Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : PENGUJIAN SETTING TIME

NAMA PRAKTIKAN : REHAN ANDRE SAPUTRA

NIM/GRUP : 2022010032/III

TANGGAL PRAKTIKUM : 05 JANUARI 2021

ASISTEN : GALUH AJENG BIDASARI

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
1. Latar belakang
Semen merupakan suatu material bangunan yang biasa digunakan pada
pekerjaan konstruksi yang memiliki sifat adhesif dan kohesif. Semen adalah
produk pabrik dengan skala atau kapasitas besar. Jenis semen yang beredar
cukup banyak macamnya, namun yang banyak digunakan masyarakat adalah
semen Portland. Semen jenis ini memiliki daya pengikatan awal yang cepat
sehingga memiliki kuat tekan yang cukup besar dalam waktu yang relatif
singkat, akan tetapi semen jenis ini memiliki kelemahan yaitu tidak tahan
terhadap air laut dan asam, oleh karena itulah diperlukan produk semen yang
dapat mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu material yang dapat
dijadikan alternatif adalah tanah Tras atau Pozolan (Dinas Pertambangan
Provinsi Jawa Tengah , 2000). Pozolan merupakan suatu hasil alam yang
sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif,
dalam keadaan sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen, namun jika
material tersebut dihaluskan dan dicampur dengan serbuk kapur padam dan
air, setelah beberapa waktu material ini dapat mengeras pada suhu kamar dan
membentuk suatu massa yang padat dan sukar melarut dalam air sehingga
dapat disebut semen (Shreve’s R, N .,1975).
Saat ini sudah banyak industri semen memanfaatkan tanah Tras untuk
campuran hasil semennya. Telah dilakukan percobaan pembuatan semen
Pozolan yang akhirnya hasil semen tersebut diberi nama Semen Rakyat, hal
ini disebabkan bahwa dari segi ekonomi semen tersebut bisa dijangkau oleh
rakyat pedesaan (Hargono,dkk., 2002). Semen Pozolan paling sesuai
digunakan untuk bahan bangunan seperti plesteran, pondasi atau beton.
Semen Pozolan sendiri secara sederhana dapat dibuat dengan jalan
menggiling bersama suatu bahan tanah Tras dengan kapur padam sampai
lolos ayakan 100 mesh, atau dibuat dengan cara mengaduk secara merata
suatu serbuk tanah Pozolan halus dengan serbuk kapur padam. Dengan
digunakannya Pozolan sebagai bahan baku pembuatan semen, maka
diharapkan dapat diciptakan suatu produk semen rakyat yang murah dan
berkualitas yang tidak jauh berbeda dari semen Portland, sehingga diharapkan
dapat membantu khususnya masyarakat pedesaan dalam mengatasi mahalnya
harga semen guna memenuhi kebutuhan akan bangunan (Hargono,dkk.,
2002).
2. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan waktu
pengikatan semen hirolis.
3. Manfaat dari modul praktikum yang kalian lakukan!
1. Praktikan dapat mendapatkan ilmu baru
2. Praktikan mampu menjelaskan proses setting time
3. Paktikan dapat mengetahui raw material dari semen
4. Praktikan dapat mengetahui cara menggunakan alat vicat
5. Tuliskan!
a. Alat :
1. Gelas Ukur
2. Cetakan
3. Piringan kaca
4. Alat vicat
Terdiri dari :
1. Batang torak B, dengan berat : 300  0,50 gram
2. Ujung batang torak C, dengan diameter : 10  0,05 mm
3. Ujung jarum D, dengan diameter : 1  0,05 mm
4. Cincin bag. bawah G, diameter dalam : 70  3 mm
5. Cincin bag. atas G, diameter dalam : 60  3 mm
Dengan tinggi : 40  1 mm
5. Baskom
6. Spatula
7. Sendok
8. Stopwatch
b. Bahan
1. Air Aquades
2. Semen
c. Langkah kerja
1. Suhu dan Kelembaban
1. Suhu Ruang Pengujian
Jaga suhu ruang, bahan-bahan kering dan air pencampur pada
temperature 20 s/d 27.5 °C, dan kelembaban ruang tidak kurang
dari 50 %
2. Ruang lembab / moist cabinet
Jaga ruang lembab dengan suhu ruang 23  2.0 °C, dengan
kelembaban tidak kurang dari 95 %
2. Penyiapan pasta semen.
1. Lakukan penyiapan contoh sampai pencetakan benda uji.
2. Contoh dari hasil Pengujian Konsistensi Normal dilanjutkan untuk
Pengujian Waktu Pengikatan.
3. Penentuan waktu pengikatan
1. Letakkan benda uji di dalam ruang lembab (moist cabinet) selama
30 menit setelah pencetakan.
2. Lakukan penetrasi dengan jarum diameter 1 mm pada menit
tersebut dengan jarak penetrasi minimal 9,5 mm dari tepi cetakan
dan jarak antara titik penetrasi minimal 6,4 mm.
3. Lakukan penetrasi pada 15 menit berikutnya (untuk semen tipe III
setiap 10 menit) sampai mencapai 25 mm dengan cara sbb :
 Turunkan jarum D tepat menempel pada permukaan pasta semen.
 Kencangkan sekrup E dan atur indikator F pada ujung skala,
tepat pada posisi nol.
 Bebaskan batang torak dengan membuka sekrup E secara cepat
dan biarkan jarum turun menembus pasta selama 30 detik (bila
pasta kelihatan encer, batang B dapat diperlambat untuk
mencegah bengkoknya jarum).
 Baca dan catat skala penunjukan untuk menentukan waktu
pengikatan awal (dengan interpolasi tentukan waktu dimana
penetrasi diperoleh 25 mm dan ini adalah waktu pengikatan
awal).
 Waktu pengikatan akhir adalah apabila jarum tidak nampak
terbenam pada permukaan pasta semen.
6. Pengertian dan fungsi semen!
 Pengertian Semen
Semen merupakan bahan ikat yang paling banyak digunakan dalam
pembangunan fisik dari sector konstruksi sipil. Semen adalah suatu bahan
pengikat yang mengeran jika bereaksi dengan air serta menghasilkan
produk yang tahan air. ( Aman Subakti 1995:10 ).
Ketika semen portland dicampur dengan air para konstituen
senyawa kimia menjalani serangkaian reaksi kimia yang
menyebabkannya mengeras (atau diatur). Reaksi kimia ini semuanya
melibatkan penambahan air ke senyawa kimia dasar, reaksi kimia dengan
air ini disebut "hidrasi". Setiap salah satu reaksi-reaksi ini terjadi pada
waktu yang berbeda. Bersama-sama, hasil reaksi ini menentukan
bagaimana semen portland mengeras dan memperoleh kekuatan.
 Fungsi Semen
Dalam membangun rumah atau bangunan lainnya tentunya akan
sangat membutuhkan salah satu material yaitu semen. Perlu diketahui,
ternyata ada banyak jenis semen yang digunakan untuk kebutuhan yang
berbeda beda. Semen merupakan material yang berbentuk serbuk yang
biasanya terbuat dari campuran kapur dan lainnya. Semen juga bisa
disebut sebagai bahan yang bersifat hidrolis, yaitu bahan yang bisa
menjadi keras ketika dicampur air atau larutan asam. Semen berfungsi
untuk membuat beton dan juga berekatkan batu bata pada saat membuat
tembok. Tidak semua jenis semen dapat digunakan untuk semua
kebutuhan.
7. Jelaskan tentang raw material semen!
Semen merupakan suatu bahan yang bersifat hidrolis, yaitu bahan yang
akan mengalami proses pengerasan pada pencampurannya dengan air ataupun
larutan asam. Bahan dasar semen terdiri dari tiga macam, yaitu clinker/terak
semen sebanyak 70% sd 95% (hasil olahan pembakaran batu kapur, pasir
silika, pasir besi dan tanah liat), gypsum 5% dan material tambahan lain (batu
kapur, pozzolan, abu terbang dan lain-lain). Semen merupakan salah satu
bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan
padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan
semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan
utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia
(Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam
jumlah kecil (Rahadja, 1990)
Bahan Baku Semen
 Batu Kapur (Limer Stone) 
Batu Kapur merupakan sumber utama senyawa Kalsium. Batu
kapur murni umumnya merupakan kalsit atau aragonit yang secara kimia
keduanya dinamakan CaCO3. Kalsium karbonat (CaCO3) di alam sangat
banyak terdapat di berbagai tempat. Kalsium karbonat berasal dari
pembentukan geologis yang pada umumnya dapat dipakai untuk
pembuatan semen Portland sebagai sumber utama senyawa Ca. Batu kapur
murni biasanya berupa Calspar (kalsit) dan aragonite. Senyawa Karbonat
dan Magnesium dalam batu Kapur umumnya berupa dolomite
(CaMg(CO3)2. Dalam proses pembuatan Semen, CaCO3 akan berubah
menjadi oksida Kalsium (CaO) dan dolomite berubah bentuk menjadi
kristal oksida magnesium (MgO) bebas/Periclase.
 Tanah Liat (Tanah Liat)
Tanah Liat (Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O) merupakan bahan baku
semen yang mempunyai sumber utama senyawa silikat dan aluminat dan
sedikit senyawa besi. Tanah liat memiliki berat molekul 796,40 g/gmol
dan secara umum mempunyai warna cokelat kemerah-merahan serta tidak
larut dalam air. Dalam jumlah amat kecil kadang-kadang juga didapati
senyawa-senyawa alkali (Na dan K) yang dapat mempengaruhi mutu
semen.
 Bahan Baku Penunjang 
Bahan baku penunjang adalah bahan mentah yang dipakai hanya
apabila terjadi kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan
mentah. Pada umumnya, bahan baku korektif yang digunakan
mengandung oksida silika, oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh
dari pasir silika (silica sand) dan pasir besi (iron sand).
1. Pasir Silika (silica sand). Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi
kadar SiO2 dalam tanah liat yang rendah. 
2. Pasir Besi (iron sand). Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi
kadar Fe2O3 yang biasanya dalam bahan baku utama masih kurang.
 Bahan Tambahan
1. Gypsum. Di dalam proses penggilingan terak ditambahkan bahan
tambahan Gipsum sebanyak 4-5%. Gipsum dengan rumus kimia
CaSO4.2H2O merupakan bahan yang harus ditambahkan pada
proses pengilingan klinker menjadi semen. Fungsi gypsum adalah
mengatur waktu pengikatan daripada semen atau yang dikenal
dengan sebutan retarder.
2. Abu Terbang (Fly Ash). Abu terbang adalah bagian dari sisa
pembakaran batubara pada boiler pembangkit listrik tenaga uap
yang berbentuk partikel halus amorf dan bersifat Pozzolan yang
dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air
membentuk senyawa yang bersifat mengikat

8. Sebutkan dan jelaskan macam-macam tipe semen!


• Semen Portland Type I
Adalah semen yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker yang
kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium
sulfat. Komposisi senyawayang terdapat pada tipe ini adalah 49% (C3S),
25% (C2S), 12% (C3A), 8% (C4AF), 2,8% (MgO), 2,9% (SO3). Semen
Portland tipe I dipergunakan untuk pengerasan jalan, gedung, jembatan,
dan lain-lain jenis konstruksi beton yang tidak ada kemungkinan mendapat
serangan sulfat dari tanah dan timbulnya panas hidrasi yang tinggi. Jenis
semen portland tipe I ini termasuk semen umum yang banyak digunakan
masyarakat dan sering digunakan untuk kontruksi bangunan biasa. Semen
ini merupakan salah satu jenis semen yang paling banyak dijual di
pasaran.Arsitur Studio (2020
• Semen Portland Type II
Semen jenis ini dalam penggunaannya menghasilkan ketahanan sulfat
dan panas hidrasi sedang. Komposisinya: 46% (C3S), 29% (C2S), 6%
(C3A), 11% (C4AF), 2,9% (MgO), 2,5% (SO3). Semen Portland tipe II
dipergunakan untuk bangunan tepi laut, bendungan, dan irigasi, atau beton
masa yang membutuhkan panas hidrasi rendah dan kondisi permukaan
yang banyak terpapar sulfat. . Arsitur Studio (2020
• Semen Portland Type III
Semen jenis ini dalam penggunaannya menghasilkan kekuatan yang
tinggi pada fase permulaan setelah terjadi pengikatan. Kadar C3S-nya
sangat tinggi dan butirannya sangat halus. Semen Potland tipe III
dipergunakan untuk bangunan yang memerlukan kekuatan tekan yang
tinggi (sangat kuat) seperti, jembatan-jembatan dan pondasi-pondasi berat.
Arsitur Studio (2020)
• Semen Portland Type IV
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
rendah, sehingga kadar C3S dan C3A rendah. Semen Portland tipe IV
dipergunakan untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan
panas, pengecoran dengan penyemprotan (setting time lama) . Arsitur
Studio (2020
• Semen Portland Type V
Semen portland yang dalam penggunaannya hanya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat
pada tipe ini adalah: 43% (C3S), 36% (C2S), 4% (C3A), 12% (C4AF),
1,9% (MgO), 1,8% (SO3). Semen Portland tipe V dipergunakan untuk
instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan,
terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir. Semen portland tipe
V adalah jenis semen yang khusus diproduksi untuk menghadapi
lingkungan dengan kadar sulfat tinggi, sehingga semen ini juga dikenal
dengan semen portland tahan sulfat. Arsitur Studio (2020)
• Semen Portland PPC
Berdasarkan SNI-15-2049-2015 tentang spesifikasi semen Portland,
Portland Composite Cement (PCC) didefinisikan sebagai semen komposit
yang mengandung pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama
klinker semen Portland dan gypsum dengan satu atau lebih bahan
anorganik atau hasil pencampuran antara bubuk semen Portland dengan
bubuk bahan organik lain. Bahanan organik antara lain pozzolan, senyawa
silikat, batu kapur dengan kadar total bahan anorganik 6-35% dari massa
semen. Dari uraian terebut maka PCC termasuk kedalam kategori special
blended cement yang memiliki spesifikasi berbeda dengan semen OPC.
Arsitur Studio (2020)
9. Jelaskan yang dimaksud tentang setting time?
Pengertian umum dari Setting Time menurut Neville (1981) adalah
perubahan dari keadaan fluid (cair) kekeadaan rigid (kaku) dan selama
setting tersebut akan terbentuk suatu kekuatan. Pada pelaksanaan, awal
setting bisa ditandai dengan adanya gejala kekakuan pada pasta semen.
Setting time ada 2 macam, yaitu:
1. Initial setting time (waktu pengikatan awal) ,yaitu waktu mulai adonan
terjadi sampai mulai terjadi kekakuan tertentu dimana adonan sudah
mulai tidak workable.
2. Final setting time (waktu pengikatan akhir), adalah waktu mulai
adonan terjadi sampai kekuatan penuh.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi setting time ,yaitu:
1. Kandungan C3A Makin besar kandungan C3A cenderung akan
menghasilkan setting time yang makin pendek.
2. Kandungan gipsum (CaSO4.2H2O) Makin besar kandungan gipsum
dalam semen akan menghasilkan setting time yang makin panjang.
3. Kehalusan semen Makin halus partikel semen ,akan memperpendek
setting time.
Selain itu adaj uga permasalahan terhadap waktu ikat beton (setting time),
hal tersebut dikarenakan ada beberapa pekerjaan konstruksi yang
membutuhkan perjalanan jauh dari lokasi produksi ke lokasi pengecoran
yang ada dilapangan dan beberapa pengerjaan yang membutuhkan waktu
lama untuk pengerjaannya seperti kolom, sloof, dan bagian bangunan
lainnya dengan kondisi yang sulit untuk dikerjakan. Retarder merupakan
bahan kimia pembantu untuk memperlambat waktu pengikatan (setting time)
sehingga campuran akan tetap mudah dikerjakan (workable) untuk waktu
yang lebih lama. Penggunaan untuk menunda waktu pengikatan beton
(setting time) misalnya dengan kondisi cuaca yangpanas, atau
memperpanjang waktu pemadatan untuk menghindari cold joint dan
menghindari dampak saat beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan
(Mulyono,2003).
10. Apa dimaksud dengan alat vicat? Jelaskan!
Alat Vicat adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian daya
ikat semen. Daya ikat semen sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
sebuah adukan mortar maupun beton, karena adukan atau campuran yang
dibuat harus sesegera mungkin dipakai supaya tidak lekas kering. Oleh karena
itu, penting sekali pengujian ini dilakukan untuk menentukan waktu yang
diperlukan semen untuk mengeras, tehitung mulai dari bereaksi dengan air
dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku
untuk menahan tekanan. Standar pengujian waktu ikat semen adalah SNI 15-
2049-2004.
Pada saat yang bercampur dengan air semen mengalami pengikatan dan
mengeras. Lamanya pengikatan juga dipengaruhi oleh suhu udara di
sekitarnya. Aada dua macam waktu pengikat yaitu waktu ikat awal dan
waktu ikat akhir. Waktu ikat awal adalah waktu yang dibutuhkan semen
sejak bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis,
sedangkan waktu ikat akhir adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk
bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi keras. Waktu ikat awal
menurut standart minimum 45 menit, sedangkan waktu ikat akhir maksimum
360 menit.

11. Sertakan data hasil pengamatan!


Berikut merupakan hasil pengamatan praktikum pengujian setting time
NO WAKTU PENETRASI
1 45 menit 50 mm
2 60 menit 49 mm
3 75 menit 39 mm
4 90 menit 35 mm
5 105 menit 31 mm
6 120 menit 25 mm

12. Buatlah grafik hubungan pengujian setting time berdasarkan data diatas!

Initial Time
60

50

40
Penetrasi

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6
Waktu

Penetrasi

13. Pembahasan
Bedasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa :
Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya
memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan. Sedangkan dalam
pengertiannya semen adalah zat yang digunakan untuk merekatkan batu
bata, batako maupun bahan bangunan lainnya (Wikipedia.com/Semen).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau tepung
yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat
beton, merekatkan batu bata atau pun membuat tembok. Semen adalah
perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan batu
gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen dalam
pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesivedan
cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang
dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir. Pada zaman dulu,
banyak material lain digunakan sebagai perekat, seperti kapur dan tanah
liat basah untuk membuat bangunan. Pada tahun 1756 Jhon Smeaton
seorang Sarjana Inggris berhasil melakukan penyelidikan terhadap batu
kapur dengan pengujian ketahanan air. Batu kapur yang dimaksud tersebut
adalah kapur hidrolis (hydroulic lime). Kemudian oleh Vicat ditemukan
bahwasifat hidrolis akan bertambah baik jika ditambahkan juga silika atau
tanah liat yangmengandung alumina dan silika. Akhirnya Vicat membuat
kapur hidrolis dengan cara pencampuran tanah liat (clay) dengan batu
kapur (limestone) pada perbandingan tertentu, kemudian campuran
tersebut dibakar (dikenal dengan Artifical lime twice kilned).Pada tahun
1811, James Frost mulai membuat semen yang pertama kali dengan
menggunakan cara seperti Vicat yaitudengan mencampurkan dua bagian
kapur dan satu bagian tanah liat.
Hasilnya disebut Frost’s cement. Pada tahun 1812 prosedur
tersebut diperbaiki dengan menggunakan campuran batu kapur yang
mengandung tanah liat dan ditambahkan tanah Argillaceus (mengandung
9-40 % silica). Semen yang dihasilkan disebut British cement. Bangsa
Romawi menggunakan semen yang diambil dari materialvulkanik yang
ada dipengunungan Vesuvius dilembah Napples yang kemudiandikenal
dengan nama pozzulona cement, yang diambil dari sebuah nama kota
diItalia yaitu Pozzoula(Duda, 1984). Semen berasal dari kata
caementumyang berarti bahan perekat yang mampu mempersatukan atau
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu
produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau
lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam
pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat
antara batuan-batuan konstruksi bangunan (Duda, 1984). Menurut
Wulandari(2008), Dalam lingkup konstruksi, pengertian dari semen ini
terbatas pada material penyatu yang digunakan bersamaan dengan batu,
pasir, bata, dan lainnya. Material utama dari semen ini adalah campuran
dari kapur. Semen, dalam hubungannya dengan beton, memiliki sifat akan
setting dan hardening di dalam air akibat adanya reaksi-reaksi kimia, dan
oleh karena itu disebut sebagai semen hidraulis. Semen hidraulis pada
umumnya terdiri dari silicate dan alluminate yang berasal dari kapur, dan
dapat diklasifikasikan atas semen alam, semen Portland, dan high-alumina
cement.
Pembahasan Setting Time
Menurut SNI 03-6827-2002, waktu pengikatan beton merupakan
suatu proses yang bertahap, maka setiap definisi dari waktu pengikatan
beton harus diperlakukan secara tidak tetap. Pada metode uji dengan
ketahanan penetrasi ini waktu yang dibutuhkan mortar untuk mencapai
nilai-nilai ketahanan penetrasi yang telah ditentukan untuk menetapkan
dari waktu pengikatan beton.Pengujian ini bertujuan untuk menentukan
waktu ikat awal dan waktu ikat akhir dari binder beton geopolimer.
Standar pengujian setting time adalah SNI-03-6825-2002 tentang Metode
pengujian waktu ikat menggunakan alat vicat untuk pekerjaan sipil.
Pengikatan awal semen (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran
semen dan air sampai kehilangan sifat keplastisannya sedangkan waktu
pengikatan akhir (final setting time) adalah waktu sampai pastanya
menjadi massa yang keras. Tujuan dilakukannya pengujian ikat awal
semen adalah untuk mengetahui lama waktu yang diperlukan oleh semen
agar menghasilkan campuran yang dapat mengikat dengan baik. Waktu
ikat awal semen didapat ketika penurunan mencapai 25 mm. Bedasrkan
ASTM C – 150, waktu ikat awal semen yang diuji tidak boleh lebih dari
45 menit. Langkah pengujian adalah dengan melepaskan jarum vicat
berdiameter 1 mm ke dalam adukan semen pada selang waktu 15 menit,
setiap kali jarum diturunkan dicatat penurunannya. Waktu pengikatan awal
diperoleh jika penurunan mencapai 25 mm.
Dari data tabel pengamatan dapat diketahui bahwa pada percobaan
pertama mendapatkan hasil 55mm, pada percobaan kedua didapati hasil
49mm, pada percobaan ketiga 39mm, percobaan ke empat mendapatkan
hasil 35mm, percobaan ke lima mendapatkan hasil 31mm dan percobaan
terakhir didapatkan hasil 25mm.
14. Kesimpulan dan saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikan dapat
disimpulkan bahwa semakin cepat semen bereaksi maka semakin cepat pula
semen mengeras. Dan jika semen didiamkan dengan lama maka proses
pengerasan akan cepat. Pada uji final setiing time, pada 15 yang
pertama,kedua dan ketiga menghasilkan bekas. Dan pada 15 menit ke empat
dan lima bekas sudah mulai menudan dan akhirnya sudah tidak berbekas.
Saran yang diberikan agar di praktikum selanjutnya jenis semen lebih
bervariasi lagi dan agar lebih teliti dalam melaksanakan praktikum
selanjutnya. Saya yakin proses yang dibuat tidak akan ada hasil yang sia sia.
15. Tuliskan daftar pustaka berdasarkan sumber yang kalian pakai!
ARIVAH, H. N. (2016). Analisa Kualitas Semen Melalui Pengukuran
Konstanta Dielektrik dan Resistivitas.
Jaeni, M., and F. S. Budi. "PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN
POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN
BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN." MAJALAH ILMIAH
MOMENTUM 5.2 (2009).
Yuniasti, Annisa, Wildian Wildian, and Rahmat Rasyid. "Rancang Bangun
Alat Ukur Kadar Air Agregat Halus Berbasis Mikrokontroler ATmega8535
dengan Metode Kapasitif untuk Pengujian Material Dasar Beton." Jurnal
Fisika Unand 5.1 (2016): 14-20.
DP Putra, 2018. http://repository.untag-sby.ac.id/773/2/BAB%20I.pdf
Standarisasi Nasional. SNI 15-2049-2004, Semen portland, Badan
Standarisasi Nasional, 2004.
Rahadja, Hasan. 1990. Produksi Teknologi Semen. Padang: Indonesia
Cement Institute
16. Lampira-Lampiran

Anda mungkin juga menyukai