman celah lubang, dan untuk mengukur
diameter suatu lobang. Mikrometer memiliki ketelitian 0.005
mm. (Marcello,1994 : 15). Micrometer digunakan untuk
mengukur benda yang sangat tipis, seperti tebal kain, tebal
kawat, tebal kertas, bahkan sehelai rambut . (Tipler, 1998:
20)
 Cara Penggunaan
Menggunakan mikrometer sekrup tidak sulit. Berikut
5 langkah menggunakan alat ukur mikrometer sekrup

a. Pastikan pengunci (lock nut) dalam keadaan terbuka


b. Bukalah rahang dengan memutar kekiri pada skala putar
c. Masukanlah benda yang akan di ukur pada rahang dan
putar kembali skala putar sampai tepat (jangan terlalu
kuat, cukup sampai benda tidak jatuh) hingga bunyi klik.
d. Putarlah pengunci (lock nut) hingga skala putar tidak
dapat digerakan.
e. Jika sudah pengukuran, keluarkan benda dan baca hasil
pengukuran. . ( Ummu, 2011: 8 )

Jika penggunaan dilakukan dengan menggunakan rumus:

Hasil = SU + (SN x 0,01 mm) = 5,00 + (20 × 0,01) = 5,20 mm


(Soejoto, 1993: 23)

9. Jangka sorong
 Pengertian
Jangka sorong pertama kali ditemukan pada tahun
1631 oleh seorang berkebangsaan prancis bernama Pierre
Vernier. (Physic Level 1 Laboratory, 2). Jangka sorong
merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0.1 mm atau 0.01 cm.
(Agustiana dan Tika, 2013). Jangka sorong memiliki
berbagai ukuran dengan rentang pengukuran dari 100 mm
hingga 3000 mm (4 inci sampai 120 inci). (Flack, 2014:6)
Jangka sorong tidak hanya digunakan untuk mengukur
panjang tetapi jangka sorong juga dapat digunakan untuk
mengukur diameter sebuah cincin, diameter bagian dalam
pipa dan juga dapat digunakan untuk mengukur kedalam
sebuah benda serta dapat digunakan untuk mengukur luas
benda.
Jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur
bagian dalam dan luas suatu benda terdiri dari bilah utama
atau bilah yang dibagi dalam mm dan suatu bilah pembantu
yang dibagi 100. Bila suatu garis bilah pembantu berimpit
dengan suatu tanda pada skala utama, maka harga ukurnya
adalah jumlah skala dihitung dari angka 0×0.02 mm.
(Poerwanto dkk, 2012:79)
 Cara Penggunaan
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
menggunakan jangka sorong adalah:
 Tutup rapat rahang tetap dan rahang geser pastikan agar
kedudukan skala berada di nol.
 Letakkan benda tepatnya ditengah tempat ukur.
 Agar skala tidak berubah-ubah, kuncilah jangka sorong
dengan cara memutar bagian kunci peluncur.
 Setelah terkunci lepaskan benda dari pengukur jangka
sorong. Kemudian baca pada skala utama dan skala
nonius dengan cara mencari garis angka yang segaris
antara skala utama dan skala nonius.
Cara Membaca Jangka Sorong
Hasil pengukuran ini sebesar cm. cara mendapatkan hasil
pengukuran ini adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Amati dan baca skala utamanya adalah 1,4 cm
2. Skala nonius yang berimpit tegak lurus dengan satu tanda skala
utama adalah garis ke-sepuluh
3. Mengingat tingkat ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm,
maka nilai lebih adalah 10 x 0,1 mm = 1 mm = 0,1 cm
4. Jadi, bacaan jangka sorong adalah 1,4 cm ditambah 0,1 cm
sama dengan 1,5 cm. (Agustiana dan Tika, 2013:9)
10. Daftar Pustaka
Kanginan,M.2002.Fisika. Jakarta:Grafinda
Kondo.1982.The book Of Popular Science.New York:Groiler
Int.Inc
Searss,F.W dan M.W.Zeamansky.1981.Fisika Untuk Universitas
Jilid 1. Bandung: Bina Cipta
Poerwanto, dkk. 2012. Instrumentasi Alat Ukur. Yogyakarta:
Graha Ilmu Wagiran. 2009. Penggunaan Alat-alat ukur
Metrologi Industri. Jakarta: Deepublish
Alsono & Matcello. 1994. Dasar – Dasar Fisika Universitas.
Jakarta: Erlangga
Djaali & Mujiono, P. 2007. Pengukuran dalam Bidang
Pendidikan. Pasca Sarjana, UNJ, 2007 eprints.uny.ac.id
W. Rindler (2006). Oxford: Oxford Univ. Press. hlm. 16; Section 1.12.
ISBN 0198567316.

Anda mungkin juga menyukai