Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

PENERAAN TERMOMETER
(T1)
Ahmad Fauzan Rizaldy, Annge Rani Liono, Miranda Nabillah, Resty Fathma Indah Kurnia, Zerina
Rahmawati, dan Rahmat Nur Maulani, Andi Ichsan Mahardika, M.Pd
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Brigjen H. Hasan Basri, Banjarmasin 70123
E-mail: info@unlam.ac.id
Abstrak Percobaan peneraan termometer ini bertujuan agar
dapat melakukan peneraan terhadap termometer sederhana.
Metode yang digunakan adalah membandingkan hasil
pengukuran termometer standar dan termometer tidak berskala
dengan cara menentukan titik tetap bawah dan atas dengan
termometer tidak berskala. Hasil yang diperoleh selama
percobaan yaitu dengan tiga kali percobaan yaitu menggunakan
air dingin, biasa, dan hangat, diperoleh nilai suhu dari
termometer standar berturut-turut yaitu (9,0 0,5)C, (33,0
0,5)C, dan (60,0 0,5)C. Dan termometer tidak berskala
berturut-turut yaitu (6,51 2,96)C, (34,90 2,96)C, dan (65,12
2,96)C. Dari Hasil percobaan nilai yang diperoleh kedua
termometer tidak terlalu berbeda jauh. perbedaan ini
dikarenakan kurangnya ketelitian dalam menandai termometer
tidak berskala dengan spidol.

juga ada skala Fahrenheit dan skala Reamur. Untuk skala


Reamur, air membeku pada suhu 0R dan mendidih pada suhu
80R. Sedangkan pada skala Fahrenheit, air akan membeku
pada suhu 32F dan mendidih pada suhu 212F. Kita tahu
bahwa informasi keadaan suhu sangatlah penting dan kita
butuhkan, maka dengan termometer kita dapat mengukur suhu
secara teliti, karena dengan mengetahui tingkat suhu kita dapat
menyesuaikan keadaan kita dan dengan mengetahui tingkat
suhu kita dapat meramalkan keadaan cuaca.
Berdasarkan latar belakang diatas diambil rumusan
masalah sebagai berikut: Bagaimana cara melakukan
peneraan terhadap termometer sederhana ?.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat
melakukan peneraan terhadap termometer sederhana.

Kata Kunci Peneraan Termometer, Suhu, Titik Tetap Atas,


dan Titik Tetap Bawah.

II. KAJIAN TEORI

I. PENDAHULUAN

uhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas


dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk
mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung
menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer
untuk mengukur suhu dengan valid.
Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para
ilmuwan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada
Anders Celcius (1701 1744) sehingga pada tahun 1942 dia
memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman
pengukuran suhu. Skala ini diberi nama sesuai dengan
namanya yaitu skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus
maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan
berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak.
Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini, maka Lord
Kevin (1842 1907) menawarkan skala baru yang diberi
nama Kelvin. Skala Kelvin dimulai dari 273 K ketika air
membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nilai nol
mutlak sama dengan 0 K atau -273C. Selain skala tersebut

Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran


mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau benda. Oven
yang panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan es yang
membeku dikatakan memiliki suhu rendah.
Alat yang dirancang untuk mengukur suhu suatu zat
disebut termometer. Ada beberapa jenis termometer, yang
prinsip kerjanya tergantung pada beberapa sifat materi yang
berubah terhadap suhu. Sebagian besar termometer umumnya
bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya suhu. Ide
pertama penggunaan termometer adalah oleh Galileo, yang
menggunakan pemuaian gas[1].
Kalibrasi sebuah termometer ialah penetapan tanda-tanda
untuk pembagian skala sebuah termometer.
Pembuatan skala pada termometer menggunakan dua titik
tetap. Pertama, titik tetap atas atau titik uap (steam point) yang
didefinisikan sebagai suhu air dan uap yang berada dalam
keadaan setimbang pada tekanan 1 atmosfer. Kedua, titik tetap
bawah atau titik es (es point) didefinisikan sebagai suhu
campuran es dan air dalam keadaan setimbang dengan udara
jenuh pada tekanan 1 atmosfer. Pada skala Celcius, titik es
diberi angka nol dan titik uap diberi angka 100[2].

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

Berdasarkan penetapan dari beberapa ilmuwan, kita dapat


mengenal 4 macam skala (derajat) dalam suhu, yaitu Celcius (
, Fahrenheit ( , Reamur ( R), dan
Kelvin (K). Masing-masing termometer tersebut memiliki titik
didih dan titik beku air pada tekanan 1 atm.
Perhatikan penetapan skala beberapa termometer pada
Gambar 2.1.

t K=(t273) C

(3)

Secara umum hubungan termometer yang satu dengan


yang lain adalah sebagai berikut:

(4)
Dengan, (ta)X = titik tetap atas pada skala X
(tb)X = titik tetap bawah pada skala X
tx = titik/nilai yang dicari pada skala X
(ta)Y = titik tetap atas pada skala Y
(tb)Y = titik tetap bawah pada skala Y
ty = titik/nilai yang dicari pada skala Y

Gambar 2.1. Skema skala suhu


K

, , R, dan

Tabel 2.1. Perbandingan skala termometer[3].


Titik beku
air ()

Titik didih
air ()

Pembagian
skala

Celcius

100

100

Fahrenheit

32

212

180

Reamur

80

80

Kelvin

273

373

100

Termometer

Gambar 2.2. Perbandingan skala termometer secara umum[4].


Setiap suhu pada skala Celsius berhubungan dengan suatu
suhu tertentu pada skala Fahrenheit. Tentunya sangat mudah
untuk mengonversikannya, mengingat bahwa 0 C sama

Dari ketentuan tersebut diperoleh perbandingan skala dari


keempat termometer tersebut sebagai berikut:

C : R : F : K=100 :80 :180 : 100


5 : 4 : 9 :

(1)

Hubungan antara termometer Celcius dan Kelvin secara


khusus dapat dinyatakan:

t C=(t +273) K
atau

(2)

dengan 32 F, dan jangkauan 100 pada skala Celsius


sama dengan jangkauan 180 pada skala Fahrenheit. Hal
ini berarti:

1 =

100
5
=
180
9

(5)

Perbandingan beberapa skala termometer adalah sebagai


berikut:

T C : ( T F 32 ) :T R=5 : 9: 4

(6)

Konversi antara skala Celsius dan skala Fahrenheit dapat


dituliskan:

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

3
5.

5
T C = (T F32) atau
9

(7)
Konversi antara skala Celsius dan skala Reamur dapat
dituliskan:

5
T C = T R atau
4

(8)

Konversi antara skala Fahrenheit dan skala Reamur dapat


dituliskan:

4
T R= (T F 32) atau
9

(9)

Pyrometer, merupakan alat ukur untuk suhu yang tinggi


(500C 3.000C). Alat ini bekerja berdasarkan intensitas
radiasi yang dipancarkan oleh benda panas[5].

Berdasarkan manfaat dan tempatnya ada beberapa jenis


termometer, antara lain termometer udara, termometer badan,
termometer maksimum-minimum, termometer dinding, dan
termometer batang.
a. Termometer Udara
Termometer memanfaatkan sifat termometrik suatu zat,
yaitu perubahan sifat-sifat zat karena perubahan suhu zat itu.
Termometer pertama kali dibuat oleh Galileo Galilei (15641642). Termometer ini disebut termometer udara. Termometer
udara terdiri dari sebuah bola kaca yang dilengkapi dengan
sebatang pipa kaca panjang (Gambar 2.1).

Gambar 2.4. Termometer Udara

Gambar 2.3. Bagan konversi suhu dalam


R, dan K

C, F,

Termometer bekerja menggunakan bahan yang bersifat


termometrik. Artinya, sifat-sifat benda tersebut dapat berubah
jika ada perubahan suhu. Berdasarkan sifat ini, terdapat
beberapa jenis termometer, yaitu:
1. Termometer zat cair yang bekerja berdasarkan pemuaian
zat cair yang dipanaskan.
2. Termometer bimetal yang bekerja berdasarkan pemuaian
logam yang dipanaskan.
3. Termometer hambatan yang bekerja karena bertambahnya
hambatan listrik jika kawat logamnya dipanaskan.
Kemudian, akan terjadi pulsa-pulsa listrik yang
menunjukkan suhu yang diukur.
4. Termokopel yang prinsipnya terjadi pemuaian dua logam
karena ujungnya disentuhkan. Akibatnya timbullah gaya
gerak listrik (GGL) dan inilah yang akan menunjukkan
suhu suatu benda.

Pipa tersebut dicelupkan ke dalam cairan berwarna. Ketika


bola kaca dipanaskan, udara keluar dari pipa. Namun, ketika
bola didinginkan udara di dalam pipa menyusut sehingga
sebagian air naik ke dalam pipa. Termometer udara peka
terhadap perubahan suhu sehingga suhu udara saat itu dapat
segera diketahui. Meskipun peka terhadap perubahan suhu,
namun termometer ini harus dikoreksi setiap terjadi perubahan
tekanan udara.
b. Termometer Badan
Sesuai dengan namanya, termometer ini digunakan untuk
mengukur suhu badan seseorang. Termometer ini biasa disebut
termometer klinis atau termometer demam. Skala pada
termometer ini berkisar antara 34C atau 35C sampai 43C.
Ini sesuai dengan suhu tubuh normal manusia yakni 37C.
Ketelitian termometer badan mencapai 0,1C. Termometer ini
menggunakan bahan termometrik air raksa. Salah satu jenis
termometer badan dapat kalian lihat pada Gambar 2.2.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

Gambar 2.5. Termometer Badan


Cara penggunaan termometer badan biasanya diletakkan di
bawah lidah atau dikulum beberapa menit. Saat digunakan, air
raksa akan naik melalui pipa sempit. Selanjutnya, air raksa itu
akan berhenti dan menunjuk angka sesuai dengan suhu badan
orang yang sedang diukur. Satu hal yang perlu diingat adalah
sebelum digunakan, termometer perlu dikibas-kibaskan atau
digoncang-goncangkan perlahan dengan tujuan agar air raksa
dalam termometer kembali ke keadaan semula.
c. Termometer Maksimum-Minimum
Seringkali kita mendengar perkiraan cuaca berikut suhu
kisaran di suatu daerah oleh Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG). Perkiraan suhunya meliputi suhu maksimum dan suhu
minimum dari suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
Pengukuran suhu ini menggunakan termometer maksimumminimum. Termometer ini disebut juga dengan termometer
Six Belani, sesuai nama penemunya yaitu James Six dan
Bellani. Termometer ini menggunakan alkohol sebagai bahan
termometrik.

4
penunjuk baja maksimum pada angka tertentu. Demikian pula
saat suhu turun, alkohol menyusut sehingga air raksa dikaki
kanan akan mendorong air raksa dikaki kiri. Pada akhirnya,
penunjuknya penunjuk baja pada kaki kiri akan turut naik
menunjuk angka minimum tertentu. untuk mengembalikan
logam penunjuk pada posisi sedia kala, kita menginduksikannya dengan magnet.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui suhu maksimum
pada penunjuk kaki kanan termometer. Lalu, pada penunjuk di
kaki kiri, kita dapat mengetahui suhu minimum dari
bendayang kita ukur[6].
d. Termometer Dinding

Gambar 2.7. Termometer dinding


Termometer ini dimanfaatkan untuk mengukur suhu
diruangan atau biasa kita menyambutnya dengan nama suhu
kamar. Skalanya, berkisar antara - 50C sampai 50C. Pada
suatu ruangan dengan suhu normal bila diukur melalui
termometer dinding akan menunjukkan suhu kamar 25C.
e. Termometer Batang

Gambar 2.8. Termometer batang

Gambar 2.6. Termometer Six Bellani


Termometer jenis ini bekerja berdasarkan prinsip
pemuaian. Apabila suhu suatu tempat naik, alkohol dalam
tabung A akan memuai, sehingga mendesak permukaan raksa
dikaki kiri. Desakan air raksa pada kaki kiri ini akan mendesak
permukaan air raksa dikaki kanan, sehingga mendorong

Saat di laboratorium, selain terdapat termometer dinding


ada pula yang namanya termometer batang. Termometer ini
ada yang menggunakan alkohol dan ada yang menggunakan
air raksa. Skala termometer ini antara -10 C sampai
dengan 110 C. Biasanya digunakan untuk mengukur suhu
pada
percobaan-percobaan
di
laboratorium.
Cara
penggunaannya yakni dengan menempelkan tendon pada

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I


benda yang suhunya sedang kita ukur. Kemudian, ujung
batang yang lain kita gantung dengan benang atau kita jepit
dengan karet (isolator panas).
Saat melakukan pengukuran suhu dengan suatu
termometer, kita memerlukan suatu acuan. Acuan ini ada
didasarkan pada skala termometer. Skala ini mempunyai dua
acuan, yakni titik didih dan titik beku air. Titik didih air
dijadikan sebagai titik acuan atas, sedangkan titik beku air
dijadikan titik acuan bawah. Kemudian, diantara keduanya
dibagi dalam beberapa skala kecil.
Beberapa ilmuwan telah menentukan titik acuan dalam
termometer. Skala yang mereka tentukan menjadi dasar dalam
penentuan skala suhu. Ilmuwan yang dimaksud antara lain:
a. Anders Celcius (1701-1744)
Ia membuat termometer dengan titik beku air pada skala 0
dan titik didih air pada skala 100. Termometer buatannya
dikenal dengan sebutan termometer Celcius dengan satuan
suhu dalam derajat Celcius ( . Jadi, termometer
Celcius mempunyai titik bawah 0

dan titik atasnya 100

.
b. Gabriel Daniel Fahrenheit (1683-1757)
Ia menetapkan titik beku air pada skala 32 sebagai
titik acuan bawah dan titik didih air pada skala 212
sebagai titik acuan atas. Termometer hasil rancangannya
disebut termometer Fahrenheit dengan satuan suhu derajat
Fahrenheit ( .

5
2.

3.

4.

5.

Raksa tidak membasahi dinding wadahnya, sehingga


kecepatan tinggi permukaannya dapat diamati secara lebih
cermat.
Raksa cepat menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya. Sehingga untuk mengukur suhu suatu benda tidak
memerlukan waktu yang terlalu lama.
Raksa mempunyai sifat pemuaian yang teratur, sehingga
menetapkan skala termometer dapat dilakukan dengan
mudah.
Raksa mempunyai titik beku yang sangat rendah (-39
) dan titik didih yang tinggi (357 ) sehingga
pengukuran-nya besar[8].

III. METODE PERCOBAAN


Pada percobaan Peneraan Termometer dibutuhkan
peralatan seperti pada gambar dibawah ini yaitu termometer
tidak berskala (termometer buta) 1 buah, termometer berskala
(termometer standar) 1 buah, corong bening (plastik) 1 buah,
gelas ukur 2 buah, es dan air murni secukupnya, kaki tiga 1
buah, kawat kassa 1 buah, pembakar bunsen 1 buah, statif
dengan klem 1 buah, dan pemantik 1 buah.

c. Antoine Ferchault de Reamur (1683-1757)


Termometer rancangannya disebut sebagai termometer
Reamur dengan titik acuan bawah 0 R dan titik acuan atas
80 R. Skala satuan suhu termometer ini dinyatakan dalam
derajat Reamur ( R).

Gambar 3.1. Termometer tidak berskala (termometer buta)

d. Lord Kelvin (1824-1904)


Ia merancang termometer yang dikenal sebagai
termometer Kelvin. Termometer ini mempunyai titik acuan
bawah 273 dan titik acuan atas 373. Skala satuan suhu
termometer ini dinyatakan dalam Kelvin (K).
Satuan skala Kelvin juga disepakati sebagai standar satuan
suhu. Suhu yang dinyatakan dengan skala Kelvin disebut
sebagai suhu mutlak, yang dilambangkan dengan T. Suhu
mutlak merupakan satuan suhu yang sering digunakan dalam
perhitungan fisika maupun kimia[7].
Pada umumnya termometer dibuat dengan memanfaatkan
fisik pemuaian zat cair. Zat cair yang biasa digunakan dalam
termometer adalah raksa. Beberapa keunggulan raksa sebagai
pengisi pipa termometer, antara lain:
1. Raksa berwarna mengkilat, sehingga mudah dilihat tinggi
permukaannya.

Gambar 3.2. Termometer berskala (termometer standar)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

Gambar 3.3. Corong bening (plastik)

Gambar 3.8. Pembakar Bunsen

Gambar 3.4. Gelas ukur

Gambar 3.9. Statif dengan klem

Gambar 3.5. Es dan air murni


Gambar 3.10. Pemantik

Gambar 3.6. Kaki tiga

Gambar 3.7. Kawat kassa

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah


dengan merangkai alat dan bahan sesuai dengan rancangan
percobaan, menentukan titik tetap bawah dengan cara
menggantung termometer tidak berskala kedalam corong yang
berisi es, dan menentukan titik tetap atas dengan cara
meletakkan termometer tidak berskala pada gelas ukur yang
berisi air mendidih.
Pada percobaan ini langkah kerjanya yang pertama kali
dilakukan adalah dengan merangkai alat seperti Gambar 3.10.
Kemudian, menggantungkan termometer, lalu memasukkannya ke dalam corong dan disela-selanya ditimbun dengan
potongan-potongan es. Membiarkan beberapa saat sehingga es
melebur dan tampak dibagian bawah corong menetes air. Jika
esnya habis menambahkan lagi sampai permukaan air raksa
dari termometer berhenti bergerak. Selanjutnya, tempat

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I


berhentinya permukaan air raksa tersebut diberi tanda dengan
spidol dan tempat ini disebut titik tetap bawah (titik 0C).
Kedua, untuk menentukan titik tetap atas (titik 100 )
pada skala termometer, dapat melakukannya dengan
menyusun alat seperti gambar 3.11. Mengisi gelas ukur
dengan air murni (tidak perlu penuh), kemudian mendidihkan
air dalam gelas ukur tersebut dengan pembakar bunsen.
Memasukkan termometer tidak berskala kedalam gelas ukur
dan membiarkan beberapa saat di dalam gelas ukur tersebut
tunggu sampai air raksa dalam termometer tidak berubah.
Kemudian memberinya tanda dengan spidol. Ketiga, dengan
menggunakan kertas milimeter dan batas-batas yang telah
diperoleh dari percobaan, membuat skala termometer untuk
rentang
sampai
0
100 . Keempat,
membandingkan skala hasil percobaan dengan skala
termometer standar. Kelima, menggunakan termometer
standar dan termometer tidak berskala untuk mengukur
beberapa nilai suhu sekitar (air dingin, biasa, dan hangat).
Mencatat nilai suhu dari termometer standar dan menandai
titik yang ditunjukkan termometer tidak berskala tadi pada
tabel data. Memeriksa berapa nilai suhu yang ditunjukkan
termometer tidak berskala tadi dengan skala yang telah
dibuat. Kemudian membandingkan dengan hasil yang dicatat
dari termometer standar.
Catatan: Selama percobaan mengamati suhu ruang dan
tekanan udara.

NST =

100
jarak antaratitik tetap atas dan bawah

Setelah didapatkan NST dari termometer tidak berskala,


dapat diperoleh nilai T pada termometer tidak berskala dengan
menggunakan rumus:
T = jarak antara titik tetap bawah dengan titik penunjuk
skala NSTC
IV. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini seperti yang telah diketahui dilakukan
melalui tiga percobaan. Pada percobaan pertama adalah
mengukur suhu dan jarak antara titik tetap bawah dan titik
tetap atas pada air dingin yang diukur dengan menggunakan
termometer standar dan termometer tidak berskala. Pada
percobaaan kedua adalah mengukur suhu dan jarak antara titik
tetap bawah dan titik tetap atas pada air biasa yang diukur
dengan menggunakan termometer standar dan termometer
tidak berskala. Dan pada percobaan ketiga adalah mengukur
suhu dan jarak antara titik tetap bawah dan titik tetap atas pada
air hangat yang diukur dengan menggunakan termometer
standar dan termometer tidak berskala. Adapun tujuan dari
masing-masing percobaan adalah agar dapat melakukan
peneraan terhadap termometer sederhana.
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data-data
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil pengamatan percobaan peneraan termometer

Perc.
Ke

1
2
3

Gambar 3.10.
Gambar 3.11.
Termometer tidak
Termometer tidak
berskala dimasukkan
berskala dimasukkan
ke dalam potongan es
ke dalam air mendidih
Teknik analisis yang kami gunakan pada percobaan ini
adalah membandingkan hasil pengukuran antara termometer
berskala (termometer standar) dengan termometer tidak
berskala dengan cara mengukur suhu dan jarak antara titik
tetap bawah dan titik tetap atas pada air dingin, air biasa, dan
air hangat dengan menggunakan termometer tidak berskala.
Kemudian, untuk menentukan NST dari termometer tidak
berskala dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Jenis
Air
Air
Dingin
Air
Biasa
Air
Hangat

Termometer
Standar
(T0,5)

Termometer
Tidak
Berskala
(T 2,96)

Pada
Skala
(x0,05)
cm

9,0

1,10

6,51

33,0

5,90

34,90

60,0

11,00

65,12

Berdasarkan Tabel 4.1. Dapat diketahui bahwa pembuatan


skala termometer menggunakan dua titik tetap. Pertama titik
tetap atas atau titik uap (steam point) yang didefinisikan
sebagai suhu air dan uap yang berada dalam keadaan
setimbang pada terkanan 1 atmosfer. Kedua titik tetap bawah
atau titik es (es point) didefinisikan sebagai suhu campuran es
dan air dalam keadaan setimbang dengan udara jenuh pada
tekanan 1 atmosfer. Pada skala Celcius, titik es diberi angka 0
(nol) dan titik uap diberi angka 100 (seratus).

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I


Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu
menentukan titik tetap bawah (titik 0 dengan cara
menggantungkan termometer tidak berskala ke dalam corong
berisi es. Kemudian menunggu permukaan air raksa sampai
tidak bergerak lagi dan menandainya dengan spidol. Diperoleh
titik tetap bawah yang diukur dengan mistar yaitu sebesar
(8,50 0,05 cm (sebagai titik tetap bawah 0 .
Kemudian menentukan/mencari titik tetap atas (titik
100 dengan cara meletakkan termometer tidak
berskala ke dalam gelas ukur yang berisi air mendidih. Setelah
itu menunggu sampai permukaan air raksa tidak bergerak lagi
dan menandainya dengan spidol. Diperoleh titik tetap atas
yang diukur dengan mistar yaitu sebesar (25,40 0,05) cm
(sebagai titik tetap atas
100 . Kemudian setelah
kedua titik tetap didapatkan, mengukur jarak antara titik
tersebut dan menentukan NST dari termometer tidak berskala.
Jarak antara kedua titik yang diperoleh adalah sebesar (16,90
0,05) cm dan NST yang diperoleh sebesar 5,92 ,
dengan menggunakan rumus:

NST =

100
jarak antaratitik tetap atas dan bawah

Kemudian, membandingkan termometer standar dan


termometer tidak berskala. Untuk termometer tidak berskala T
diperoleh dengan cara:
T = jarak antara titik tetap bawah dengan titik penunjuk
skala NSTC
Dengan menggunakan termometer standar dan tidak
berskala secara bersama-sama untuk mengukur suhu air
dingin, air biasa, dan air panas.
Pada percobaan pertama menggunakan air dingin,
termometer standar dan tidak berskala dimasukkan kedalam
gelas ukur yang berisi air dingin. Untuk termometer standar
diperoleh suhu sebesar (9,0 0,5)C dan termometer tidak
berskala diperoleh nilai sebesar (6,51 2,96)C. Untuk
percobaan kedua menggunakan air biasa, termometer standar
dan tidak berskala dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi
air biasa. Termometer standar diperoleh suhu sebesar (33,0
0,5)C dan termometer tidak berskala diperoleh suhu sebesar
(34,90 2,96)C. Terakhir untuk percobaan ketiga yang
digunakan adalah air hangat, dengan cara memasukkan
termometer standar dan termometer tidak berskala kedalam
gelas ukur yang berisi air hangat. Pada termometer standar
diperoleh suhu sebesar (60,0 0,5) C dan termometer tidak
berskala diperoleh nilai sebesar (65,12 2,96) C.
Pada percobaan ini, diperoleh suhu yang berbeda antara
termometer standar dan termometer tidak berskala untuk

8
mengukur air dingin, air biasa, dan air hangat. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan pada saat
praktikum yaitu kurangnya ketelitian membaca alat ukur yang
digunakan seperti pembacaan termometer standar, kurangnya
ketelitian saat mengukur panjang air raksa pada termometer
tidak berskala, kesalahan dalam menandai termometer tidak
berskala dengan spidol, kurang tepatnya pengamatan pada saat
pengukuran suhu, sehingga terjadi ketidaksamaan antara suhu
pada termometer standar dan termometer tidak berskala.

V. SIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa
pada percobaan pertama adalah mengukur suhu dan jarak
antara titik tetap bawah dan titik tetap atas pada air dingin
yang diukur dengan menggunakan termometer standar dan
termometer tidak berskala. Pada percobaaan kedua adalah
mengukur suhu dan jarak antara titik tetap bawah dan titik
tetap atas pada air biasa yang diukur dengan menggunakan
termometer standar dan termometer tidak berskala. Dan pada
percobaan ketiga adalah mengukur suhu dan jarak antara titik
tetap bawah dan titik tetap atas pada air hangat yang diukur
dengan menggunakan termometer standar dan termometer
tidak berskala. Tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat
melakukan peneraan terhadap termometer sederhana.
Hasil yang diperoleh selama percobaan yaitu dengan tiga
kali percobaan yaitu menggunakan air dingin, biasa, dan
hanga, diperoleh nilai suhu dari termometer standar berturutturut yaitu sebesar (9,0 0,5)C, (33,0 0,5)C, dan (60,0
0,5) C. Dan untuk termometer tidak berskala berturut-turut
yaitu sebesar (6,51 2,96)C, (34,90 2,96)C, dan (65,12
2,96) C. Dari seluruh hasil percobaan nilai yang diperoleh
dari termometer standar dan tidak berskala tidak terlalu
berbeda jauh.
Adapun kendala yang dihadapi pada saat percobaan yaitu
kurangnya ketelitian dalam menandai termometer tidak
berskala dengan spidol dan kurang tepatnya pengamatan pada
saat pengukuran suhu, sehingga terjadi ketidaksamaan antara
suhu pada termometer standar dan termometer tidak berskala.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini
dengan lancar. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
asisten praktikum Peneraan Termometer yaitu Rahmat Nur
Maulani yang telah membimbing dan memberikan panduan
pada saat melakukan percobaan.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I


DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]

[5]

[6]
[7]

[8]

Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X.


Jakarata: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Dosen Fisika. 2015. Modul Praktikum Fisika Dasar I.
Banjarmasin: FKIP UNLAM.
Kanginan, Marthen. 2004. FISIKA Untuk SMA Kelas X IB.
Cimahi: Erlangga.
Handayani, Sri, Ari Damari. 2009. Fisika 1: Untuk SMA/MA
Kelas X. Jakarata: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Karyono, Dwi Satya Palupi, Suharyanto. 2009. Fisika 1: Untuk
SMA dan MA Kelas X. Jakarata: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Widodo, Tri. 2009. Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarata: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nufus, Nurhayati, A. Furqan AS. 2009. Fisika Untuk SMA/MA
Kelas X. Jakarata: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Resrick, Halliday. 1985. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai