FISIKA DASAR
“GLBB, Momen Inersia, Kalibrasi Alat Ukur”
Dosen Pembimbing
Ismi Choirotin, ST., MT., MSc
Disusun Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Disusun Oleh:
Gerak suatu benda pada lintasan lurus dengan percepatan linier tetap
dengan kecepatan (percepatan positif), maka kecepatannya semakin lama semakin
cepat yang disebut dengan GLBB dipercepat (Cahyani, 2018). GLBB jika
dipercepat selalu konstan. Percepatan besaran vector (besaran yang mempunyai
besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan arah percepatan selalu
konstan setiap saat. Walaupun besar percepatan suatu benda selalu konstan tetapi
arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak konstan. Dan
sebaliknya jika arah percepatan suatu benda selalu konstan tetapi besar percepatan
selalu berubah maka benda tidak konstan (Tippler, 1998).
𝑉1 −𝑉2
a= 2
h’
s’
(Gambar. 1)
Keterangan:
s = Panjang lintasan (200 cm)
h = Tinggi awal lintasan (12 cm)
h’ = Tinggi akhir lintasan (4 cm)
s’ = Panjang mendatar (202 cm)
Langkah (2) dan (3) untuk kelereng kecil dan besar diulangi
beberapa kali (minimal 3 kali)
h’
s’
Keterangan:
s = Panjang lintasan (200 cm)
h = Tinggi awal lintasan (12 cm)
h’ = Tinggi akhir lintasan (4 cm)
s’ = Panjang mendatar (202 cm)
145 Data 1
125 Data 2
Jarak (cm)
105 Data 3
85 Data 4
65 Data 5
45
0 1 2 3 4 5
Waktu (s)
Diagram 1. Hubungan jarak (s) dan waktu (t) t
Benda dikatakan bergerak jika benda tersebut berubah kedudukan terhadap
suatu titik acuan. Benda yang dikatakan bergerak akan melalui suatu lintasan
dengan panjang tertentu dalam waktu tertentu. Panjang total lintasan yang dilalui
disebut jarak, sedangkan besar perubahan posisi benda dari posisi awal ke posisi
akhir disebut perpindahan. Jarak adalah besaran skalar, sedangkan perpindahan
adalah besaran vektor (Serway, 2009).
Grafik jarak terhadap waktu pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
dinamakan grafik fungsi kuadrat yang berbentuk parabola. Pada GLBB persamaan
jarak diperoleh dengan menghitung luas area kurva seperti dibawah ini :
Jarak = Luas area di bawah kurva
v vt
s 0 t
2
v v o at
s o t
2
at
s v 0 t
2
1
s v 0 t at 2 (GLBB dipercepat )
2
1 2
s v 0 t at (GLBB diperlamba t)
2
Dari persmaan diatas, jarak (s) adalah fungsi kuadrat dari waktu (t). Dengan
demikian, pada fungsi kuadrat, grafik fungsi kuadrat berbentuk parabola. Untuk
nilai percepatan positif (a>0), grafik s-t berbentuk parabola terbuka ke atas, ini
menunjukkan bahwa seiring bertambahnya waktu, jarak yang ditempuh benda
akan semakin bertambah besar sehingga benda mengalami percepatan dan
apabila percepatan bernilai negatif (a<0), menunujukkan bahwa seiring
bertambahnya waktu, jarak yang ditempuh benda akan semakin menurun sehingga
benda mengalami perlambatan, grafik s-t akan berbentuk parabola ke bawah.
Pada grafik jarak dan waktu hasil praktikum kami mengalami percepatan
positif (a>0) namun tidak berbentuk parabola ke atas, melainkan hanya
membentuk garis lurus ke atas. Misalnya, pada data 1 yakn I dengan selang
waktu antara 2-4 detik, jarak yang dihasilkan 56-138 cm. Hal ini tidak sesuai
dengan dasar teori atau rumus yang telah disebutkan diatas. Ada beberapa faktor
yang memungkinkan terjadinya kesalahan pada grafik tersebut yaitu kesalahan
pengukuran oleh praktikan, alat (bidang miring) yang digunakan tidak memadai,
dan kurangnya pengalaman yang dimiliki praktikan.dalam praktikum ini. Jadi,
seharusnya grafik yang sesuai pada GLBB yang mengalami percepatan positif
(a>0) adalah membentuk garis lengkung (parabola) terbuka ke atas.
Kecepatan
0 (v) dan Waktu (t)
37
35 Data 2
33 Data 3
31 Data 4
29 Data 5
27
25
t
00 1 2 3 4 5
Waktu (s)
Diagram 2. Hubungan kecepatan (v) dan waktu (t)
Pada GLBB yang dipercepat kecepatan benda semakin lama semakin
bertambah besar. Sehingga grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) pada GLBB
yang dipercepat berbentuk garis lurus condong ke atas dengan gradien yang tetap.
Untuk GLBB dipercepat bentuk kurva linear ke atas mengindikasikan bahwa
sering bertambahnya waku, kecepatan bertambah besar secara teratur.
Pertambahan kecepatan ini karena ada percepatan. Jika benda melakukan GLBB
yang dipercepat dari keadaan diam (kecepatan awal=v0=0, maka grafik v-t
condong ke atas melalui 0(o,o). Dari persamaan percepatan yang diperoleh
kecepatan akhir atau kecepatan pada saat tertentu, yaitu
vt v0 at
vt v0 at (GLBB dipercepat)
vt v0 at (GLBB diperlambat)
Persamaan ini merupakan persamaaan yang menyatakan hubungan antara
kecepatan (v) dan besar percepatan (a) terhadap waktu (s).
Keterangan :
v0 = kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
t = waktu (s)
Jika benda melakukan GLBB dipercepat dari keadaan bergerak (kecepatan
awal=v0 0 maka grafik v-t condong ke atas melalui titik potong pada sumbu v,
yaitu (0, v0). Sedangkan pada GLBB diperlambat, bentuk kurva linear ke bawah.
Hal ini mengandung arti bahwa seiring pertambahan waktu, besar kecepatan
benda semakin berkurang secara teratur. Pengurangan kecepatan ini karena
pengaruh perlambatan.
Pada grafik kecepatan (v) dan waktu (s) hasil percobaan kami, hasilnya
yaitu benda melakukan percepatan (positif). Hal ini bisa dilihat dari kecepatan
benda semakin bertambah secara teratur seiring dengan bertambahnya waktu dan
grafik v-t membentuk garis lurus condong ke atas melalui titik potong pada sumbu
v, yaitu (0, v0). Misal, pada data 1 yaitu pada selang waktu antara 2-4 detik terjadi
peningkatan kecepatan dari 28-34,5 m/s. Hal ini sesuai dengan dasar teori dan
rumus yang telah dipaparkan diatas.
Percepatan (a) dan Waktu (t)
Diagram Percepatan (m/s2) dan Waktu
a
6.5
6
Percepatan (m/s2)
5.5 Data 1
5 Data 2
4.5 Data 3
4 Data 4
3.5
Data 5
3
2.5
0 1 2 3 4 5
Waktu (s)
ght 2
I {( 2 ) 1}mr 2
2s
9,8.0,1.2,52
I 10,005.(0,0082) 2
2
2(1)
I 3.0625 13.362.10 7
I 6,9.10 7 kg / m 2
b. Momen inersia (I) bola kecil pada waktu t=2,5s
ght 2
I {( 2 ) 1}mr 2
2s
9,8.0,1.2,52
I 10,001.(0,0052) 2
2
2(1)
I 3.0625 12,704.10 8
I 5,6.10 8 kg / m 2
8E-07 Data 1
7E-07
Data 2
6E-07
5E-07 Data 3
4E-07 Data 4
3E-07
2E-07 Data 5
0.0000001 Data 6
0
0 0.002 0.004 0.006
Massa (kg)
Dari perhitungan momen inersia yang telah kami lakukan dan grafik yang
menunjukkan besar nilai massa masing-masing bola kecil dan bola besar serta
besar nilai momen inersia, dapat diamati bahwa pada setiap percobaan terdapat
perbedaan yang tidak terlalu besar. Hal itu terjadi, karena pada perhitungan, angka
yang digunakan merupakan angka sesungguhnya tanpa adanya pembulatan.
Sedangkan angka-angka yang digunakan untuk membuat grafik adalah angka
yang digunakan telah dibulatkan supaya mudah dibaca sehingga angka yang
ditunjukkan dapat sedikit berbeda dengan perhitungan yang telah dilakukan.
Sehingga besar nilai momen inersia dari masing-masing bola (kecil dan besar) dan
grafik terdapat sedikit perbedaan. Pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa
semakin besar massa kelereng maka semakin besar pula momen inersianya. Hal
ini sesuai dengan persamaan momen inersia yaitu
I = mr2
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat diamati bahwa variasi
massa berpengaruh pada momen inersia. Momen inersia tidak hanya dipengaruhi
oleh massa benda, momen inersia juga dipengaruhi oleh jari-jari massa benda,
gaya-gaya yang bekerja pada benda sesuai teori Hukum Newton II, bola
(kelereng) ternyata memiliki percepatan tangensial sehingga menyebabkan massa
benda berpengaruh pada perhitungan momen inersia.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diamati faktor yang
mempengaruhi perbedaan momen inersia. Dari hasil grafik dapat diketahui
variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai momen inersia. Pada
percobaan ini khususnya, yang mempengaruhi adalah massa benda, jari-jari
benda. Namun ada juga pengaruh dari luar diantaranya percepatan gravitasi,
percepatan tangensial dan kedataran bidang miring.
Momen Inersia (I) dan Jari-jari (r)
8E-07
7E-07 Data 1
6E-07 Data 2
5E-07
Data 3
4E-07
3E-07 Data 4
2E-07 Data 5
0.0000001 Data 6
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01
Jari-jari (m)
Dari perhitungan momen inersia yang telah kami lakukan dan grafik yang
menunjukkan besar nilai jari jari masing-masing bola kecil dan bola besar serta
besar nilai momen inersia, dapat diamati bahwa pada setiap percobaan terdapat
perbedaan yang tidak terlalu besar. Hal itu terjadi, karena pada perhitungan, angka
yang digunakan merupakan angka sesungguhnya tanpa adanya pembulatan.
Sedangkan angka-angka yang digunakan untuk membuat grafik adalah angka
yang digunakan telah dibulatkan supaya mudah dibaca sehingga angka yang
ditunjukkan dapat sedikit berbeda dengan perhitungan yang telah dilakukan.
Sehingga besar nilai momen inersia dari masing-masing bola (kecil dan besar) dan
grafik terdapat sedikit perbedaan. Pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa
semakin besar jari-jari kelereng maka semakin besar pula momen inersianya. Hal
ini sesuai dengan persamaan momen inersia yaitu
I = mr2
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat diamati bahwa variasi jari-
jari berpengaruh pada momen inersia. Momen inersia tidak hanya dipengaruhi
oleh jari-jari benda, momen inersia juga dipengaruhi oleh massa benda, gaya-
gaya yang bekerja pada benda sesuai teori Hukum Newton II, bola (kelereng)
ternyata memiliki percepatan tangensial sehingga menyebabkan jari-jari benda
berpengaruh pada perhitungan momen inersia.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diamati faktor yang
mempengaruhi perbedaan momen inersia. Dari hasil grafik dapat diketahui
variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai momen inersia. Pada
percobaan ini khususnya, yang mempengaruhi adalah massa benda, jari-jari
benda. Namun ada juga pengaruh dari luar diantaranya percepatan gravitasi,
percepatan tangensial dan kedataran bidang miring.
Pada contoh pengukuran di atas, cara membaca mikrometer sekrup tersebut yaitu :
Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi thimble telah melewati
angka “5” di bagian atas, dan pada bagian bawah garis horizontal telah
melewati 1 strip. 0.5mm. Artinya, pada bagian ini didapat hasil
pengukuran 5 + 0.5 mm = 5.5 mm. Pengukuran juga dapat dilakukan
dengan prinsip bahwa setiap 1 strip menandakan jarak 0.5mm.
Dikarenakan terlewati 5 strip di atas garis horizontal dan 6 strip di bawah
garis horizontal, maka total jarak adalah (5+6) x 0.5mm = 5.5mm
Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit
dengan angka 28 di skala nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan
tambahan panjang 0.28mm
Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh ini adalah
5.5 + 0.28 = 5.78mm. Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.
Fungsi Mikrometer Sekrup:
Mikrometer sekrup pada umumnya digunakan untuk mengukur diameter
atau ketebalan suatu benda yang ukurannya kecil. Seperti dijelaskan sebelumnya,
alat ini memiliki kepresisian 10x lipat dari jangka sorong sehingga dapat
mengukur benda yang lebih kecil tepatnya pada ketelitian 0,01 mm.
Penggunaan alat ini untuk mengukur panjang benda kurang umum
digunakan, karena umumnya panjang benda masih dapat diukur dengan baik di
tingkat kepresisian 1 mm dan 0,1 mm, dimana masing-masing tingkat kepresisian
dimiliki oleh penggaris dan jangka sorong.
Berikut hasil perhitungan dari percobaan kami menggunakan mikrometer sekrup.
Pengukuran Diameter Kelereng Menggunakan Mikrometer Sekrup
= 15 mm + (40 0,01) mm
= 15 mm + 0,4 mm
= 15,4 mm
= 0,0154 m
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Suatu benda melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika
percepatannya selalu konstan. Dimana percepatan merupakan besaran vektor
(besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan
arah percepatan selalu konstan setiap saat. Karena arah percepatan benda selalu
konstan maka benda pasti bergerak pada lintasan lurus. Arah percepatan
konstan=arah kecepatan konstan=arah gerakan benda konstan=arah gerakan benda
tidak berubah=benda bergerak lurus. Besar percepatan konstan bisa berarti
kelajuan bertambah secara konstan atau kelajuan berkurang secara konstan. Kata
percepatan digunakan ketika arah kecepatan=arah percepatan, sedangkan kata
perlambatan digunakan ketika arah kecepatan dan percepatan berlawanan.
Momen inersia adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk
mempertahankan posisinya dari gerak rotasi atau dapat juga diartikan sebagai
ukuran kelembaman benda yang berotasi atau berputar pada sumbunya. Besar
momen inersia suatu benda berbeda dengan benda lainnya. Hal ini bergantung
pada letak sumbu putarnya. Besarnya momen inersia berbendingt lurus dengan
massa dan kuadrat jarak benda terhadap sumbu putarnya. Untuk benda-benda tak
beraturan, momen inersia dicari menggunakan rumus integral.
Prinsip Hukum Newton II digunakan pada percobaan ini. Hukum Newton
II berbunyi bahwa besar gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus
dengan massa dan percepatannya. Dari persamaan Hukum Newton II untuk gerak
rotasi didapatkan besar momen inersia. Demikian hubungan Hukum Newton II
yang bekerja pada gerak rotasi.
Mengukur dapat diartikan membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain sejenis yang dipakai sebagai satuan. Setiap alat ukur memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda-beda. Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk
mengukur diameter suatu benda. Ketelitian jangka sorong adalah 0,015 mm.
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan suatu
benda. Ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,01 mm
5.2 Saran
Kami sebagi penyusun berharap laporan ini sebagai acuan dan pedoman
bagi praktikan-praktikan selanjutnya. Untuk itu, dalam percobaan, pengamatan,
perhitungan, dalam percobaan ini harus lebih teliti dalam mengukurhasil
percobaan, cekatan dalam menghitung agar tidak terjadi kesalahan
DAFTAR PUSTAKA