Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
“GLBB, Momen Inersia, Kalibrasi Alat Ukur”

Dosen Pembimbing
Ismi Choirotin, ST., MT., MSc

Disusun Oleh:

Agintha Sylvia (21801061083)


Dewi Anjar Setyowati (21801061088)
Febi Lia Nora (21801061101)
Muhamad Ridwan (21801061091)
Nurwatul Jannah (21801061103)
Septi Dian Astuti Anggraeni (21801061094)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Disusun Oleh:

Agintha Sylvia (21801061083)


Dewi Anjar Setyowati (21801061088)
Febi Lia Nora (21801061101)
Muhamad Ridwan (21801061091)
Nurwatul Jannah (21801061103)
Septi Dian Astuti Anggraeni (21801061094)

Menyetujui Dosen Pembimbing Praktikum

Ismi Choirotin, ST., MT., MSc


NIDN.
0718048302
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerak adalah perubahan kedudukan atau tempat suatu benda terhadap titik
acuan atau titik asal tertentu. Apabila suatu benda kedudukannya berubah setiap
saat pada titik acuan, maka benda tersebut dikatakan sedang bergerak. Jenis gerak
dari suatu benda ditentukan oleh bentuk lintasan. Lintasan adalah titik benda
sewaktu bergerak. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari hari tidak lepas dari
peristiwa GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan) dan seolah-olah tidak
menanggapinya secara seksama karena tidak adanya kepentingan maupun
keuntungan. Dalam kehidupan sehari hari juga sering melihat atau menemui
benda yang mengalami peristiwa tersebut.
Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor (besaran
yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan arah
percepatan selalu konstan setiap saat. Walaupun besar percepatan suatu benda
selalu konstan tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda
tidak konstan. Demikian juga sebaliknya jika arah percepatan suatu benda selalu
konstan tetapi besar percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak
konstan (Douglas, 2001).
Setiap benda pasti memiliki titik pusat massa yang merupakan tempat
dimana massa benda bertumpu. Dengan pengertian diatas maka dapat dipastikan
bahwa setiap benda pasti memiliki momen inersia yang besarnya bergantung dari
kuadrat jarak benda dari pusat massa ke sumbu putar dan besarnya massa benda
tersebut. Tetapi, pusat massa setiap benda tidaklah sama. Hal inilah yang
menyebabkan besar momen inersia setiap benda berbeda dengan benda lainnya.
Momen inersia merupakan sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk
mempertahankan posisinya dari gerak rotasi (Riani, 2008).
Contoh-contoh penerapan dari momen inersia adalah pemain ski es yang
berputar di ujung sepatu luncurnya, tongkat golf yang hendak diayunkan, pesawat
atwood dan lain-lain. Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara tegangan, energi potensial, dan energi kinetik
dengan alat dua benda dan dua pemberat yang memiliki massa yang berbeda dan
dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Prinsip momen inersia sangat
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada benda yang
bergerak rotasi.
Suatu alat ukur atau mesin perkakas rentan terdapat ketidakakurasian yang
dihasilkan misalkan suatu mesin atau alat ukur digunakan dalam jangka waktu
yang lama dan berulang-ulang dapat berakibat pada hasil proses pemakanannya.
Penyimpangan yang terjadi pada hasil proses pemakaian sangat berpengaruh pada
kualitas benda kerja. Sehingga pada suatu mesin atau alat ukur perlu dilakukan
suatu perawatan atau Maintenance salah satu proses perawatan atau Maintenance
yaitu proses kalibrasi.
Kalibrasi (calibration) dalam sistem pengukuran dapat digolongkan
sebagai proses pengukuran sekunder atau tidak langsung dalam artian pengukuran
kalibrasi adalah proses mengukur suatu besaran dimana besarnya besaran yang
terukur tidak dapat langsung terbaca. Sedangkan dalam dunia instrumentasi
(perangkat ukur) kalibrasi perangkat ukur didefinisikan sebagai prosedur standar
untuk menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai
spesifikasinya (Aklis. N, 2003). Proses kalibrasi mencangkup tahap-tahap sebagai
beikut :
a. Verifikasi : upaya penunjukkan kebenaran
b. Validasi : suatu upaya untuk menunjukkan suatu kesempurnaan
c. Maintenance : mempertahankan kualitas dari aspek verifikasi dan
validasi
d. Standar kalibrasi : suatu acuan yang dipakai untuk mengkalibrasi suatu
alat atau mesin dengan satuan tertentu
Prosedur kalibrasi menurut metodenya ada beberapa macam (Holman.J.P, 1985)
yakni :
a) Standar Primer : membandingkan dengan standar primer yang sudah
ada. Misalkan untuk pengukuran jarak dibandingkan dengan standar ukuran
jarak yang disimpan di National Bureau of Standart.
b) Standar Sekunder : membandingkan dengan sebuah alat yang
mempunyai ketelitian yang lebih tinggi. Misalnya kalibrasi alat ukur dengan
jangka sorong atau mikrometer sekrup.
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 GLBB
a. Menyelidiki jenis gerak suatu benda.
b. Untuk memahami gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
c. Untuk menentukan besar jarak dan kecepatan suatu benda
d. Untuk menentukan besar percepatan dari kecepatan rata-rata
e. Untuk mengetahui hubungan antara jarak (s) dan waktu tempuh (t)
benda yang melakukan gerak lurus berubah braturan (GLBB)
f. Untuk mengetahui hubungan antara kecepatan (v) dan waktu tempuh (t)
benda yang melakukan gerak lurus berubah braturan (GLBB)
g. Untuk mengetahui hubungan antara percepatan (a) dan waktu tempuh
(t) benda yang melakukan gerak lurus berubah braturan (GLBB)
1.2.2 Momen Inersia
a. Memahami konsep momen inersia
b. Menentukan momen inersia bola pejal
c. Untuk mengetahui penggunaan Hukum Newton II pada gerak rotasi
d. Untuk menentukan momen inersia sistem benda yang berwujud bola
(kelereng)
1.2.3 Kalibrasi Alat Ukur
a. Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk pengukuran
b. Mengetahui cara-cara menggunakan kalibrasi alat ukur
c. Menentukan besaran ukuran pada kelereng, balok, dan tabung
Manfaat :
a. Menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan, khususnya Fisika.
b. Dapat mengetahui GLBB dikehidupan sehari hari.
c. Dapat mengetahui momen inersia dikehidupan sehari hari.
d. Dapat menghitung momen inersia.
e. Dapat mengetahui alat ukur jangka sorong, baik dari bentuk dan fungsi
dari bagian-bagiannya, prinsip kerja, kalibrasi, dan prosedur
pengukuran hingga pembacaan hasil pengukurannya
f. Dapat mengukur panjang, lebar, tebal, ataupun kedalaman suatu
benda/zat.
g. Dapat mengukur ketebalan suatu benda yang sangat tipis seperti
lempeng baja, alumunium bahkan kertas.
h. Dapat mengukur diameter luar suatu benda yang sangat kecil seperti
diameter bantalan peluru, kabel, kawat, dan sebagainya.
i. Dapat mengukur garis tengah lubang pada suatu benda yang cukup
kecil
j. Dapat mengukur kedalaman suatu lubang uang cukup kecil seperti
lubang pada pipa dan sebagainya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Gerak Lurus Berubah Beraturan
GLBB adalah gerak suatu benda pada lintasan lurus dengan percepatan
linier tetap dengan kecepatan (percepatan positif), maka kecepatannya semakin
lama semakin cepat yang disebut dengan GLBB dipercepat (cahyani, 2018).
GLBB mempunyai ciri yaitu gerak tiap selang waktunya berubah ubah secara
beruntun, kecepatannya berubah secara beraturan, percepatannya tetap, Grafik v-
vs-t miring ke atas atau kebawah, Adapun ciri utama dari GLBB ini yaitu bahwa
dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat
(Cahyani, 2018).

Gerak suatu benda pada lintasan lurus dengan percepatan linier tetap
dengan kecepatan (percepatan positif), maka kecepatannya semakin lama semakin
cepat yang disebut dengan GLBB dipercepat (Cahyani, 2018). GLBB jika
dipercepat selalu konstan. Percepatan besaran vector (besaran yang mempunyai
besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan arah percepatan selalu
konstan setiap saat. Walaupun besar percepatan suatu benda selalu konstan tetapi
arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak konstan. Dan
sebaliknya jika arah percepatan suatu benda selalu konstan tetapi besar percepatan
selalu berubah maka benda tidak konstan (Tippler, 1998).

Apabila percepatan berlawanan arah maka kecepatannya semakin lama


semakin lambat dan akhirnya berhenti yang disebut GLBB diperlambat (cahyani,
2018). GLBB ini benda mengalami perlambatan tetap, perlambatan tetap tersebut
juga berarti bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lambat
hingga akhirnya berhenti. Dalam hal disebut sebagai percepatan, hanya saja
bernilai negatif. Jadi perlambatan sama dengan percepatan negatif. Adapun contoh
gerak diperlambat adalah benda yang dilemparkan ke atas (Sri, 2006).
Rumus yang digunakan adalah :
Percepatan

𝑉1 −𝑉2
a= 2

V1 : kecepatan awal (m/s)


V2 : kecepatan akhir (m/s)
a : percepatan (m/s2)
Benda yang bergerak dengan percepatan tetap menunjukkan kecepatan
benda tersebut bertambah secara beraturan. Oleh karena itu, jika diketahui
kecepatan awal dan kecepatan akhir, maka kecepatan rata-rata benda sama dengan
separuh dari jumlah kecepatan awal dan kecepatan akhir.
2.1.2 Momen Inersia
Banyak benda benda disekitar kita yang jarang kita amati di dunia ini,
salah satunya adalah benda tegar. Benda tegar yaitu benda dengan bentuk tertentu
yang tidak berubah, sehingga pratikel partikel pembentuknya berada pada posisi
yang tetap relatif satu sama lain (Sutrisno. 2007). Dari benda benda tegar tersebut
kita sering melihat benda benda tersebut berotasi, seperti ban pada mobil, kincir
angin, cd yang diputar dll. Benda tegar yang berotasi terdiri dari massa yang
bergerak, sehingga memiliki energi kinetik. Kita dapat menyatakan energi kinetik
ini dalam bentuk kecepatan sudut benda dan sebuah besaran baru yang disebut
momen inersia (Young & Freedman. 2001)
Momen inersia adalah besaran yang menunjukan ukuran kelembaman
pada saat benda melakukan gerak rotasi. Besarnya momen inersia suatu benda
merupakan hasil kali antara massa benda (m) kuadrat jarak (r2) ke sumbu
putarnya. (Umar, 2008: 149)
Dari pengertian diatas, maka besarnya momen inersia dapat dirumuskan sebagai
berikut :
I= mr2
Dengan I adalah momen inersia, m adalah masa benda dan r adalah jarak benda
dari sumbu putar (Lubis Riani, Diktat Kuliah Fisika Dasar 1 UNIKOM, 2008,hal
80-81).
Momen inersia dapat dimiliki oleh setiap benda, manusiapun memiliki
momen inersia tertentu. Besarnya momen inersia bergantung pada berbagai
bentuk benda, pusat rotasi, jari-jari rotasi, dan massa benda. Pada penentuan
momen inersia bentuk tertentu seperti bola silinder pejal, plat segi empat, atau
bentuk yang lain cenderung lebih mudah dari pada momen inersia benda yang
memiliki bentuk yang tidak beraturan. Bentuk yang tidak beraturan ini tidak bisa
dihitung jari-jarinya, sehingga terdapat istilah jari-jari girasi. Jari-jari girasi ini
adalah jari-jari dari benda yang bentuknya tak beraturan dihitung dari pusat
rotasinya. Jari-jari girasi inilah yang membantu pada proses perhitungan jari
momen inersia benda, tetapi pada setiap sisi benda yang tidak beraturan ini yang
menyebabkan momen inersia yang tidak beraturan sulit untuk dihitung
(Giancolli, 2000, hal 226)
Benda tegar yang berotasi terdiri dari massa yang bergerak, sehingga
memiliki energi kinetik. Hal ini dapat dinyatakan energi kinetik ini dalam bentuk
kecepatan sudut benda dan sebuah besaran baru yang disebut momen inersia.
Untuk mengembangkan hubungan ini, misalkan sebuah benda yang terdiri dari
sejumlah besar partikel dengan massa m1, m2, m3,..... pada jarak r1, r2, r3..... dari
sumbu putar. Apabila diberi nama masing-masing partikel dengan subskrip i,
massa partikel ke-i adalah mi, dan jaraknya dari sumbu pular adalah ri. Partikel
tidak harus seluruhnya berada pada satu bidang, sehingga dapat ditunjukkan
bahwa rt adalah jarak tegak lurus dari sumbu terhadap partikel ke-i
Ketika benda tegar berotasi di sekitar sebuah sumbu tetap, laju Vi dari
partikel ke-i diberikan oleh Persamaan v = ri ω, dimana ω adalah laju sudut benda.
Setiap partikel memiliki nilai r yang bcrbeda. Tetapi ω yang sama untuk semua
(kalau tidak, benda tidak akan tegar). Energi kinelik uniuk partikel ke-i
dinyatakan sebagai
½ mivi2= ½ miri2ω2

Besaran di dalam kurung , di dapat dengan mengalikan massa masing-


masing partikel dengan kuadrat jaraknya dari sumbu putar dan menambahkan
hasilnya, dinyatakan dengan I dan disebut sebagai momen inersia. Sehingga
momen inersia dapat di nyatakan sebagai Besaran di dalam kurung, di dapat
dengan mengalikan massa masing-masing partikel dengan kuadrat jaraknya dari
sumbu putar dan menambahkan hasilnya, dinyatakan dengan I dan disebut sebagai
momen inersia. Sehingga momen inersia dapat di nyatakan sebagai
I = m1r12 + m2r22 + …=∑𝑖 𝑚iri2 (Sears, Zemansky, 1962, 293-294)
Bila bola menggelinding menuruni bidang miring sejauh s maka berlaku hokum
kekekalan energy mekanik :
Mgh=1/2 mv2 + Iw2 (1)
Karena w=v/r maka persamaan (1) dapat ditiliskan:
M g h = ½ mv2 + ½ Iv2/r2
2 m g h = mv2 (1 + I/mr2)
Atau dapat juga dituliskan :
V2 = 2gh/(1 + I/mr2) (2)
Dengan :
V = kecepatan linier benda
I = momen inersia
R = jari-jari bola/silinder
Jika bola tersebut melakukan gerak lurus berubah beraturan dengan
percepatan a maka berlaku:
v = a t ; s = ½ a t2
atau
2
v =2as (3)
Dengan v = kecepatan bpla setelah menempuhh jarak s. penggabungan persamaan
(2) dan (3) menghasilkan :
2 a s = 2gh/(1 + I/mr2)
Atau
a = g(h/s) / (1 + I/mr2) (4)
2
Karena a = 2s/t maka persamaan (4) dapat dituliskan :
I = { (ght2/2s2) – 1} mr2 (5)
(Cahyani, 2018)

2.1.3 Kalibrasi Alat Ukur


2.1.3.1 Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat
ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar
sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier caliper. Jangka sorong merupakan
salah satu alat ukur panjang. Pada umumnya jangka sorong digunakan untuk
mengukur diameter dalam dan diameter luar suatu benda. Jangka sorong terdiri
dari dua bagian utama yaitu bagian yang tetap (rahang tetap) dan bagian yang
dapat digeser-geser (rahang dorong) (Serway, 2009).
Jangka sorong juga terdiri atas dua skala yaitu skala utama dan sklala
nonius. Ketelitian dari jangka sorong sebesar 0,05 mm dengan skala terkecil 0,1
mm (Tripler, 1998)
Bagian jangka sorong:
a) Jepitan luar atau gigi luar
Merupakan bagian yang berfungsi untuk mengukur suatu diameter internal
atau eksternal pada suatu benda tersebut dengan cara diapit oleh jepitan luar
atau gigi luar
b) Jepitan dalam atau gigi dalam
Merupakan bagian yang berfungsi untuk mengukur suatu diameter internal
atau eksternal pada suatu benda tersebut dengan cara diapit oleh jepitan dalam
atau gigi dalam
c) Skala vernier
Merupakan bagian yang guna mendapatkan pengukuran akurat untuk lebar
suatu objek, alat ini menunjukkan skala vernier, memungkinkan akurat ukuran
0,1 mm.
d) Pengukuran kedalaman
Merupakan bagian yang berfungsi mengukur suatu lubang atau celah suatu
benda dengan cara memancapkan bagian pengukur. Bagian ini terletak
didalam pemegang.
e) Skala biasa
f) Objek yang diukur
Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka
sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama, jangka sorong
dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam
pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian jangka sorong. Skala utama adalah yang
berhimpitan atau skala yang terdekat didepan titik nol skala nonius. Skala nonius
adalah skala yang tepat berhimpitan dengan skala utama, dan skala terkecil
biasanya sudah tertera pada jangka sorong. Cara membaca hasil pengukuran
dengan menggunakan jangka sorong:
Hasil pengukuran = Skala Utama × 1mm + Skala Nonius × 0,05 mm
Keterangan :
Skala Utama (lihat pada angka di skala utama sebelum angka 0 di skala nonius)
Skala Nonius(lihat garis di skala nonius yang berhimpit dengan skala utama)
2.1.3.2 Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran panjang yang cukup
presisi. Mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian hingga 0.01 mm.
Penggunaan mikrometer sekrup biasanya untuk mengukur diameter benda
melingkar yang kecil seperti kawat atau kabel. Bagian-bagian pada mikrometer
sekrup diantaranya :
1. Bingkai (Frame)
Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan panas
serta dimuat agak tebal dan kuat. Tujuannya untuk meminimalkan
peregangan dan pengerutan yang mengganggu pengukuran. Selain itu,
bingkai ini dilapisi plastik untuk meminimalkan transfer panas dari tangan
ketika memegang bingkai cukup lama yang menyebabkan bingkai memanas
sampai 10 derajat, maka setiap 10 cm baja akan memanjang 1/100mm.
2. Landasan (Anvil)
Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda diletakkan diantara
anvil dan spindle.
3. Spindle (gelendong)
Spindle ini merupakan silinder yang dapat digerakkan menuju landasan.
4. Pengunci (lock)
Pengunci ini berfungsi untuk menahan spindle agar tidak bergerak ketika
mengukur benda.
5. Sleeve
Tempat skala utama
6. Thimble
Tempat skala nonius berada.
7. Ratchet Knob
Untuk memajukan dan memundurkan spindel agar sisi benda yang akan
diukur tepat beada diantara spindle dan anvil
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda.
Mikrometer sekrup mempunyai 2 skala yaitu skala utama dan skala nonius (skala
putar). Skala panjang pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan pada
poros ulir merupakan skala nonius. Skala utama mikrometer sekrup mempunyai
skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian
pada skala nonius mempunyai nilai 1/50×0,5 mm atau 0,01 mm. Cara membaca
hasil pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup
Hasil Pengukuran = Skala Utama × Skala Nonius × 0,01 mm(Serway, 2009).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


3.1.1 Alat
1. Papan luncur : 2 buah
2. Stopwatch : 1 buah
3. Spidol/pensil : 1 buah
4. Kertas : 1 buah
5. Lem : 1 buah
3.1.2 Bahan
1. Kelereng : 1 buah
3.1.3 Langkah Kerja

Papan luncur dipasang secara miring kemudian letakkan


kelereng yang sudah ditempel kertas disisi samping papan.

Kelereng dilepaskan dan dibiarkan bergerak turun disepanjang


papan luncur

Setiap 2 dan 4 detik jarak kelereng ditandai dengan spidol pada


kertas papan

Diulangi 5 kali percobaan pada kelereng yang sama dan diukur


jarak setiap tanda yang dihasilkan.

Dicatat dan dihitung hasil pengamatan jarak kelereng dari


masing-masing percobaan.

h’
s’
(Gambar. 1)
Keterangan:
s = Panjang lintasan (200 cm)
h = Tinggi awal lintasan (12 cm)
h’ = Tinggi akhir lintasan (4 cm)
s’ = Panjang mendatar (202 cm)

3.2 Momen Inersia


3.2.1 Alat
1. Papan luncur : 1 buah
2. Meteran(rol) : 1 buah
3. Mikrometer sekrup : 1 buah
4. Stopwatch : 1 buah
5. Timbangan digital : 1 buah
3.2.2 Bahan
1. Bola pejal atau kelereng kecil : 1 buah
2. Bola pejal atau kelereng besar : 1 buah
Langkah Kerja

Jari jari bola atau kelerang diukur menggunakan micrometer


sekrup, lalu ditimbang menggunakan neraca

Kelereng kecil dan besar diletakkan bergantian diatas papan


luncur dan sebelum kelereng dilepas, diukur(ditetapkan) nilai h
dan s papan lucur

Tepat saat bola dilepaskan secara serentak dihidupkan(ditekan)


stopwatch dan ketika sampai pada ujung s papan luncur,
stopwatch dimatikan

Langkah (2) dan (3) untuk kelereng kecil dan besar diulangi
beberapa kali (minimal 3 kali)

Dari data pengukuran yang diperoleh, ditentukan momen inersia


bola atau kelereng dengan menggunakan persamaan yang sudah
ditentukan rumusnya.
1
2

h’
s’

Keterangan:
s = Panjang lintasan (200 cm)
h = Tinggi awal lintasan (12 cm)
h’ = Tinggi akhir lintasan (4 cm)
s’ = Panjang mendatar (202 cm)

3.3 Kalibrasi Alat Ukur


3.3.1 Jangka Sorong
3.3.1.1 Alat
1. Jangka Sorong : 1 buah
3.3.1.2 Bahan
1. Balok : 1 buah
2. Tabung : 1 buah
3.3.1.3 Langkah Kerja
Kalibrasi Jangka Sorong
 Kalibrasi Jangka Sorong

Dibersihkan jangka sorong dari kotoran

Dilonggarkan baut pengunci jangka sorong

Digeser rahang kaliper dan rahang geser sehingga


saling berhimpitan

Dilakukan pembacaan kalibrasi dengan cara:


- Strip Angka NOL (0) awal pada Skala Geser tepat
segaris strip Angka NOL pada Skala Utama
- Strip Angka NOL (0) akhir pada Skala Geser tepat
segaris salah satu pada Skala Utama
-
 Mengukur Diameter Luar Tabung

Digeser rahang jangka sorong ke kanan

Diletakkan tabung yang akan diukur diantara kedua


rahang

Digeser rahang kaliper dan rahang geser sehingga tabung


terjepit oleh kedua rahang

Dibaca dan dicatat hasil pengukuran

 Mengukur Diameter Dalam Tabung

Digeser rahang jangka sorong kekanan

Diletakkan tabung yang akan diukur sehingga kedua


rahang masuk kedalam tabung

Digeser rahang kaliper dan rahang geser sehingga kedua


rahang menyentuh kedua dinding dalam tabung

Dibaca dan dicatat hasil pengukuran

 Mengukur Lebar Balok

Digeser rahang jangka sorong kekanan


Diletakkan balok yang akan diukur diantara kedua rahang

Digeser rahang kekiri sehingga balok terjepit oleh kedua


rahang

Dibaca dan dicatat hasil pengukuran

3.3.2 Mikrometer Sekrup


3.3.2.1 Alat
1. Mikrometer Sekrup : 1 buah
3.3.2.2 Bahan
1. Kelereng : 1 buah
3.3.2.3 Langkah Kerja
 Kalibrasi Mikrometer Sekrup

Dipastikan pengunci dalam keadaan terbuka

Angka nol pada Skala putar diharuskan tepat pada


sumbu skala utama

Apabila angka nol pada skala putar belum tepat pada


sumbu utama dikalibrasi dengan cara memutar lubang
yang ada dibagian skala utama dan pada bagian dekat
rapid drive (gigi pemutar) pada micrometer sekrup
menggunakan alat pemutar

 Mengukur Diameter Kelereng

Dipastikan pengunci dalam keadaan terbuka


Dibuka rahang dengan menggerakkan pemutar kearah kiri

Diletakkan kelereng diantara poros tetap dan poros geser


lalu ditutup kembali rahang hingga menjepit kelereng

Dibaca dan dicatat hasil pengukuran


BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


4.1.1 Data dan Pengolahan Data
Panjang Lintasan : 200 cm
Tinggi Awal Lintasan : 12 cm
Tinggi Akhir Lintasan : 4 cm
Panjang Mendatar : 202 cm
NO. Jarak (cm) Waktu (s) v 2  v1
a
2S 4S V2 V1 2
1 56 138 28 34,5 3,25
2 54 156 27 39 6
3 58 148 29 37 4
4 53 148 26,5 37 5,25
5 57 149 28,5 37,25 4,375
Ket :
s
Kecepatan : v v t
(m/s)
Jarak : s (cm)
Waktu : t (s)
v 2  v1
Kecepatan : a a (m/s2)
2
4.1.2 Pembahasan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Pada praktikum yang sudah kami lakukan ini membahas mengenai gerak
lurus berubah beraturan (GLBB). Tujuan praktikum ini secara umum untuk
menyelidiki jenis gerak suatu benda, memahami gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dan tujuan secara khusus untuk menentukan besar jarak dan kecepatan
suatu benda, menentukan besar percepatan dari kecepatan rata-rata, mengetahui
hubungan antara jarak (s), kecepatan (v), dan percepatan (a) terhadap waktu
tempuh (t) benda yang melakukan gerak lurus berubah braturan (GLBB).
Percobaan ini kami lakukan di Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Malang.
Sebuah benda dikatakan bergerak jika posisi benda tersebut mengalami
perubahan terhadap benda lain di sekelilingnya. Jadi, gerak adalah perubahan
kedudukan atau posisi sebuah benda terhadap suatu titik acuan tertentu.
Berdasarkan bentuk lintasan, gerak dibedakan menjadi 2:
1. Gerak lurus yaitu gerak yang lintasannya berupa garis lurus
2. Gerak lengkung yaitu gerak yang lintasannya berupa garis lengkung atau
tidak lurus.
Dalam praktikum ini membahas tentang gerak lurus akan tetapi lebih tehadap
pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB) adalah gerak lurus yang kecepatannya berubah secara teratur pada setiap
saat. Sedangkan pada Gerak Lurus Berubah Beraturan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dipercepat yaitu gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) yang kecepatan bertambah secara teratur pada setiap saat.
2. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) diperlambat, yaitu gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) yang kecepatannya berkurang pada setiap saat (Pramono,
2014).
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam lintasan garis
lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah bahwa dari waktu ke
waktu kecepatan benda berubah semakin lama semakin cepat atau lambat.
Sehingga gerakan benda dari waktu ke waktu mengalami percepatan atau
perlambatan (Ruwanto, 2006).
Selanjutnya, kami uraikan mengenai pengaruh jarak (s), kecepatan (v) dan
percepatan (a) terhadap waktu suatu benda pada GLBB.
 Jarak (s) dan Waktu (t)
Diagram Jarak (m) dan Waktu (s)
165 s

145 Data 1
125 Data 2
Jarak (cm)

105 Data 3
85 Data 4

65 Data 5

45
0 1 2 3 4 5
Waktu (s)
Diagram 1. Hubungan jarak (s) dan waktu (t) t
Benda dikatakan bergerak jika benda tersebut berubah kedudukan terhadap
suatu titik acuan. Benda yang dikatakan bergerak akan melalui suatu lintasan
dengan panjang tertentu dalam waktu tertentu. Panjang total lintasan yang dilalui
disebut jarak, sedangkan besar perubahan posisi benda dari posisi awal ke posisi
akhir disebut perpindahan. Jarak adalah besaran skalar, sedangkan perpindahan
adalah besaran vektor (Serway, 2009).
Grafik jarak terhadap waktu pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
dinamakan grafik fungsi kuadrat yang berbentuk parabola. Pada GLBB persamaan
jarak diperoleh dengan menghitung luas area kurva seperti dibawah ini :
Jarak = Luas area di bawah kurva
 v  vt 
s 0 t
 2 
 v  v o  at 
s o t
 2 
 at 
s   v 0  t
 2
1
s  v 0 t  at 2 (GLBB dipercepat )
2
1 2
s  v 0 t  at (GLBB diperlamba t)
2
Dari persmaan diatas, jarak (s) adalah fungsi kuadrat dari waktu (t). Dengan
demikian, pada fungsi kuadrat, grafik fungsi kuadrat berbentuk parabola. Untuk
nilai percepatan positif (a>0), grafik s-t berbentuk parabola terbuka ke atas, ini
menunjukkan bahwa seiring bertambahnya waktu, jarak yang ditempuh benda
akan semakin bertambah besar sehingga benda mengalami percepatan dan
apabila percepatan bernilai negatif (a<0), menunujukkan bahwa seiring
bertambahnya waktu, jarak yang ditempuh benda akan semakin menurun sehingga
benda mengalami perlambatan, grafik s-t akan berbentuk parabola ke bawah.
Pada grafik jarak dan waktu hasil praktikum kami mengalami percepatan
positif (a>0) namun tidak berbentuk parabola ke atas, melainkan hanya
membentuk garis lurus ke atas. Misalnya, pada data 1 yakn I dengan selang
waktu antara 2-4 detik, jarak yang dihasilkan 56-138 cm. Hal ini tidak sesuai
dengan dasar teori atau rumus yang telah disebutkan diatas. Ada beberapa faktor
yang memungkinkan terjadinya kesalahan pada grafik tersebut yaitu kesalahan
pengukuran oleh praktikan, alat (bidang miring) yang digunakan tidak memadai,
dan kurangnya pengalaman yang dimiliki praktikan.dalam praktikum ini. Jadi,
seharusnya grafik yang sesuai pada GLBB yang mengalami percepatan positif
(a>0) adalah membentuk garis lengkung (parabola) terbuka ke atas.
Kecepatan
0 (v) dan Waktu (t)

Diagram Kecepatan (m/s) dan Waktu (s)


v
41
39
Data 1
Kecepatan (m/s)

37
35 Data 2
33 Data 3
31 Data 4
29 Data 5
27
25
t
00 1 2 3 4 5
Waktu (s)
Diagram 2. Hubungan kecepatan (v) dan waktu (t)
Pada GLBB yang dipercepat kecepatan benda semakin lama semakin
bertambah besar. Sehingga grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) pada GLBB
yang dipercepat berbentuk garis lurus condong ke atas dengan gradien yang tetap.
Untuk GLBB dipercepat bentuk kurva linear ke atas mengindikasikan bahwa
sering bertambahnya waku, kecepatan bertambah besar secara teratur.
Pertambahan kecepatan ini karena ada percepatan. Jika benda melakukan GLBB
yang dipercepat dari keadaan diam (kecepatan awal=v0=0, maka grafik v-t
condong ke atas melalui 0(o,o). Dari persamaan percepatan yang diperoleh
kecepatan akhir atau kecepatan pada saat tertentu, yaitu
vt  v0  at
vt  v0  at (GLBB dipercepat)
vt  v0  at (GLBB diperlambat)
Persamaan ini merupakan persamaaan yang menyatakan hubungan antara
kecepatan (v) dan besar percepatan (a) terhadap waktu (s).
Keterangan :
v0 = kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
t = waktu (s)
Jika benda melakukan GLBB dipercepat dari keadaan bergerak (kecepatan
awal=v0  0 maka grafik v-t condong ke atas melalui titik potong pada sumbu v,
yaitu (0, v0). Sedangkan pada GLBB diperlambat, bentuk kurva linear ke bawah.
Hal ini mengandung arti bahwa seiring pertambahan waktu, besar kecepatan
benda semakin berkurang secara teratur. Pengurangan kecepatan ini karena
pengaruh perlambatan.
Pada grafik kecepatan (v) dan waktu (s) hasil percobaan kami, hasilnya
yaitu benda melakukan percepatan (positif). Hal ini bisa dilihat dari kecepatan
benda semakin bertambah secara teratur seiring dengan bertambahnya waktu dan
grafik v-t membentuk garis lurus condong ke atas melalui titik potong pada sumbu
v, yaitu (0, v0). Misal, pada data 1 yaitu pada selang waktu antara 2-4 detik terjadi
peningkatan kecepatan dari 28-34,5 m/s. Hal ini sesuai dengan dasar teori dan
rumus yang telah dipaparkan diatas.
 Percepatan (a) dan Waktu (t)
Diagram Percepatan (m/s2) dan Waktu
a
6.5
6
Percepatan (m/s2)

5.5 Data 1
5 Data 2
4.5 Data 3
4 Data 4
3.5
Data 5
3
2.5
0 1 2 3 4 5
Waktu (s)

Diagram 3. Hubungan percepatan (a) dan waktu (t)


Percepatan merupakan besaran vector sehingga selain memilikin nilai,
percepatan juga memiliki arah. Pada GLBB dipercepat , kurva berbentuk lurus
horizontal dan berada pada sumbu percepatan (positif) hal ini menunjukkan
bahwa GLBB dipercepat benda mengalami percepatan yang berharga positif (a =
+). Sedangkan pada GLBB diperlambat, kurvanya terletak pada sumbu percepatan
(negatif) yang berarti bahwa pada GLBB diperlambat benda mengalami
percepatan yang berharga negative (a = -) yang disebut perlambatan. Dari definisi
percepatan, maka besar percepatan adalah
v
a
t
v  v0
a t
t 0
t
vt  v 0
a
t
Secara geometri, Benda yang melakukan GLBB memiliki percepatan yang
tetap, sehingga percepatan merupakan kemiringan (gradien) dari kurva kecepatan.
Tampak bahwa kemiringan kurva konstan dan positif sehingga grafik percepatan
terhadap waktu (a-t) berbentuk garis mendatar sejajar dengan sumbu waktu t(s).
Karena vt lebih besar daripada v0 maka a bernilai positif dan benda
dikatakan melakukan GLBB dipercepat. Begitupun sebaliknya, jika vt lebih kecil
daripada v0 maka a bernilai negatif dan benda dikatakan melakukan GLBB
diperlambat.
Pada grafik percepatan (a) dan waktu (s) dari percobaan kami, hasilnya
bahwa kemiringan kurva kecepatan (v) konstan dan positif pada grafik
sebelumnya, sehingga grafik percepatan terhadap waktu (a-t) berbentuk garis
mendatar sejajar dengan sumbu waktu t(s). Misalnya, pada data 1 selang waktu
antara 2-4 detik mengalami percepatan tetap(konstan) sebesar 3,25 m2/s. Hal ini
sesuai dengan dasar teori dan rumus yang telah disebutkan sebelumnya.

4.2 Momen Inersia


4.2.1 Data dan Pengolahan Data
Berat kelereng kecil (bola kecil) = 0,001 kg
Berat kelereng besar (bola besar) = 0,005 kg
Jari-jari kelereng kecil (bola kecil) = ½ 1,04 cm = 0,0052 m
Jari-jari kelereng besar (bola besar) = ½ 1,64 cm = 0,0082 m
s = 100 cm = 1 m
h = 10 cm = 0,1
Jenis benda Percobaan ke- m (kg) r (m) h (m) s (m) t (s)
1 2,6 S
Bola besar 2 0,005 0,0082 0,1 1 2,5 S
3 2,7 S
4 2,5 S
Bola kecil 5 0,001 0,0052 0,1 1 2,8 S
6 2,5 S
Ditanya :
a. momen inersia bola besar pada waktu t=2,6s
b. momen inersia bola kecil pada waktu t=2,5s
Dijawab :
a. Momen inersia (I) bola besar pada waktu t=2,5s

ght 2
I  {( 2 )  1}mr 2
2s
 9,8.0,1.2,52  
I     10,005.(0,0082) 2
 

2
2(1)  
I  3.0625  13.362.10 7
I  6,9.10 7 kg / m 2
b. Momen inersia (I) bola kecil pada waktu t=2,5s

ght 2
I  {( 2 )  1}mr 2
2s
 9,8.0,1.2,52  
I     10,001.(0,0052) 2
 

2
2(1)  
I  3.0625  12,704.10 8
I  5,6.10 8 kg / m 2

Jenis bola Percobaan ke- ght 2


I  {( 2 )  1}mr 2
2s
1 7,810-7
Bola besar 2 6,9 10-7
3 8,710-7
4 5,6 10-8
Bola kecil 5 7,710-8
6 5,6 10-8
4.2.2 Pembahasan Momen Inersia
Percobaan Momen Inersia yang kami lakukan bertujuan untuk
menerapkan penggunaan Hukum Newton II pada gerak rotasi dan menentukan
momen inersia sistem benda berwujud bola (kelereng). Prinsip yang digunakan
dalam percobaan ini adalah Hukum Newton II pada gerak rotasi. Percobaan dalam
menentukan momen inersia ini dilakukan dengan menggunakan kelereng besar
dan kelereng kecil. Percobaan ini menggunakan variasi massa kelereng dan jari-
jari kelereng. Pada percobaan ini, diharuskan sama rata atau datar permukaan
bidang miringnya agar hasil perhitungan menjadi akurat. Pada percobaan ini,
kelereng kecil dan kelereng besar masing-masing diukur terlebih dahulu beratnya
menggunakan timbangan digital dan diukur jari-jarinya menggunkan mikrometer
sekrup. Masing masing variasi massa dan jari jari kelereng diluncurkan dari atas
bidang miring dan dilakukan sebanyak masing-masing tiga kali dan diperoleh data
yaitu waktu dari saat benda dilepaskan hingga menyentuh alas bidang miring.
Inersia adalah kecenderungan suatu benda agar tetap mempertahankan
keadannya (tetap bergerak atau tetap diam) atau dikatakan sebagai kelembaman
suatu benda. Momen atau momen gaya adalah hasil kali antara gaya dengan
lengan momennya. Jadi Momen Inersia adalah ukuran kelembaman/
kecenderungan suatu benda untuk berotasi pada porosnya. Besarnya momen
inersia suatu benda bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
 Massa benda
 Geometri benda (bentuk)
 Letak sumbu putar benda
 Jarak ke sumbu putar benda (lengan momen)
Persamaan Umum dari momen inersia adalah:
I = mr2
Tetapi untuk benda-benda kontinu, perhiotungan pada momen inersia dapat
digantikan oleh sebuah integral, yakni:
I = ∫ 𝑟2 dm
Dengan r adalah jarak elemen massa dm dari sumbu rotasi.
Berikut kami uraikan mengenai hubungan massa benda (m), jari-jari benda
terhadap momen inersia suatu benda.
 Momen Inersia (I) dan Massa (m)

Diagram Momen Inersia (kg/m2) dan Massa (kg)


9E-07
Momen Inersia (kg/m2)

8E-07 Data 1
7E-07
Data 2
6E-07
5E-07 Data 3
4E-07 Data 4
3E-07
2E-07 Data 5
0.0000001 Data 6
0
0 0.002 0.004 0.006
Massa (kg)
Dari perhitungan momen inersia yang telah kami lakukan dan grafik yang
menunjukkan besar nilai massa masing-masing bola kecil dan bola besar serta
besar nilai momen inersia, dapat diamati bahwa pada setiap percobaan terdapat
perbedaan yang tidak terlalu besar. Hal itu terjadi, karena pada perhitungan, angka
yang digunakan merupakan angka sesungguhnya tanpa adanya pembulatan.
Sedangkan angka-angka yang digunakan untuk membuat grafik adalah angka
yang digunakan telah dibulatkan supaya mudah dibaca sehingga angka yang
ditunjukkan dapat sedikit berbeda dengan perhitungan yang telah dilakukan.
Sehingga besar nilai momen inersia dari masing-masing bola (kecil dan besar) dan
grafik terdapat sedikit perbedaan. Pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa
semakin besar massa kelereng maka semakin besar pula momen inersianya. Hal
ini sesuai dengan persamaan momen inersia yaitu
I = mr2
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat diamati bahwa variasi
massa berpengaruh pada momen inersia. Momen inersia tidak hanya dipengaruhi
oleh massa benda, momen inersia juga dipengaruhi oleh jari-jari massa benda,
gaya-gaya yang bekerja pada benda sesuai teori Hukum Newton II, bola
(kelereng) ternyata memiliki percepatan tangensial sehingga menyebabkan massa
benda berpengaruh pada perhitungan momen inersia.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diamati faktor yang
mempengaruhi perbedaan momen inersia. Dari hasil grafik dapat diketahui
variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai momen inersia. Pada
percobaan ini khususnya, yang mempengaruhi adalah massa benda, jari-jari
benda. Namun ada juga pengaruh dari luar diantaranya percepatan gravitasi,
percepatan tangensial dan kedataran bidang miring.
 Momen Inersia (I) dan Jari-jari (r)

Diagram Momen Inersia (kg/m2) dan Jari-jari (m)


9E-07
Momen Inersia (kg/m2

8E-07
7E-07 Data 1
6E-07 Data 2
5E-07
Data 3
4E-07
3E-07 Data 4
2E-07 Data 5
0.0000001 Data 6
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01

Jari-jari (m)

Dari perhitungan momen inersia yang telah kami lakukan dan grafik yang
menunjukkan besar nilai jari jari masing-masing bola kecil dan bola besar serta
besar nilai momen inersia, dapat diamati bahwa pada setiap percobaan terdapat
perbedaan yang tidak terlalu besar. Hal itu terjadi, karena pada perhitungan, angka
yang digunakan merupakan angka sesungguhnya tanpa adanya pembulatan.
Sedangkan angka-angka yang digunakan untuk membuat grafik adalah angka
yang digunakan telah dibulatkan supaya mudah dibaca sehingga angka yang
ditunjukkan dapat sedikit berbeda dengan perhitungan yang telah dilakukan.
Sehingga besar nilai momen inersia dari masing-masing bola (kecil dan besar) dan
grafik terdapat sedikit perbedaan. Pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa
semakin besar jari-jari kelereng maka semakin besar pula momen inersianya. Hal
ini sesuai dengan persamaan momen inersia yaitu
I = mr2
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat diamati bahwa variasi jari-
jari berpengaruh pada momen inersia. Momen inersia tidak hanya dipengaruhi
oleh jari-jari benda, momen inersia juga dipengaruhi oleh massa benda, gaya-
gaya yang bekerja pada benda sesuai teori Hukum Newton II, bola (kelereng)
ternyata memiliki percepatan tangensial sehingga menyebabkan jari-jari benda
berpengaruh pada perhitungan momen inersia.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diamati faktor yang
mempengaruhi perbedaan momen inersia. Dari hasil grafik dapat diketahui
variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai momen inersia. Pada
percobaan ini khususnya, yang mempengaruhi adalah massa benda, jari-jari
benda. Namun ada juga pengaruh dari luar diantaranya percepatan gravitasi,
percepatan tangensial dan kedataran bidang miring.

4.3 Kalibrasi Alat Ukur


4.3.1 Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat pengukur yang kita gunakan yang mampu
mengukur jarak, kedalaman, maupun diameter dalam suatu objek dengan tingkat
akurasi dan presisi yang snagat baik (±.0,05 mm). Hasil pengukuran dari ketiga
fungsi alat tersebut digbaca dengan cara yang sama.
Alat ini dipakai secara luas pada berbagai bidang industri enginering
(teknik), mulai dari proses desain/perancangan, manufaktur/pembuatan, hingga
pengecekan akhir produk. Alat ini dipakai luas karena memiliki tingkat akurasi
dan presisi yang cukup tinggi, mudah digunakan, mudah dibawa-bawa, dan tidak
membutuhkan perawatan khusus. Karena alasan inilah jangka sorong lebih disukai
insinyur (enginenir) dibandingkan alat ukur konvensional seperti penggaris.
Bagian-bagian jangka sorong terdiri dari skala baca yang tercetak pada
badan alat ini (sama seperti skala baca/angka-angka di penggaris) yang dapat
diatur berdasarkan letak “rahang” jangka sorong; terdapat dua pasang rahang,
yakni sepasang rahang luar (atau rahang bawah) untuk mengukur jarak (pengukur
utama) dan sepasang rahang dalam (atau rahang atas) untuk mengukur ‘diameter
dalam’ (contohnya mengukur diameter dalam pada cincin). Kedua pasang rahang
tersebut dapat digerakkan untuk pengukuran, jarak antar rahang untuk kedua
pasang rahang tersebut dapat dibaca dengan cara yang sama. Selain itu pula,
terdapat tangkai ukur kedalaman yang pergerakannya diatur dengan cara
menggerakkan rahang. Karena ketiga bagian-bagian jangka sorong tersebut saling
bergerak bersamaan, maka ketiga fungsi tersebut pengukurannya dibaca/dihitung
dengan cara yang sama.
Fungsi jangka sorong:
1. Untuk mengukur ketelitian suatu benda dengan ketelitian 0,1 mm ( rahang
tetap dan rahang geser bawah)
2. Rahang tetap dan rahang geser atas, untuk mengukur diameter benda yang
sangat kecil misalnya cincin, pipa dll
3. Tangkai ukur di bagian bawah, untuk mengukur kedalaman misalnya
kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil
Berikut ini adalah cara penggunaan jangka sorong:
1. Dikendurkan baut pengunci dan geser rahang geser, pastikan rahang geser
bekerja dengan baik, rahang tertutup harus menunjukkan angka nol.
2. Ditutup rahang hingga mengapit benda yang di ukur. Pastikan posisi benda
sesuai dengan pengukuran yang ingin di ambil
3. Di baca skalanya
Berikut ini cara membaca jangka sorong:
1. Di lihat skala utama, di lihat nilai yang terukur yang lurus dengan angka nol
di skala nonius. Bisa menunjukkan posisi berhimpit dengan garis pada skala
utama bisa juga tidak. Jika tidak di ambil nilai skala utama yang terdekat di
kirinya. Pada tahap ini perhitungan baru mendapatkan ketelitian sampai 1mm
2. Dilihat skala nonius, di cari angka pada skala nonius yang berhimpit dengan
garis di skala utama. Pengukuran ini punya ketelitian hingga 0,1 mm
3. Di jumlahkan

Berikut rumus mencari nilai jangka sorong:


Perhatikan hasil pengukuran diatas. Cara membaca jangka sorong untuk melihat
hasil pengukurannya hanya dibutuhkan dua langkah pembacaan:
1. Membaca skala utama: Lihat gambar diatas, 21 mm atau 2,1 cm (garis
merah) merupakan angka yang paling dekat dengan garis nol pada skala
vernier persis di sebelah kanannya. Jadi, skala utama yang terukur adalah
21mm atau 2,1 cm.
2. Membaca skal vernier: Lihat gambar diatas dengan seksama, terdapat satu
garis skala utama yang yang tepat bertemu dengan satu garis pada skala
vernier. Pada gambar diatas, garis lurus tersebut merupakan angka 3 pada
skala vernier. Jadi, skala vernier yang terukur adalah 0,3 mm atau 0,03 cm.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran akhir, tambahkan kedua nilai pengukuran
diatas. Sehingga hasil pengukuran diatas sebesar 21 mm + 0,3 mm = 21,3 mm
atau 2,13 cm.
Berikut adalah hasil perhitungan dari percobaan kami menggunakan jangka
sorong:
Pengukuran Balok Menggunakan Jangka Sorong
Skala utama + (skala nonius  skala terkecil)
= 1,9 cm + (9  0,02) mm
= 1,9 cm + 0,18 mm
= 1,9 cm + 0, 018 cm
= 1,918 cm
= 0,01918 m

Pengukuran Diameter Tabung Bagian Dalam Menggunakan Jangka Sorong


Skala utama + (skala nonius  skala terkecil)
= 2,2 cm + (9  0,02) mm
= 2,2 cm + 0,18 mm
= 2,2 cm + 0,018 cm
= 2,218 cm
= 0,02218 m

Pengukuran Diameter Tabung Bagian Luar Menggunakan Jangka Sorong


Skala utama + (skala nonius  skala terkecil)
= 2,6 cm + (7  0,02) mm
= 2,6 cm + 0,14 mm
= 2,6 cm + 0,014 cm
= 2,614 cm
= 0,02614 m

4.3.2 Mikrometer sekrup


Mikrometer sekrup adalah alat pengukuran yang terdiri dari sekrup
terkalibrasi dan memiliki tingkat kepresisian 0.01 mm (10-5 m). Alat ini
ditemukan pertama kali oleh Willaim Gascoigne pada abad ke-17 karena
dibutuhkan alat yang lebih presisi dari jangka sorong. Penggunaan pertamanya
adalah untuk mengukur jarak sudut antar bintang-bintang dan ukuran benda-benda
luar angkasa dari teleskop.
Meskipun mengandung kata “mikro”, alat ini tidak tepat digunakan untuk
menghitung benda dengan skala mikrometer. Kata “mikro” pada alat ini diambil
dari Bahasa Yunani micros yang berarti “kecil”, bukan skala mikro yang berarti
10-6.
Bagian-bagian Mikrometer Sekrup

 Poros Tetap (Anvil)


Bagian poros yang tidak bergerak. Objek yang ingin diukur ditempelkan di bagian
ini dan bagian poros geser didekatkan untuk menjepit objek tersebut.
 Poros Geser (Spindle)
Poros bergerak berbentuk komponen silindris yang digerakkan oleh thimble.
 Pengunci (Lock Nut)
Bagian yang dapat digunakan untuk mengunci pergerakan poros geser.
 Sleeve
Bagian statis berbentuk lingkaran yang merupakan tempat ditulisnya skala
pengukuran. Terdapat dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius.
 Thimble
Bagian yang dapat digerakkan oleh tangan penggunanya.
 Ratchet
Bagian yang dapat membantu menggerakkan poros geser dengan pergerakan lebih
perlahan dibanding menggerakkan thimble.
 Rangka (Frame)
Komponen berbentuk C yang menyatukan poros tetap dan komponen-
komponen lain mikrometer sekrup. Rangka mikrometer sekrup dibuat tebal agar
kokoh dan mampu menjaga objek pengukuran tidak bergerak, bergesar, atau
berubah bentuk.
Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup
Prinsip kerja mikrometer sekrup adalah menggunakan suatu sekrup untuk
memperbesar jarak yang terlalu kecil untuk diukur secara langsung menjadi
putaran suatu sekrup lain yang lebih besar dan dapat dilihat skalanya.
Cara menggunakan mikrometer sekrup adalah:
1. Objek yang ingin diukur diletakkan menempel dengan bagian poros tetap.
2. Bagian thimble diputar hingga objek terjepit oleh poros tetap dan poros geser.
3. Bagian ratchet dapat diputar untuk menghasilkan perhitungan yang lebih
presisi dengan menggerakkan poros geser secara perlahan.
4. Setelah yakin bahwa objek benar-benar terjepit diantara kedua poros, hasil
pengukuran dapat dibaca di skala utama dan skala nonius.
Cara Membaca Mikrometer Sekrup
Pembacaan mikrometer sekrup dilakukan pada dua bagian, yaitu di skala
utama dan di skala nonius atau Vernier. Skala utama dapat dibaca di bagian sleeve
dan skala nonius dapat dibaca di bagian thimble.

Pada contoh pengukuran di atas, cara membaca mikrometer sekrup tersebut yaitu :
 Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi thimble telah melewati
angka “5” di bagian atas, dan pada bagian bawah garis horizontal telah
melewati 1 strip. 0.5mm. Artinya, pada bagian ini didapat hasil
pengukuran 5 + 0.5 mm = 5.5 mm. Pengukuran juga dapat dilakukan
dengan prinsip bahwa setiap 1 strip menandakan jarak 0.5mm.
Dikarenakan terlewati 5 strip di atas garis horizontal dan 6 strip di bawah
garis horizontal, maka total jarak adalah (5+6) x 0.5mm = 5.5mm
 Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit
dengan angka 28 di skala nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan
tambahan panjang 0.28mm
 Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh ini adalah
5.5 + 0.28 = 5.78mm. Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.
Fungsi Mikrometer Sekrup:
Mikrometer sekrup pada umumnya digunakan untuk mengukur diameter
atau ketebalan suatu benda yang ukurannya kecil. Seperti dijelaskan sebelumnya,
alat ini memiliki kepresisian 10x lipat dari jangka sorong sehingga dapat
mengukur benda yang lebih kecil tepatnya pada ketelitian 0,01 mm.
Penggunaan alat ini untuk mengukur panjang benda kurang umum
digunakan, karena umumnya panjang benda masih dapat diukur dengan baik di
tingkat kepresisian 1 mm dan 0,1 mm, dimana masing-masing tingkat kepresisian
dimiliki oleh penggaris dan jangka sorong.
Berikut hasil perhitungan dari percobaan kami menggunakan mikrometer sekrup.
Pengukuran Diameter Kelereng Menggunakan Mikrometer Sekrup
= 15 mm + (40  0,01) mm
= 15 mm + 0,4 mm
= 15,4 mm
= 0,0154 m
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Suatu benda melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika
percepatannya selalu konstan. Dimana percepatan merupakan besaran vektor
(besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan
arah percepatan selalu konstan setiap saat. Karena arah percepatan benda selalu
konstan maka benda pasti bergerak pada lintasan lurus. Arah percepatan
konstan=arah kecepatan konstan=arah gerakan benda konstan=arah gerakan benda
tidak berubah=benda bergerak lurus. Besar percepatan konstan bisa berarti
kelajuan bertambah secara konstan atau kelajuan berkurang secara konstan. Kata
percepatan digunakan ketika arah kecepatan=arah percepatan, sedangkan kata
perlambatan digunakan ketika arah kecepatan dan percepatan berlawanan.
Momen inersia adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk
mempertahankan posisinya dari gerak rotasi atau dapat juga diartikan sebagai
ukuran kelembaman benda yang berotasi atau berputar pada sumbunya. Besar
momen inersia suatu benda berbeda dengan benda lainnya. Hal ini bergantung
pada letak sumbu putarnya. Besarnya momen inersia berbendingt lurus dengan
massa dan kuadrat jarak benda terhadap sumbu putarnya. Untuk benda-benda tak
beraturan, momen inersia dicari menggunakan rumus integral.
Prinsip Hukum Newton II digunakan pada percobaan ini. Hukum Newton
II berbunyi bahwa besar gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus
dengan massa dan percepatannya. Dari persamaan Hukum Newton II untuk gerak
rotasi didapatkan besar momen inersia. Demikian hubungan Hukum Newton II
yang bekerja pada gerak rotasi.
Mengukur dapat diartikan membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain sejenis yang dipakai sebagai satuan. Setiap alat ukur memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda-beda. Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk
mengukur diameter suatu benda. Ketelitian jangka sorong adalah 0,015 mm.
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan suatu
benda. Ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,01 mm

5.2 Saran
Kami sebagi penyusun berharap laporan ini sebagai acuan dan pedoman
bagi praktikan-praktikan selanjutnya. Untuk itu, dalam percobaan, pengamatan,
perhitungan, dalam percobaan ini harus lebih teliti dalam mengukurhasil
percobaan, cekatan dalam menghitung agar tidak terjadi kesalahan
DAFTAR PUSTAKA

Aklis, N. 2003. “Kalibrasi Alat Praktikum Lendutan Dan Analisis Struktur


Berbagai Variasi Pembebanan Serta Simulasinya”, Tugas Akhir S-1,
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Giancoli, C. Douglas .2000.”PHYSICS for Scientist and Engineers”. Prentice
Hall USA
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Lubis Rian. 2008. ”Diktat Kuliah Fisika Dasar 1 UNIKOM”. UNIKOM, Bandung
Margaretta, Sri, dkk. 2006. Konsep Dasar IPA. Bandung: UPI Press
Pramono, H. 2014. Panduan Praktikum. Cirebon : Syariah Nurjati Press
Ruwanto, B. 2006 Fisika Kelompok Teknologi. Jakarta : Yudistira
Sears, Zemansky. 1962. “ Fisika untuk Universitas 1”. Trimitra Mandiri , Jakarta.
Serway & Jewetr. 2009. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Salemba Teknika. Jakarta
Tripler, Paul A. !998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
Yeni., Cahyani. 2018. Fisika Dasar. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam
Malang. Malang
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai