PENDAHULUAN
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit. Kalorimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kalor atau energi panas. Kaor adalah suatu energi panas suatu zat
yang dapat diukur dengan alat termometer dengan perantara air yang telah
didihkan. Kalor jenis suatu benda memiliki masa yang berbeda-beda tergantung
pada energi panas yang dimiliki oleh benda tersebut.
Percobaan kali ini menggunakan es batu. Es adalah zat air yang membeku yang
mempunyai suhu pada 0 derajat celcius dan atau dibawah 0 derajat celcius. Maka
es akan meningkat menyesuaikan suhu udara sekeliling. Apabila air dipanaskan,
maka suhu air pun akan meningkat menuju suhu didih karena menyerap kalor.
Jumlah kalor uap diserap oleh air pada suhu meningkat adalah , sebagai berikut :
Q = m . c . ∆t
1.2 Tujuan
2.1. Suhu
Suhu adaIah ukuran derajat panas atau dingin yang dimiliki suatu benda
besar nya suhu di ukur dengan menggunakan thermometer celcius, farenhit,
reumer, dan Kelvin (Mariani,2007). Pengertian suhu diperoleh dengan
mencampurkan Air dingin dan air panas sehingga menghasilkan air panas.
Artinya energy panas dari air panas mengalir ke air dingin sehingga di peroleh air
dengan suhu yang lebih panas dan pada air dingin akan lebih dingin dari pada air
panas. Pada hakikatnya,suhu adalah ukuran energi kinetik tata-tata yang di miliki
oleh melekul-melekul suatu benda. Oleh karna itu suhu menggambarkan
bagaimana gerakan molekul-molekul benda. Pada saat memasak atau
mendinginkan suatu benda sampai suhu tertentu,yang mempunyai sifat benda
tersebut berubah sifat bisa berubah akibat adanya perubahan suhu di sebut
thermometer (Supriyadi, 2009).
2.2. Kalor
Kalor adalah suhu berbentuk energi yang dipindahkan dari suhu benda yang lebih
tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Kalorimeter dalah alat yang di
gunakan untuk mengukur kalot suatu benda.dalam suatu kalori jumlah kalor yang
di perlukan tiap 1kg zat. Untuk menaikan suhunya sebesar 1ᵒc. Pada peristiwa
percampuran air panas dan dingin menjadi hangat dikenal dengan azas black
"jika dua benda yang berbeda suhunya di campur,benda yang suhunya (Q lepas=
Q terima). Kalor adalah energi yang berpindah sehingga munculah prinsip hukum
kekalan energi sebagai makna pertama kali di rumuskan oleh iosep black dalam
Bambang Ruwanto yang di kenal dengan azas Black . Asas ini berbunyi :
lebih tinggi akan melepas kalor yang jumlahnya sama dengan kalor yang di
serap oleh benda yang suhu nya lebih rendah" (Mariani,2007).
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi
berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas
kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q/(t2-t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk
menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter.
c = Q/m.( t2-t1)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan
baru
H = m.c
Analisis grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai
menjadi uap. Dalam grafik ini dapat dilihat semua persamaan kalor
digunakan ( Supriyadi, 2009).
2.4. Peleburan Es
Panas pada peleburan zat padat adalah jumlah panas yang diperlukan
untuk mencairkan suatu satuan massa zat padat pada temperature
o
tetap. Panas campuran pada es = 80 col per gram (pada C dan 1
atm) (Hudaya, 2004).
= 144 Btu per pound (pada 32 oF dan 1 atm)
Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi cair.
Proses peleburan suatu zat bergantung pada masa zat, jumlah kalor
yang di perlukan untuk melebur juga ditentukan oleh jenis zat.
Artinya kalor yang diperlukan untuk meleburkan 1 kg es akan
berbeda dengan kalor yang diperlukan untuk meleburkan kapur (
Zainal, 2013).
UIN. Bandung.
Oleh
Kelompok 6
Hari : Senin
Tanggal : 8 April 2019
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisika Dasar Pertanian
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 6 (Enam)
Nama Kelompok : 1. Qinar Khaleza Binar ( 1854051002 )
2. Meisha Ananda Damayantie ( 1854051006 )
3. Hanifah Sabilla ( 1854051008 )
4. Riva Trimillenia Putri ( 1854051010 )
5. Reka Kumala Sari ( 1854051012 )
6. Febri Setiyoko ( 1854051014)
HENDRI MAULANA
NPM. 1514071005
V. KESIMPULAN
a. Proses peningkatan suhu dibawah suhu lingkungan pada praktikum ini yaitu
peleburan kalor es (es mencair), maka diperoleh kalor dengan rumus Q= M.L
pada lima percomaan yaitu 14.622,72 ; 10.953,6 ; 9.035,04 ; 6.333,6 ;
3.995,04 ; 1562,4 joule. Sedangkan kalor yang diperoleh dengan rumus Q
=M.C.ΔT pada lima percobaan yaitu: 45,7 ; 143,77 ; 33,8 ; 174,17 ; 24,96 ;
197,5 joule.
b. Proses peningkatan suhu diatas suhu lingkunga pada praktikum ini yaitu
penyerapan kalor air (setelah es mencair), maka diperoleh kalor dengan
rumus Q =M.C.ΔT pada lima percobaan yaitu: 47,88 ; 526,7 ; 335,16 ; 145,64
; 191,52 ; 31,92 joule dengan total Q yaitu 1.276,82 joule.
c. Kalor adalahenergi panas yang dimiliki oleh suatu zat, sedangkan suhu adalah
besaran yang menunjukka derajat panas suatu benda.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Data Es Saat Mencair
Suhu Suhu Q2
Waktu
No Massa es (Kg) Awal Akhir (Joule) (Q=ml)
(menit)
(oC) (oC) (Q=mct)
0 0-2 0,04352 2 2,5 45,7 14622,72
1 2-4 0,0326 2,5 4,6 143,77 10953,6
2 4-6 0,02689 4,6 5,2 33,8 9035,04
3 6-8 0,01885 5,2 9,6 174,17 6333,6
4 8-10 0,01189 9,6 11,1 24,96 3995,04
Q2
Suhu Awal Suhu Akhir
No Waktu (menit) Massa es (Kg) (Joule)
(oC) (oC)
Grafik pada penyerapan kalor saat es sedang melebur tidak konstan. Titik
terendah atau kalor terendah pada grafik ini yaitu 24,96 joule pada menit ke
delapan. Sedangkan titik tertiggi atau kalor tertinggi yaitu 197,5 joule pada menit
ke sepuluh. Grafik penigkatan suhu air setelah es melebur juga tidak konstan.
Titik terendah atau kalor terendah yaitu 31,92 joule pada menit ke sepuluh.
sedangkan pada titik tertinggi atau kalor tertinggi yaitu 526,7 joule pada menit ke
dua. Perubahan wujud zat dari padat ke cair atau cair ke gas membutuhkan kalor.
Q1 menunjukkan perubahan suhu dari dibawah 0 (-sekian derajat) ke 0. Q2
menunjukkan perubahan wujud dari padat ke cair, dari es yg bersuhu 0 derajat ke
air yang bersuhu 0 derajat. Q3 menunjukkan perubahan suhu dari 0 derajat ke 100
derajat, wujudnya masih sama cair. Q4 menunjukkan perubahan wujud dari cair ke
gas, dari air yang bersuhu 100 derajat menjadi uap yang bersuhu 100 derajat. Q5
menunjukkan perubahan suhu dari 100 derajat ke sekian derajat ( diatas 100
derajat). Seharusnya pada perubahan wujud es menjadi cair (air) tidak dipengaruhi
suhu, karena suhu pada peubahan ini adalah 0. Sedangkan pada Q3 terjadi
perubahan suhu pada air namun wujudnya masih sama yaitu cair. Grafik pada
kalor lebur es (es mencair) harusnya konstan. Sedangkan grafik pada penyerapan
kalor air (setelah es mencair semua) juga seharusnya konstan, karena semakin
bertambahnya suhu maka akan bertambah juga kalor serap airnya. Berikut grafik
perubahan wujud zat cair (air).
Penerapan dalam bidang thp yaitu saat proses menggoreng. Minyak sebagai fluida
memiliki mekanisme pindah panas secara konveksi. Fluida yang panas karena
menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke atas. Kekosongan tempat
masa benda alir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida yang bersuhu
rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan, masa
ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan
ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu rendah yang lain. Proses ini akan
berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konveksi, faktor yang paling
penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah perbedaan
suhu. Apabila perbedaan suhu terjadi maka keadaan tidak stabil termal akan
terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan
kalor. Perbedaan kecepatan dalam meningkatnya suhu pada setiap bahan
ditentukan oleh kadar alir energi yang dipengaruhi oleh susunan molekul yang
terdapat pada bahan. Kadar alir energi kalor pada setiap bahan adalah berbeda.
Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga atom di dalam setiap bahan
adalah berbeda. Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat,
berbeda dengan satu bahan berfasa gas seperti udara
Gambar 1. Ditimbang Es dengan timbangan digital