FISIKA DASAR
NIM/GRUP : 2022010032/III
12. Buatlah grafik hubungan pengujian setting time berdasarkan data diatas!
Initial Time
60
50
40
Penetrasi
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Waktu
Penetrasi
13. Pembahasan
Bedasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa :
Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya
memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan. Sedangkan dalam
pengertiannya semen adalah zat yang digunakan untuk merekatkan batu
bata, batako maupun bahan bangunan lainnya (Wikipedia.com/Semen).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau tepung
yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat
beton, merekatkan batu bata atau pun membuat tembok. Semen adalah
perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan batu
gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen dalam
pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesivedan
cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang
dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir. Pada zaman dulu,
banyak material lain digunakan sebagai perekat, seperti kapur dan tanah
liat basah untuk membuat bangunan. Pada tahun 1756 Jhon Smeaton
seorang Sarjana Inggris berhasil melakukan penyelidikan terhadap batu
kapur dengan pengujian ketahanan air. Batu kapur yang dimaksud tersebut
adalah kapur hidrolis (hydroulic lime). Kemudian oleh Vicat ditemukan
bahwasifat hidrolis akan bertambah baik jika ditambahkan juga silika atau
tanah liat yangmengandung alumina dan silika. Akhirnya Vicat membuat
kapur hidrolis dengan cara pencampuran tanah liat (clay) dengan batu
kapur (limestone) pada perbandingan tertentu, kemudian campuran
tersebut dibakar (dikenal dengan Artifical lime twice kilned).Pada tahun
1811, James Frost mulai membuat semen yang pertama kali dengan
menggunakan cara seperti Vicat yaitudengan mencampurkan dua bagian
kapur dan satu bagian tanah liat.
Hasilnya disebut Frost’s cement. Pada tahun 1812 prosedur
tersebut diperbaiki dengan menggunakan campuran batu kapur yang
mengandung tanah liat dan ditambahkan tanah Argillaceus (mengandung
9-40 % silica). Semen yang dihasilkan disebut British cement. Bangsa
Romawi menggunakan semen yang diambil dari materialvulkanik yang
ada dipengunungan Vesuvius dilembah Napples yang kemudiandikenal
dengan nama pozzulona cement, yang diambil dari sebuah nama kota
diItalia yaitu Pozzoula(Duda, 1984). Semen berasal dari kata
caementumyang berarti bahan perekat yang mampu mempersatukan atau
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu
produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau
lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam
pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat
antara batuan-batuan konstruksi bangunan (Duda, 1984). Menurut
Wulandari(2008), Dalam lingkup konstruksi, pengertian dari semen ini
terbatas pada material penyatu yang digunakan bersamaan dengan batu,
pasir, bata, dan lainnya. Material utama dari semen ini adalah campuran
dari kapur. Semen, dalam hubungannya dengan beton, memiliki sifat akan
setting dan hardening di dalam air akibat adanya reaksi-reaksi kimia, dan
oleh karena itu disebut sebagai semen hidraulis. Semen hidraulis pada
umumnya terdiri dari silicate dan alluminate yang berasal dari kapur, dan
dapat diklasifikasikan atas semen alam, semen Portland, dan high-alumina
cement.
Pembahasan Setting Time
Menurut SNI 03-6827-2002, waktu pengikatan beton merupakan
suatu proses yang bertahap, maka setiap definisi dari waktu pengikatan
beton harus diperlakukan secara tidak tetap. Pada metode uji dengan
ketahanan penetrasi ini waktu yang dibutuhkan mortar untuk mencapai
nilai-nilai ketahanan penetrasi yang telah ditentukan untuk menetapkan
dari waktu pengikatan beton.Pengujian ini bertujuan untuk menentukan
waktu ikat awal dan waktu ikat akhir dari binder beton geopolimer.
Standar pengujian setting time adalah SNI-03-6825-2002 tentang Metode
pengujian waktu ikat menggunakan alat vicat untuk pekerjaan sipil.
Pengikatan awal semen (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran
semen dan air sampai kehilangan sifat keplastisannya sedangkan waktu
pengikatan akhir (final setting time) adalah waktu sampai pastanya
menjadi massa yang keras. Tujuan dilakukannya pengujian ikat awal
semen adalah untuk mengetahui lama waktu yang diperlukan oleh semen
agar menghasilkan campuran yang dapat mengikat dengan baik. Waktu
ikat awal semen didapat ketika penurunan mencapai 25 mm. Bedasrkan
ASTM C – 150, waktu ikat awal semen yang diuji tidak boleh lebih dari
45 menit. Langkah pengujian adalah dengan melepaskan jarum vicat
berdiameter 1 mm ke dalam adukan semen pada selang waktu 15 menit,
setiap kali jarum diturunkan dicatat penurunannya. Waktu pengikatan awal
diperoleh jika penurunan mencapai 25 mm.
Dari data tabel pengamatan dapat diketahui bahwa pada percobaan
pertama mendapatkan hasil 55mm, pada percobaan kedua didapati hasil
49mm, pada percobaan ketiga 39mm, percobaan ke empat mendapatkan
hasil 35mm, percobaan ke lima mendapatkan hasil 31mm dan percobaan
terakhir didapatkan hasil 25mm.
14. Kesimpulan dan saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikan dapat
disimpulkan bahwa semakin cepat semen bereaksi maka semakin cepat pula
semen mengeras. Dan jika semen didiamkan dengan lama maka proses
pengerasan akan cepat. Pada uji final setiing time, pada 15 yang
pertama,kedua dan ketiga menghasilkan bekas. Dan pada 15 menit ke empat
dan lima bekas sudah mulai menudan dan akhirnya sudah tidak berbekas.
Saran yang diberikan agar di praktikum selanjutnya jenis semen lebih
bervariasi lagi dan agar lebih teliti dalam melaksanakan praktikum
selanjutnya. Saya yakin proses yang dibuat tidak akan ada hasil yang sia sia.
15. Tuliskan daftar pustaka berdasarkan sumber yang kalian pakai!
ARIVAH, H. N. (2016). Analisa Kualitas Semen Melalui Pengukuran
Konstanta Dielektrik dan Resistivitas.
Jaeni, M., and F. S. Budi. "PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN
POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN
BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN." MAJALAH ILMIAH
MOMENTUM 5.2 (2009).
Yuniasti, Annisa, Wildian Wildian, and Rahmat Rasyid. "Rancang Bangun
Alat Ukur Kadar Air Agregat Halus Berbasis Mikrokontroler ATmega8535
dengan Metode Kapasitif untuk Pengujian Material Dasar Beton." Jurnal
Fisika Unand 5.1 (2016): 14-20.
DP Putra, 2018. http://repository.untag-sby.ac.id/773/2/BAB%20I.pdf
Standarisasi Nasional. SNI 15-2049-2004, Semen portland, Badan
Standarisasi Nasional, 2004.
Rahadja, Hasan. 1990. Produksi Teknologi Semen. Padang: Indonesia
Cement Institute
16. Lampira-Lampiran