Anda di halaman 1dari 193

PENGUKURAN DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR

Oleh
Deandra Inggrit Rahma Sari (141810201015)
Ira Apsari Ningtias (141810201016)
Faishal Saputra (141810201018)
Asisten : Amanda Nur Imbani

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran merupakan hal yang bersifat dasar danh tidak boleh
ditinggalkan, sebelum membahas hal yang lebih jauh, lebih baik kita pahami apa
definisi dari pengukuran. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya jika kita ingi
mengetahui luas suatu wilayah, maka hitung dulu panjang dan lebar wilayah
tersebut kemudian hitung luasnya
Kegiatan mengukur menjadi sangat penting untuk dilakukan dalam
memperlajari fenomena yang sedang dipelajari, karena semua kegiatan mengukur
sangat berpengaruh dengan kehidupan sehari-hari.
Mengukur dapat dilakukan sebagai usaha untuk mendefinisikan
karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kualitatif. Ada bergagai
alat ukur yang bisa digunakan, dengan karakteristik yang berbeda-beda satu sama
lain, dan dengan cara penggunaan yang berbeda pula. Alat ukur ada yang
digunakan untuk mengukur massa, panjang, diameter, waktu, tekanan, arus, dan
lain-lain.

1.2 Rumusan Msalah


Adapun rumusan masalah yang mendasari percobaan pengukuran dasar
adalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan mengukur dan alat ukur
2. Mengapa mengukur menjadi hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari
3. Bagaimana cara penggunaan alat ukur dan cara perhitungannya

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam melakukan praktikum pengukuran dasar adalah
sebagai berikut
1. mengerti arti dari mengukur dan alat-alat ukur
2. mengerti manfaat mengukur dalam kehidupan sehari-hari
3. mengerti cara menggunakan alat ukur dan cara perhitungannya

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari percobaan pengukuran dasar dan cara
mengaplikasiaannya adalah penggunaan mikrometer sekrup untuk mengukur
kertas, penggunaan jangka sorong untuk mengukur diameter cincin, pegawai
kesehatan menggunakan termometer untuk mengukur suhu, dan tukang bangunan
menggunakan mistar sebagai alat pengukuran.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengaitkan suatu bilangan pada


suatu fisis dengan menambahkan suatu besaran standart yang telah diterima
sebagai suatu satuan. Bila mengukur satuan fisikawan harus sangat berhati-hati
agar bisa menghasilkan kesalahan yang sekecil mungkin (Finn, 1994)
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Ada
ketidak pastian muncul dari sumber yang sangat berbeda. Diantara yang paling
penting, selain kesalahan adalah keterbatasan ketepatan setiap alat ukur dan
ketidak mampuan membaca sebuah instrumen (Giancoli, 2000)
Ralat langsung adalah kesalahan pada saat melakukan praktikum dimana
kesalahan yang terjadi dalam pengukuran itu karena keterbatasan alat. Ralat tidak
langsung adalah kesalahan yang terjadi dalam suatu pengukuran dimana
kesalahan itu dikarenakan dalam penafsiran rumus, ralat langsung pengukuran
tunggla terkait dengan nilai skala terkecil alat ukur yang digunakan. Ralat yang
pengukurannya sebanyak n kali atau berulang kali menggunakan ralat standart
deviasi (Artoto, 2007)
Nilai sakala terkecil (nst) batas kemampuan seseorang dalam melihat hasil
pengukuran adalah terbatas, oleh karena itu dalam setiap alat ukur itu senantiasa
memiliki nilai skala terkecil yang masih dapat teramati oleh mata yang jelas
(Suratman, 2007)
Standart deviasi merupakan cara yang ampuh untuk menganalisis
kesalahan-kesalahan acar secara statistik, standart deviasi dari jumlah data
terbatas didefinisikan sebagai akar dari penjumlahan semua penyimpangan.
Setelah dikuadratkan dibagi dengan banyaknya pembacaan (Artoto, 2007)
Angka penting merupakan semua angka yang diperoleh secara langsung
dalam proses pengukuran, tidak termasuk angka nol untuk angka desimal. Batasan
ini dapat diperjelas dengan melihat beberapa contoh:
1. semua angka bukan nol adalah angka penting
contoh: 1234 (4 angka penting)
2. angka nol diantara angka bukan nol adalah angka penting
contoh : 1907,304 (7 angka penting)
3. angka nol dibelakang angka bukan nol yang terakhir dan terletak didepan
tanda desimal adalah angka penting
contoh : 2210,5 (5 angka penting)
4. angka nol dibelakang angka bukan nol yang terkahir dan terletak
dibelakang tanda desimal adalah angka penting
contoh : 765,50 (5 angka penting)
5. angka nol didepan angka angka bukan nol yang pertama dengan tanda
desimal adalah angka penting
contoh : 0,05 (3 angka penting)

Banyaknya angka penting yang harus dinyatakan pada hasil dapat


diperoleh dengan angka penganalisaan kesalahan. Namun seringkali perhitungan
analisa kesalahan memakan waktu dan dapat menunda kegiatan. Hal ini dapat
diatasi dengan melakukan seracara hati-hati (Subekti, 2002)
BAB 3. METODE ANALISIS

3.1 Alat dan Bahan


Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran dasar ini
adalah:
1. Jangka sorong sebagai alat ukur diameter dalam dan diameter luar serta
kedalaman suatu benda
2. Mikrometer digunakan untuk mengukur ketebalan bahan yang tipis dan
mengukur diameter benda pejal
3. Amperemeter digunakan untuk mengukur besarnya kuat arus yang
mengalir dalam sebuah rangkaian
4. Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan
5. Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu
6. Mistar digunakan untuk mengukur panjang
7. Neraca digunakan untuk menentukan massa
8. Termometer digunakan untuk mengukur suhu
9. Balok kayu digunakan sebagai bahan uji panjang, lebar, tinggi, dan massa
10. Bola besi digunakan sebagai bahan uji diameter luar dan dalam

3.2 Desain Percobaan


Adapun desain percobaan atau gambaran alat dan bahan yang akan
digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut:
3.2.1 Mikrometer
3.2.2 jangka sorong
3.2.3 ampermeter

3.2.4 voltmeter

3.2.5 neraca

3.2.6 stopwatch
3.1 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dapat dijadikan acuan saat melakukan
percobaan antara lain.
3.1.1 Menentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan kesalahan titik nol.
1. Jangka sorng diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat apabila skalanya
tidak menunjukkan titik nol saat jangka sorong belum digunakan.
2. Mikrometer diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat apabila skalanya tidak
menunjukkan titik nol saat micrometer belum digunakan.
3. Amperemeter diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat apaila jarum tidak
menunjukkan titik nol saat tidak dialiri arus.
4. Voltmeter diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat apabila jarum tidak
menunjukkan titik nol saat tidak ada tegangan.
5. Thermometer diambil dan ditentukan nst-nya.
6. Neraca pegas diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat apabila skalanya
tidak menunjukkan titik nol saat pegas belum diberi beban.
7. Stopwatch diambil, dan ditentukan nst-nya.
8. Mistar / penggaris panjang diambil, dan ditentukan nst-nya.
9. Neraca / timbangan diambil, ditentukan nst-nya.

3.1.2 Pengukuran Langsung dengan mengunakan Nilai Skala Terkecil.


1. Jangka sorong diambil, digunakan mengukur diameter dalam dan diameter
luar sebuah cincin.
2. Micrometer diambil, diukur diameter luar dari sebuah bola besi kecil.
3. Amperemeter dan voltmeter dihubungkan dalam sebuah rangkaian
tertutup, dicatat besar arus dan tegangan yang muncul.
4. Neraca diberi beban dan dicatat nilai skalanya.
5. Sebuah balok diukur panjang, lebar, dan tinggi dengan mistar panjang.
6. Titik A ke B diukur sejauh 2 meter dengan mistar, waktu dihitung yang
dibutuhkan untuk sampai dari titik A menuju ke titik B.

3.1.3 Pengukuran Langsung dengan menggunakan Standart Deviasi.


1. Jangka sorong digunakan, diukur diameter dalam dan diameter luar sebuah
cincin. Diulangi sebanyak 3 kan dan dicatat hasilnya.
2. Micrometer digunakan, diukur diameter luar dari bola besi kecl. Diuolangi
sebanyak 3 kali dan dicatat hasilnya.
3. Amperemeter dan voltmeter dihubungkan dalam sebuah rangkaian
tertutup. Diulangi sebanyakk 3 kali dan dicatat besar arus dan tegangan
yang muncul.
4. Neraca diberi beban, dihitung skalanya. Diulangi sebanyak 3 kali.
5. Sebuah balok diukur panjang, lebar, dan tinggi menggunakan mistar
panjang. Diulangi sebanyak 3 kali dan dicatat hasilnya.
6. Titik A ke B 2 meter diukur dengan mistar panjang, waktu yang
dibutuhkan dihitung denagn stopwatch. Diulangi sebanyak 3 kali dan
dicatat hasilnya.

3.1.4 Pengukuran Tidak Langsung dengan menggunakan Nilai Skala Terkecil.


1. Sebuah balok diukur panjang, lebar, dan tinggi menggunakan mistar
panjang. Balok ditimbang dengan neraca.
2. Titik A ke B 2,5 meter diukur dengan mistar panjang, waktu yang
dibutuhkan dihitung denagn stopwatch. Masing masing waktu yang
dibututhkan dicatat.

3.1.5 Pengukuran Tidak Langsung dengan menggunakan Standart Deviasi.


Kegiatan pada 3.3.4 diulangi 3 kali dengan pengamat yang berbeda.
3.1.6 Pengukuran Tidak Langsung menggunakan Nilai Skala Terkecil dan
Standart Deviasi.
1. Langkah point 3.3.3-1 dilakukan kembali dengan balok yang sama.
Panjang, lebar, dan tinggi diukur dengan standart deviasi dan kemudian
massa balok ditimbang menggunakan nst.
2. Langkah point 3.3.4-2 dilakukan kembali dengan pengukuran jarak
menggunakan nst dan dihitung waktu menggunakan standart deviasi.

3.4 Metode Analisis


Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam praktikum pengukuran dasar
ini adalah:
1. Pengukuran langsung menggunakan nst
1
=
2
=

% = . 100%

= 100% %

= 1 log

2. Pengukuran Langsung menggunakan Standard Deviasi


1 + 2 + 3
=

( )2
=
( 1)


% = . 100%

= 100% %

= 1 log

3. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan nst
a. Massa Jenis
1
=
2
1
= = =
2

= | | || + | | || + | | ||

= . || + || + ||

=


= | | || + | | ||

= 1 || + | 2 |||

= +


% = . 100%

= 100% %

= 1 log

b) Kecepatan
1
=
2
1
=
2

=


= | | || + | | ||


= +


% = . 100%

= 100% %

= 1 log

4. Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan standart deviasi

( )2
=
( 1)

( )2
=
( 1)

2 2

= | | || + | | ||2
2

= ( 1 )2 ()2 + ( 2 )2 ()2

= +


% = . 100%

= 100% %

= 1 log

a) kecepatan

( )2
=
( 1)

( ) 2
=
( 1)

2 2
= | | ||2 + | | ||2

= ( 1 )2 ()2 + ( 2 )2 ()2

= +


% = . 100%

= 100% %

= 1 log

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Menentukan nst
Tabel 4.1 nst setiap alat ukur yang dipraktikumkan
Alat Ukur Ketepatan nst
Jangka Sorong - 0,05 mm
Mikrometer -0,02 0,01 mm
Amperemeter - 0,025 mA
Voltmeter - 0,01 V
Termometer - 1
Neraca Pegas - 0,1 gram
Stopwatch - 0,01 s
Mistar - 0,1 cm
Neraca - 0,1 gram

4.1.2 Pengukuran langsung dengan nst

Tabel 4.2 hasil pengukuran langsung dengan nst

Alat Ukur Klasifikasi x nst x I K AP

Diameter
2 0.05 0.025 1.470588 98.52941 3
Jangka dalam
Sorong Diameter
1.66 0.05 0.025 1.506024 98.49398 3
luar

Diameter
Mikrometer 7.26 0.01 0.005 0.068871 99.93113 4
dalam

Neraca Massa 58.8 0.1 0.05 0.085034 99.91497 4

Panjang 32.6 0.1 0.05 0.153374 99.84663 4


Mistar
Lebar 11.1 0.1 0.05 0.45045 99.54955 3
Tinggi 2.4 0.1 0.05 2.083333 97.91667 3

Stopwatch Waktu 2.69 0.01 0.005 0.185874 99.81413 4

Voltmeter Tegangan 20 0.01 0.005 0.025 99.975 5

Amperemeter Kuat Arus 2.5 0.025 0.0125 0.5 99.5 3

4.1.3 Pengukuran Langsung dengan standart deviasi


Tabel 4.3 pengukuran langsung standart deviasi
Alat Ukur Klasifikasi x1 x2 x3 x rata-rata x

Diameter
Jangka dalam 1.72 1.725 1.77 1.73833333 0.015899
Sorong Diameter
luar 1.66 1.66 1.655 1.65833333 0.001667

Diameter
Mikrometer
dalam 7.25 7.27 7.27 7.26333333 0.006667

Neraca Massa 57.9 58.9 58.9 58.5666667 0.333333

Panjang 32.6 32.5 32.65 32.5833333 0.044096

Mistar Lebar 11.15 11.2 11.1 11.15 0.028868

Tinggi 2.4 2.4 2.45 2.41666667 0.016667

Stopwatch Waktu 2.59 2.62 2.63 2.61333333 0.012019

Voltmeter Tegangan 70 70 65 68.3333333 1.666667

Amperemeter Kuat Arus 0.575 0.573 0.575 0.57433333 0.000667

I K AP

0.914611 99.08539 3

0.100503 99.8995 4

0.091785 99.90821 4
0.569152 99.43085 3

0.135333 99.86467 4

0.258901 99.7411 4

0.689655 99.31034 3

0.459892 99.54011 3

2.439024 97.56098 3

0.116077 99.88392 4

4.1.4 Pengukuran tidak langsung dengan nst


Tabel 4.4 pengukuran tidak langsung dengan nst
Alat Ukur Klasifikasi x1 nst x I K AP

Panjang 32.5 0.1 0.05 0.1538462 99.84615 4

Mistar Lebar 11.1 0.1 0.05 0.4504505 99.54955 3

Tinggi 2.4 0.1 0.05 2.0833333 97.91667 3

Neraca Massa 183.5 0.1 0.05 0.027248 99.97275 5

jarak 2.5
2.9 0.001 0.0005 0.0172414 99.98276 5
m

Stopwatch jarak 3 m 3.52 0.001 0.0005 0.0142045 99.9858 5

jarak 3.5
4 0.001 0.0005 0.0125 99.9875 5
m

4.1.5 Pengukuran tidak langsung dengan standart deviasi


Tabel 4.5 pengukuran tidak langsung dengan standart deviasi
Alat Ukur Klasifikasi x1 x2 x3 x rata-rata x

Panjang 32.5 32.45 32.6 32.516667 0.044096

Mistar Lebar 11.1 11.15 11 11.083333 0.044096

Tinggi 2.4 2.5 2.45 2.45 0.028868


Neraca Massa 183.5 182.8 183.2 183.16667 0.202759

jarak 2.5
2.94 3 3 2.98 0.02
m

Stopwatch jarak 3 m 3.72 2.83 3.03 3.1933333 0.269588

jarak 3.5
3.91 4 3.75 3.8866667 0.073106
m

I K AP

0.13561 99.86439 4

0.397857 99.60214 3

1.178266 98.82173 3

0.110696 99.8893 4

0.671141 99.32886 3

8.442218 91.55778 2

1.880936 98.11906 3

4.2 Pembahasan
Mengukur merupakan kegiatan sangat penting dalam kehidupan,
mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain. Ada banyak
alat ukur dengan cara penggunaan yang berbeda dan fungsi yang berbeda pula.
Alat-alat ukur yang digunakan dalam praktikum pengukuran dasar ini adalah:
Mistar yang biasa digunakan memiliki skala terkecil dalam milimeter,
ketelitian pengukuran menggunakan mistar sebesar 0,5mm karena skala
terkecilnya adalah milimeter. Setiap kali melakukan pengukuran, kedudukan
pengamat sejajar dengan skala untuk menghindari kesalahan
Jangka sorong digunakan untu menggukur yang lebih teliti karena
dilengkapi dengan skala nonius, jangka sorong digunakan untuk mengukur
diameter dalam dan diameter luar lingkaran, mengukur kedalaman benda. Cara
menggunakan jangka sorong adalah dengan menjepit benda, kemudian baca skala
utama dan skala noniusnya, nilai skala terkecil jangka sorong adalah 0,05mm.
Mikrometer digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang tipis, pada
saat melakukan pengukuran, mikrometer diputar hingga jarak antara landasan dan
poros cukup untuk menampung benda yang akan diukur. Tingkat ketelitian dari
mikrometer adalah 0,01 mm.
Stopwatch adalah adalah alat yang digunakan untuk menentukan interval
waktu, nilai skala terkecil alat ini adalah 0,0001 s
Neraca ohaus memiliki tiga lengan ukuran dengan ketelitian 0,1 g, neraca
ohaus memiliki batas maksimal 610 g.
Neraca pegas digunakan untuk menimbang massa benda, cara
menggunakannya dengan menggangkat neraca. Kemudian taruh benda yang akan
ditimbang pada pengait, nilai skala terkecilnya adalah 5 g.
Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan, voltmeter memiliki
dua kutub, yaitu kutub positif dan kutub negatif, tingkat ketelitian dari alat ini
adalah 0,5 volt
Amperemeter digunakan untuk mengukur besar arus dalam suatu
rangkaian, nilai skala terkecil dari amperemeter adalah 0,5 mA
Cara melakukan pengukuran langsung menggunakan nst yaitu tentukan
dulu x. x ini adalah setengah dari nst nya. Cara menentukan pengukuran
langsung dan menggunakan standart deviasi yaitu dengan melakukan percobaan-
percobaan secara berulang kemudian tentukan nilai I, K, AP. Cara menentukan
penggukuran tidak langsung dengan menggunakan nst, yaitu dengan hanya
mengukur dengan mistar dan neraca kemudian tentukan x, I, K, AP.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka
penting atau bukan memiliki kriteria
- semua angka bukan nol adalah angka penting
- angka nol diantara angka bukan nol adalah angka penting
- angka nol dibelakang angka bukan nol yang terakhir dan terletak
didepan tanda desimal adalah angka penting
- angka nol dibelakang angka bukan nol yang terkahir dan terletak
dibelakang tanda desimal adalah angka penting
- angka nol didepan angka angka bukan nol yang pertama dengan tanda
desimal adalah angka penting.
Pengaplikasian dari setiap alat tentunya berbeda antara satu dengan yang
lain. Misalnya, Mistar untuk mengukur panjang benda, amperemeter untuk
mengukur kuat arus litrik, dan voltmeter yang digunakan untuk mengukur
tegangan arus listrik. Termometer untuk mengukur suhu atau temperature laruta,
suhu tubuh, suhu ruangan,dan masih banyak lagi. Dalam suatu percobaan
tentunya akan ditemukan pengukuran yang tidak sama. Itulah kegunaan
penggunaan ralat standart deviasi dalam percobaan. Praktikan bisa mengulang
pengukuran lebih dari satu kali untuk mengetahui ketepatannya. Perbedaan
penggunaan ralat nst dan standart deviasi terletak pada berapa kali pengukuran
dilakukan dengan sebuah alat yang sama.

Perbedaan hasil pengukuran bukan hanya disebabkan ralat yang


digunakan, tetapi bisa dikarenakan adanya ralat bersistem. Ralat bersistem dapat
disebut sebagai kesalahan yang bersumber pada keadaan alat yang digunakan
untuk melakukan pengukuran. Kesalah ini seperti, kesalahan kalibrasi, kesalahan
titik nl, dan kesalahan alat lainnya. Kesalahan pada arah pandang membaca nilai
skala bisa saja terjadi, karena setiap mata pengamat memiliki kemampuan melihat
yang berbeda beda.

Kesalahan kalibrasi sediri yaitu pembubuhan nilaipada garis saat


pembuatannya. Sehingga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sangat mungkin
dilakukan pengkalibrasian ulang dengan cara penggunaan alat standart yang jauh
lebih terjamin keakuratannya. Kesalahan titik nol biasanya disebabkan tergesernya
penunjuk angka nol yang sebenarnya, dari garis angka nol pada skala. Pada alat
ukur yang baik, kesalahan ini dapat dikoreksi dengan memutar tombol pengatur
kedudukan jarum agar dimulai menunjuk angka nol. Kesalahan alat lainnya
dikarenakan melemahnya keakuratan alat ukur yang digunakan.
Kesalahan pada arah pandang, sering terjad karena paralaks atau arah
pandang pengamat yang tidak lurus dengan alat ukur yang sedang dibaca. Cara
membaca penunjuk jarum yang agak jauh dari skala artinya ada jarak antara jarum
dengan garis skala. Maka, hal ini akan menjadi sumber kesalahan yang bisa
membedakan hasil pengukuran.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengukuran dasar diperoleh kesimpulan
bahwa terdapat macam-macam alat ukur serta cara kerja dan penggunaan yang
berbeda dan mengetahui nilai nst dari setiap alat ukur. Cara menentukan
1
pengukuran langsung dengan menggunakan ralat nst yaitu tentukan x, x ini 2

dari nst nya. Cara menentukan pengukuran langsung dan menggunakan standart
deviasi yaitu melakukan percobaan-percobaan secara berulang kemudian tentukan
I, K, AP. Cara menentukan pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nst
yaitu hanya pengukuran mistar dan neraca kemudian cari x, I, K, AP.

5.2 Saran
Praktikan diharapkan mampu dan paham bagaimana cara menggunakan
alat-alat ukur yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
melakukan praktikum, praktikan seharusnya sudah mempelajari tentang
percobaan yang akan dilakukan. Praktikan harus teliti dan cermat dalam melihat
alat ukur karena tingkat ketelitian yang kecil dan dilakukan berulang bisa
membuat konsentrasi menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Arkundoto, Artoto. 2007. Alat ukur dan metode pengukuran. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, dugles. 1994. Fisika edisi 5 jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Finn, edward. 1994. Dasar-dasar fisika universitas. Jakarta: Erlangga.
Priyambodo, tri kuntoro. 2008. Fisika dasar. Yogyakarta: Andi.
Sutarto. 2004. Fisika dasar konsep. Yogyakarta : UNY press.
Tim penyusun. 2014. Modul petunjuk praktikum fisika dasar. Jember. FMIPA
Universitas Jember.
LAMPIRAN

1. Nilai skala terkecil (NST)

2. Pengukuran langsung dengan nst

3. Pengukuran langsung dengan standart deviasi


4. Pengukuran tidak langsung dengan nst

5. Pengukuran tidak langsung dengan standart deviasi


PENENTUAN KOEFISIEN GESEK BAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR

Oleh
Deandra Inggrit Rahma Sari (141810201015)
Ira Apsari Ningtias (141810201016)
Faishal Saputra (141810201018)
Asisten : Febrianti Ika Fitria

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya gesek adalah gaya yang bearah melawan agak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud tidak harus berbentuk padat melainkan
dapat pula berbentuk cair ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda dpadat
misalnya, adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara benda padat
dan cairan serta gas adalah gaya stokes.
Gaya gesek statis lebih besar nilainya dari gaya gesek kinetis. Gaya gesek
yang dibutuhkan untuk mempertahankan benda agar tetap diam disebut gaya
gesek statis, sedangkan gaya gesek kinetik ketika tepat benda akan bergerak
disebut gaya gesek maksimum.
Secara mikroskopik, bagaimana halusnya permukaan suatu benda, akan
tetap menimbudlkan gaya gesek karena adanya keterbatasan dalam membuat
permukaan benda menjadi licin semdpurna. Keterbatasan ini muncul karena
molekul-molekul atom benda tersebut, dyang terletak dipermukaan benda.
Sebuah benda jika diletakkan diatas sebuah meja tanpa diberi perlakuan
apapun cenderung mempertahankan posisinya. Namun apabila diberi gaya luar
maka benda tersebut akan bergerak dan terjafi gaya gsesek yang arahnya berlawan
dengan gaya luar. Gaya gesek diperngaruhi oleh koefisien gesekan dan gaya
normal. Gaya gesekan adalah tingkat kekasaran dari suatu benda. Sebuah benda
yang tepat akan bergerak mempunyai koefisien gesekan lebih besar dari pada
benda yang sudah bergerak dan mempunyai percepatan. Koefisien yang dimiliki
benda tepat akan bergerak disebut koefisien gesek statis sedang koefisien yang
dimiliki oleh benda yang sudah bergerak dan mempunyai percepatan disebut
koefisien kinetik. Untuk mengetahui koefisien gesekan itulah maka dilakukan
percobaan dengan menggunakan balok dan papan.
Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antara kedua permukaan
yang saling bersentuhan. Gaya yang berkerja antara lain adalah gaya elektrostatik
pada masing-masing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus
akan menyebabkan gaya gesek menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan
permukaan yang kasar, akan tetapi sekarang tidak lagi demikian. Konstruksi
mikro pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum,
bahkan cairan tidak dapat lagi membasahinya.
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua benda yang padat saling bergerak
lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan dengan titik-
titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap akan atau saling menggeser untuk
benda yang dapat menggelinding disebut gaya gesek menggelinding atau (rolling
frichion). Untuk benda yang berputar tegak lurus pada permukaan atau ber-spin
disebut gaya gesek spin (spin frichion). Gaya gesek antara benda padat dengan
fluida disebut gaya corolis-stokes atau gaya viskos cuiscous force.
Memahami akan pentingnya gaya gesek merupakan hal yang penting
dalam kehidupan, maka dalam percobaan kali ini dibahas mengenai gaya gesek
serta manfaat gaya gesek dadlam kehidupan. Praktikum ini, gaya gesek bertujuan
untuk dapat menentukan koefisien, baik koefisien statis maupun kinetis benda.
Praktikum gaya gesek dilakukan dengan meluncurkan benda yang sudah
diketahui massanya dibidang miring yang diketahui jaraknya dengan diukur
menggunakan mistar dan diketahui sudutnya, kemudian benda diluncurkan titik
yang satu ke lainnya.

1.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah untuk praktikum koefisien gesek adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis?
2. Bagaimanakah penerapan gaya gesek dalam keidupan sehari-hari?
3. Apa manfaat dan kerugian gaya gesek?

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan koefisien gaya gesek adalah:
1. Dapat mengetahui gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis
2. Dapat menerapkan gaya gesek dalam keidupan sehari-hari
3. Dapat mengetahui manfaat dan kerugian gaya gesek
1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktikum ini adalah dengan mengetahui koeisien gaya
gesek, kita dapat memperoleh keuntunganseperti gaya gesek pada karet rem
sepeda dapat memperlambat kecepatan. Semakin besar gaya gesek pada gergaji
akan membuat benda lebih cepat terpotong. Semakin besar gaya gesek pada
amplas maka permukaan benda akan lebih cepat halus. Gaya gesek pada rem ban
semua kehidupan dapat dimanfaatkan untuk menghitung dan memperlambat
kendaraan itu.
BAB 2. DASAR TEORI

Gaya gesekan termasuk gaya sentuh yang muncul jika permukaan duan
buah benda bersenuhan langsung secara fisik. Arah gaya gesekan searah dengan
permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak.
Gaya gesek bekerja ektika benda bergerak diudara, air, ataupun meluncur diatas
benda padat lainnya. Untuk benda yang bergerak melalui udara gaya gesekan
udara pada benda bergantung pada luas benda yang bersentuhan dengan udara.
Makin besar luas bidang sentuh maka maka semakin besar gaya gesekan pada
benda. Demikian juga bergerak didalam air. Gaya gesekan juga selalu terjadi
antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat
licin. Permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya sangat besar dalam
skala mikroskopis, ketika kita mencoba menggerakan sebuah benda, tonjolan-
tonjolan mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Ketika sebuah benda
bergerak misalnya kita dorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku
tersebut mengalami hambatan dan akhirnya berhenti, karena terjadi gesekan
antara permukaan dimana bawah buku dengan permukaan meja serta gesekan
antara permukaan bukti dengan udara, dimana dalam skala mikroskopis hal ini
terjadi akibat pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut. Gaya gesekan pada
benda yang bergerak selalu berlawanan arah dengan arah gesekan benda tersebut.
Selain menghambat gerak benda, gesekan dapat menimbulkan arus dan kerusakan
(Husna, 2011).
Terdapat dua gaya jenis gaya gesek antara dua buah benda padat yang
saling bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gaya kenetis. Gaya gesek
statis disebabkan oleh molekul-molekul dari dua benda yang bersentuhan. Gaya
ini berlawanan arah dengan gaya luar yang dikerjakan. Gaya gesek statis agak
mirip dengan gaya pendukung yang dapat menyesuaikan dari nol sampai suatu
gaya maksimum fs maks, bergantung seberapa kuatpraktikan mendorong. Jika
benda meluncur, ikatan molekuler secara terus menerus dipecah, sedangkan
potongan-potongan kecil permukaan berpecahan. Hasilnya adalah sebuah gaya
gesek kinetik (fk ) gesekan luncuran yang melakukan gerakan. Untuk
mempertahankan kontak agar meluncur dengan kecepatan konstanta, praktikan
harus mengerjakan gaya yang sama dan berlawanan arah dengan gaya gesek
kinetik ini(Rosyid Andrianto,2009).
Gaya gesek statis yang terjadi antara dua permukaan akan lebih besar jika
benda dalam keadaan diam dan gaya gesek statis pada keadaan maksimum jika
benda dalam keadaan tepat akan bergerak, relatif satu sama lainnya dan saling
bergesekan. Telah diketahui bahwa kekasaran gaya normal (N) juga
mempengaruhi hubungan gaya gesek (f) koefisien gesek ( ) dan gaya normal
(N) dinyatakan dengan persamaan pendekatan sebagai berikut :
Untuk gaya gesek statis (fs ) : = .
Untuk gaya gesek kinetik (fk) : = .
(Team dosen ITS,2009).
Kita dapat mengukur dan antara dua permukaan hanya dengan
menempatkan sebuah balok bidang datar yang memiliki kemiringan tertentu
hingga balok mulai meluncur misalnya pada percobaan berikut.

fn

wx
wy

= 0
. . cos = 0
= . . cos
Sehingga kita dapatkan
= . . sin

= cos . sin

= tan
Dan = 0
. . sin = 0
= . . sin
Karena fs = . maka nilai adalah
= tan
Dalam kasus ini gaya gesek yang bekerja adalah . sehingga kita dapatkan
=
. . sin . =
Karena telah kita ketahui bahwa = . . cos maka nilai percepatannya adalah
= (sin cos )
(rosyid andrianto, 2009).
Dengan hukum 1 newton, koefisien gesek statis berlaku rumus turunannya :
= tan

= [ ] () = 2

Untuk koefisien gesek kinetik, digunakan hukum newton III yaitu :


1
= [cos [(2 + 1) (1 ) 1]] tan
1


= [ {() + ( ) (2 ) + ( ) (1 ) + ( ) ()]
2 1

1+
= = [tan sec (2 + 1) ( )] 2
1
1 1
= = [cos ( ) (1 )]
2 1

1
= = [ 2 ] cos (1 )
1 1

1 1
= = ( ) cos (2 + 1)
1

Untuk mengetahui atau mencari koefisien gesek statis bahan dan gambar
diatas dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
= tan
3
tan = = 4

= tan

Penerapan gaya gesek dalam kehidupan yang menguntungkan dan merugikan :


1. ban sepeda yang bergerigi, agar tidak tergelincir.
2. Adanyagaya gesek menyebabkan ban semakin lama makin aus.
(soedjo, 1999).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum adalah
1. Benda dan bahan yang akan ditentukan koefisien geseknya.
2. Satu set alat bidang miring, berfungsi sebagai landasan benda yang akan
digunakan untuk mengukur koefisien gesek.
3. Neraca berfungsi sebagai alat pengukur dari besaran massa.
4. Stopwatch berfungsi sebagai alat ukur waktu.
5. Mistar berfungsi sebagai mengukur panjang suatu benda.

3.2 Desain percobaan


Berikut merupakan desainperalatan yang di gunakan dalam praktikum kali
ini:

(Purwandari,2012)
Keterangan : N : Gaya normal
W : gaya berat benda
fs : gaya gesek statis
: sudut bidang permukaan terhadap bidang diatas
(purwandari,2012)
Keterangan :
T : gaya tegangan tali
W1 :gaya berat benda 1
W2 : gaya berat benda 2
Fk :gaya gesek kinetik
a : percepatan system

3.3 Langkah kerja


adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini, adalah
sebagai berikut :
A. Menentukan koefisien gesek statis
1. Bahan ditimbang yang akan ditentukan koefisien geseknya, dicatat
massanya.
2. Bahan di letakkan di atas bidang miring diperbesar secara perlahan lahan
hingga bahan tepat mulai meluncur turun.
3. Bahan diletakkan diata bidang miring berlandaskan kayu dengan
kemiringan awal 0.
4. Sudut kemiringan bidang diperbesar secara perlahan lahan hingga bahan
tepat mulai meluncur turun.
5. Dihitung sudut yang dibentuk bidang miring dengan horizontal.
6. Dilakukan langkah 2 sampai 4 hingga mendapatkan 5 data pengamatan
untuk massa pertama.
7. Ditambahkan beban yang telah diketahui massanya kemudian diulangi
langkah 2 sampai 5 untuk 3 kali penambahan bahan.
8. Diulangi langkah 1 sampai 6 untuk bahan landdasan yang berbeda.

B. Menetukan koefisien gesek kinetik


1. Beban ditimbang.
2. Perlatan disusun dengan kemiringan sudut tertentu.
3. Benda 1 diletakkan pada posisi tertentu, dicatat 2 buah titik acuan pada
landasan, titik awal benda 1 dan titik lain pada jarak tertentu.
4. Beban diberi 2 benda sedemikian rupa sehinnga sitem bergerak dipercepat.
5. Dicatat waktu yang diperlukan benda 1 untuk bergerak dari titik awal kr
titik acuan yang telah ditentukan.
6. Beban 2 ditimbang, dicatat massanya.
7. Diulangi langkah 1 sdampai 6 untuk beban yang berbeda.
8. Diulangi langkah 1 sampai 7 untuk sudut kemiringan yang berbeda.
9. Diulangi langkah 1 sampai 8 untuk beban landasan yang berbeda.

3.4 Metode analisis


Adapun analisis data yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Perbandingan koefisien gesek statis
.
Perbandingan korfisien gesek kinetik
=
Hukum 1 newton
= tan
Hukum 2 newton
1
= [cos ((2 + 1) (1 ) 1)] tan
1

Bila sudut = 0, maka persamaanya teruduksi menjadi



= [2 + 1] [1 ] 1
1
Keterangan :
= koefisien gesek kinetik
a = percepatan system (m/s2)
g =percepatan gravitasi bumi
m1 = massa benda 1 (kg)
m2 = massa benda 2 (kg)
2. Ralat koefisien gesek statis

= tan =

= ( )2

= 100%

= 100%

= 1 log( )

= ( ) satuan
3. Ralat koefisien gesek kinetis
1
= (cos (2 + 1) (1 ) tan
1

= ( )2

= 100%

= 100%

= 1 log( )

= ( ) satuan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
4.1.1 Menentukan koefisien gesek statis
Tabel 4.1 landasan kayu massa 170 gr
() (.rad) (i-rata)^2 s s
0,45378
26 6 0,002741557 0,046832098 0,487732589 0,06122166
0,62831
36 9 0,014926254 0,109274896 0,726542528 0,142850539
0,61086
35 5 0,010966227 0,093664196 0,700207538 0,093664196
0,34906
20 6 0,024674011 0,140496295 0,363970234 0,140496295
0,48869
28 2 0,000304617 0,015610699 0,531709432 0,02040722
0,50614
29 5 0,053612666 0,562032464
rata-
rata rata-rata jumlah rata-rata

I(%) K(%) AP
10,8929045 89,1070955 1,901276676
25,41677718 74,58322282 1,706379157
16,66526444 83,33473556 1,87365317
24,99789667 75,00210333 1,413400998
3,630968168 96,36903183 2,41589052

Tabel 4.2 landasan kayu massa 220 gr


() (.rad) (i-rata)^2 s s
28 0,488692 0,000194955 0,01248856 0,531709432 0,016262979
34 0,593412 0,008236855 0,081175637 0,674508517 0,105709364
35 0,610865 0,011709494 0,096786336 0,700207538 0,096786336
32 0,558505 0,003119282 0,049954238 0,624869352 0,049954238
15 0,261799 0,058011341 0,215427652 0,267949192 0,280536389
28,8 0,502655 0,081271928 0,559848806
I(%) K(%) AP
3,058621517 96,94137848 2,514474261
15,67205771 84,32794229 1,804873978
13,82252133 86,17747867 1,859412731
7,994349208 92,00565079 2,097216885
104,6976058 -4,69760579 0,98006325

Tabel 4.3 landasan kayu 240 gr


() (.rad) (i-rata)^2 s s
0,50614
29 0,00121847 0,031221399 0,554309051 0,042493369
5
0,57595
33 0,00121847 0,031221399 0,649407593 0,042493369
9
0,52359
30 0,000304617 0,015610699 0,577350269 0,015610699
9
0,54105
31 0 0 0,600860619 0
2
0,55850
32 0,26576802 0,461101308 0,624869352 0,461101308
5
0,54105
31 0,268509577 0,601359377
2
rata-
rata-rata jumlah rata-rata
rata

I(%) K(%) AP
7,666006727 92,33399327 2,115430804
6,543405039 93,45659496 2,184196196
2,703852451 97,29614755 2,568017012
0 100 #NUM!
73,79163445 26,20836555 1,13199287

Tabel 4.4 landasan kaca massa 170 gr


() (.rad) (i-rata)^2 s s
28 0,48869219 0,00098696 0,028099259 0,531709432 0,037315576
29 0,50614548 0,000194955 0,01248856 0,554309051 0,016584701
35 0,61086524 0,008236855 0,081175637 0,700207538 0,081175637
27 0,4712389 0,002388201 0,043709958 0,509525449 0,043709958
30 0,52359878 1,21847E-05 0,00312214 0,577350269 0,004146175
29,8 0,52010812 0,011819156 0,574620348
rata-r rata-rata jumlah rata-rata
I(%) K(%) AP
6,493953171 93,50604683 2,153784211
2,886201409 97,11379859 2,524044335
14,12682951 85,87317049 1,935801077
7,606754352 92,39324565 2,066585488
0,721550352 99,27844965 3,143791729

Tabel 4.5 landasan kaca massa 220 gr


() (.rad) (i-rata)^2 s s
28 0,48869219 0,002059214 0,040587818 0,531709432 0,049739081
29 0,50614548 0,003947842 0,056198518 0,554309051 0,068869496
25 0,43633231 4,87388E-05 0,00624428 0,466307658 0,00624428
21 0,36651914 0,005897393 0,068687077 0,383864035 0,068687077
24 0,41887902 0,00059705 0,021854979 0,445228685 0,026782582
25,4 0,44331363 0,012550238 0,476283772
rata-
rata-rata jumlah rata-rata
rata

I(%) K(%) AP
9,354560509 90,64543949 2,028976611
12,42438598 87,57561402 1,905725065
1,339090116 98,66090988 2,873190196
17,89359541 82,10640459 1,747302387
6,015466366 93,98453363 2,220730697

Tabel 4.6 landasan kaca massa 240 gr


() (.rad) (i-rata)^2 s s
28 0,48869219 0,001474348 0,034343539 0,531709432 0,042369411
26 0,45378561 1,21847E-05 0,00312214 0,487732589 0,003851765
23 0,40142573 0,002388201 0,043709958 0,424474816 0,043709958
27 0,4712389 0,000438649 0,018732839 0,509525449 0,018732839
25 0,43633231 0,000194955 0,01248856 0,466307658 0,01248856
25,8 0,45029495 0,004508338 0,483949989
rata-
rata rata-rata jumlah
I(%) K(%) AP
7,968527349 92,03147265 2,098621932
0,789728792 99,21027121 3,102522028
10,29742087 89,70257913 1,987271537
3,676526717 96,32347328 2,434562274
2,678180232 97,32181977 2,5721602

4.1.2 menentukan koefisien gesek kinetik


Tabel 4.7 landasan kayu m1(1580,05)g, s(0,880,05)m, = 0

m1(gr) m2(gr) m1=m2=(nst/2)(gr) s(m) t(s) t(s)=(nst/2)


158 210 0,05 0,88 0,65 0,005
158 200 0,05 0,88 0,63 0,005
158 150 0,05 0,88 1,32 0,005

() (.rad) ()=(nst/2) (.rad) k k


45 0,785398163 0,5 0,008727 0,19359159 0,02132513
45 0,785398163 0,5 0,008727 0,07967904 0,0210475
45 0,785398163 0,5 0,008727 0,20337441 0,01198115

I(%) K(%) AP
11,01553 88,9844737 1,9579947
26,41536 73,5846418 1,5781435
5,891181 94,1088191 2,2297976

Tabel 4.8 landasan kayu (1580,05)g, s(0,880,05)m, = 30

m1=m2=(nst/2)( t(s)=(nst/2
m1(gr) m2(gr) s(m) t(s)
gr) )
158 210 0,05 0,88 0,65 0,005
158 200 0,05 0,88 0,63 0,005
158 150 0,05 0,88 1,32 0,005
() (.rad) ()=(nst/2) (.rad) k k
0,5235987 0,008726 0,3972131
30 0,5 0,013817401
76 65 8
0,5235987 0,008726 0,304203 0,01393376
30 0,5
76 65 98 5
0,5235987 0,008726 0,405200
30 0,5 0,006158614
76 65 82

I(%) K(%) AP
3,4785857 96,521414 2,4585973
4,5804021 95,419598 2,3390964
1,5198918 98,480108 2,8181873

Tabel 4.9 landasan kayu (1580,05)g, s(0,880,05)m, = 45

m1(gr) m2(gr) m1=m2=(nst/2)(gr) s(m) t(s) t(s)=(nst/2)


158 210 0,05 0,88 0,65 0,005
158 200 0,05 0,88 0,63 0,005
158 150 0,05 0,88 1,32 0,005

() (.rad) ()=(nst/2) (.rad) k k


0 0 0,5 0,008726646 0,8439967 0,007713885
0 0 0,5 0,008726646 0,76344837 0,008220489
0 0 0,5 0,008726646 0,85091421 0,001046328

I(%) K(%) AP
0,913971 99,086029 3,0390676
1,0767576 98,9232424 2,96788203
0,1229652 99,8770348 3,91021782

Tabel 4.10 landasan kaca (1580,05)g, s(0,80,05)m, = 0

m1(gr) m2(gr) m1=m2=(nst/2)(gr) s(m) t(s) t(s)=(nst/2)


158 210 0,05 0,8 0,47 0,005
158 200 0,05 0,8 0,72 0,005
158 150 0,05 0,8 1,16 0,005

() (.rad) ()=(nst/2) (.rad) k k


45 0,78539816 0,5 0,008726646 -0,31323797 0,0316592
45 0,78539816 0,5 0,008726646 0,29564416 0,01855315
45 0,78539816 0,5 0,008726646 0,17870642 0,01212003

I(%) K(%) AP
-10,10708 110,10708 #NUM!
6,2755001 93,7245 2,202351659
6,7820873 93,217913 2,168636625

Tabel 4.11 landasan kaca (1580,05)g, s(0,80,05)m, = 30

m1(gr) m2(gr) m1=m2=(nst/2)(gr) s(m) t(s) t(s)=(nst/2)

158 210 0,05 0,8 0,56 0,005


158 200 0,05 0,8 0,66 0,005
158 150 0,05 0,8 0,97 0,005

() (.rad) ()=(nst/2) (.rad) k k

30 0,523599 0,5 0,00872665 0,27129944 0,0167994


30 0,523599 0,5 0,00872665 0,40379152 0,012522
30 0,523599 0,5 0,00872665 0,32749871 0,0068663

I(%) K(%) AP

6,192191521 93,8078085 2,2081556


3,101102827 96,8988972 2,5084838
2,096594609 97,9034054 2,6784855

Tabel 4.12 landasan kaca (1580,05)g, s(0,80,05)m, = 45

m1(gr) m2(gr) m1=m2=(nst/2)(gr) s(m) t(s) t(s)=(nst/2)


158 210 0,05 0,8 0,4 0,005
158 200 0,05 0,8 0,62 0,005
158 150 0,05 0,8 0,84 0,005

() (.rad) ()=(nst/2) (.rad) k k


0 0 0,5 0,008727 0,164556962 0,02927215
0 0 0,5 0,008727 0,794267575 0,00785633
0 0 0,5 0,008727 0,728350412 0,00291173

I(%) K(%) AP
17,788462 82,21154 1,7498616
0,9891283 99,01087 3,0047474
0,3997701 99,60023 3,3981897

4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan koefisien gesek yang telah di lakukan. Diperoleh
hasil percobaan seperti yang tertera pada tabel tabel tersebut. Dari hasil diperoleh
ada sedikit percobaan diantaranya teori dan hasil yang di peroleh bahwa hasil
percobaan koefisien gesek tidak sepenuhnya sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
di sebabkan karena ada pengaruh gaya dari luar. Kesalahan dalam perhitungan
atau mungkin juga karena kurang lebih dalam melakukan percobaan.
Besar massa benda yang dirubah akan mempengaruhi laju benda. Semakin
besar massa benda, maka akan semakin panjang waktu yang dibutuhkan massa
untuk meluncur, begitupun sebaliknya. Jarak lintasdan dari waktu tempuh benda
akan mempengaruhi koefisien gesek statis dan kinetiknya.
Percobaan pertama, dilakukan percobaan untuk menentukan koefisien
gesek statis sebuah benda (blok) dengan massa 170 g, 220 g, 240 g. Percobaan di
landasan kayu dengan massa 170 g, diporeleh sudut 26, 36, 25, 20, 28,
dengan koefisien statis 0,5620. Saat massa 220 gram dengan sudut
28, 34, 35, 32 15, dengan koefisien statisnya 0,5598. Saat massa 240
gram dengan sudut 29, 33, 30, 31 32, koefisien statisnya 0,6013.
Percobaan pada landasan kaca dengan sudut yang dibentuk saat massa 170
gram 28, 29, 35, 27 30adalah 0,5746. Saat massa 220 gram dengan sudut
28, 29, 25, 21, 24 adalah 0,4762. Saat massa 240 gram dengan sudut
28, 26, 23, 27 25 adalah 0,4893.
Percobaan koefisien kinetik saat sudut 30, waktu yang dibutuhkan 0,78 ,
0,98 dan 1 sekon. adalah 0,397 , 0,304 dan 0,405. Saat landasan kayu sudut
45 , waktu yang dibutuhkan adalah 0,65 , 0,63 dan 1,32 sekon dan koefisien
kinetiknya adalah 0,193 , 0,0796 , dan 0,203. Sudut 0 koefisien kinetiknya adalah
0,9922 , 0,719 , dan 0,172.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa korfisien gesek
statis sebuah benda hanya dipengaruhi dengan besarnya sudut yang dibentuk oleh
bidang miring. Sedangkan besarnya koefisien gesek kinetik dipengaruhi oleh
besarnya sudut, massa bahan dan beban, percepatan benda dan percepatan
gravitasi dan juga kecepatan benda. Sehingga besar sudut yang dibentuk bidang
miring berperan penting untuk menentukan besar nilai koefisien gesek statis dan
kinetik.

5.2 Saran
Sebaiknya bagi praktikan untuk melakukan percobaan ini harus benar-
benar hati-hati dan perlu ketelitian yang tinggi untuk mengamati percobaan
maupun dalam memperoleh data(hitungan).

DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto,Rosyid.2009. Fisika Untuk Universitas Jilid 1. Surabaya :
Departemen Fisika Universitas.
Husna.2011. Laporan Praktikum Fisika Dasar. Sulawesi Selatan : FMIPA Biologi
Universitas Cokroaminito.
Purwandari,endah.2014.Modul Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember :
Universitas Jember.
Soedojo, peter.1999.Fisika Dasar.Yogyakarta : Andi.
Team dosen ITS.2009.Fisika 1 Kinematika, Dinamika Getaran Panas.Surabaya :
Institut Sepuluh Nopember.

LAMPIRAN
Koefisien gesek statis landasan kayu

Koefisien gesek statis landasan kaca


Koefisien gesek kinetic kaca 1

Koefisien gesek kinetic kaca 2


Koefisien gesek kinetic kaca 3

Koefisien gesek kinetic kayu 1

Koefisien gesek kinetic kayu 2


Koefisien gesek kinetic kayu 3
KEKENTALAN (VISKOSITAS) ZAT CAIR
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR

Oleh
Deandra Inggrit Rahma Sari (141810201015)
Ira Apsari Ningtias (141810201016)
Faishal Saputra (141810201018)
Asisten : M. Habibi

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan anatara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair
tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya
kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menentukan kekentalan sutu zat cair. Hukum viskositas newton menyatakan
bahwa laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan geser
berbanding lurus dengan viskositas.
Viskositas adalah gesekan interval, gaya viskos melawan gerakan sebagai
fluida relatif terhadap yang lain. Viskositas adalah alasan diperlukannya usaha
untuk mendayung perahu melalui air yang tenang, tetapi juga merupakan suatu
alasan mengapa dayung bisa bekerja. Efek viskos merupakan hasil yang penting
dalam pipa aliran darah. Pelumasan bagian dalam mesin fluida viskos. Cenderung
melekat pada permukaan zat yang bersentuhan dengannya.
Diantara salah satu sifat zat cair adalah kental (viskos) dimana zat cair
memiliki kekentalan yang berbeda-beda materinya, misalnya kekentalan oli.
Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam dunia otomotif yaitu sebagai
pelumas mesin. Telah diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap mesin
membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa
gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh,
apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu
tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya
sampai didasar zat cair.bola kecil tersebut pada saat tertentu mengalami sejumlah
perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil
menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki suatu zat cair
sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula akan mengalami yang dikarenakan
gaya beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka besar percepatannya
akan semakin berkurang dan akhirnya nol.Pada saat tersebut kecepatan bola tetap
dan disebut kecepatan terminal. Hambatan-hambatan dinamakan sebagai
kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat cair itulah yang menyebabkan
terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap kecepatan batu. Aliran viskos
dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas pada aliran sangatlah
kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan tidak kental
(invicid). Atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi jika istilah aliran
viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan. Untuk benda
homogen yang dicelupkan ke dalam zat cair ada tiga kemungkinan yaitu,
tenggelam, terapung, melayang. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar
praktikan dapat mengukur viskositas berbagai jenis zat cair. Karena semakin besar
nilai viskositas dari larutan maka tingkat kekentalan larutan tersebut semakin
besar pula.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam praktikum viskositas ini
adalah
1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas ?
2. Apa sajakah mavam-macam metode pengukuran viskositas ?
3. Bagaimana penerapan hukum stokes ?
4. Bagaimana cara menentukan viskositas zat cair dengan gaya stokes ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas.
2. Mengetahui macam-macam metode pengukuran viskositas .
3. Mengetahui penerapan hukum stokes.
4. Mengetahui cara menentukan viskositas zat cair dengan gaya stokes.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dan bisa diterpkan kedalam kehidupan
sehari-hari dalam praktikum kekentalan (viskositas) zat cair kali ini adalah
mengalirnya pembuluh dalam vena, proses penggorengan ikan ( semakin tinggi
suhunya, maka semakin kecil viskositas minyak goreng ), mengalirnya air dalam
pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair
dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita
lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan
cairan itu kental apa tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai
peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam
fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap
yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti
tegangan dan renggangan pada benda padat. Kenyataanya setiap fluida baik gas
maupun cair mempunyai sifat kekentalan, karena partikel di dalamnya sdaling
menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara
kuantitatif atau dengan angka. Sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui
bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara
kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat
cair adalah viskosimeter (lutfy,2007).
Apabila zat cair tidak kental maka koefisiennya sama dengan nol
sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel di dinding mempunyai
kecepatan yang sama dengan dindingnya. Bagian yang menempel pada dinding
luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak
bersama dengan dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak
dengan kecepatan yang berubah secara linier sampai v. Aliran ini disebut aliran
laminer. Aliran zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat (sudarjo,2008).
Pengertian viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak
karene adanya gesekan anatar lapisan material. Karenanya viskositas
menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar
viskositasmaka aliaran akan semakain lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta
jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya
berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi. Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antar molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai
tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu
dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi(sarojo,2009).
Zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental
daripada gas. Dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mrngrnal aliran
yang kental(sudarjo,2008).
Viskositas dapat dianggap suatu gesekan di bagian dalam suatu fluida.
Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakan salah satu lapisan fluida
diatasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k. Lapisan
zat cair dapat bergerak dengan kecepatan (v2) yang harganya semakin mengecil
untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair maupun gas
mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental dari pada gas tidak kental
(matoharsono, 2006)
Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan karena
itu terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung
dari kekentalan zat cair. Gaya gesek tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus.
=
Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian
dan non newtonian.
1. Cairan newtonian
Cairan newtonian adalah cairan yang viskositasnya tidak berubah dengan
berubahnya gaya irisan, disebut aliran kental/viskos sejati. Contoh: air, minyak,
sirup, gelatin, dll. Viskositas tidak tergantung pada gaya pemisah dalam kisaran
aliran laminar. Cairan newtonian ada dua jenis yang viskositasnya tinggi disebut
viscous dan yang viskositasnya rendah disebut mobile(Dogra, 2006)
2. Cairan non newtonian
Cairan non newtonian yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan
adanya perubahan gaya irisan dan dipengaruhi kecepatan tidak linear.
Pada percoban ini bola kecil dijatuhkan kedalam cairan yang akan dihitung
angka kekentalannya. Bola tersebut mula-mula akan mengalami percepatan,
dikarenakan gaya beratnya tetapi karena sifat kekentalan cairan, maka besarnya
percepatan akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat tersebut
kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal. Hubungan antara kecepatan
terminal dengan angka kekentalan dapat diperoleh dari hukum stokes.
2 . 2.
= ( )
.
Keterngan : = keceptan terminal
= rapat massa cairan
g = percepatan gravitasi bumi
= rapat massa bola
r =jari-jari bola

Pada persamaan (3.1) dianggap bahwa diameter tabung relatihf sanagat besar
dibandingkan dengan diameter bola. Apabila diameter tabung tidak terlalubesar,
karena diperlukan faktor koreksi(Fk) terhadap persamaan (3.1) yaitu :

= (1 + 2,4 )

Dengan R adalah jari-jari tabung bagian dalam, sehingga persamaan :
2 . 2 .
= ( )
. .
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Visikometer bola jatuh dengan perlengkapannya 1 set.
2. Mikrometer digunakan untuk mengukur tebal benda yang sangat tipis dan
mengukur diameter benda yang bulat dan kecil.
3. Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu.
4. Neraca digunakan untuk mengukur suatu besaran massa.
5. Benda padat berbentuk bola.
6. Mistar digunakan untuk mengukur satuan panjang.
7. Penjepit atau pinset.

3.2 Desain percobaan


Berikut merupakan desain peralatan yang di gunakan dalam praktikum
kali ini :
3.3 Langkah Kerja
Adapun langkah-langkah kerja pada praktikum viskositas ini adalah :
1. Diukur diameter benda padat (bola) yang tersedia.
2. Diukur diameter dalam tabung.
3. Ditimbang massa bola kecil.
4. Diperhatikan kedudukan dari titik Q ( dari tabung percobaan ), yang mana
pada kedudukan T bola telah di anggap mencapai kecepatan terminal.
5. Ditentukan titik (s1) yang jaraknya 40 cm dibawah titik T.
6. Dijatuhkan bola Q dan dicatat waktunya untuk menentukan jarak dari titik
T ke titik S, diulangi sebanyak 3 kali.
7. Diulangi poin 1 sampai 6 untuk jarak yang berbeda-beda (s2=50 cm, s3= 60
cm, s4= 70 cm ).
8. Dilakukan hal yang sama untuk 2 bola kecil lainnya dengan diameter yang
berbeda.

3.4 Metode Analisis


Berdasarkan prakrikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
analisis data yang dipakai pada praktikum viskositas yaitu:

3.4.1 Menentukan massa jenis benda(pb)


=


=
4 3
3 . .
3.
=
4. . 3
Keterangan : = (/3 )
m = massa bola (kg)
v = volume bola (m3)

2 2
= [ ] []2 + [ ] []2

2 2
2 2
3 (1 )2 3. ( 3 ) (1 )2

= [ ] [ ] +[ ] [ ]
4. . 3 ( 1) 4. ( 1)

2
3 9 2
= [ 2
] [] + [ ] []2
4. . 3 4 4

(1 )2
Dengan = (1)

(1 )2
=
( 1)


= 100%

K= 100% - I

AP= 1-log

3.4.2 Menentukan kecepatan terminal ( )


1. Cara perhitungan

=

Keterangan: = (/)
x = jarak dari titik T ke S (m)
t = waktu (s)

2 2
= [ ] [0,68. 2
] + [ ] []2

2
12 1 2
2 (1 )2
= [ ] [0,68. . ] + [ ] [ ]
2 ( 1)


Dengan = 100%

K= 100% - I

AP= 1-log
3.4.3 Menentukan angka kekentalan viskositas ()
1. Cara perhitungan
2 2 . .
= ( )
9 ( + 2,4. )
2 2. 3
= ( )
9 ( + 2,4. ) 4 3

2 2 .. 3
= ( )
9 ( +2,4.) 4 3

6. 2 . . 2. 2 . . .
=( ) ( )
4 3 (9. + 21,6. ) (9. + 21,6. )
9. (3 + 7,2 4 3 9,6 4 )
=
18( 2 + 2,4 + 2,4 2 + 5,76 2

2 2 2 2 2
= [ ] [0,68. ]2 + [ ] [0,68. ]2 + [ ] []2 + [ ] []2 + [ ] []2

1
Dengan = =
2

(1 )2
=
( 1)

(1 )2
=
( 1)

(1 )2
=
( 1)


= 100%

K= 100% - I

AP= 1-log
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui hasil yang


telah didapatkan pada praktikum viskositas sebagai berikut:

4.1 Tabel pengamatan oli pada bola kecil.

waktu
jenis bola massa S 1 (t) S 2 (t) S 3(t) S 4 (t) jari-jari bola
bola kecil 1.5 0.22 0.37 0.87 0.97 0.308
bola kecil 1.4 0.9 0.5 0.63 1.6 0.308
bola kecil 1.5 0.17 0.4 0.81 0.9 0.3085
Rata-rata 1.466667 0.43 0.423333 0.77 1.156667 0.308166667

massa jenis Jari-jari massa jenis zat


bola tabung FK r R cair
0.00011
12.26226577 1.76 1.42 1 0.0025 0.89
0.20533
11.44478139 1.76 1.42 3 0.0025 0.89
1.42068 0.00022
12.20274032 1.76 2 2 0.0025 0.89
1.42022
11.96992916 1.76 7

Jarak Vm viskositas Vm Viskositas


0.4 Vm 1 0.424028 1076.511873 0.00808 740.1856301
0.6 Vm 2 0.346154 1170.166734 0.006617 536.1258098
0.8 Vm 3 0.358744 1370.599348 0.006925 575.9023913
1 Vm 4 0.405405 1110.948717
Rata-rata 0.383583 1182.056668

I K AP
62.61845563 37.38154437 1.162678
45.35533908 54.64466092 1.338981
48.72037077 51.27962923 1.376562
Tabel 4.2 pengamatan oli pada bola besar.

waktu
jenis bola massa S 1 (t) S 2 (t) S 3(t) S 4 (t) jari-jari bola
bola
besar 2.6 0.69 1.1 1.81 2.15 0.405
bola
besar 2.7 0.48 1.1 1.7 1.91 0.395
bola
besar 2.5 0.8 0.8 1.62 1.69 0.41
Rata-rata 2.6 0.656667 1 1.71 1.916667 1.459166667

massa jenis zat


massa jenis bola Jari-jari tabung FK r R cair
9.348456115 0.0025 389.8 0.746599932 0.0025 0.84
10.46415328 0.0025 380.2 0.746599932 0.0025 0.84
8.664032123 0.0025 394.6 0.746599932 0.0025 0.84
9.492213839

Jarak Vm Viskositas Vm Viskositas


0.4 Vm 1 0.609137 0.014184829 3.368753 0.018923253
0.6 Vm 2 0.6 0.013833688 3.402228 0.019062148
0.8 Vm 3 0.467836 0.013205242 2.555755 0.015971597
1 Vm 4 0.521739 0.013205242
Rata-rata 0.549678 0.01360725

I K AP
133.4048767 -33.40487673 0.874828
137.7951349 -37.7951349 0.860766
120.948913 -20.94891303 0.917398

Tabel 4.3 pengmatan minyak pada bola kecil.

jenis bola massa Waktu jari-jari bola


S 1 (t) S 2 (t) S 3(t) S 4 (t)
bola kecil 1.5 0.22 0.37 0.87 0.97 0.308
bola kecil 1.4 0.9 0.5 0.63 1.6 0.308
bola kecil 1.5 0.17 0.4 0.81 0.9 0.3085
Rata-rata 1.466667 0.43 0.423333 0.77 1.156667 0.308166667

massa jenis zat


massa jenis bola Jari-jari tabung FK r R cair
12.26226577 1.76 1.42 0.000333333 0.0025 0.89
11.44478139 1.76 1.42 0.000333333 0.0025 0.89
12.20274032 1.76 1.420682 0.000333333 0.0025 0.89
11.96992916 1.76 1.420227

Jarak Vm viskositas Vm Viskositas


0.4 Vm 1 0.930233 499.8639541 0.00302 41.77138972
0.6 Vm 2 1.417323 285.7907217 0.004602 43.7946771
0.8 Vm 3 1.038961 443.4308059 0.003368 42.14252317
1 Vm 4 0.864553 512.5813382
Rata-rata 1.062767 435.416705

I K AP
9.593428375 90.40657163 2.077973
10.05810677 89.94189323 1.814627
9.678664756 90.32133524 2.022105

Tabel 4.4 pengamatan minyak bola besar.

Waktu
jenis bola massa S 1 (t) S 2 (t) S 3(t) S 4 (t) jari-jari bola
bola
besar 2.6 0.21 0.4 0.65 0.84 0.405
bola 2.7 0.35 0.4 0.72 1 0.395
besar
bola
besar 2.5 0.18 0.2 0.69 0.75 0.41
Rata-rata 2.6 0.246667 0.333333 0.6866667 0.863333 0.403333333

massa jenis zat


massa jenis bola Jari-jari tabung FK r R cair
9.348456115 0.0025 389.8 0.008923544 0.0025 0.89
10.46415328 0.0025 380.2 0.008923544 0.0025 0.89
8.664032123 0.0025 394.6 0.008923544 0.0025 0.89
9.492213839

Jarak Vm Viskositas Vm Viskositas


Vm
0.4 1 1.621622 0.005396908 0.10719 0.000603882
Vm
0.6 2 1.8 0.005263309 0.121993 0.000603926
Vm
0.8 3 1.165049 0.005021606 0.076071 0.000603808
Vm
1 4 1.158301 0.005021606
Rata-rata 1.436243 0.005175857

I K AP
11.18940599 88.81059401 1.951193
11.47426432 88.52573568 1.940275
12.02419784 87.97580216 1.919944

4.2 Pembahasan

Viskositas suatu zat cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan
aliran cairan.Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang
melalui tabung berbentuk silinder.Cara ini merupakan salah satu cara yang paling
mudah dan dapat digunakan baik cairan maupun gas.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada praktikum viskositas atau
kekentalan sebagai gesekan dibagian untuk menggerakkan suatu lapisan fluida
diatas lapisan lainnya.Agar satu permukaan dapat meluncur diatas permukaan
lainnya. Lapisan fluida harus ada gaya-gaya yang bekerja.
Praktikum kali ini menggunakan alat dan bahan yaitu viskosimeter
,micrometer ,stopwatch,neraca,mistar dan benda padat yang berbentuk
bulat.langkah kerja yang dipakai pada praktikum ini yaitu benda yang bulat
dimasukkan kedalam viskosimeter yang berisi minyak dan oli.kemudian tentukan
4 jarak yang dipakai dan tentukan waktu dengan mengunakan stopwatch untuk
benda yang telah sampai pada ke 4 jarak yang sudah ditentukan.pada praktikum
ini ingin mencari massa jenis benda, menentukan kecepatan terminal dan
menentukan kekentalan suatu fluida.Nilai viskositas pada cairan oli dengan bola
kecil yaitu1070,51 Pa s ;1170,167 Pa s ; 1370 Pa s;1110,949 Pa s.Nilai viskositas
pada cairan oli dengan menngunakan bola besar yaitu 0.014184829 Pa s;
0.013833688 Pa s; 0.013205242 Pa s; 0.013205242 Pa s.Nilai viskositas pada cairan
minyak dengan menggunakan bola kecil yaitu 499.8639541Pa s; 499.8639541 Pa s;
443.4308059 Pa s; 512.5813382 pa s.Nilai viskositas pada cairan minyak dengan
menggunakan bola besar yaitu 0.005396908 Pa s; 0.005263309 Pa s; 0.005021606 Pa s;
0.005021606 pa s.Berdasarkan hasil yang tadi disebutkan nilai viskositas pada zat cair oli
dengan menggunakan bola kecil lebih besar dari nilai viskositas pada cairan minyak
dengan menggunakan bola kecil.
Nilai viskositas minyak dan oli dengan menggunakan bola besar nilai viskositas pada
oli lebih besar dari pada viskositas pada minyak.Nilai viskositas bila di bandingkan hasil
vislkositas pada minyak dan oli dengan menggunakan bola besar dan kecil.Maka nilai
viskositas pada minyak dan oli pada bola besar lebih besar dari viskositas pada minyak
dan oli dengan menggunakan bola kecil.
Kecepatan terminal pada benda bola besar dengan menggunakan oli yaitu 0.424028
m/s; 0.346154 m/s; 0.346154 m/s dan 0.346154 m/s.Nilai kecepatan terminal pada zat
cair minyak dengan menggunakan bola besar yaitu 0.930233 m/s; 1.417323 m/s;
1.038961 m/s dan 0.864553 m/s.Nilai kecepatan terminal pada zat cair oli dengan
menggunakan bola kecil yaitu 0.424028 m/s; 0.346154 m/s; 0.358744 m/s dan 0.405405
m/s.Nilai kecepatan pada zat cair minyak dengan menggunakan bola kecil yaitu 1.621622
m/s;1.8 m/s; 1.621622 m/s dan1.621622 m/s.Berdasarkan hasilnay nilai kecepatan
terminal pada zat cair minyak lebih besar dari pada kecepatan terminal pada zat cair
oli.Kecepatan terminal zat cair miyak dan oli dengan menggunakan bola besar lebih besar
nilai kecepatan terminannya dari pada kecepatan terminal zat cair pada bola kecil.Pada
praktikum viskositas faktor yang mempengaruhi nilai viskositas yaitu massa benda.zat
cair yang dipakai pada praktikum ini dan suhu.
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan dapat diketahui bahwa
kesimpulan pada praktikum viskositas yaitu:
1. Nilai viskositas pada zat cair minyak lebih besar dari pada nilai viskositas pad
zat oli.
2. Nilai viskositas pada zat cair minyak dan oli dengan mengunakan bola besar
lebih besar dari pada nilai viskositas pada zat cair minyak dan oli dengan
menngunakan bola kecil.
3. Nilai viskositas pada paraktikum ini di pengaruhi oleh suhu,bentuk benda yang
dipakai dan zat cair yang dipakai pada praktikum.
4. Percepatan terminal pada zat cair minyak lebih besar dari pada zat cair oli.
5. Percepatan terminal pada zat cair minyak dan oli dengan menggunakan bola
besar lebih besar dari pada menggukan bola kecil.
5.2 Saran
Langkah kerja yang dipakai pada praktikum viskositas sebaiknya harus
mengerti langkah kerja yang dipakai agar tidak kesulitan dalam melaksanakan
praktikum.Pada saat praktikum sebaik lebih teliti agar mendapat hasil praktikum
yang bagus.Dalam melaksanakan praktikum sebaiknya periksa bahan dan alat
yang dipakai agar tidak mengalami kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Dogra.2006. Kimia Fisika Dan Soal-soal. Malang : Universitas Malang.


Martoharsono, soemanto. 2006 . Biokimia 1 . Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada.
Sarojo, ganijanti aby. 2006. Seri fisika dasar mekanika. Jakarta : Salemba
Teknika.
Sudarjo, randy . 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar 1. Inderalaya : Universitas
Sriwijaya.
Tim penyusun.2014. Buku Modul Petunjuk Praktikum. Jember : Universitas
Jember.
Lampiran pada praktikum viskositas yaitu:

4.1 Tabel pengamatan oli pada bola kecil.

waktu
jenis bola massa S 1 (t) S 2 (t) S 3(t) S 4 (t) jari-jari bola
bola kecil 1.5 0.22 0.37 0.87 0.97 0.308
bola kecil 1.4 0.9 0.5 0.63 1.6 0.308
bola kecil 1.5 0.17 0.4 0.81 0.9 0.3085
Rata-rata 1.466667 0.43 0.423333 0.77 1.156667 0.308166667

massa jenis Jari-jari massa jenis zat


bola tabung FK r R cair
0.00011
12.26226577 1.76 1.42 1 0.0025 0.89
0.20533
11.44478139 1.76 1.42 3 0.0025 0.89
1.42068 0.00022
12.20274032 1.76 2 2 0.0025 0.89
1.42022
11.96992916 1.76 7

Jarak Vm viskositas Vm Viskositas


0.4 Vm 1 0.424028 1076.511873 0.00808 740.1856301
0.6 Vm 2 0.346154 1170.166734 0.006617 536.1258098
0.8 Vm 3 0.358744 1370.599348 0.006925 575.9023913
1 Vm 4 0.405405 1110.948717
Rata-rata 0.383583 1182.056668

I K AP
62.61845563 37.38154437 1.162678
45.35533908 54.64466092 1.338981
48.72037077 51.27962923 1.376562

Tabel 4.2 pengamatan oli pada bola besar.

waktu
jenis bola massa S 1 (t) S 2 (t) S 3(t) S 4 (t) jari-jari bola
bola 2.6 0.69 1.1 1.81 2.15 0.405
besar
bola
besar 2.7 0.48 1.1 1.7 1.91 0.395
bola
besar 2.5 0.8 0.8 1.62 1.69 0.41
Rata-rata 2.6 0.656667 1 1.71 1.916667 1.459166667

massa jenis zat


massa jenis bola Jari-jari tabung FK r R cair
9.348456115 0.0025 389.8 0.746599932 0.0025 0.84
10.46415328 0.0025 380.2 0.746599932 0.0025 0.84
8.664032123 0.0025 394.6 0.746599932 0.0025 0.84
9.492213839

Jarak Vm Viskositas Vm Viskositas


0.4 Vm 1 0.609137 0.014184829 3.368753 0.018923253
0.6 Vm 2 0.6 0.013833688 3.402228 0.019062148
0.8 Vm 3 0.467836 0.013205242 2.555755 0.015971597
1 Vm 4 0.521739 0.013205242
Rata-rata 0.549678 0.01360725

I K AP
133.4048767 -33.40487673 0.874828
137.7951349 -37.7951349 0.860766
120.948913 -20.94891303 0.917398

Tabel 4.3 pengmatan minyak pada bola kecil.

Waktu
jenis bola massa S 1 (t) S 2 (t) S 3(t) S 4 (t) jari-jari bola
bola kecil 1.5 0.22 0.37 0.87 0.97 0.308
bola kecil 1.4 0.9 0.5 0.63 1.6 0.308
bola kecil 1.5 0.17 0.4 0.81 0.9 0.3085
Rata-rata 1.466667 0.43 0.423333 0.77 1.156667 0.308166667
massa jenis zat
massa jenis bola Jari-jari tabung FK r R cair
12.26226577 1.76 1.42 0.000333333 0.0025 0.89
11.44478139 1.76 1.42 0.000333333 0.0025 0.89
12.20274032 1.76 1.420682 0.000333333 0.0025 0.89
11.96992916 1.76 1.420227

Jarak Vm viskositas Vm Viskositas


0.4 Vm 1 0.930233 499.8639541 0.00302 41.77138972
0.6 Vm 2 1.417323 285.7907217 0.004602 43.7946771
0.8 Vm 3 1.038961 443.4308059 0.003368 42.14252317
1 Vm 4 0.864553 512.5813382
Rata-rata 1.062767 435.416705

I K AP
9.593428375 90.40657163 2.077973
10.05810677 89.94189323 1.814627
9.678664756 90.32133524 2.022105

Tabel 4.4 pengamatan minyak bola besar.

Waktu
jenis bola massa S 1 (t) S 2 (t) S 3(t) S 4 (t) jari-jari bola
bola
besar 2.6 0.21 0.4 0.65 0.84 0.405
bola
besar 2.7 0.35 0.4 0.72 1 0.395
bola
besar 2.5 0.18 0.2 0.69 0.75 0.41
Rata-rata 2.6 0.246667 0.333333 0.6866667 0.863333 0.403333333
massa jenis zat
massa jenis bola Jari-jari tabung FK r R cair
9.348456115 0.0025 389.8 0.008923544 0.0025 0.89
10.46415328 0.0025 380.2 0.008923544 0.0025 0.89
8.664032123 0.0025 394.6 0.008923544 0.0025 0.89
9.492213839

Jarak Vm Viskositas Vm Viskositas


0.4 Vm 1 1.621622 0.005396908 0.10719 0.000603882
0.6 Vm 2 1.8 0.005263309 0.121993 0.000603926
0.8 Vm 3 1.165049 0.005021606 0.076071 0.000603808
1 Vm 4 1.158301 0.005021606
Rata-rata 1.436243 0.005175857

I K AP
11.18940599 88.81059401 1.951193
11.47426432 88.52573568 1.940275
12.02419784 87.97580216 1.919944
KALORIMETER
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR

Oleh

Deandra Inggrit Rahma Sari (141810201015)


Ira Apsari Ningtias (141810201016)
Faishal Saputra (141810201018)
Asisten : M. Iqbal

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Calorimeter adalah alat untuk menentukan kalor jenis suatu zat.
Calorimeter biasanya erat kaitannya dengan kalor. Kalor, biasa juga disebut
termal, atau panas. Kalor dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dipindahkan
dari system ke sekelilingnya akibat suhu. Perpindahan kalor ini terjadi dari suhu
yang lebih tinggi menuju yang lebih rendah.
Calorimeter dapat dimanfaatkan ketika terjadi peleburan antara suhu yang
rendah, hingga zat memiliki suhu yang seimbang. Konsep calorimeter tidak jauh
berbeda dengan termos yang sering ditemui seperti termos es atau termos air
hangat. Semua benda yang dipanaskan tentunya akan terhubung dengan kalor,
sehingga benda akan memiliki kalor jenis.
Calorimeter memiliki banyak manfaat, utamanya dalam diterapkan dalam
kehidupan sehari hari.. misalnya untuk mengetahui kalor jenis dari suatu jenis
cairan atau zat. Kalorieter dapat digunakan dengan memanaskan calorimeter yang
berisi suatu zat hingga mencapai suhu tertentu. Ketika suhu meningkat,
calorimeter diletakkan pada bejana pelindung, hingga suhu mulai berubah.
Percobaan ini dilakukan karena untuk mengetahui tingkat kalor jenis
bahan dan kalor lebur es. Selain itu untuk mengetahui cara kerja serta prinsip
prinsip kerja calorimeter dan perubahan suhu bahan ketika percobaan dilakukan,
terutama pada perbandingan suhu dan massa yang bergantung dari jenis
bendanya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat dijadikan acuan percobaan
calorimeter kali ini antara lain.
1. Berapa besar kalor jenis bahan yang yang dilakukan dalam percobaan?.
2. Berapa besar kalor lebur untuk es berdasar percobaan?.
3. Apa saja yang mempengaruhi kalor jenis?.
4. Bagaimana menghitung ralat dari kalor jenis bahan ( ) dan kalor lebur
es ( ) ?.
5. Apakah hasil percobaan sesuai dengan hasil literature?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah.
1. Mahasiswa mampu menghitung besar kalor jenis suatu bahan melalui
percobaan.
2. Mahasiswa mampu menghitung kalor lebur es melalui percobaan.
3. Mahasiswa mengetahui factor factor yang mempengaruhi kalor jenis.
4. Mahasiswa dapat menghitung ralat dari setiap percobaan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat setelah melakukan praktikum ini.
mahasiswa mengerti prinsip pembuatan alat untuk menyimpan air panas dan air
dingin yaitu termos yang sistemnya sama dengan prinsip calorimeter. Selain tiu
dengan mengerti tentang calorimeter, dapat mencegah pemanasan global dengan
pembuatan alat yang dapat mempertahankan suhu. Manfaat dalam kehidupan
sehari hari, seperti mengerti hal yang terjadi saat peleburan gula ke dalam air
panas.
BAB 2. DASAR TEORI

Calorimeter adalah alat untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Hal ini
erat kaitannya dengan energy dari suatu bahan yang memiliki kalor jenis tertentu.
Energy, bisa dikatakan tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya dapat
berubah bentuk dari satu kelainnya dan jumlah energy total selalu konstan. Dalam
hal ini berlaku hukum kekelan energy yang berlaku luas. Kalor sendiri adalah
energy yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang
suhunya lebih rendah. Alat untuk mengukur energy yang berpindah ini disebut
calorimeter (Suliastiati, 2010).
Kalor dapat berpindah melalui 3 cara, yaitu konduksi, konveksi, dn radiasi.
Perpindahan kalor secara konduksi lebih cepat dibandingkan dengan konveksi,
sedangkan perpindahan kalor secara radiasi adalah paling lambat dari pada yang
lain. Perpindahan kalor terjadi karena adanya beda suhu diantara benda atau
material yang dicampurkan. Konduksi kalor biasanya terjadi pada medium padat
dan perpindahan kalor yang disebabkan oleh perpindahan tenaga atom ke atom
benda yang lain. Adapun konveksi kalor terjadi pada medium cair dan udara, yang
dicirikan oleh ikut berpindahnya atom atau molekul pembawa kalor. Atom atau
molekul melakukan gerak translasi, rotasi, dan vibrasi sekaligus. Perpindahan
kalor melalui radiasi tidak memerlukan medium sehingga peristiwa ini bisa terjadi
pada medium udara atau hampa (Priyambodo, 2009).
Apabila sebuah benda dipanaskan maka benda itu mendapat tambahan
tenaga (kalor), sehingga benda mengalami kenaikan suhu atau perubahan wujud
(melebur, menguap, dan menyublim) dan berubah dimensi (memuai). Kalor yang
diterima oleh suatu benda yang mengalami kenaikan suhu sebanding dengan
perubahan suhu, dan massanya serta bergantung dari jenis bendanya. Secara
matematis dapat ditulis.
= . . (2.1)
Dimana, Q = banyaknya kalor (kalori)
m = massa zat (gr)
c = kalor jenis (/)
= perubahan suhu ()
(Tim Penyusun, 2014).
Kalor juga dapat dinyatakan dalam satuan SI yaitu joule (J), dimana 1 kalori sama
dengan 4,2 J. Sehingga, apabila kalor dalam satuan J, maka massa dalam satuan
kg, dan kalor jenis dalam satuan / . Tetapi, dalam hal ini kalor (Q)
dinyatakan dalam satuan kalori, untuk memudahkan perhitungan (Buece, 1989).
Calorimeter digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat atau bahan.
Berdasarkan persamaan 2.1 dapat ditentukan kalor jenis dengan rumus

= (2.2)
.

(Buece, 1989).

Kalor jenis air dianggap sama dengan 1 / atau 4200 / atau


lebih tepatnya 4180 / . Setiap zat memiliki kapasitas kalor jenis yang
berbeda beda (Buece, 1989).

Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebuah benda bergantung


pada 3 faktor yaitu massa benda, jenis benda, dan besarnya kenaikan suhu.

1. Massa benda
Semakin besar massa benda, kalor yang diterima untuk didistribusikan
guna menambah tenaga gerak molekul atau atom menjadi lebih banyak. Jadi,
semakin besar massa benda maka diperlukan lebih banyak kalor untuk menaikkan
suhu bila dibandingkan dengan benda yang massa lebih kecil. Hal ini ditandai
oleh banyak / sedikitnya suhu yang naik dari keadaan awal.
2. Jenis benda
Benda tertentu memiliki massa jenis tertentu pula, sehingga jumlah atom
atau molekul pergramnya juga tertentu. Tenaga akan menaikkan suhu 1 pada 1
kg air sebesar 5 kali dibandingkan aluminium. Air memiliki kapasitas untuk
menyerap dan menyimpan kalor 5 kali lebih besar dibandingkan dengan
aluminium (begitulah prinsipnya).
3. Kenaikan suhu
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 10 senilai
dengan 10 kali kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1, pada massa dan
jenis benda yang sama.
(Priyambodo, 2009).
Calorimeter yang biasa digunakan adalah calorimeter campuran, yaitu
terdiri dari sebuah bejana logam. Fungsi dari bejana adalah untuk penghantar
perpindahan kalor. Calorimeter bekerja berdasarkan Azas Black, azas black
menyatakan tentang hukum kekekalan energy. Energy adalah kekal sehingga
benda yang memiliki temperature lebih tinggiakan melepaskan energy sebesar 2
dan benda yang memiliki temperature lebih rendah akan menerima energy sebesar
pula dengan besar kalor (energy) yang sama. Secara matematis, pernyataan
tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
= (2.3)

(Suganda, 2011).
Hukum ini diambil dari nama seorang ilmuwan Inggris sebagai
penghargaan atas jasa jasanya, yakni Joseph Black (1728 1799). Calorimeter
terdiri atas bejana logam dengan kalor jenisnya yang telah diketahui. Bejana ini
biasanya diletakkan didalam bejana yang lebih besar. Kegunaan bejana luar
adalah sebagai pelindung agar pertukaran kalor dengan lingkungan sekitar
calorimeter dapat dikurangi. Calorimeter juga dilengkapi dengan batang pengaduk
yang berfungsi untuk mengaduk zat atau bahan dicampur di calorimeter. Batang
pengaduk biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan bejana calorimeter
(Suganda, 2011).
Melebur merupakan salah satu peristiwa yang terjadi apabila benda
melepas kalor. Melebur terjadi saat benda berubah wujud dari wujud zat padat
menjadi zat cair. Misalnya pencairan atu meleburnya es di kutib utara karena
disebabkan oleh pemanasan global. Besarnya kalor yang dibutuhkan pada saat
peleburan sama dengan besarnya kalor yang dilepas dalam proses pembekuan.
Proses peleburan terjadi pada suhu yang tetap (Suganda, 2011).
Kalor yang dibutuhkan sebanding dengan massa zat dan tergantung dari
jenisnya. Pernyataan ini dirumuskan
= . (2.4)
Dimana
Q = kalor yang dibutuhkan selama zat melebur (kal)
m = massa (gr)
L = kalor lebur (kal/gr)
(Tim Penyusun, 2014).
Dengan demikian kalor lebur menyatakan banyaknya kalor yang
dibutuhkan adalah satu satuan zat padat untuk merubah seluruh wujudnya
menjadi cair. Suatu system yang tertutup, energy dan system tetap. Berdasarkan
hal ini, maka pada system yang terjadi dari benda benda yang memiliki suhu
berbeda akan terjadi pertukaran kalor sesuai dengan hubungan.
1 = 2 (2.5)

Dengan

1 = kalor yang diterima oleh benda yang bersuhu rendah

2 = kalor yang diperlukan untuk melepaskan benda yang memiliki suhu


lebih tinggi

(Tim Penyusun, 2014).

Kalor lebur adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk melebur satu
satuan massa dalam suhu tetap. Kalor ini sama dengan kalor yang dilepas satu
satuan massa lelehan sewaktu membeku pada suhu yang tetap tadi. Kalor lebur air
pada suhu 0 adalah 80 / atau 335 / (Buece, 1989).

Apabila persamaan 2.5 diterapkan pada calorimeter yang didisi air untuk
menentukan kalor jenis suatu benda maka berlaku persamaan.

( . + . )( )
= (2.6)
( )
Sedangkan untuk menentukan kalor lebur es digunakan persamaan.

( . + . )( ) . .
= (2.7)

Dimana :

= kalor jenis bahan yang dicari (/)

= kalor jenis calorimeter dan pengaduknya (/)

= kalor jenis air (/)

= massa air (gr)

= massa calorimeter (gr)

= massa bahan (gr)

= massa campuran (gr)

= massa es (gr)

= kalor lebur es (/)

= suhu air mula mula ()

= suhu awal bahan ()

= suhu campuran setimbang ()

(Tim Penyusun, 2014).

Peristiwa yang terjadi bila benda melepas kalor adalah melebur, menguap,
atau menyublim. Melebur terjadi saat suatu zat yang dipanaskan ditambahkan
dengan zat / bahan yang suhunya lebih rendah. Sehingga suhu yang lebih rendah
mengalami peleburan. Singkatnya, melebur merupakan berubahnya zat yang padat
menjadi cair. Menguap merupakan suatu peristiwa disaat suatu zat dipanaskan
menjadi suhu tertentu hingga mencapai titik didih sehingga zat tersebut
mengalami penguapan. Singkatnya, menguap merupakan perubahan zat cair yang
dipanaskan menjadi uap. Menyublim merupakan suatu peristiwa yang terjadi saat
benda padat berubah menjadi gas (Tamiyanto, 2011).
BAB 3. METODOLOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat percobaan kali ini antara
lain.
1. Kalorimeter berfungsi untuk menentukan kalor jenis suatu zat.
2. Pengaduk berfungsi untuk mengaduk zat yang tercampur hingga
tercampur.
3. Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu suatu zat.
4. Pemanas listrik berfungsi memanaskan zat hingga suhunya menjadi naik
dan panas.
5. Penukar panas berfungsi menukar panas dari benda 1 ke benda yang lain.
6. Butir/kubus lubang berfungsi sebagai peredam panas.
7. Es berfungsi sebagai zat yang diuji peleburannya.
8. Air berfungsi sebagai zat cair penghantar perubahan suhu.
9. Neraca berfungsi untuk mengukur massa benda yang diukur dalam satuan
gram.
10. Aluminium berfungsi sebagai benda atau bahan yang diukur kalor
jenisnya.
11. Kuningan berfungsi sebagai benda atau bahan yang diukur kalor jenisnya.
12. Tembaga berfungsi sebagai benda atau bahan yang diukur kalor jenisnya.

3.2 Desain Percobaan


Adapun desain percobaan yang dapat dijadikan sebagai acuan praktikum
kali ini adalah.
3.2.1 Menentukan kalor jenis bahan
Kalor jenis bahan dapat dicari dengan menggunakan calorimeter seperti
gambar berikut ini.
3 2

Gambar 3.1 : Kalorimeter


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2014)

Berdasarkan penunjuk 1 kalorimeter yang berfungsi alat penentu kalor


jenis suatu zat. Penunjuk 2 merupakan thermometer yang digunakan untuk
mengukur suhu zat tersebut. Penunjuk 3 merupakan pengaduk yang berfungsi
mengaduk zat hingga tercampur rata. Alat ini diukur massa dari calorimeter
dengan pengaduk melalui neraca atu timbangan. Air yang diisikan dipanaskan
dengan pemanas listrik hingga mencapai suhu tertentu yang diukur menggunakan
thermometer. Alat pemanas diisi dengan bahan yang akan diukur kalor jenisnya.
Setelah mencapai suhu tertentu, bahan dicelupkan di calorimeter yang berisi
dengan airsuhu normal. Berikut gambar dari pemanas yang digunakan untuk
memanaskan bahan.

3.2.2 Menentukan kalor lebur es


Berdasarkan gambar, calorimeter awalnya dipanaskan dengan bantuan
pemanas listrik hingga suhu mencapai 70. Setelah suhu mencapai 70
kalorimeter diangkat dari pemanas listrik lalu dimasukkan es yang berguna
sebagai campuran hingga suhu menurun dan es menjadi cair. Suhu yang awalnya
tinggi akan menjadi turun, hal ini membuktikan bahwa terjadipeleburan antara es
dengan air yang dipanaskan.
3.3 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dapat dijadikan acuan praktikum calorimeter
kali ini adalah.
3.3.1 Menentukan Kalor Jenis Bahan
1. Kalorimeter dan pengaduk ditimbang secara bersama sama, dicatat
sebagai .
2. Kalorimeter diisi dengan air, kemudian ditimbang dan dicatat sebagai
maka = .
3. Kalorimeter dimasukkan ke dalam bejana pelindung, kemudian ditutup.
Thermometer dipasang dan dibaca suhu awal air sebagai .
4. Bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya ditimbang sebagai .
5. Bahan tersebut dipanaskan di dalam pemanas hingga mencapai suhu
tertentu (minimal 75 ).
6. Suhu benda dicatat sebagai , kemudian dengan cepat dimasukkan ke
dalam kalorimeter dan ditutup rapat rapat.
7. Melalui pengaduk yang telah diberi isolasi, perlahan lahan diaduk. Suhu
air perlahan lahan akan naik kemudian turun lagi. Suhu tertinggi
diperoleh dicatat () .
8. Percobaan diatas (langkah 1-7) diulangi dengan suhu awal bahan yang
berbeda.
9. Langkah 1-8 diulangi untuk jenis bahan yang berbeda.

3.3.2 Menentukan Kalor Lebur Es


1. Kalorimeter dan pengaduk ditimbang secara bersama sama, dicata
sebagai .
2. Kalorimeter diisi dengan sejumlah air ( 23volume kalorimeter),
kemudian ditimbang dan dicatat sebagai , maka = .
3. Air dipanaskan bersama kalorimeter tsb. Hingga suhunya sekitar 70 .
Dicatat sebagai .
4. Kalorimeter diangkat dengan cepat dan dimasukkan kedalam bajana
pelindung.
5. Sepotong es yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam kalorimeter,
ditutup rapat rapat dan diaduk pelan pelan.
6. Suhu seimbang yang diperoleh dicatat sebagai .
7. Massa air, kalorimeter, dan es tersebut ditimbang ( ) sehingga diperoleh
massa es = .
8. Langkah di atas diulangi untuk mendapatkan 3 kali pengulangan.

3.4 Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan untuk percobaan ini adalah.
1. Menentukan kalor jenis
= . .
2. Menentukan kalor lebur
= .
3. Menentukan kalor jenis bahan
( . + . ) ( )
=
( )

2 2
2 2
| | . | | + | | . | |2 + | | . | |2

=
2 2
+| | . | |2 + | | . | |2

( )
1. =
( )
( )
2. =
( )
1( + )
3. =
( )

( + )( )
4. =
( )2
( + )
5. =
( )2
( )2
6. = = = = = (1)

4. Menentukan kalor lebur es


( . + . ) ( ) . .
=

5. Mencari Ralat Kalor Lebur Es


2 2
( ) ( )
| | | |2 + | | | |2

+ 2 + 2
= + | | | |2 + | | | |2

+ + 2
+| | | |2

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Menentuka kalor jenis bahan
Tabel 4.1 kalor jenis bahan pada suhu bahan 75
Bahan m. bahan
Timbal 87 28 75 35 0,2831
Kuningan 60,5 28 75 36 0,4772
Aluminium 22,2 28 75 36 1.3006

I K AP ( )
0,0547 19,32 80,68 2 (0,28 0,05)
0,0812 17,02 82,98 2 (0,47 0,07)
0,2214 17,02 82,98 2 (1,31 0,22)

Tabel 4.2 kalor jenis bahan pada suhu bahan 80


Bahan m. bahan
Timbal 87 30 80 32 0,067
Kuningan 60,5 30 80 31 0,047
Aluminium 22,2 29 80 31 0,258

I K AP ( )
0,044 65,66 34,34 1 (0,1 0,04)
0,062 130,64 -30,64 1 (0,1 0,06)
0,167 64,83 35,17 1 (0,2 0,1)

4.1.2 Menentukan kalor lebur es


Tabel 4.3 besar kalor lebur es
Percobaan
1 63,1 202,8 139,7 75 64
2 63,1 190,8 127,7 75 43
3 63,1 202,8 139,7 75 49
4 63,1 209 145,9 75 55
Rata - rata 201,35 138,25 52,75

I K AP
388,84 55,11 40,603 59,397 1
46,8 55,11 40,603 59,397 1
49,5 55,11 40,603 59,397 1
57,8 55,11 40,603 59,397 1
135,74

4.2 Pembahasan
Calorimeter adalah alat untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Ketika
terjadi perpindahan kalor dari suhu yang tinggi menuju suhu yang rendah. Kalor
yang diterima suatu benda yang mengalami kenaikan suhu sebanding dengan
perubahan suhu, dan massanya serta tergantung dari jenis benda. Selain kalor
jenis, calorimeter dapat digunakan untuk menentukan kalor lebur suatu zat
misalnya es.
Pada percobaan kali ini, calorimeter digunakan untuk menentukan kalor
jenis suatu zat (bahan)serta menentukan kalor lebur zat cair yang berubah dari
benda padat menjadi cair. Percobaan yang pertama dilakukan untuk menentukan
kalor jenis bahan yang berupa timbale, kuningan , dan aluminium. Ketiga bahan
tentunya memiliki cirri dan karakteristik yang berbeda satu sama lain, misalnya
saja perbedaan massa dari setiap bahan. Bahan yang terbentuk dari timbale
massanya lebih besar dari pada kuningan dan aluminium. Timbale (Pb)
berdasarkan percobaan memiliki massa 87 gram, dimana pada saat dipanaskan
bahan memiliki suhu 75 . Tetapi saat timbale dimasukkan kedalam calorimeter
yang berisi air suhunya mencapai 35 . Kalor jenis yang diperoleh berdasarkan
hasil tersebut adalah 0,28 . Sedangkan, kuningan yang memiliki massa

60,5 gram, dimana pada saat dipanaskan bahan memiliki suhu 75 . Tetapi saat
kuningan dimasukkan ke dalam calorimeter suhu menjadi 36 , dan kalor jenis

yang dihasilkan adalah 0,47 . Bahan yang dibentuk dari aluminium

memiliki massa sebesar 22,2 gram, dan dan aluminium memiliki suhu awal 75.
Saat aluminium dimasukkan ke dalam calorimeter suhu menjadi 36 , sehingga

kalor jenisnya adalah 1,31 .

Timbale (Pb) berdasarkan percobaan memiliki massa 87 gram, dimana


pada saat dipanaskan bahan memiliki suhu 80. timbale dimasukkan kedalam
calorimeter yang berisi air suhunya mencapai 32 . kalor jenis yang diperoleh
berdasarkan hasil tersebut adalah 0.067 . Sedangkan, kuningan yang

memiliki massa 60,5 gram, dimana pada saat dipanaskan bahan memiliki suhu
80 . Tetapi saat kuningan dimasukkan ke dalam calorimeter suhu menjadi 31
, dan kalor jenis yang dihasilkan adalah 0.047 . Bahan yang dibentuk dari

aluminium memiliki massa sebesar 22,2 gram, dan dan aluminium memiliki suhu
awal 80. Saat aluminium dimasukkan ke dalam calorimeter suhu menjadi 31
, sehingga kalor jenisnya adalah 0,258 .

Berdasarkan data tersebut, hasil perhitungan dari percobaan kalor jenis


dari setiap bahan baik timbale, kuningan, dan aluminium sangat berbeda dari
literarur yang ada. Perbedaan hasil kalor jenis dengan literature terjadi karena
pengukuran yang kurang akurat, dan perhitungan yang tidak benar. Sehingga
menyebabakan kesalahan data (ketidak validan) data yang dihitung. Sehingga
menghasilkan kalor jenis yang berbeda dengan literature.
Pada percobaan kedua dilakukan pengukuran kalor lebur es. Es yang
awalnya padat karena suhunya di bawah suhu normal hingga air yang awalnya
mencair berubah menjadi padat. Ketika es dicelupkan pada air si calorimeter yang
dipanaskan, es yang awalnya pada menjadi cair. Sehingga hal ini terjadi
perubahan wujud dari padat menjadi cair atau melebur. Pada percobaan kalor
lebur es, didapatkan kalor lebur es sebesar 135,74 . berdasarkan data

tersebut, dapat diketahui bahwa hasil kalor lebur berkisar pada angka ratusan.
Hasil dari percobaan membuktikan bahwa hasil kalor lebur berbeda dari literature.
Hal ini terjadi karena ketidaktelitian saat melakukan praktikum, selain itu
pengukuran dan perhitungan yang tidak tepat juga membuat kesalahan
perhitungan kalor lebur es.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperleh setelah melakukan praktikum kali
ini adalah
1. Calorimeter merupakan pengukuran jumlah kalor jenis yang diserap atau
dilepaskan.
2. Kalor jenis dapat diketahui dengan membagi kalor dengan massa yang
dikali perubahan suhu.
3. Kalor jenis benda atau bahan ditentukan dengan adanya suhu.
4. Kalor jenis dipengaruhi oleh massa zat, massa calorimeter, dan jenis
bendanya.
5. Kalor lebur pada es dipengaruhi oleh massa bahan dan kapasitas kalornya.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, saran yang dapat diambil oleh
praktikan antara lain. Praktikan harus lebih hati hati saat melakukan praktikum,
karena praktikum kali ini berhubungan dengan pemanasan sehingga ditakutkan
dapat terjadi kecelakaan kerja saat praktikum berlangsung. Praktikan juga harus
lebih teliti saat melakukan praktikum, dengan mengikuti langkah langkah kerja
yang telah ditentukan. Praktikan juga harus teliti saat melakukan perhitungan agar
kalor jenis dan kalor lebur yang didapat lebih mendekati hasil literature.
DAFTAR PUSTAKA

Buece, J. Frederick. David El Wallach. 1989. Schaum Fisika Dasar. Jakarta :


Erlangga.

Priyambodo, Tri Kuntoro. Bambang Murdaka Eka Jati. 2009. Fisika Dasar.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Suganda, A. Rustiawan, dan Saripudin. 2011. Advanced Learning Physics 1B.


Bandung : Grafindo Media Pratama.

Sulistiati, Anie Khuriati Riza. 2010. Termodinamika. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Tarmiyanto. 2010. Fisika Edisi 5. Surakarta. Mediatama.

Tim Penyusun. 2014. Petunjuk Prktikum Fisika Dasar. Jember : Universitas


Jember.
LAMPIRAN

Kalor Jenis bahan pada suhu awal 75

Kalor jenis bahan pada suhu 80


Kalor lebur es
PERCEPATAN GRAVITASI BUMI
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR

Oleh
Deandra Inggrit Rahma Sari (141810201015)
Ira Apsari Ningtias (141810201016)
Faishal Saputra (141810201018)
Asisten : Aisyah

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gravitasi adalah gerakan sebuah benda yang jatuh ke bumi yang dapat
mengalami percepatan dan selalu mengarah ke bumi atau pusat bumi.Kejadian
tersebut dapat disimpulkan bahwa benda tersebut ada yang menarik.Hal tersebut
jelas karena adanya gaya gravitasi bumi.Berdasarkan kejadian seperti buah apel
jatuh dari pohon,berarti gaya tarik bumi bekerja pada puncak pohon.
Kejadian-kejadian dialam yang telah diamati disekitar sering
menimbulkan banyak pertanyaan seperti benda jatuh selalu mengarah ke pusat
bumi atau ke bawah,planet-planet berputar mengelilingi matahari dan gaya
bulan.Hal tersebut terjadi karena adanya suatu pengaruh gaya gravitasi.Percobaan
ini akan dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh gaya gravitasi bumi
terhadap suatu benda.Seperti halnya suatu benda yang digantung menggunakan
tali pada suatu simpangan atau penampang benda.Benda tersebut kemudian diberi
simpangan kecil setelah itu dilepaskan maka benda tersebut akan melakukan
ayunan geteran atau yang sering disebut dengan osilasi atau garak selaras.
Praktikum kali ini ingin membuktikan besar gaya gravitasi pada dua buah
benda serta dapat memperjelas konsep-konsep tentang percepatan
gravitasi.Sehingga hukum-hukum yang berlaku pada percobaan percepatan
gravitasi bumi.Hukum tersebut seperti hokum newton tentang gerak dan lainnya
yang dapat dibuktikan secara eksperimen dengan melakukan suatu percobaan
yang menggunakan dua buah macam bandul yaitu bendul matematis dan bandul
fisis.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui rumusan
masalah yang terdapat pada praktikum percepatan garvitasi yaitu:

1. Menentukan besar nilai percepatan gravitasi yang dialami oleh bandul


pada percobaan percepatan gervitasi bumi ini.
2. Menentukan besar percepatan gravitasi bumi pada suatu benda dengan
menggunakan jarak yang berbeda.
3. Menentukan besar nilai sudut simpangan dan periode ayunan pada
percobaan perceptan gravitasi bumi.

1.3 Tujuan
Setelah praktikum yang telah dilakasanakan dapat disimpulkan tujuan
pada praktikum percepatan gravitasi bumi kali ini yaitu:
1. Dapat mengetahui besar nilai percepatan gravitasi bumi yang dialami oleh
bandul pada parktikum kali ini.
2. Dapat menentukan besar percepatan gravitasi bumi pada suatu benda
dengan menggunakan jarak yang berbeda.
3. Dapat menetukan besar nilai sudut simpangan dan periode ayunan pada
percobaan perceptan gravitasi bumi.

1.4 Manfaat
Manfaat yang terdapat pada percobaan ini yaitu dapat mngetahui pengaruh
gaya grvitasi bumi terhadap suatu benda.Contoh kegiatan sehari saperti manga
jatuh dari pohonnya yang dapat di jelaskan dengan memanfaatkan percepatan
gravitasi bumi.Planet diangkasa dapat mengitari matahari yang dapat berotasi
pada sumbunya serta dapat mempertahankan keadaan atau posisinya agar dapat
menngunakan percepatan gravitasi bumi.pada tata surya bumi.Berputar pada
porosnya sekaligus bergerak menggelilingi matahari karena adanya keseimbangan
dan karenan adanya gaya gravitasi bumi.
BAB 2. DASAR TEORI

Gerak harmonik sederhana adalah gerak periodic dengan lintasan yang di


tempuh selalu sama(tetap).Gerak harmonic sederhana mempunyai persamaan
tertentu dalam bentuk sinosidac dan digunakan untuk menganalisis suatu gerak
periodic tertentu.Gerak periodic adalah gerak berulang atau berosilasi dengan titik
setimbang dalam interval waktu tetap.Gerak harmonic sederhana dapat dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu:
1. Gerak harmonik sederhana linear,misalnya penghisap dalam selinder
pegas,garak osilasi air raksa atau air dalam pipa u.
2. Gerak harmonic sederhana angular,misalnya gerak bandul matematis atau
gerak bandul fisis,osilasi ataupun teori(zemansky,1962).
Gerak harmonik pada percobaan ini yaitu dengan menngunakan bandul
matematis dan bandul fisis.Bandul matematis dan bamdul fisis berbeda.Bandul
fisis merupakan bandul yang hanya terdiri dari tali yang tidak bermassa yang
digantungkan oleh sebuah partikel tunggal pada kenyataannya semua benda yang
berayun adalah bandul fisis(zemansky,1962).
Gaya gravitasi yang pertama kali dikemukakan oleh Newton pada tahun
1687, adalah gaya interaksi antara dua buah benda. Dibandingkan dengan
interaksi dasar lain yang terjadi dalam partikel-partikel elementer, gaya gravitasi
merupakan interaksi yang paling lemah. Walaupun massa benda-benda itu beribu-
ribu kilogram, gaya gravitasi antara benda sulit diukur. Selain itu, gaya ini juga
sulit diamati karena manusia tidak bisa merasakannya. Namun, gaya gravitasi
tetap sangat penting dalam interaksi yang melibatkan benda-benda yang sangat
besar seperti planet, bulan dan bintang-bintang. Gaya gravitasi juga menyebabkan
manusia dapat berdiri di bumi, mempertahankan bumi dan planet-planet lain di
garis edarnya dalam tata surya (Tipler, 1998).
Gaya gravitasi yang paling dikenal dengan gaya berat.Gaya berat adalah
sebuah benda yang berhubungan dengan gaya tarik bumi yang terhadap benda
tersebut. Gaya gravitasi bumi vertical dengan percepatan sebesar percepatan
gravitasi bumi.Hukum newton ke 2 tentang gerak mengerakkan gaya dapat
menimbulkan percepatan pada bumi. Sebuah benda bermassa(m) berada pada
jarak(r) dari pusat bumi yang bermassa maka akan mengalami gaya gravitasi
sebesar:
.
F = G. = .
2

a = G. 2
(2.1)
Percepatan (a) pada persamaan di atas sering disebut percepatan gravitasi
yang di simbolkan dengan huruf g.massa bumi di simpolkan dengan huruf m dan
jari-jari bumi yaitu dengan huruf R(Giancoli,2001).
Gerak gravitasi merupakan besaran vector,sehingga bila benda mengalami
gaya tarik gravitasi dari lebih dari satu benda sumber gravitasi,maka teknik
mencari resultannya di pergunakan pencarian resultan vector.Besar percepatab
gravitasi yang dialami sebua benda dipermukaan planet adalah sama.Selembar
bulu ayam dan segumpal tanah liat di jatuhkan dari ketinggian yang sama dalam
tabung hampa akan bersamaan mencapai dasar tabung.Namun jika di dalam
tabung berisi udara maka tanah liat terlabih dahulu sampai pada dasar tabung.Hal
tersebut membuktikan bahwa karena adanya hambatan dari tabung maka
percepatan gravitasi yang terjadi pada tempat tersebut yang berbeda untuk massa
yang berbeda atau benda berbeda.
Gerak harmonic pada bandul adalah sebuah bandul yang digantungkan
pada pada salah satu ujung tali dengan panjang(L) dan membuat simpangan
dengan sudut yang terkecil yang menyebabkan bandul kembali ke tempat
semula(kesetimbangan) dinamakan gaya pemulih yaitu kesetimbangan
gayanya.Bila amplitudonya dan geteran dinyatakan dalam amplitude sudut
itu(Giancoli,2001).
Menentukan percepatan grabitasi bumi dengan menggunkan bandul fisis
yang memiliki bentuk yang berbeda-beda.Sebuah bandul fisis dengan bentuk
sembarang,digantungkan pada titik yang bukan merupakan pusat massanya.Jika
disimpangkan pada posisi setimbang maka akan berayun dengan priode seperti:

= 2

(2.2)
Menurut rumus teorema sumbu sejajar,besar modus inersianya I adalah:
I = 1 + 2
(2.3)
Katerangan:
m = massa benda (kg)
K = jarak antara titik sumbu dengan sembu massa(m)
1pm= momen inersia pada pusat massa
Jika gerak anatara titik sumbu dengan pusat massa adalah d2 dan jarak antara titik
sumbu pusat massa d1 maka Rumus persamaan percepatan gravitasi yang diapai
yaitu:
4(d21 d21 )
g = ( 2 2
1 1 2 1 )

(2.4)
(halliday,1991).
Jika bandul yang digunakan berupa sebuah batang tipis maka untuk
panjang(L) digantungkan pada porosnya yang terletak pada ujung batang,maka
batang akan diam dalam posisi statis.Kemudian jika batang disimpangkan dengan
sudut kecil maka batang akan berosilasi dengan frekuensi.Jika sudah diketahui
bahwa momen inersia batang tipis terhadap salah satu ujungnya adalah:
1
= 3 2
(2.5)
Jarak anatara poros dengan titik pusat massa adalah d=1/2L,sehingga periode
ayunan dapat dirumuskan;
8 2
2 = 3

(2.6)
Bedasarkan persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa jika panjang batang
berubah, maka kuadrat periode ayunan juga akan berubah secara linear.Besarnya
percepatan gravitasi bumi dapat dinyatakan sebagai berikut:
8 2
= 3 2

(2.7)

Jika sebuah benda yang digunakan dalam keeping lingkaran tipis dengan
jari-jari(R),dengan digantungkan pada poros yang terletak pada suatu titik diatas
pusat lingkaran akan diam dalam posisi stabil.maka rumus percepatan gravitasi
yang dipakai yaitu:

1 2
4 2 2
= [ + ]
2

(2.8)

(Halliday,1991).
Bandul matematis adalah bandul dengan panjang L dan massa m dan
membuat gerak harmonik sederhana dengan sudut kecil. Gaya yang menyebabkan
bandul keposisi kesetimbangan dinamakan gaya pemulihdan panjang busur. Bila
amplitudo gerakan tidak kecil namun tidak harmonik sederhana seihingga periode
mengalami ketergantungan pada amplitudo (Fornasini,2008).
BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang dipakai pada praktikum percepatan gravitasi yaitu:
1. Bandul matematis dengan perlengkapan 1set digunakan untuk alat dalam
percobaan percepatan gravitasi.
2. Bandul fisis dengan perlengkapan 1set digunakan untuk alat dalam
percobaan percepatan gravitasi.
3. Beban digunakan untuk bahan uji pada praktikum percepatan gravitasi.
4. Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu pada praktikum percepatan
gravitasi.
5. Busur derajat digunakan untuk mengukur sudut yang terbentuk oleh
ayunan pada praktikum percepatan gravitasi.
6. mistar digunakan untuk mengukur panjang,lebar dan tinggi benda pada
praktikum percepatan gravitasi.

3.2 Desain percobaan


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat di ketahui desain
percobaan yang dipakai pada praktikum percepatan gravitasi yaitu:
3.2.1 Menentukan percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan bandul
matematis

Gambar 3.2.1 percobaan gravitasi bumi dengan menggunkan bandul matematis


(sumber: modul pentunjuk praktikum fisika dasar,2014)
Keterangan:
L= panjang tali(m)
=
3.2.2 Menentukan percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan bandul fisis

Gambar 3.2.2 percobaan gravitasi bumi dengan menggunkan bandul statis


(sumber: modul pentunjuk praktikum fisika dasar,2014)

Gambar 3.2.3 percobaan gravitasi bumi dengan menggunakan bandul statis dan di
tambahkan beban.
(sumber: modul pentunjuk praktikum fisika dasar,2014)
Keterangan:
K = jarak pusat massa ke pusat ayunan(m)
P = pusat ayunan
=
3.3 Langkah Kerja
Bedasarkan praktikum yang telah dilaksanakan langkah kerja yang dipakai
pada praktikum perceptan gravitasi yaitu:
3.3.1 menentukan percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan bandul
matematis
1. Alat diatur seperti gambar 3.2.1 dengan panjang tali 100 cm.
2. Ujung bandul diatur agar tepat berada di tengah.
3. Pada bandul diberi simpangan kecil(sudutnya <100),kemudian
dilepaskan.
4. Catat waktu yang dibutuhkan untuk 5 geteran.
5. Langkah 1 sampai 4 diulang sebanyak 5 kali.
6. Langkah 1 sampai 5 diulangi dengan 5 kali dengan panjang tali yang
berbeda.

3.3.2 menentukan percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan bandul fisis.


1. Batang ditimbang dan dicatat massanya.
2. Batang diletakkan pada suatu keadaan dan dicari pusat massanya.
3. Batang digantung pada titik p dan jarak antara p adan c di catat.
4. Jarak antara o dan p dicatat.
5. Ayunan batang diberi simpangan kecil dan catat waktu untuk 6 kali
getaran.
6. Langkah 1 sampai 5 diulang sebanyak 5 kali.
7. Langkah 3 sampai 6 diulang sebanyak 3 kali dengan jarak yang berbeda.

3.3.3 menentukan percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan bandul fisis


dan silindel pejal.
1. Massa silinder dan jari-jarinya dicatat.
2. Batang diletakkan pada suatu keadaan dan dicari pusat massa.
3. Batang digantungkan pada titik p,jarak antara p dan c di catat.
4. Jarak antara o dan p dicatat.
5. jarak dari titik pusat silinder sampai ke titik pusat ayunan(p) di catat.
6. Batang diayunkan dengan memberi simpangan kecil,waktu di catat yang
dibutuhkan untuk 6 kali getaran semperna.
7. Langkah 6 diulang sebanyak 5 kali
8. Langkah 3 sampai 7 diulang untuk 3 kali dengan jarak d yang berbeda.

3.4 Metode Analisis


Adapun metode analisis yang dipakai pada praktikum percepatan analisis
yaitu:
Untuk mencari percepatan gravitasi dengan bandul matematis.

=

4 2
=
2

0,68. 2 2 2 2
= ( ) +( ) .

1
=
2

( )2
=
( 1)


= 100%

K= 100 I

= 1 ( )

Untuk mencari percepatan gravitasi dengan bandul statis.

=

4 2
=
. . 2
1
= . . 2
3

=
.

0,68. 2 2 2 2
= ( ) +( ) .

1
=
2

( )2
=
( 1)


= 100%

K= 100 I

= 1 ( )

Untuk mencari percepatan gravitasi dengan bandul statis dan silinder pejal.

=


4 2 ( + . )
= .
2

=
. + .
Igabungan = I1 + I2

I1 = I1 + . 2
1
I2 = . . 2
3

0,68. 2 2 2 2
= ( ) +( ) .

1 ( )2
= = ; =
2 ( 1)
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Tabel 4.1 percepatan gravitasi dengan mengunakan bandul matematis.
N Panj 1 2 3 4 5
o ang(l)
1 1,4 1 1 1 1 1 0, 0
1,72 1.6 1,5 1,56 1,54 0005 ,037
2 1,3 1 1 1 1 1 0, 0
0005
1,12 1,16 1,22 1,25 1,38 ,045
3 1,2 1 1 1 1 1 0, 0
0005
0,94 0,78 0,56 0,84 0,72 ,063
4 1,1 1 1 1 1 1 0, 0
0005
0,44 0,31 0,41 0,19 0,17 ,055
5 1 9 9 9 9 9 0, 0
0005
,88 ,62 ,6 ,9 ,71 ,063

1 2 3 4 5 I K A ( )
p
2 2 2 2 2 0 9 1 (10
,34 ,32 ,3 ,3 ,3 ,64 9,36 0,07)
2 2 2 2 2 0 9 1 (10
,23 ,32 ,2 ,25 ,27 ,8 9,2 0,08)
2 2 2 2 2 1 9 1 (10
,19 ,16 ,1 ,17 ,14 ,18 8,82 0,1)
2 2 2 2 2 1 9 1 (10
,09 ,06 ,08 ,04 ,03 ,07 8,93 0,1)
1 1 1 2 1 1 9 1 (10
,98 ,92 ,92 ,93 ,94 ,28 8,72 0,1)

Tabel 4.2 percepatan gravitasi dengan menggunakan bandul fisis.


N p o 1 2 3 4 5 mb
o -c -p
1 0 0 8 9 9 8 9 9,02 0,86
,45 ,05 ,8 ,1 ,9 ,3
2 0 0 8 8 8 8 9 8,88 0,86
,4 ,1 ,8 ,7 ,5 ,7 ,7
3 0 0 8 8 8 8 8 8,66 0,86
,35 ,15 ,8 ,6 ,7 ,5 ,7

T i K I K A ( )
nersia p
1 0 0 0 0 0 9 1 (10
,5 ,23 ,6 ,0005 ,019 ,04 9,96 0,005)
1 0 0 0 0 0 9 1 (90,
,48 ,18 ,53 ,0005 ,047 ,006 9,994 0006)
1 0 0 0 0 0 9 1 (90,
,44 ,14 ,47 ,0005 ,011 ,028 9,68 028)

Tabel 4.3 percepatan gravitasi dengan mengunakan bandul fisis dan silinder pejal.
N p o 1 2 3 4 5
o -c -p
1 0 0 1 1 1 1 1 10,3
,65 ,05 0,4 0,34 0,56 0,43 0,39 9
2 0 0 1 1 1 1 1 10,1
,6 ,1 0,25 0,1 0,18 0,31 0,15 9
3 0 0 9 9 1 9 9 8,66
,55 ,15 ,93 ,85 0,16 ,93 ,75

Igab S T I K A ( )
ungan p
0,87 0 0 0 1 1 9 3 (12,50,1
,95 ,0005 ,0114 ,73 ,49 8,51 84)
0,78 0 0 0 1 1 9 3 (12,30,0
,9 ,0005 ,0083 ,69 ,27 8,73 083)
0,7 0 0 0 1 0 9 6 (12,40,0
,86 ,0005 ,0114 ,65 ,003 9,997 0037)

4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan dapat dijelaskan bahwa
percepatan gravitas memiliki beberapa perbedaan.Jika diukur diukur dengan jarak
yang berbeda.Perbedaan jarak tersebut dipengaruhi oleh waktu.Waktu yang di
peroleh tersebut dipenagruhi eloh periode ayunan.
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan baik memakai bandul
metematis dan bandul fisis dengan menggunakan tali dan beban terhadap
percepatan gravitasi.Apabila panjang tali yang digunakan lebih pendek maka
waktu yang diperlukan untuk menentukan 1 ayunan sempurna lebih cepat begitu
juga sebaliknya.Secara otomatis waktunya yang dapat diperoleh seperti hasil tabel
bandul matematis.Terjadi perbedaan perbadaan waktu yang terjadi pada table
bandul matematis dan bandul fisis karena dipenagruhi oleh percepatan gravitasi
bumi yang dialami pada bandul matematis dan bandul fisis.
Percepatan yang dialami oleh sebuah benda yang melakukan gerak osilasi
dapat dapat dipengaruhi oleh massa.Misalnya pada percobaab menggunakan
bandul fisis alat yang digunakan adalah batang kayu dan silinder pejal.Dengan
bertambahnya massa maka percepatan gravitasi lebih cepat.Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan nilai percepatan gravitasi bumi pada bandul fisis dengan
silinder lebih cepta dari bandul matematis dan bandul statis yang menggunankan
batang kayu.Langkah kerja pada praktikum percepatan gravitasi pada bandul
matematis adalah persiapkan 1 set alat bandul matematis tentukan sudut yang mau
diambil dan kemudian ditarik dan dilepas maka akan mengarami percepatan
gravitasi.Langkah kerja pada bandul fisis dengan menggunakan batang uji yaitu
langkah awal batang uji dicari titik setimbangnya kemudian persiapkan satu set
bandul fisis kemudian tentukan sudut yang mau dipakai dan ditarik kemudian
dilepas maka akan mengalami percepatan gravutasi.Langkah kerja untuk bandul
fisis dan silinder pejal sama dengan langkah kerja pada bandul fisis dengan
menggunakan batang namun pada uji ini ditambah beban yang berupa silinder
pejal.
Nilai percepatan gravitasi beserta laratnya pada bandul matematis
yaitu(100,07); (100,08); (100,1); (100,1); (100,1).Nilai percepatan gravitasi
beserta laratnya pada bandul fisis menggunakan batang uji yaitu: (100,005);
(90,0006); (90,028).Nilai bandul fisis dan silinder pejal yaitu(12,50,184);
(12,30,0083); (12,40,00037).Berdasarkan hasil ketiga percobaan tersebut dapat
diketahui bahwa nilai percepatan gravitasi bumi paling besar adalah bandul fisis
dan silinder pejal.Hal ini membuktiakan bahwa pada percepatan gravitasi pada uji
ini dipengruhi oleh massa.
Berdasarkan table yang telah dibuat maka percepatan garvitasi mengalami
kenaikan dan bila dibandingkan dengan hasil pada table maka percepatan gravitasi
juga mengalami peningkatan tiap percibobaan yang telah dilaksanakan.Nilai
inersia pada bantang kayu berdasar hasil yang diperoleh 0,23; 0,18; 0,14.Untuk
memperoleh inersia gabungan maka harus mencari nilai inersia pada batang kayu
dan silinder pejal,bila sudah ditemukan kedua hasil tersebut kemudian ditambah
dan hasil yang telah didapatkan adalah0,87; 0,78; 0,7
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bedasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapar diketahui
kesimpulan yang pakai pada praktikum percepatan gravitasi yaitu:
1. Nilai percepatan gravitasi paling besar pada praktikum percepatan
gravitasi bimi adalah pada bandul fisis dan silinder dibandingkan dengan
hasil percepatan gravitasi bumi pada bandul fisis dan matematis.
2. Pada praktikum kali ini dapat diketahui bahwa percepatan gravitasi yang
diperoleh di pengaruhi oleh massa,sudut kemiringan,dan panjang tali.
3. Getaran sempurna pada bandul fisis dan matematis maksudnya adalah
jarak yang ditempuh oleh bandul dari kedudukan setimbangnya sampai
kembali menjadi atau mencapai kesetimbangan kembali.
4. Untuk mmenentukan inersia pada bandul fisis menngunakan rumus untuk
mencari inersia batang sedangkan untuk menentukan inersia pada
percobaan bandul fisis dan silinder pejal menngunakan rumus inerisia
gabungan yaitu inersia pada batang ditambah inersia pada silinder.

5.2. Saran
Pada praktikum kali ini mahasiswa harus teliti dalam menentukan waktu
yang ditempuh pada uji percobaan bandul matematis,bandul fisi dan bandul fisis
yang ditambahkan silinder pejal.Mahasisiwa harus mengerti langkah kerja
praktikum agar pada saat memulai praktikum percepatan gravitasi tidak
kesulitan.Pada saat praktikum harus diperhatikan dalam menentukan titik
kesetimbangan batang.
DAFTAR PUSTAKA
Fornasini,2008.fisika dasar.Jakarta:Erlangga.
Giancoli,D.2001.fisika jilid 1.Jakarta:Erlangga.
Halliday.1991.fisika jilid 1.Jakarta:Erlangga.
Tim Fisika Dasar.2014.modul petunjuk praktikum fisika
dasar.Jember:Universitas Jember.
Tipler,Paul A;alih bahasa:Prasetio,L dan Adi R.W.1998.Fisika Untuk Sains dan
Teknik,Jilid 1,Edisi ketiga.Jakarta:Erlangga.
Zemensky.1962.fisika untuk universitas 1.Jakarta:Bina cipta.
Lampiran praktikum percepatan gravitasi

4.1 Bandul Matematis


No. panjang (l) t1 t2 t3 t4 t5 t Rata -rata

1 1.4 11.72 11.6 11.5 11.56 11.54 11.584


2 1.3 11.12 11.16 11.22 11.25 11.38 11.226
3 1.2 10.94 10.78 10.56 10.84 10.72 10.768
4 1.1 10.44 10.31 10.41 10.19 10.17 10.304
5 1 9.88 9.62 9.6 9.9 9.71 9.742
Rata -rata 1.2 10.7248

n T Rtata-rata ^2 g l t g

5 2.3168 9.8596 10.28656167 0.0005 0.03763 0.06665888


5 2.2452 9.8596 10.17074048 0.0005 0.044677 0.081652837
5 2.1536 9.8596 10.20399996 0.0005 0.063435 0.120837353
5 2.0608 9.8596 10.21504493 0.0005 0.0551 0.109700361
5 1.9484 9.8596 10.38874403 0.0005 0.063277 0.133238376
10.25301821

I K AP T1 T2 T3

0.648019061 99.35198094 1 2.344 2.32 2.3


0.802820971 99.19717903 1 2.224 2.232 2.244
1.184215534 98.81578447 1 2.188 2.156 2.112
1.073909727 98.92609027 1 2.088 2.062 2.082
1.282526319 98.71747368 1 1.976 1.924 1.92

T4 T5

2.312 2.308
2.25 2.276
2.168 2.144
2.038 2.034
1.98 1.942
rumus pada bandul matematis
g=4*K4*B4/(J4)^2
g=SQRT(((0.68*M4/B4)^2+(2*N4/H4)^2)*(L9)^2)
t=SQRT(((C4-H4)^2+(D4-H4)^2+(E4-H4)^2+(F4-H4)^2+(G4-H4)^2)/20)
l=1/2 nst
T 1=C4/I4
T 2==D4/I4
T 3=E4/I4
T 4=F4/I4
T 5==G4/I4
i= =(O4/L4)*100
K=100-I
Ap=1-LOG10*(O4/L4)

4.2 Bandul Fisis


No. P-C O-P t1 t2 t3 t4 t5

1 0.45 0.05 8.8 9.1 9 8.9 9.3


2 0.4 0.1 8.8 8.7 8.5 8.7 9.7
3 0.35 0.15 8.8 8.6 8.7 8.5 8.7
Rata - rata

m batang
n T l (m) Inersia ^2
(kg)
6 0.86 1.503333333 0.9 0.2322 9.8596
6 0.86 1.48 0.8 0.183467 9.8596
6 0.86 1.443333333 0.7 0.140467 9.8596

g k k t g

10.4703202 0.6 0.0005 0.019235384 0.005122954


9.602727051 0.533333333 0.0005 0.047116876 0.0006375
8.834719904 0.466666667 0.0005 0.011401754 0.028961275
9.635922387

I K AP

0.048928338 99.95107 1
0.006638739 99.99336 1
0.327812038 99.67219 1
rumus pada bandul fisis
g=(4*O12*N12)/(K12*B12*(L12)^2)
g=SQRT(0.68*R12/Q12)^2+(2*S12/(I12)^2)*P15
t=SQRT((D12-I12)^2+(E12-I12)^2+(F12-I12)^2+(G12-I12)^2+(H12-I12)^2)/20
k=1/2 nst
T =I12/J12
Inersia=1/3*(K12*(M12)^2)
k==N12/(K12*B12)
i= =(O4/L4)*100
K=100-I
Ap=1-LOG10*(O4/L4)
4.3 Bandul Fisis dengan Silinder Pejal
No. P-C O-P t1 t2 t3 t4 t5

1 0.65 0.05 10.4 10.34 10.56 10.43 10.25


2 0.6 0.1 10.25 10.1 10.18 10.31 10.15
3 0.55 0.15 9.93 9.85 10.06 9.93 9.75

t Rata - m batang m silinder pejal


n T l (m) Inersia batang
rata (kg) (kg)
10.396 6 0.86 0.966 1.732667 1.3 0.000716667
10.198 6 0.86 0.966 1.699667 1.2 0.002866667
9.904 6 0.86 0.966 1.650667 1.1 0.00645
10.166

r silinder Inersia
K Inersia gab ^2
pejal Silinder
0.06 0.95 0.8735538 0.874270467 9.8596
0.06 0.9 0.7841988 0.787065467 9.8596
0.06 0.85 0.6996738 0.7061238 9.8596

md MK g s s

0.000465833 0.9177 12.5087504 0.952192 0.0005


0.00172 0.8694 12.3345879 0.90351 0.0005
0.0035475 0.8211 12.3940438 0.856273 0.0005
12.4124607 0.903992

t g I K AP
0.011459 0.184837 1.489128 98.51087 2.827068
0.008289 0.157204 1.2665 98.7335 2.897395
0.011437 0.000376 0.00303 99.99697 5.518544

rumus pada bandul fisis dan silinder pejal


g=((4*T18)*(S18/(U18+V18)))/((M18)^2)
g=SQRT((0.68*Y18/X21)^2+(2*C24/(I21)^2)*(W21)^2)
t=SQRT((D18-I18)^2+(E18-I18)^2+(F18-I18)^2+(G18-I18)^2+(H18-I18)^2)/20
s=1/2 nst
T ==I18/J18
Inersia batang=1/3*(K18*(C18)^2)
Inersia silinder=((1/2*L18*(P18)^2)+(L18*(Q18)^2))
i= =(O4/L4)*100
K=100-I
Ap=1-LOG10*(O4/L4)
Inersia gab=O18+R18
md==O18*B18
MK=L18*Q18
s=S18/(U18+V18)
MODULUS ELASTISITAS
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR

Oleh
Deandra Inggrit Rahma Sari (141810201015)
Ira Apsari Ningtias (141810201016)
Faishal Saputra (141810201018)
Asisten : Febrianti Ika Fitria

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 201
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benda yang dibari gaya akan mengalami suatu perubahan pada benda
tersebut.Apabila gaya akan mengalami perubahan,maka benda dapat kembeli
keebntuk semula.Sifat benda ke bentuk semula disebut elastisitas.Elastisitas
adalah sifat zat yang memungkinkan benda kembali pada ukuran semula,setelah
gaya yang mendeformasinya ditiadakan.Elatisitas hanya terjadi pada benda yang
memeiliki sifat elastis.seperti karet,kayu,baja,alumunium dan lain-lainnya.Dalam
kehidupan tidak semua benda memiliki sifat elastis.Bahkan,benda yang memiliki
sifat elatis,memiliki tingkat keelastisan yang berbeda-beda dengan benda yang
lain.
Pengujian elatisitas suatu benda atau bahan,dilakukan dengan menggunkan
tumpuan tuas a dan tuas b yang diletakkam bahan yang bersifat elastis.Alat
uji,dilengkapi dengan benda yang memiliki peranan seperti pegas,yang mampu
menunjukkan skala perubahan pada saat benda mengalami elatisitas.Untuk
mengetahui perubahan skala pada unjung pegas di tambah suatu beban yang
memilki massa.Sehingga diketahui tingkat keleastisan suatu bahan.
Mengatahui tingkat keleatisan suatu bahan sangat dibutuhkan,karena pada
saat praktikum dapat mengukur seberapa besar elastisitas benda yang sedang
diukur.Sehingga mencapai batas maksimal elastisnya suatu bahan.Dalam proses
mengukur dapat mengetahui batas massa yang mampu ditahan oleh bahan.Dalam
kehidupan sehari-hari benda yang pengalami elastisitas yang sering ditemui
seperti ketapel,karet,kayu dan masih banyak lagi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
rumusan masalah yang dipakai pada praktikum modulus elastisitas yaitu:
1. Menetukan besar modulus elastisitas dengan menngunakan batang uji
yang memiliki penampang lintang segiempat?
2. Berapa besar nilai modulus elastisitas bahan pada batang penampang
lingkaran pejal?
3. Berapa besar nilai modulus elastisitas bahan pada batang penampang
lintang tang berrongga?
4. Menentukan faktor yang mempengaruhi modulus elastisitas pada batang
yang di uji?
5 .Menentukan nilai terbesar modulus elastisitas pada batang yang di uji?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dipakai pada praktikum modulus elastisitas yaitu:
1. Mahasiswa dapat mencari besar modulus elastisitas dengan menngunakan
batang uji yang memiliki penampang lintang segiempat.
2. Mahasiswa dapat mencari besar nilai modulus elastisitas bahan pada
batang penampang lingkaran pejal.
3. Mahasiswa dapat mencari besar nilai modulus elastisitas bahan pada
batang penampang lintang tang berrongga.
4. Mahasiswa dapat mengtahui faktor yang mempengaruhi modulus
elastisitas pada batang yang di uji.
5. Mahasiswa dapat mengtahui nilai terbesar modulus elastisitas pada
batang yang di uji.

1.4 Manfaat
Elastisitas dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.Contohnya untuk
menangkap burung orang-orang tradisional menggunakan bahan elastisitas untuk
membuat ketapel.Kegiatan lain seperti menggunakan karet untuk mengikat
ramput perempuan,dan elastisitas pegas pada roda motor.
BAB 2. DASAR TEORI

Benda elastis adalah bahan yang mudah diregangkan serta selalu cendrung
pulih ke keadaan semula, dengan menggunakan gaya reaksi elastisitas atas gaya
tegangan yang meregangnya. Menurut hooke, regangan sebanding dengan
tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan adalah
presentasi perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang merenggang persatuan
luas penampang yang di kenainya ( Soedojo, 1999).
Modulus elastik merupakan besaran yang menyatakan sifat elastik suatu
bahan tertentu dan bukan menunjukkan langsung seberapa jauh sebuah batang
atau kabel atau pegas yang terbuat dari bahan yang bersangkutan mengalami
perubahan akibat pengaruh beban f=kx. Konstanta k, atau perbandingan gaya
terhadap perpanjangan disebut konstanta gaya atau kekuatan pegas. Bilangannya
sama dengan gaya yang diperlukan untuk menghasilkan perpanjangan satuan
(Zemansky, 1982)
Elastisitas adalah sifat dimana benda kembali pada ukuran dan bentuk
awalnya ketika gaya-gaya yang mendeformasikan (mengubah bentuknya)
dihilangkan. Batas elastis suatu benda adalah tegangan yang terkecil yang akan
menghasilkan gangguan permanen pada benda. Ketika ldiberikan tegangan
melebihi batas ini, benda tidak akan kembali persis seperti keadaan awalnya
setelah tegangan tersebut dihilangkan (Buece, 1989).
Sebuah benda dikatakan elastis sempurna jika setelah gaya penyebab
perubahan bentuk dihilangkan benda akan kembali ke bentuk semula. Sekalipun
tidak terdapat benda yang elastik sempurna, tetapi banyak benda yang hampir
elastik sempurna, yaitu sampai deformasi yang terbatas disebut limit elastik. Jika
benda berdeformasi di atas limit elastiknya, dan apabila gaya-gaya dihilangkan,
maka benda-benda tersebut tidak kembali ke bentuk semulanya. Benda ini disebut
bersifat plastik. Perbedaan antara sifat elastik dan plastik hanyalah terdapat pada
tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi (Sarojo, 2002).
Ketika membicarakan elastisitas,pasti hal ini juga tidak jauh dari tegangan
dan regangan.Tegangan juga disebut stress dengan lambingS.Tegangan
merupakan penyebab deformasi,satuan dari tegangan berdasarkan SI adalah
Pa(pascal),dimana 1Pa sama dengan 1N/m2(Tim penyusun,2014).
Tegangan(s)
F
= (2.1)
A
Diketahu:
S= tegangan(Pa/N/m2)
F=gaya yang deberikan (N)
A=luas permukaan yang terkena gaya(m2)
(Bueche,2006).
Regangan adalah perubahan relative dari ukuran-ukuran atau bentuk suatu
benda karena mengalami tegangan,baik tegangan tarik maupun tegangan tekan.
Regangan disebut juga statis,dengan lambing .Regangan diperoleh dengan
mengukur perbandingan antara perubahan besaran dimensi benda dengan nilai
demensi sebelumnya.Regangan tidak memiliki satuan,karena merupan
perbandingan dua besaran berdimensi sama(Buece,1989).
Adapun rumusan yang dapat digunakan untuk mengukur regangan adalah
L
Regangan = (2.2)
L
Diketahui :
L = perubahan panjang(m).
= ().
(soedojo,1999).
Modulus elastisitas adalah perbandingan tegangan terhadap
regangan,disebut dengan modulus young. Modulus elastisitas terbagi menjadi
tiga,yaitu modulus young,modulus gesek dan modulus bulk.Modulus young
menggambarkan keulekan bahan,modulus young semakin besar,maka bahan
susah ditarik atau ditekan.Modulus gesek, menggambar kekauan bahan,modulus
gesek semakin besar maka bahan susah dipuntir.Modulus bulk mengganbarkan
kemampuan bahan ketika dimampatkan (supriyanto,2014).
Modulus young merupakan peryataan dari hokum hooke,diama untuk
suatu sistem yang memenuhi hokum hooke adalah tegangan sebanding dengan
regangan.Modulus ealstisitas dan tegangan mempunyai satuan yang
sama.Modulus elastisitas bernilai besar berlarti zat tersebut memerlukan tegangan
yang besar untuk menghasilkan perubahan.Adapun rumus berdasarkan
pendefinisian diatas adalah
s
y=

Diketahui :
y = modulus young pada suatu bahan atau benda(/N/2 ).
s = tegangan(Pa/N/2 ) .
=
(Buece,1989).
Tegangan dapar dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu tegangan
normal,tegangan gesek dan,tegangan volume.Tegangan normal yaitu intensitas
gaya normal perunit luasan.Tegangan normal dibedakan menjadi tegangan normal
tekan atau kompresi dan tegangan normal tarik.Apabila gaya-gaya dikenakan pada
ujung-ujung batang sedemikaian rupa sehingga batang dalam kondisi
tertarik,maka terjadi tegangan tarik pada batang.Jika batang dalam kondisi
tertekan maka terjadi tegangan tekan.Tegangan geser adalah gaya yang bekerja
pada benda sejajar dengan penampang.Tegangan volume adalah gaya yang
bekerja pad suatu benda yang menyebabkan terjadinya perubahan volume pada
benda tersebut tetapi tidak menyebabkan bentuk benda berubah
(narfauziawati,2010).
Modulus young sangat penting dalam ilmu fisika karena setelah
mempelajarinya,dapat menggunakan untuk mementukan keelastisan dari sebuah
benda.Pada dasar semua benda yang ada dialam semesta dapat mengalami
perubahan bentuk jika diberikan suatu gaya.Baja yang sangat keras dapat berubah
bentuknya jika dipengaruhi oleh suatu gaya yang cukup kuat.Mungkin saja setelah
gaya dihilangkan maka bentuk benda akan kembali ke bentuk semula namun ada
juga yang tidak dapat kembali kebentuk semula atau bersifat
permanen(soedojo,1999).
Adapun gaya yang mengalami perubahan bentuk permanen bila diterapkan
gaya pada benda tersebut.Contohnya adalah tanah liat dan lilin.Untuk
membedakan karakteristik kedua jenis bahan tersebut,maka dapat didefinisikan
suatu sifat bahan yang disebut elastisitas.Nilai modulus young atau atau modulus
elastisitas tergantung pada jenis benda yang diukur keelastisannya(soedojo,1999).
Contoh keelastisan adalah jika menarik pegas.Jika pegas ditarik,tentu
ukuran.panjangnya akan berubah dari bentuk semula.tetapi saat pegas
dikembalikan ke posisi semula ,maka benda tersebut akan kembali kebentuk
semula.Contoh lain dari keelastisan adalah karet ketapel yang lentur ketika ditarik
maka akan memanjang,namun pada saat dilepaskan panjang akan kembali
kebentuk semula.Dalam kehidupan sehari-hari ada benda yang elastis dan ada
benda yang tidak elastis.Benda elastis contohnya karet,pegas,per dan masih
banyak lagi.Sedangkan benda yang tidak elastis misalnay plastic dan tanah
liat(zaida,2008).
Hubungan antra tegangan dan regangan sangat erat kaitannya dalam teori
keelastisan.Apabila hubungan antara tegangan dan regangan dituliskan dalam
bentuk grafik,dapat dekatahiu bahwa diagram tegangan-tegangan berbeda
bentuknya menurut jenis bahannya.Hal ini membuktikan bahwa kaelastisan
dipengaruhi oleh bahan dari bendanya.Hubungan proporsional anatara tegangan
dan regangan dalam daerah ini sesuai dengan hokum hooke(tippler,1998).
Berikut beberapa harga modulus elastisitas young pada beberapa benda
padat adalah:
1. Aluminium adalah 7 x 1010 N/m2
2. Baja adalah 20 x 1010 N/m2
3. Besi adalah 21 x 1010 N/m2
4. Beton adalah 2,3 x 1010 N/m2
5. Nikel adalah 21 x 1010 N/m2
6. Tembaga adalah 11 x 1010 N/m2
7. Besi tuang adalah 11 x 1010 N/m2
8. Kuningan adalah 10 x 1010 N/m2
9. Granih adalah 4,5 x 1010 N/m2
!0. Gelas adalah 0,55 x 1010 N/m2
Hukum hooke adalah suatu benda yang dikenai gaya akan mengalami
perubahan bentuk(volume dan ukuran). Misalnya suatu pegas akan bertambah
panjang dariukuran semula, apabila dikenai gaya sampai batas tertentu. Berkaitan
dengansifat elastisitas suatu bahan, dalam hal ini khususnya berbentuk
pegas,Hooke mengemukakan hubungan antara pertambahan panjang dengan
gayayang diberikan pada pegas, yang dirumuskan:
F = -k.x
(2.4)
Dikatahui :
F = gaya yang diberikan (N) dapat merupakan F = w = m . g
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang (m)
(soedojo,1999).
Tanda (-) negative padaF = -k.x.Menunjukkan bahwa arah gaya
pemulih,yang senantiasa menuju ke titik setimbang senantiasa berlawanan
denganarah gaya penyebabnya atau arah simpangannya. Namun dalam
notasiskalar, tanda negatif dihilangkanPersamaan di atas dapat dinyatakan dengan
kata-kata sebagai berikut.Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas,
maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus(sebanding) dengan gaya
tariknya. HukumHooke dapat dinyatakan dengan:Pada daerah elastisitas benda,
besarnya pertambahan panjang sebanding dengan gaya yang bekerja
pada benda (tippler,1998).
BAB 3. METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
alat dan bahan yang di pakai pada praktikum modulus elastisitas yaitu:
1. Alat peletur berfungsi untuk melenturkan benda yang akan diamati.
2. Mistar untuk mengukur panjang,lebar dan tinggi pada benda yang dipakai.
3. Jangka Sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam benda yang
dipakai pada praktikum modulus elastisitas.
4. Beban-beban yang digunakan untuk perlengkapan uji modulus elastisitas.
5. Batang-batang uji yang dipakai berupa kayu,alumunium dan kuningan
yang digunkan untuk perlengkapan uji modulus elastisitas.

3.2 Desain percobaan


Adapun desain percobaan yang dipakai pada praktikum modulus elastisitas
yaitu:

Gambar 3.2.1 skema batang dengan penampang lintang segiempat.


(Sumber: modul pentunjuk praktikum fisika dasar,2014).
Kerengan :
L= panjang batang uji(m).
a=kondisi batang pada saat vertikal(m).
b=kondisi batang pada saat horisontal(m).
Gambar 3.2.2 skema batang dengan penampang lintang lingkaran pejal.
(Sumber: modul pentunjuk praktikum fisika dasar,2014).
Kerengan :
L = panjang lintang lingkaran pejal(m).
R = jari-jari luar penampang lintang lingkaran pejal(m).
r =jari-jari dalam penampang lintang lingkaran pejal(m)

Gambar 3.2.3 skema percobaan menentukan modulus elastisitas


(Sumber: modul pentunjuk praktikum fisika dasar,2014).
Keterangan :
A= panjang batang dari tempat beban ke titik tumpu sebelah kiri(m).
B= panjang batang dari tempat beban ke titik tumpu sebelah kanan(m).

3.3 Langkah Kerja


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui langkah
kerja yang di pakai pada praktikum modulus elastisitas yaitu:
3.3.1 Menggunakan batang dengan penampang lintang segiempat.
1. Batang yang dipakai diukur sesuai dengan kebutuhan.
2. Batang uji diletakkan dengan pasisi b= ukuran horizontal penampang
batang dan a= ukuran vertical.pada kedua titik tumpu(A=B=1/2L)dan
berlaku tempat beban dalam keadaan tanpa beban,kemudian di catat
kedudukan skalanya.
3. Beban ditambahkan dan dicatat kedudukan skala pada penambahan beban.
4. Beban dikurangi dan dicatat kedudukan skala yang terjadi setelah beban
dikurangi.
5. Langkah diulang pada percobaan 1 sampai 4 sebanyak 3 kali.
6. Langkah diulanng pada percobaan 1 sampai 5 dengan posisi batang uji a=
horizontal dan b = vertikal.
7. Dilakukan percobaan untuk batang yang lain.

3.3.2 Menggunakan batang dengan penampang lintang lingkaran yang


berrongga.
1. Batang yang dipakai diukur sesuai dengan kebutuhan.
2. Batang uji diletakkan pada kedua titik tumpu(A=B=1/2L) dan diberi
tempat beban dalam keadaan tanpa beban ,kemudian dicatat kedudukan
skalanya.
3. Beban ditambahkan dan dicatat kedudukan skalanya setelah penambahan
beban.
4. Beban dikurangi dan dicatat kedudukan skalanya setelah pengurangan
beban.
5. Langkah diulang pada percobaan 1 sampai 4 sebanyak 5 kali.

3.3.3 menggunakan batang dengan penampang lintang lingkaran pejal.


1. Batang yang di uji yang berbentuk lingkaran pejal kemudian dilakukan
prosedur kerja seperti pada poin 3.3.2.

3.3 Metode analisis


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
metode analisi yang dipakai pada praktikum modulus elastisitas yaitu sebagai
berikut:
3.3.1 Rumus yang digunakan untuk Penampang lintang persegi.
3
=
43

2 2 2 2 2

= | | || + | | || + | | || + | | || + | | ||2
2 2 2 2

3 32 3
| |=| 3 | ; | |=| 3 | ; | |=| |
4 4 43 2
33 3
| |= | 4 | ; | |=| |
4 43 2
1
= = = = =
2

= 100%

K= 100 I

= 1 ( )

3.3.2 Rumus yang digunakan untuk batang dengan penampang lintang lingkaran
yang berrongga.
3
=
12( 4 4 )

2 2 2 2 2

= | | || + | | || + | | || + | | || + | | ||2
2 2 2 2

3 2 3
| |=| | ; | |=| | ; | |=| |
12(4 4 ) 4(4 4 ) 122 (4 4 )

4(3 4 ) (4 43 )3
| |=| 2
| ; | |=| 2
|
12(4 4 ) 12(4 4 )

( )2 ( )2
= ; =
( 1) ( 1)

( )2 ( )2
= ; =
( 1) ( 1)
( )2
=
( 1)


= 100%

K= 100 I

= 1 ( )

3.3.2 Rumus yang digunakan untuk batang dengan penampang lintang lingkaran
yang pejal.
3
=
12 4

2 2 2 2
= | | ||2 + | | ||2 + | | ||2 + | | ||2

2 32
| |=| | ; | |=| |
124 124
3 3
| |=| | ; | |=| |
122 4 34

( )2 ( )2
= ; =
( 1) ( 1)

( )2 ( )2
= ; =
( 1) ( 1)


= 100%

K= 100 I

= 1 ( )

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan telah didapatkan hasil
pada praktikum modulus elastisitas yaitu:
Tabel 4.1 modulus elastisitas pada penampang kayu jati dengan posisi batang
yaitu a= horizontal dan b= vertikal.
m g W a B d p I K A
=L =t p
1 9 1 0 0 0 0 2 8 2
50 ,8 470 ,009 ,008 ,0001 ,131 4,35 0,76
2 9 1 0 0 0 0 1 8 2
00 ,8 960 ,008 ,009 ,0003 ,136 1,4 8,6
2 9 2 0 0 0 0 1 8 2
50 ,8 450 ,0087 ,008 ,0006 ,135 4,61 5,38

( )
(2,069,3)
(2,062,2)
(2,065,6)

Tabel 4.2 modulus elastisitas pada penampang kayu jati dengan posisi batang
yaitu a= vertikal b=horizontal.
m g W b a d p I K A
=L =t p
1 9 1 0 0 0 0 1 8 2
50 ,8 470 ,009 ,008 ,0003 ,1315 9,24 0,76
2 9 1 0 0 0 0 1 8 2
00 ,8 960 ,008 ,009 ,0004 ,131 4,43 5,57
2 9 2 0 0 0 0 1 8 2
50 ,8 450 ,0087 ,008 ,0006 ,1318 1,55 8,45
( )
(2,52,2)
(2,53,7)
(2,54,8)

Tabel 4.3 modulus elastisitas pada penampang kayu pinus dengan posisi batang
yaitu a= vertikal l dan b= horizontal.
m g W a b d p I K A
p
1 9 1 0 0 0 0 7 9 2
50 ,8 470 ,0051 ,011 ,0002 ,825 ,85 2,15
2 9 1 0 0 0 0 5 9 2
00 ,8 960 ,0049 ,01 ,0001 82 ,89 4,11
2 9 2 0 0 0 0 4 9 2
50 ,8 450 ,005 ,011 ,0002 ,828 ,71 5,29

( )
(6,24,7)
(6,21,8)
(6,24,5)

Tabel 4.4 modulus elastisitas pada penampang kayu pinus dengan posisi batang
yaitu a= horizontal dan b= vertikal.
m g W b a d p I K A
p
1 9 1 0 0 0 0 7 9 2
50 ,8 470 ,0051 ,011 ,0008 ,827 ,85 2,15
2 9 1 0 0 0 0 5 9 2
00 ,8 960 ,0049 ,01 ,0011 825 ,89 4,11
2 9 2 0 0 0 0 4 9 2
50 ,8 450 ,005 ,011 ,0014 ,824 ,71 5,29

( )
(1,18,8)
(1,48,7)
(3,11,5)

Tabel 4.5 modulus elastisitas pada penampang berrongga.


m g W L R d p I K A
(m) p
1 9 1 1 0, 0, 0 8 9 2
50 ,8 470 ,5 00425 00001 ,827 ,15 1,85
2 9 1 1 0, 0, 0 8 9 2
00 ,8 960 ,55 0043 00005 825 ,15 1,85
2 9 2 1 0, 0, 0 8 9 2
50 ,8 450 ,54 00425 0001 ,824 ,15 1,85

( )
(1,51,01)
(9,91,01)
(2,51,01)

Tabel 4.6 modulus elastisitas pada penampang pejal kuningan.


M M M l W W W d d d
1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
,15 ,17 ,15 ,895 ,47 ,666 ,47 ,0008 ,001 ,0007
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
,15 ,17 ,15 ,9 ,47 ,666 ,47 ,0011 ,0013 ,001
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
,15 ,17 ,15 ,897 ,47 ,666 ,47 ,001 ,0011 ,001

R I K Ap ( )
0,35 1,94 98,06 3 (3,6016,
99)
0,335 1,93 98,06 3 (4,188,0
6)
0,345 1,94 98,06 3 (4,248,2
2)

Tabel 4.7 modulus elastisitas pada penampang pejal alumunium.

M M M l W W W d d d
1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
,15 ,17 ,15 ,895 ,47 ,666 ,47 ,0005 ,0008 ,0006
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
,15 ,17 ,15 ,9 ,47 ,666 ,47 ,0006 ,0008 ,0006
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
,15 ,17 ,15 ,897 ,47 ,666 ,47 ,0005 ,0007 ,0005

R I K Ap ( )
0,218 1,94 98,06 3 (4,127,9
9)
0,22 1,94 98,06 3 (4,498,7
3)
0,219 1,95 98,05 3 (3.727,2
5)
4.2 Pembahasan
Modulus elastisitas adalah sebuah benda yang diberi beban atau gaya
mengalami perubahan dan bila gaya dilepaskan benda tersebut kembali kebentuk
semula.Pada praktikum kali ini akan menentukan hasil atau nilai elastisitas pada
penampang berongga,pajal dan persegi empat.Percobaan pertama yaitu
menghitung dan menentukan modulus elastisitas pada batang persegi empat.Pada
batang yang di uji memakai batang kayu pati dan batang kayu jati.Batang kayu
jati dan pinus diletakkan kedalam bentuk a= horizontal dan b=
vertikal.Bedasarkan hasil yang telah didapatkan dapat diketahui nilai modulus
elastisitas pada saat a= horizontal dan b= vertikal pada kayu jati yaitu
(2,069,3)N/m2 ; (2,062,2) N/m2; (2,065,6) N/m2.Nilai modulas elastistisitas
pada kayu pinus(1,18,8) N/m2; (1,48,7) N/m2; (3,11,5) N/m2.Bila nilai
modulus elastisita pada kayu dan pinus dibangingkan maka nilai modulus
elastisitas pada kayu pinus lebih kecil dari pada nilai modulus pada kayu jati pada
saat a= horizontal dan b= vertikan.setelah itu praktikum melakukan uji coba pada
yang sama pada uji coba modulus elastisitas pada penampang kayu jati dan kayu
pinus namun dalam keadaan a= vertikal dan b= horizontal dan hasil yang
didapatkan berdasarkan praktikum bahwa nilai modulus elastisitas kayu pinus
yaitu (6,24,7)N/m2 ;(6,21,8)N/m2;(6,24,5)N/m2.Nalai modulus elastisitas pada
kayu jati dengan posisi kayu jati a=vertikal dan b=horizontal yaitu (2,52,2)
N/m2;(2,53,7) N/m2; (2,54,8) N/m2.Jika hasil modulus elatisitas kayu pada jati
dan pinus dibandingkan pada saat kondisi kedua benda tersebut a=vertikal dan b=
horizontal maka nilai modulas elastisitas pada kayu pinus lebig besar dari pada
kayu jati.Berdasarkan hasil tersebut dapat di ketahiu faktor yang mempengaruhi
nalai modulus young adalah jenis benda yang dipakai dan tegangan ataupun
regangan.Pada uji coba pertama benda yang akan di pakai diletakkan pada sebuat
alat yang digunakan pada praktikum modulus elastisitas setelah diletakkan benda
tersebut dicari nilai batas a dan b dengan nilai a dan b tidak jauh beda agar bisa terjadi suatu
gaya yang elastisitas.setelah benda sudah ditentukan nilai a dan b maka perhatikan tanda skala
yang terletak pada pertengahan kayunya setelah itu benda diberi beban sehingga mengali
perubahan skala yang terbadi pada benda tersebut.hal tersebut merupakan gaya yang disebut
dengan elastisitas.
Percobaan kedua yaitu melakukan percobaan sama dengan percobaan dan langkah kerja
yang sama.Namun pada praktkum ke dua menggunakan penampag berrongga dan pada saat
peraktikum penampang berrongga mengalami elstisitas.Bila dihitung untuk menemukan nilai
modulus elastisitas pada penampang berongga yaitu bernilai (1,51,01) N/m2 ;
(9,91,01)N/m2 ; (2,51,01)N/m2.Percobaan ketiga yaitu menngunkan penampang
alumunium dan kuningan dengan memakai beban yang sama pada percobaan
pertama dan kedua.Penampang alumunium dan kuningan mengalami elatisitas
pada saat dipraktikum denga nilai modulus elastisitasnya adalah (3,6016,99)
N/m2 ;(4,188,06) N/m2;(4,248,22) N/m2 nilai tersebut adalah nilai modulus
elastisitas pada alumunium.Untuk nilai modulus elatisitas pada kuningan yaitu
(4,127,99) N/m2 ;(4,498,73) N/m2 ;(3.727,25) N/m2.Bila hasil nilai modulus
elastisitas pada percobaan pertama,kedua dan ketiga dibandingkan maka nilai
modulas elatisitas yang tebesar adalah pada kayu pinus dan nilai modulus
elastisitas paling kecil pada praktikum modulus elstisitas adalah pada kayu jati.
Bila hasil percobaan pertama,kedua dan ketiga dibanndingkan dengan nilai
literlatur maka nilainya berbeda mungkin pada saat menentukan nilai modulus
elstisitas pada percobaan pertama,kedua dan ketiga mengalami kesalahan pada
saat penggunaan rumusnya.Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada
percobaan pertama,kedua dan ketiga dapat dikatahui modulas elstisitas
dipengaruhi oleh jenis benda yang dipakai, posisi benda pada saat mengalami
elastisitas dan regangan ataupu tegangan.
BAB 5,PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan yaitu:
1. Nilai modulas elastisitas pada penampang kayu jati lebih kecil dari kayu
pinus pada keadaan a=horizontal dan b= vertikal namun dalam keadaan
a=vertikal dan b= horizontal maka nilai modulus elastisitas pada kayi jati
lebi besar dati kayu pinus.
2. Nilai modulus elastisitas pada penampang berongga bila di bandingkan
dengan mosulus elstisitas pada penampang alumunium dan kuningan maka
nilai modulus elstisitasnya pada penampang berrongga lebih besar dari
pada penampang alumunium dan kuningan.
3. Nilai modulus elastisitas paling besar pada praktikum modulus elastisitas
adalah pada kayu jati dan nilai terkecil adalah pada kayu jati di
bandingkan dengan penampang berrongga,alumunium dan kuningan.
4. Faktor yang mempengaruhi modulus elastisitas pada praktikum yang telah
dilaksanakan dapat diketahui bahwa yang mempengaruhi adalah posisi
benda atau penampang pada saat mengalami elastisitas,jenis benda yang
dipakai atau penampang yang dipakai,gaya yang diberikan pada
penampang,dan regangan ataupun tegangan pada saat mengalami elstisitas
pada penampang yang dipakai.

5.2 Saran
Pada saat melaksanakan praktikum modulus elastisitas sebaiknya terlebih
dahulu mengerti langkah kerja yang dipakai pada praktikum tersebut agar tidak
mengalami kesusuhan.Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam menentukan nalai
skala yang terjadi pada saat penampang mengalami keelastisitas agar
mendapatkan data yang benar.Pada saat menggunakan alat atau pun bahan yang
mau dipakai pada percobaan modulus elastisitas sebaiknya terlebih dahulu
diperiksa agar mendapatkan data yang benar.
DAFTAR PUTAKA

Buece,J.frendrick.david el walach.1989.Scaum fisika.Jakarta:Erlangga.


Nurfauziawati,nova.2010.Modulus elastisitas.Bandung:universitas padjajaran.
Soedojo,Dr peter.1999.fisika dasar.Jogyakarta:Andi Yogyakarta.
Sarojo,ganijati aby.2002.seri fisika dasar mekanika.Jakarta:Salemba Teknika.
Supriyadi,edy.2014.Elastisitas.Jember:universitas jember.
Tripler,paul A.2008.fisika untuk sains dan teknik.Jakarta:Erlangga.
Tim penyusun praktikum fisika dasar.2014.petunjuk praktikum fisika dasar.
Jember:universitas jember
Zaida,Drs.M.si.2008.petunjuk praktikum praktikum fisika dasar.Bandung:
universitas padjajaran.
LAMPIRAN Praktikum elastisitas

Y (Nm^2 )=(C5*(D5)^3/4*(F5)^3*E5*H5)
dy/dw=((D5)^3/4*(F5)^3*E5*H5)
dy/dl=(3*C5*(D5)^3/4*(F5)^3*E5*H5)
dy/da=(-3*C5*(D5)^3/4*(F5)^4*E5*H5)
dy/db=(-C5*(D5)^3/4*(F5)^3*(E5)^2*H5)
dy/dd=(-C5*(D5)^3/4*(F5)^3*E5*H5)
Y=(SQRT(J5^2*A12^2)+(K5^2*B12^2)+(L5^2*C12^2)+(M5^2*D12^2)+(N5^2*E12^2))
L=SQRT((D5-D8)^2+(D6-D8)^2+(D7-D8)^2)/6
a=SQRT((F5-F8)^2+(F6-F8)^2+(F7-F8)^2)/6
b=SQRT((E5-E8)^2+(E6-E8)^2+(E7-
E8)^2)/6
d=SQRT((H5-H8)^2+(H6-H8)^2+(H7-H8)^2)/6
I==(F11/I8)*100
K=100-I
AP==1-LOG10(F11/I8)
PESAWAT ATWOOD
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR

Oleh

Deandra Inggrit Rahma Sari (141810201015)


Ira Apsari Ningtias (141810201016)
Faishal Saputra (141810201018)
Asisten : Mohammad Nur Hamid

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang


Dalam kehidupan banyak sekali peralatan yang digunakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia. Alat alat tersebut diciptakan manusia dari
yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Pesawat atwood merupakan
suatu alat yang dapat mempermudah untuk mengetahui penerapan gerak translasi
dan gerak rotasi suatu benda. Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara tegangan, energy potensial, dan energy kinetic
dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) yang dihubungkan dengan tali
pada sebuah katrol. Benda yang lebih berat diletakkan lebih tinggi posisinya,
sehingga benda yang lebih ringan akan bergerak ke atas dengan percepatan yang
sama antara benda yang lebih berat dengan benda yang lebih ringan.
Pengujian dengan katrol ini ditujukan untuk mengetahui percepatan system
dengan menggunakan prinsip gerak lurus berubah beraturan. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan 2 buah beban yang massanya berbeda,
dihubungkan sebuah tali tidak bermassa yang digantung pada sebuah katrol.
Benda yang lebih berat dilepaskan, sehingga benda yang lebih berat dapat
meluncur turun hingga permukaan dengan waktu yang diukur menggunakan
stopwatch, sehingga diketahui besar percepatannya.
Penerapan prinsip katrol dalam pesawat atwood ini sangat banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari hari. Cara kerja lift yang sama prinsipnya
dengan katrol. Penerapan yang lebih sederhana, misalnya penggunaan katrol
dalam pengambilan air di sumur secara tradisional. Serta penggunaan prinsip
katrol dalam bidang pembangunan ketika mengirimkan bahan bangunan dari
lantai atas menuju permukaan ataupun sebaliknya.

1.6 Rumusan Masalah


adapun rumusan masalah yang dapat dijadikan acuan pada praktikum kali
ini antara lain.
1. Berapa besar kecepatan atau percepatan benda saat katrol dalam keadaan
bergerak?
2. Bagaimana cara menentukan besarnya nilai percepatan yang terjadi pada
system dalam percobaan atwood untuk katrol tidak bergerak?
3. Bagaimana nilai percepatan dari percobaan pesawat atwood dalam
keadaan jarak dan massa yang berbeda?

1.7 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari praktikum ini adalah.
1. Dapat menghitung besar kecepatan atau percepatan benda saat katrol
dalam keadaan bergerak.
2. Praktikan dapat menentukan besarnya nilai percepatan yang terjadi pada
system dalam percobaan atwood saat katrol tidak bergerak.
3. Praktikan dapat menghitung nilai percepatan pesawat atwood dalam
keadaan jarak dan massa yang berbeda.

1.8 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini banyak diterapkan dalam kehidupan sehari
hari misalnya penggunaan lift di dalam mall dan hotel yang prinsipnya seperti
halnya pesawat atwood. Prinsip katrol dalam kehidupan juga sangat bermanfaat
seperti, katrol yang digunakan pada timba sumur sehingga memudahkan
mengambil air dari sumur tradisional. Katrol yang digunakan pada tiang bendera,
katrol pada truk Derek dan masih banyak lagi. Sehingga dengan praktikum ini
dapat dimanfaatkan penerapannya yang lebih spesifik dalam membantu pekerjaan
sehari hari.
BAB 2. DASAR TEORI

Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan hubungan


antara tegangan, energy potensial, dan energy kinetic menggunakan 2 buah benda
(dengan massa berbeda) yang dihubungkan dengan sebuah tali pada katrol.
Pesawat atwood digunakan untuk mengamati hubungan hukum mekanika gerak
yang berubah beraturan. Prinsip yang digunakan untuk mengetahui pesawat
atwood adalah katrol. Katrol merupakan salah satu bentuk dari pesawat sederhana
yang berfungsi untuk memudahkan pemindahan benda. Prinsip kerja katrol adalah
melipatgandakan gaya atau mengubah arah gaya. Benda atau beban yang berat
dapat dipindahkan dengan beban yang memiliki gaya sedikit atau kecil. Bilangan
yang menyatakan pelipatgandaan gaya atau jarak perpindahan disebut keuntungan
mekanis (Soedojo, 1999).
Jenis katrol berdasarkan cara menyusunnya dibagi menjadi 3, yaitu katrol
tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk.
1. Katro tetap
Katrol tetap adalah katrol yang dipasang tetap pada suatu titik. Biasanya
digunakan untuk mengubah arah gaya yang dikeluarkan. Contohnya adalah katrol
untuk mengambil air di sumur, kerekan burung, dan katrol pada tiang bendera.
2. Katrol bebas
Katrol bebas adalah katrol yang dapat bergerak, dengan tidak mengubah
arah yang dikeluarkan. Contonhnya adalah alat pengangkut peti kemas di
dermaga, alat pengangkut bahan bangunan pada pembangunan gedung bertingkat.
3. Katrol majemuk
Katrol majemuk adalah susunan katrol yang terdiri lebih dari satu katrol.
Contohnya penenrapan pada mobil derek dan peralatan panjat tebing.

(Zainuri, 2011).

Gaya dapat mengubah arah suatu benda, gaya dapat mengubah bentuk
suatu benda, serta dapa mengubah ukuran suatu benda dengan syarat gaya yang
diberikan cukup besar. Gaya dapat menyebabkan percepatan benda, arah gaya
selalu searah dengan arah percepatan. Gaya sendiri merupakan besaran yang
mempunyai besar dan arah, sehingga gaya dapat digolongkan ke dalam vektor
(Junifan, 2007).

Gaya ialah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan


perubahan gaya gerak. Dengan demikian, jika benda ditarik atau didorong dan
sebagainya maka pada benda bekerja gaya dan keadaan gerak benda dapat
berubah. Gerak benda yang dihubungkan dengan katrol melalui sebuah tali yang
kedua ujungnya diikatkan beban dengan massa yang berbeda. Apabila massa tali
diabaikan, dan tali dengan katrol tidak ada gaya gesekan, maka akan berlaku
persamaan.

a 2

Gambar 2.1 : Katrol dengan 2 Massa berbeda


(Sumber : Mettrill Physical Science, 1995)
Tinjauan benda 1 dengan.

1 = 1 . + 1 .

1 = 1 1 . (2.1)

Tinjauan benda 2 dengan massa lebih besar.


2 = 2 . + 2 .

2 = 2 2 . (2.2)

Karena gaya tegangan tali dimana mana sama, maka persamaan 1 dan
persamaan 2 dapat digabungkan untuk mencari percepatan benda yang
dihubungkan dengan katrol melalui persamaan yaitu.

1 . + 1 . = 2 . + 2 .

(1 2 ) = (1 + 2 ).

( 2 )
= (1 (2.3)
1 +2 )

(Davids, 1995).

Hubungan gaya tegangan tali (T) dengan percepatan diantaranya.


T
a. Bila benda dalam keadaan diam, atau dalam keadaan gerak lurus
m beraturan maka berlaku = 0, sehingga diperoleh
=
w
= . (2.4)

Gambar 2.2 : benda diam


(Sumber : Fisika Dasar, 1999).
b. Bila benda bergerak keatas degan percepatan a, maka
T

m a
= . + . (2.5)

w
Gambar 2.3 : benda bergerak keatas
(Sumber : Fisika Dasar, 1999).
c. Benda bergerak ke bawah dengan percepatan a, maka
T

m a

w
= . . (2.6)

Gambar 2.4 : benda bergerak kebawah


(Sumber : Fisika Dasar, 1999).
(Soedojo, 1999).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa persamaan 2.3


berasal dari tegangan tali yang bekerja pada benda 1 dan benda 2. Benda 1
memiliki massa lebih besar dari pada benda 2 yang memiliki massa lebih kecil.
Sehingga benda 2 yang lebih besar bergerak ke bawah dengan percepatan keatas
dan benda 1 yang lebih ringan bergerak keatas dengan percepatan ke bawah.
Percepatan antara benda 1 dan benda 2 dapat dikatakan sama berdasarkan hukum
Newton III yaitu gaya aksi reaksi (Jonifan, 2007).

Cara lain untuk mendapatkan percepatan benda pada system katrol dapat
ditinjau keseluruh system.

a 2

1
Gambar 2.5 : Katrol dengan 2 Massa berbeda
(Sumber : Mettrill Physical Science, 1995)
System akan bergerak kea rah 1 dengan percepatan a. Oleh karena itu semua
gaya yang terjadi searah dengan arah gerak system diberi tanda positif, yang
berlawanan diberi tanda negative.

= .

1 + + 2 = (1 + 2 ) (2.7)
Karena T dimana mana besarnya sama maka T dapat dihilangkan, sehingga
persamaan menjadi.

1 2 = (1 + 2 )

(1 2 ) = (1 + 2 )

( 2 )
= (1 (2.8)
1 +2 )

(Sutrisno, 1978).

Pemanfaatan katrol dalam kehidupan sehari hari cukup beragam,


misalnya untuk mengangkat benda benda, mengambil air dari sumur tradisional,
mengibarkan bendera, mengangkat kotak peti kemas, pengangkat bahan bangunan
dan masih banyak lagi. Pemanfaatan katrol digunakan untuk mempermudah
pekerjaan dengan gaya yang diberikan lebih sedikit. Contoh yang lebih modern
adalah penggunaan lift untuk mengantarkan orang dari lantai 1 menuju lantai yang
lainnya (Astuti, 2011).

Massa katrol katrol yang diabaikan memiliki perhitungan percepatan


sendiri, lalu bagaimana pergerakan system saat massa katrol dan jari jari tidak
diabaikan. Percepatan gravitasinya akan berubah menjadi.

(2 1 )
= (2.9)
(2 +1 + 2 )

Dimana,

a = percepatan benda ( 2 )

2 = massa benda 2 (gr)

1 = massa benda 1 (gr)

I = momen inersia dari katrol

R = jari jari katrol (m)


g = percepatan gravitasi ( 2 )

(Tim Penyusun, 2014).

Dengan mengetahui percepatan benda pada sistem, maka momen inersia


katrol dapat dihitung. Oleh karena itu benda bergerak dipercepat beraturan., maka
hubungan antara perpindahan benda s dengan waktu yang ditempuh dalam satu
satuan waktu tertentu ecara matematis dinyatakan oleh.

1
= 0 + 2 (2.10)
2

Dimana,

s = jarak perpindahan benda (m)

0 = kecepatan awal ()

t = waktu yang ditempuh (s)

a = percepatan benda ( 2 )

(Tim Penyusun, 2014).

Gerak yang terjadi pada katrol adalah gerak translasi atau gerak lurus.
Gerak lurus adalah gerak suatu benda atau obyek yang lintasannya berupa garis
lurus. Gerak lurus dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus
berubah beraturan. Pengelompokan ini dibedakan ada tidaknya percepatan.

1. Gerak lurus beraturan (GLB)


Gerak lurus suatu objek, dimana dalam gerak ini kecepatannya tetap atau
tanpa percepatan. Sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan
adalah kelajuan kali waktu.

= (2.11)

Dimana,
s = jarak tempuh (m)

v = kecepatan (m/s)

t = waktu yang dibutuhkan (s)

(Mirza, 2012).

2. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)


Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak suatu objek yang lurus,
dimana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap (Mirza, 2012).
BAB 3. METODOLOGI KERJA

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini antara
lain.
1. Katrol berfungsi sebagai penyangga agar benang tetap stasioner.
2. Tiang Penumpu / statif berfungsi untuk menumpu katrol.
3. Tali berfungsi menghubungkan antara benda 1 dengan benda 2 yang
diletakkan pada katrol.
4. Stopwatch berfungsi menghitung waktu yang dibutuhkan benda 2
meluncur ke dasar .
5. Meteran bernfungsi menghitung panjang dalam satu satuan meter.
6. Beban berfungsi pemberat sehingga dapat mengukur percepatan benda
sampai dasar.

3.3 Desain Percobaan


Berikut desain percobaan yang dapat dijadikan acuan dalam meakukan
percobaan adalah.

2
A

B
Gambar 3.1 : Katrol
(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2014)
3.4 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dijadikan acuan dalam melakukan percobaan
kali ini adalah.
3.4.1 Menentukan Percepatan Benda dalam Kondisi Katrol tidak ikut Bergerak
1. Menimbang 2 buah beban yang berbeda (1 dan 2 ), kemudian keduanya
dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol tidak ikut bergerak seperti
(Gambar 3.1).
2. Menandai posisi A dan B (dasar landasan), kemudian dicatat jarak AB.
3. Beban 2 tanpa gaya dilepaskan dari keadaan diam, dan dicatat waktu
yang dibutuhkan benda menuruni ketinggian AB.
4. Langkah 1-3 diulangi sebanyak lima kali.
5. Langkah percobaan 1-4 diulangi untuk variasi jarak 5 AB yang berbeda.
6. Percobaan dilakukan untuk massa 2 yang lain.

3.4.2 Menentukan Percepatan Benda dalam Kondisi Katrol ikut Bergerak


1. Mengganti katrol dengan jenis katrol yang dapat ikut bergerak.
2. Menimbang 2 buah beban yang berbeda (1 dan 2 ), kemudian keduanya
dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol seperti (Gambar 3.1).
3. Menandai posisi A dan B (dasar landasan), kemudian dicatat jarak AB.
4. Beban 2 tanpa gaya dilepaskan dari keadaan diam, dan dicatat waktu
yang dibutuhkan benda menuruni ketinggian AB.
5. Langkah 1-4 diulangi sebanyak lima kali.
6. Langkah percobaan 1-5 diulangi untuk variasi 5 jarak AB yang berbeda.
7. Percobaan dilakukan untuk massa 2 yang lain.

3.5 Metode Analisis


Adapun metode analisis yang digunakan untuk percobaan kali ini adalah.
3.5.1 Mencari percepatan benda, kondisi katrol diam secara teori
2 1
= ; = 2 1 ; = 1 + 2
1 +2

= | | |2 | + | | |1 |
2 1
|(1 + 2 ) (2 1 )|
| |= =
2 2 (1 + 2 )2
21
=
(1 + 2 )2
|(1 + 2 ) (2 1 )|
| |= =
1 2 (1 + 2 )2
22 22
=| 2
|= 2

(1 + 2 ) (1 + 2 )
2
= ( . 2 + 2 . 1 )
(1 + 2 )2 1

3.5.2 Mencari percepatan benda, kondisi katrol ikut bergerak secara teori jika
diketahui jari jari dan massa katrol
2 1 . 1 1
= = 2 =
1 +2 + 2 2 2 2

2 1 1
= 1 ; = 2 1 ; = 1 + 2 + 2
1 +2 +
2


= | | |1 | + | | |2 | + | | ||
1 2
1
|(1 + 2 + 2 ) (2 1 )|
| |= =
1 2 1
(1 + 2 + 2 )2
1
22 + 2
=| |
2

1
|(1 + 2 + 2 ) (2 1 )|
| |= =
2 2 2
1
21 + 2
=
1
(1 + 2 + 2 )
1 1
0 (2 1 ) 2

| |=

= = 2 (2 1 )
2 2 (1 + 2 + )
3.5.3 Mencari percepatan , untuk konsep GLBB
1
= 0 + 2 2 ; 0 = 0
1 2
= 2 2 ; = 2

2 2
= | | (0.68) + | | ()2
2 2


| | = 2 2 ; | | = |4 3 | = 4 3

2
| |= dan | | =

1 =1( )2
= dan =
2 (1)

0.68 2 2 2
= ( ) +( )

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat setelah melakukan praktikum adalah.

3.1.1 Percepatan benda saat kondisi katrol diam berdasar rumus 2 2

Tabel 4.1 pada percobaan, saat 2 = 100 dan 1 = 50


m2 m1 s t1 t2 t3 t4 t5

100 50 0,29 1,03 1,19 1,24 1,25 1,25


100 50 0,41 1,37 1,47 1,38 1,22 1,25
100 50 0,14 0,72 0,84 0,62 0,88 0,66
100 50 0,26 0,91 0,72 0,78 0,97 1
100 50 0,2 0,75 0,84 0,74 0,78 0,69

t rata - rata t a a

1,19 0,042 0,415 0,014


1,33 0,049 0,458 0,016
0,74 0,055 0,505 0,037
0,87 0,051 0,677 0,039
0,76 0,019 0,692 0,017

I K AP ( )

3,52 96,48 2 (0,41 0,01)


3,66 96,34 2 (0,45 0,01)
7,49 92,51 2 (0,51 0,03)
5,84 94,16 2 (0.67 0,04)
3,58 97,42 3 (0,692 0,017)
Tabel 4.2 pada percobaan, saat 2 = 130 dan 1 = 50
m2 m1 s t1 t2 t3 t4 t5
130 50 0,29 0,31 0,4 0,4 0,53 0,43
130 50 0,41 0,47 0,5 0,47 0,46 0,5
130 50 0,14 0,28 0,22 0,22 0,28 0,28
130 50 0,26 0,35 0,29 0,29 0,25 0,44
130 50 0,2 0,19 0,18 0,22 0,22 0,22

t rata - rata t a a
0,414 0,043 3,442 0,363
0,48 0,008 3,559 0,062
0,25 0,014 4,272 0,245
0,32 0,026 4,95 0,403
0,206 0,008 9,42 0,399

I K AP (a a)
10,5 89,5 2 (3,4 0,36)
1,74 98,26 3 (3,55 0,062)
5,74 94,26 2 (4,2 0,24)
8,14 91,86 2 (4,9 0,41)
4,23 95,77 2 (9,4 0,39)

3.1.2 Percepatan benda saat kondisi katrol bergerak rumus 2 2

Tabel 4.3 pada percobaan, saat 2 = 100 dan 1 = 50

m2 m1 s t1 t2 t3 t4 t5
100 50 0,29 0,25 0,34 0,28 038 0,25
100 50 0,41 0,34 0,27 0,29 0,28 0,34
100 50 0,14 0,19 0,15 0,15 0,18 0,19
100 50 0,26 0,25 0,18 0,18 0,19 0,19
100 50 0,2 0,15 0,16 0,16 0,16 0,16

t rata - rata t a a
0,3 0,029 6,555 0,642
0,304 0,013 8,87 0,402
0,172 0,008 9,46 0,464
0,198 0,013 13,2 0,883
0,162 0,004 15,2 0,461

I K AP (a a)
9,8 90,20 2 (6,5 0,64)
4,53 95,47 2 (8,8 0,41)
4,9 94,1 2 (9,4 0,46)
6,66 93,34 2 (1,3 0,88)
3,02 96,98 3 (15,2 0,461)

Tabel 4.4 pada percobaan, saat 2 = 130 dan 1 = 50

m2 m1 s t1 t2 t3 t4 t5
130 50 0,29 0,22 0,25 0,18 0,18 0,22
130 50 0,41 0,28 0,22 0,25 0,22 0,22
130 50 0,14 0,19 0,19 0,16 0,19 0,19
130 50 0,26 0,19 0,19 0,15 0,17 0,17
130 50 0,2 0,15 0,15 0,13 0,19 0,16

t rata - rata t a a
0,21 0,014 13,37 0,945
0,23 0,012 14,47 0,73
0,18 0,006 8,27 0,270
0,17 0,007 17,17 0,739
0,15 0,012 16,43 1,303

I K AP (a a)
7,06 92,94 2 (13 0,94)
5,04 94,96 2 (14 0,73)
3,26 96,74 2 (8,2 0,27)
4,30 95,70 2 (17 0,73)
7,93 92,07 2 (16 1,3)


3.1.3 Percepatan benda saat kondisi katrol bergerak rumus 2

Tabel 4.5 pada percobaan, saat 2 = 100 dan 1 = 50

m2 m1 s t1 t2 t3 t4 t5
100 50 0,29 0,25 0,34 0,28 0,38 0,25
100 50 0,41 0,34 0,27 0,29 0,28 0,34
100 50 0,14 0,19 0,15 0,15 0,18 0,19
100 50 0,26 0,25 0,18 0,18 0,19 0,19
100 50 0,2 0,15 0,18 0,16 0,16 0,16

t rata - rata t a a
0,3 0,029 3,278 0,3268
0,304 0,013 4,436 0,2065
0,172 0,008 4,732 0,248
0,198 0,013 6,631 0,454
0,162 0,004 7,620 0,249
I K AP (a a)
9,97 90,03 2 (3,2 0,32)
4.65 95,35 2 (4,4 0,21)
5,25 94,75 2 (4,7 0,24)
6,85 93,15 2 (6,6 0,45)
3,27 96,73 2 (7,6 0,24)

Tabel 4.6 pada percobaan, saat 2 = 130 dan 1 = 50

m2 m1 s t1 t2 t3 t4 t5
130 50 0,29 0,22 0,25 0,18 0,18 0,22
130 50 0,41 0,28 0,22 0,25 0,22 0,22
130 50 0,14 0,19 0,19 0,16 0,19 0,19
130 50 0,26 0,19 0,19 0,15 0,17 0,17
130 50 0,2 0,15 0,15 0,13 0,19 0,16

t rata - rata t a a
0,21 0,014 6,689 0,237
0,23 0,012 7,23 0,229
0,18 0,006 4,13 0,171
0,17 0,007 8,58 0,297
0,15 0,012 8,21 0,623

I K AP (a a)
3,54 96,46 2 (6,6 0,23)
3,16 96,84 2 (7,2 0,22)
4,14 95,86 2 (4,1 0,17)
3,46 96,54 2 (8,5 0,29)
7,58 92,42 2 (8,2 0,62)
3.1.4 Percepatan benda saat kondisi katrol bergerak dengan teori
Tabel 4.7 pada percobaan, saat 2 = 100 dan 1 = 50

Percobaan m2 m1 a 2 1
1. 100 50 3,267 15 0,05
2. 130 50 4,35 15 0,05
Rata - rata 115 50

a I K AP (a a)
0,092 2,82 97,18 3 (3,26 0,092)
0,056 1,29 98,71 3 (4,35 0,056)


3.1.5 Percepatan benda saat kondisi katrol diam rumus 2

Tabel 4.8 pada percobaan, saat 2 = 100 dan 1 = 50

m2 m1 s t1 t2 t3 t4 t5
100 50 0,29 1,03 1,19 1,24 1,25 1,25
100 50 0,41 1,37 1,47 1,38 1,22 1,25
100 50 0,14 0,72 0,84 0,62 0,88 0,60
100 50 0,26 0,91 0,72 0,78 0,97 1
100 50 0,2 0,75 0,84 0,84 0,78 0,69

t rata - rata t a a
1,192 0,042 0,207 0,007
1,338 0,049 0,229 0,008
0,744 0,055 0,252 0,019
0,876 0,051 0,338 0,02
0,795 0,019 0,316 0,008
I K AP (a a)
3,69 96,31 2 (0,2 0,007)
3,78 96,22 2 (0,22 0,008)
7,85 92,15 2 (0,25 0,01)
6,03 93,97 2 (0,33 0,02)
2,68 97,32 3 (0,31 0,008)
Tabel 4.9 pada percobaan, saat 2 = 130 dan 1 = 50

m2 m1 s t1 t2 t3 t4 t5
130 50 0,29 0,31 0,4 0,4 0,53 0,43
130 50 0,41 0,47 0,5 0,47 0,46 0,5
130 50 0,14 0,28 0,22 0,22 0,28 0,28
130 50 0,26 0,35 0,29 0,29 0,25 0,44
130 50 0,2 0,2 0,22 0,22 0,22 0,22

t rata - rata t a a
0,414 0,043 1,721 0,022
0,48 0,008 1,779 0,004
0,256 0,014 2,136 0,015
0,324 0,026 2,476 0,028
0,206 0,008 4,712 0,014

I K AP (a a)
1,29 98,71 3 (1,71 0,022)
0,24 99,76 4 (1,779 0,004)
0,72 99,28 3 (2,13 0,015)
1,14 98,86 3 (2,47 0,028)
0,30 99,70 4 (4,712 0,014)
3.2 Pembahasan
Pesawat atwood adalah alat eksperimen yang digunakan untuk mengamati
hubungan mekanika gerak yang berubah beraturan. Pesawat atwood ini
merupakan rangkaian alat katrol yang disertai dengan tali yang ujungnya
digantung dengan dua buah benda yang memiliki massa yang berbeda. Massa 2
lebih besar dari pada massa 1 , sehingga saat benda 2 dilepaskan ke bawah
maka 1 akan bergerak ke atas. Percepatan antara benda 1 dan benda 2 sama atau
seimbang.

Percobaan kali ini digunakan dua pengaruh yang berbeda terhadap katrol
yang digunakan. Katrol diam dan katrol yang ikut bergerak saat beban meluncur
turun. Keduanya diberikan perlakuan yang sama yaitu dengan massa 1 adalah
50 gr, dan 2 adalah 100 gr dan 130 gr. Jarak dari benda 2 sampai permukaan
dihitung sebagai AB. Jarak ini diubah sebanyak 5 kali, sehingga diketahui factor
factor yang mempengaruhi percepatan benda itu sendiri. Gerak yang terdapat pada
katrol ini adalah gerak lurus berubah beraturan (GLBB).

Percobaan pertama dilakukan pada katrol dalam keadaan diam, katrol


diikat dengan tali agar katrol dalam keadaan diam. Percobaan pertama dengan
massa 100 gr sebagai 2 dan 50 gr sebagai 1 , saat massa 100 gr dilepaskan
pada jarak 0,29 m, waktu rata - ratanya menunjukkan 1,19 second, dengan
percepatan sebesar 0,415 2 . Saat jarak 0,41 m dengan waktu rata rata adalah

1,33 second dengan percepatan sebesar 0,51 2 . Jarak 0,26 m waktu rata

ratanya adalah 0,87 second dengan percepatan sebesar 0,677 2 . Saat jarak

yang ditentukan adalah 0,2 m waktu menunjukkan 0,76 second, sehingga


percepatannya adalah 0,692 2 .

Percobaan kedua yang dilakukan pada katrol dalam keadaan diam, namun
massa 2 yang digunakan adalah 130 gr dan 1 adalah 50 gr. Jarak pertama yaitu
0,29 meter, dan waktu rata rata mencapai 0,414 second. Sehingga percepatan
yang dihasilkan oleh benda adalah 3,44 2 . Saat jarak yang diberikan adalah
0,41 meter, dan waktu 0,48 second menghasilkan percepatan benda sebesar 3,559
. Jarak yang diberikan saat 0,14 meter, dan waktu yang dibutuhkan benda
2
adalah 0,25 second dan mampu menghasilkan percepatan sebesar 4,272 2 .

Jarak 0,26 meter dengan waktu yang ditempuh benda 2 dari titik A menuju ke titik
B adalah 0,32 second sehingga mampu menghasilkan percepatan sebesar 4,95
. Saat jarak yang ditempuh sebesar 0,2 meter dengan waktu yang ditempuh
2
adalah 0,206 second dan menghasilkan percepatan sebesar 9,42 2 .

Hal ini membuktikan, berdasarkan percobaan pada katrol diam dengan 2


beban massa berbeda membuktikan bahwa massa benda akan mempengaruhi
kecepatan dan percepatan benda tersebut. Semakin besar massa bendanya, maka
semakin lambat waktu yang ditempuh sehingga percepatan yang dihasilkan kecil.
Saat besar massa benda ringan, maka percepatan akan semakin besar mencapai
permukaan atau landasan yang dituju.

Percobaan pada katrol yang juga ikut bergerak, keduanya diberikan massa
yang berbeda besarnya pada kedua ujung talinya. Massa benda 2 atau massa yang
lebih besar diberikan perlakuan massa sebesar 100 gr dan 130 gr. Massa ini dibuat
sama dengan katrol dalam keadaan diam, untuk memperoleh pengaruh dari
keadaan katrol atau pengaruh perlakuan pada katrol. Jarak yang digunakan yaitu
0,29 meter, 0,41 meter, 0,14 meter, 0,26 meter, dan 0,2 meter. Waktu rata rata
yang diperoleh atau ditempuh secara berurutan adalah 0,3 s, 0,304 s, 0,172s, 0,198
s, dan 0,162 s. percepatan yang ditempuh saat jarak 1 adalah 6,55 2 , jarak 2

adalah 8,87 2 , jarak 3 adalah 9,46 2 , jarak 4 adalah 0,883 2 , dan

jarak 5 percepatannya adalah 15,2 2 .

Percobaan terakhir pada katrol dalam keadaan ikut bergerak dengan massa
sebesar 130 gr, dengan jarak yang digunakan adalah 0,29 meter, 0,41 meter, 0,14
meter, 0,26 meter, dan 0,2 meter. Waktu yang ditunjukkan untuk mencapai titik
dasar adalah 0,21 detik, 0,234 detik, 0,172 detik, 0,198 detik, dan 0,152 detik
secara berurutan. Percepatan yang diperoleh saat jarak 0,29 m dan waktu 0,21
detik adalah 13,37 2 . Percepatan yang diperoleh saat jarak 0,41 m dan waktu

0,23 detik adalah 14,47 2 . Percepatan yang diperoleh saat jarak 0,14 m dan

waktu 0,18 detik adalah 8,27 2 . Percepatan yang diperoleh saat jarak 0,26 m

dan waktu 0,17 detik adalah 17,17 2 . Percepatan yang diperoleh saat jarak

0,2 m dan waktu 0,15 detik adalah 10,43 2 .

Berdasarkan percobaan kali ini adalah dapat diketahui bahwa percepatan


suatu benda dipengaruhi oleh massa benda, jarak peluncuran, dan kondisi katrol
yang menjadi tumpuan oleh tali yang digantungkan dengan massa beban yang
berbeda beda. Jarak peluncuran beluncuran benda mempengaruhi, karena
semakin besar atau panjang jaraknya maka waktunya akan semakin lama,
sehingga percepatannya akan lebih kecil atau semakin lambat, begitu pula
sebaliknya. Berdasarkan perlakuan terhadap katrolnya dapat diketahui bahwa
percepatan yang terjadi lebih besar saat katrol dalam keadaan ikut bergerak. Hal
ini dikarenakan adanya gaya gesekan dan percepatan tambahan dari katrol yang
membuat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai dasar menjadi semakin besar.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan, kesimpulan dapat ditarik adalah

1. Percepatan pada katrol tergantung pada massa, jarak, dan kondisi


perlakuan pada katrol tersebut.
2. Percepatan pada percobaan pertama lebih kecil dari pada percobaan kedua
pada katrol bergerak.
3. Percepatan benda lebih cepat saat kondisi katrol bergerak dari pada saat
kondisi katrol diam.

5.2 Saran

Setelah melakukan praktikum ini, saran yang diberikan untuk praktikan


yaitu praktikan sebelumnya harus mempelajari materi yang akan diujikanatau
dipraktikumkan. Praktikan harus lebih fkus dalam melakukan praktikum sehingga
mengurangi kesalahan saat dilakukannya praktikum tersebut. Karena factor yang
dapat mempengaruhi kesalahan terjadi pada praktikan dan alat alat yang
digunakan. Saran lain yaitu, sebaiknya praktikan lebih teliti saat melakukan
perhitungan hasil percepatan menggunakan media excel, sehingga hasil yang
dihitung lebih mendekati akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Tri Widya. 2011. Fisika Dasar. Jakarta : Grafindo Persada.


Davids, Mark, Neff Robert, Wedding, Kelly, Litzewitz, dan Paul. 1995. Mettrill
Physical Science. New York : Gloncoe Mc Graw-Hill.
Jonifan, Lin Lidya, Yasma. Fisika Mekanika. 2007. Klaten : Viva Pakarindo.
Mirza, Setiawan. 2012. Fisika Dasar. Surabaya : Universitas Airlangga.
Soedojo, Dr. Peter. 1999. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Sutrisno. 1978. Seri Fisika DasarI. Bandung : ITB
Tim Penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember : Universitas
Jember.
Zainuri, M. 2011. Pesawat Sederhana. Bandung : Universitas Padjajaran.
LAMPIRAN

1. Katrol ikut bergerak dengan rumus 2 2

2. Katrol diam dengan rumus 2 2


3. Katrol ikut bergerak dengan rumus 2

4. Katrol diam dengan rumus 2

5. Katrol ikut bergerak dengan rumus teori


BERAT JENIS DAN MASSA JENIS ZAT CAIR DAN ZAT
PADAT
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR

Oleh
Deandra Inggrit Rahma Sari (141810201015)
Ira Apsari Ningtias (141810201016)
Faishal Saputra (141810201018)
Asisten : M. Syamsudin

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan berbagai
macam benda yang selalu kita gunakan untuk menunjang segala aktivitas. Setiap
benda itu memiliki massa jenis yang berbeda antara massa benda dengan volume
benda tersebut, massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan
bentuk benda diubah massa jenis benda tidak berubah. Misalnya ukurannya
diperbesar sehingga baik massa benda ataupun volume benda makin besar.
Walaupun kedua besaran yang menunjukkan ukuran benda tersebut makin besar
tetapi massa jenisnya tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda atau
sebaliknya kenaikkan volume benda diikuti secara linear dengan kenaikan volume
benda atau massa benda.
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis zat dengan
massa jenis air murni. Berat jenis suatu benda adalah suatu gaya yang bekerja
pada benda tersebut. Pengetahuan tentang massa jenis benda dan berat jenis dalam
sebuah praktikum sangat penting, dikarenakan selalu dibutuhkan dalam
pengaplikasiannya dipenelitian dan kehidupan sehari hari.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diperoleh dalam praktikum ini adalah:
1. Bagaiman prinsip kerja dari hukum archimedes
2. Bagaimana cara mencari massa jenis zat cair dengan menggunakan hukum
archimedes ?
3. Bagaimana cara mencari berat jenis menggunakan hukum archimedes ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan yang kita ketahui dapat disimpulkan tujuannya adalah
sebagai berikut :
1. Mampu mengetahui prinsip kerja dari hukum archimedes.
2. Mampu mengetahui cara mencari massa jenis zat cair menggunkan hukum
archimedes.
3. Mampu mengetahui cara mencari berat jenis menggunakan hukum
archimedes ?

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah, dapat
diaplikasikan ke dalam penggunaan kapal selam. Kapal selam dapat terapung dan
tenggelam di air, karena ketika terapung massa jenis total kapal selam lebih kecil
dari air laut dan sewaktu tenggelam massa jenis kapal selam lebih besar dari air
laut sehingga dapat tenggelam di dalam lautan.
BAB 2. DASAR TEORI

Zat didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai massa ddam


memerlukan ruang. Berdasarkan wujudnya, zat dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu,zat padat, zat cair, dan zat gas. Setiap zat padat mempunyai massa
jenis tertentu. Demikian juga dengan zat cair dan gas. Oleh karena itu kita dapat
mengetahui jenis zat berdasarkan massa jenisnya(Hidayat,1979).
Massa jenis atau berat jenis adalah pengukuran massa setiap satuan
volume benda. Samakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula
massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total
massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda memiliki massa jenis lebih
tinggi ( misalnya besi ) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah misalnya air
(Soedojo,1999).
Hubungan anatara berat dan massa suatu benda adalah massa ialah ukuran
inersia suatu benda, sedangkan berat ialah gaya berat atau gaya gravitasi suatu
benda, massa dan berat merupakan besaran yang berbeda, tetapi mempunyai
hubungan yang erat (soedojo,1999).
Massa jenis benda padat beraturan adalah setiap pengukuran besaran fisis
umunya selalu menemui batas ketelitian dan kesalahan pengukuran. Setiap alat
ukur mempunyai batas ketelitian dan batas maksimum kemampuan mengukur
(purba,2004).
Hukum archimedes berbunyi setiap benda yang berada di dalam suatu
fluida, maka benda itu akan mengalami gaya ke atas. (yang disebut gaya apung)
seberat zat cair yang dipindahkan.
Dalam persamaan :
=
Menurut archimedes, benda menjadi lebih ringan bila diukur dalam air
daripada di udara, karena didalam air benda mendapat gaya ke atas. Sementara
ketika diudara, benda memiliki berat yang sesungguhnya.
Dalam persamaan :
= .
Ketika dalam air, dikatakan memiliki berat semu, dinyatakan dengan :
=
Keterangan : : berat dalam fluida, dikatakan juga berat semu
berat benda sesungguhnya, berat benda diudara
: aya angkat ke atas
Gaya keangkat keatas ini juga disebut gaya apung (ibrahim,2000).
Pada percobaan kali ini menentukan massa jenis zat cair dengan
menggunakan hukum archimedes.

M Aquades
(a) (b)

Zat cair
(c)

Gambar 2.1

Benda M mula-mula ditimbang diudara(2.1a), kemudian ditimbang di


dalam air (aquadest)(gambar 1b) dan terakhir ditimbang ke dalam zat cair lainnya
(gambar 2.1c). Maka massa jenis zat cair ( ) dapat dihitung dengan persamaan
:

=
.

Keteranagn : : berat benda diudara.


: berat benda di dalam zat cair

V : volume benda , diperoleh dari = .

Wair : berat benda di dalam air


G : percepatan gravitasi bumi (9,8 m/detik)
(Tim Penyusun, 2014).
Pada benda padat yang dibenamkan seluruhnya di dalam suatu zat cair
akan mengalami gaya ke atas atau gay apung sebesar berat zat cair yang
dipindahkan akibat terbenamnya benda padat tersebut. Dinyatakan dengan
persamaan :

=

Dimana : w : berat zat padat diudara
ws : berat zat padat dalam air
Untuk menemukan BJ zat padat yang mengapung di air, juga dapat
ditentukan dengan menggunakan prinsip hukum archimedes, agar zat padat
terbenam seluruhnya didalam zat cair, maka diperlikan pembenam .
Menentukan BJzp menggunakan persamaan :

=
1 2

Keterangan : w : berat zat padat diudara


Wzp : berat zat padat dalam air
Wp : berat pembenam dalam air
Dengan
1 = +
2 = +
(Tim penyusun, 2014).
Berbagai bahan memiliki massa jenis yang berbeda yaitu sebagai berikut :
Jenis zat Massa jenis
Gliserin 1,2560 kg/m3
Kayu 300-900 kg/m3
Alumunium 2700 kg/m3
Kuningan 8400 kg/m3
Minyak goreng 785 kg/m3
Sabun padat 801 kg/m3
Sabun serpih 160 kg/m3
Air 998 kg/m3

(Anonim, 2014).
BAB 3. METODOLOGI DAN PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun peralatn yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Timbangan atau triple balance adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur berat jenis suatu benda.
2. Zat padat adalah suatu benda yang berupa padatan.
3. Zat cair adalah suatu zat yang memiliki kekentalan yang berbeda-beda
misalnya (aquadest, minyak goreng, gliserin, air sabun).
4. Tabung gelas ukur adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur
volume suatu zat.
5. Janka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter dalam
atau luar, serta mengukur kedalaman suatu benda.

3.2 Desain percobaan


Berikut merupakan desain peralatan yang digunakan dalam praktikum kali
ini adalah :
Desain pertama
Desain kedua

3.3 Langkah kerja


Adapun langkah langkah kerja dalam praktikum ini adalah :
A. Menentukan massa jenis zat cair ( )
1. Perhatikan gambar desain pertama
2. Ditimbang benda M diudara
3. Ditimbang benda M di dalam air
4. Ditimbang benda M di dalam zat lainnya
5. Diulangi langkah 2 sampai 4 selam 3 kali
6. Diulangi langkah 2 sampai 5 untuk zat cair yang berbeda.

B. Mentukan berat jenis zat padat / benda (BJzp > BJair )


1. Perhatikan gambar desain pertama
2. Zat padat diudara ditimbang (w)
3. Zat padat didalam air ditimbang (wzp)
4. Diulangi langkah 2 samapi 3 selama 3 kali
5. Diualangi langkah 2 samapai 5 untuk zat cair yang berbeda.
C. Menentukan berat jenis zat padat / benda (BJzp < BJair )
1. Perhatikan gambar desain kedua
2. Ditimbang zat padat di udara (w)
3. Ditimbang zat padat dalam air (wzp)
4. Ditimbang pembenam di dalam air (wp)
5. Ditmbang zat padat dari pembenam di dalam air (ws)
6. Diulangi langkah 2 sampai 5 3 kali.

3.4 Metode analisis


Adapun analisis data yang diperoleh dalam praktukum ini adalah :
1. Menentukan Massa Jenis Zat Cair (zc)
wu wzc
zc h =
vb .g
. .
=
.

=


=
.
( )
=
( )

( )
=
( )

2 2
2 2
2
2 =| | | | + | | | | + | | | |2

. .
| |=
2

= ( )
( )2
( ) ( )
= (
)( )

( )
= (
)( )
. .
| |=
2

=

( )
= (
)( )


| |=
( )2

= ( )


= (
)( )

|( ) |2 + |( ) |2 + |( ) |2
1 +2 +3
Rata = = =
3

(m1 m rata)2
= = mzc =
6

2. Menentukan Berat Jenis Zat Padat ( > )



= = =


= ( )2


= ( )2

2 2
= ( 2
) ()2+(
2
) () 2
( ) ( )

( )2
=
( 1)

( )2
=
( 1)


= 100%

= 100%


= 1

= ( )

3. Menentukan Berat Jenis Zat Padat ( < )



= = (+ = (+ =
1 2 )( + ) )( + )


= ( 2
)


= ( 2
)

2
2
= ( 2 ) () + ( 2 )2 ( )2
( ) ( )

( )2
=
( 1)

( )2
=
( 1)


= 100%

= 100%


= 1

= ( )
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan, di dapatkan hasil sebagai
berikut:
Table 4.1 kuningan (zat padat) dalam zat cair air sabun
percb. mu mu m air m air m zc m zc
1 56.8 49.2 51
2 56.6 0.240370085 49.3 0.683942818 50 0.3511885
3 57.4 51.3 51.1
rata2 56.93333 49.93333 50.7

p l t
p Kuningan Kuningan
Kuningan l Kuningan Kuningan
1.99 2.05 2.2
2.1 0.047258156 2.15 0.033333333 2.1
2.15 2.15 2.05
2.08 2.1166667 2.1166667

m.jnis m. Jnis zc
t Kuningan air m. Jnis zc A A I(%) K(%) AP

0.044095855 1 0.66888595 0.051201388 7.654726205 92.34527 2

m. Jnis zc m. Jnis zc m.jnis zc


B B I(%) K(%) AP litertr D A(%) D B(%)

0.890476 0.11661530
13.098 86.90 2
2 9

Table 4.2 Kuningan (zat padat) dalam zat cair gliserin


percb. mu mu m air m air m zc m zc
1 56.8 0.240370085 49.2 0.683942818 48.5 0.3844188
2 56.6 49.3 48.1
3 57.4 51.3 49.4
rata2 56.93333 49.93333 48.66667

p l t
p Kuningan Kuningan Kuningan l Kuningan Kuningan
1.98 1.975 2.085
1.995 0.005 1.985 0.003333333 2.085
1.98 1.975 2.09
1.985 1.9783333 2.0866667

m.jnis m. Jnis zc
t Kuningan air m. Jnis zc A A I(%) K(%) AP

0.001666667 1 1.00882856 0.055419097 5.49 94.50 2

m. Jnis zc m. Jnis zc D
B B I(%) K(%) AP m.jnis zc litertr D A(%) B(%)

1.1809524 0.1500700 12.70 87.29 2 1.256 19.679 5.975

Tabel 4.3 Kuningan (zat padat) dalam zat cair minyak goreng
percb. mu mu m air m air m zc m zc
1 56.8 49.2 50
2 56.6 0.240370085 49.3 0.683942818 51 0.3711843
3 57.4 51.3 51.2
rata2 56.93333 49.93333 50.73333

p l t
p Kuningan Kuningan Kuningan l Kuningan Kuningan
1.98 1.975 2.085
1.995 0.005 1.985 0.003333333 2.085
1.98 1.975 2.09

m.jnis m. Jnis zc
t Kuningan air m. Jnis zc A A I(%) K(%) AP
0.001666667 1 0.75662142 0.054018292 7.139408278 92.86059 2
m. Jnis zc m. Jnis zc m.jnis zc
B B I(%) K(%) AP litertr D A(%) D B(%)

0.8857143 0.117375952 13.25 86.74 2 785 99.903 99.88717

Keterangan : zat padat yang di gunakan adalah besi

B. Menentukan berat jenis BJzp> BJ air


Table 4.4 Pada zat padat kuningan
percb. mu mu m air m air BJ zp A BJ zp A
1 60.9 53.5
2 61.1 0.088192 53.8 0.145297 8.365297 0.342780834
3 61.2 54
rata2 61.06667 53.76667

I(%) K(%) AP BJ zp B BJ zp B I(%) K(%) AP

4.097 95.90 2 8.365297 0.188784972 2.2567 97.74324 3

BJ zp
D A(%) D B(%)
litertr

8.4 0.414847 0.414847

Table 4.5 Pada zat padat alumunium


percb. mu mu m air m air BJ zp A BJ zp A
1 16.3 0.1 9.7 0.351188 2.469697 0.133286821
2 16.3 0.1 9.8 0.351188 2.507692 0.137459243
3 16.6 0.1 10.8 0.351188 2.862069 0.176246238
rata2 16.4 10.1 2.613153 0.148997434

I(%) K(%) AP BJ zp B BJ zp B I(%) K(%) AP


5.396889 94.60 2
5.481503 94.51 2 2.603175 0.147326237 5.659483 94.340 2
6.1580010 93.84 2

BJ zp
D A(%) D B(%)
litertr

2.7 9.325153 3.719512

Tabel 4.6 Pada zat padat Besi


percb. mu mu m air m air BJ zp A BJ zp A
1 61.3 53.6
2 61.5 0.088192 53.1 0.145297 7.666667 0.283959058
3 61.2 53.3
rata2 61.33333 53.33333

I(%) K(%) AP BJ zp B BJ zp B I(%) K(%) AP

3.703 96.29 2 7.666667 0.157447571 2.053663971 97.94634 3

BJ zp
D A(%) D B(%)
litertr

7.8 1.73913 1.73913

C. Menentukan Berat Jenis BJ zp< BJ air


Tabel 4.7 Berat jenis kayu dan besi
mp di
percb. mu mu m zp m zp mp di air air
1 3.9 1.2 53.5
2 4 0.033333 1.1 0.033333 53.2 0.0881917
3 4 1.1 53.4
rata2 3.966667 1.133333 53.36667

m2 m2 BJ zp A BJ zp A I(%) K(%) AP
40.7 0.066667 1.4 0.043830438 3.130745548 96.86925 3
40.9
40.7
40.76667

BJ zp BJ zp
B BJ zp B I(%) K(%) AP litertr D A(%) D B(%)

1.4 0.00581 0.415499533 99.5845 3 1.28 9.375 9.375

4.2 Pembahasan
Berat jenis adalah berat per satuan volume. Istilah berat jenis di gunakan
untuk menyatakan berat tertentu, juga di gunakan untuk kepadatan relative.
System Satuan Internasional (SI) dinyatakan dalam bentuk newton per meter
kubik (N/m3). Berat jenis di terapkan pada kuantitas fisik dengan istilah khusus
persatuan massa.
Massa jenis adalah perbandingan antara massa benda dengan massa jenis
zat padat di hitung dengan membandingkan massa zat benda dengan volumenya.
Massa jenis merupakan salah satu cirri untuk mengetahui kerapatan zat pada zat
yang sama. Semakin rapat zatnya semakin besar massanya. Sebaliknya massa
renggang makin kecil massa suatu benda.
Pada percobaan berat jenis dan massa jenis zat cair dan zat padat ini di
gunakan 4 macam zat cair yaitu menggunkan aquades, air sabun, gliserin dan
minyak goreng. Pada percobaan ini zat padat yang di gunakan adalah balok kecil
yang terbuat dari alumunium, kuningan, besi dan kayu. Pada percobaan pertama
yakni kuningan, kemudian data yang di peroleh dari zat cair air sabun adalah 50,7
dari rata-ratanya. Selanjutnya pada benda yang sama tetapi zat cairnya beda yaitu
gliserin memperoleh data rata-rata massa zat cair adalah 48,66. Sedangkan pada
zat cair minyak goreng diperoleh data dari rata-rata massa zat cair sebesar 50,73.
Selanjutnya pada percobaan kedua adalah menentukan berat jenis dimana
berat jenis dimana berat jenis zat padat lebih dari berat jenis air. Pada percobaan
ini menggunakan benda yang berbeda-beda yaitu kuningan, alumunium, dan besi,
tetapi dengan zat cair yang sama yaitu aquades. Pada saat benda kuningan
diperoleh yang A sebesar (8,3650,342) dan yang
yang B sebesar (8,3650,188). Sedangkan pada zat cair sama tetapi benda yang
berbeda yaitu alumunium diperoleh yang A sebesar (2,6130,148)
dan yang yang B sebesar (2,6030,147). Selanjutnya pada benda
yang berupa besi diperoleh yang A sebesar (7,6660,283) dan yang
yang B sebesar (7,6660,157).
Pada percobaan yang terakhir yaitu menetukan berat jenis dimana berat
jenis zat padat kurang dari berat jenis air yang dilakukan oleh benda kayu dan
besi. Dari percobaan ini diperoleh data sebagai berikut, pada percobaan pertama
diperoleh yang A sebesar (1,40,043) dan yang yang
B sebesar (1,40,415).
Adanya ketidakpastian hasil percobaan dengan teori yang disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya, ketidaklitian praktikan dalam mengukur percepatan
gravitasi bumi, karena dilakukan hanya satu variabel saja dan adanya pembulatan
dalam perhitungan sehingga mempengaruhi hasil ikur tersebut.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1. Jika massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis zat cair, atau gaya
ke atas lebih kecil dari berat benda, maka benda itu akan tenggelam.
2. Jika massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair, atau gaya ke atas
sama dengan berat benda, maka benda akan melayang.
3. Jika massa benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair, atau gaya ke
atas sama dengan berat benda, maka benda akan mengapung.

5.2 Saran
Percobaan mengenai massa jenis dan berat jenis harus dilakukan denagan
kecermatan, bersungguh-sungguh dalam perhitungan dan harus cermat dan tepat.
Perhitungan data juga harus dilakukan dengan teliti sehingga dapat menimalisir
kesalahn-kesalahn yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Bambang.1979. Bumi dan Antariksa jilid 1 dan 2. Jakarta : Departemen


Pendidikan Dan Kebudayaan.
Ibrahim.2000. Pembelajaran Kooperatif . Surabaya : UNESA.
Purba, Banjarbaru. 2004. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Soedojo,p.1999. Fisika Dasar. Yogyakarta : PT Ganeca Exact.
Team penyusun.2014.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember : FMIPA
Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai