Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika.mengapa


demikian,kita menggunakan termos air panas,perebusan air di atas kompor dan
banyak lagi contoh lain lagi yang berhubungan dengan ilmu fisika. Suhu adalah
ukuran dari panas suatu zat. Semakin panas suatu zat maka suhunya akan tinggi,
sedangkan semakin dingin suhunya maka suhunya akan rendah. Panas (kalor)
adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan melalui perbedaan suhu. Panas
berpindah dari benda bersuhu tinggi kebenda bersuhu rendah. Benda yang
menerima panas, suhunya akan naik atau wuudnya berubah. Benda yang melepas
kalor, suhunya akan turun atau wujudnya berubah.

Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit. Kalorimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kalor atau energi panas. Kaor adalah suatu energi panas suatu zat
yang dapat diukur dengan alat termometer dengan perantara air yang telah
didihkan. Kalor jenis suatu benda memiliki masa yang berbeda-beda tergantung
pada energi panas yang dimiliki oleh benda tersebut.

Percobaan kali ini menggunakan es batu. Es adalah zat air yang membeku yang
mempunyai suhu pada 0 derajat celcius dan atau dibawah 0 derajat celcius. Maka
es akan meningkat menyesuaikan suhu udara sekeliling. Apabila air dipanaskan,
maka suhu air pun akan meningkat menuju suhu didih karena menyerap kalor.
Jumlah kalor uap diserap oleh air pada suhu meningkat adalah , sebagai berikut :

Q = m . c . ∆t
1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengamati proses peningkatan suhu di bawah suhu


lingkungan ( pencairan es).
2. Mahasiswa dapat mengamati proses peningkatan suhu di atas suhu
lingkungan ( pemanasan air).
3. Mahasiswa dapat mengetahui definisi kalor dan suhu.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Suhu

Suhu adaIah ukuran derajat panas atau dingin yang dimiliki suatu benda
besar nya suhu di ukur dengan menggunakan thermometer celcius, farenhit,
reumer, dan Kelvin (Mariani,2007). Pengertian suhu diperoleh dengan
mencampurkan Air dingin dan air panas sehingga menghasilkan air panas.
Artinya energy panas dari air panas mengalir ke air dingin sehingga di peroleh air
dengan suhu yang lebih panas dan pada air dingin akan lebih dingin dari pada air
panas. Pada hakikatnya,suhu adalah ukuran energi kinetik tata-tata yang di miliki
oleh melekul-melekul suatu benda. Oleh karna itu suhu menggambarkan
bagaimana gerakan molekul-molekul benda. Pada saat memasak atau
mendinginkan suatu benda sampai suhu tertentu,yang mempunyai sifat benda
tersebut berubah sifat bisa berubah akibat adanya perubahan suhu di sebut
thermometer (Supriyadi, 2009).

2.2. Kalor

Kalor adalah suhu berbentuk energi yang dipindahkan dari suhu benda yang lebih
tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Kalorimeter dalah alat yang di
gunakan untuk mengukur kalot suatu benda.dalam suatu kalori jumlah kalor yang
di perlukan tiap 1kg zat. Untuk menaikan suhunya sebesar 1ᵒc. Pada peristiwa
percampuran air panas dan dingin menjadi hangat dikenal dengan azas black
"jika dua benda yang berbeda suhunya di campur,benda yang suhunya (Q lepas=
Q terima). Kalor adalah energi yang berpindah sehingga munculah prinsip hukum
kekalan energi sebagai makna pertama kali di rumuskan oleh iosep black dalam
Bambang Ruwanto yang di kenal dengan azas Black . Asas ini berbunyi :
lebih tinggi akan melepas kalor yang jumlahnya sama dengan kalor yang di
serap oleh benda yang suhu nya lebih rendah" (Mariani,2007).

2.3. Konsep Kalor


Ketika sejumlah kalor diterima atau dilepas oleh suatu zat,
maka ada dua kemungkinan yang terjadi pada suatu benda, yaitu
benda akan mengalami perubahan suhu, atau mengalami perubahan
wujud. Kenaikan suhu suatu benda dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan yang mengkaitkan dengan kalor jenis atau
kapasitas kalor. Sedangkan pada saat benda mengalami perubahan
wujud, maka tidak terjadi perubahan suhu, namun semua kalor saat
itu digunakan untuk merubah wujud zat, yang dapat ditentukan
dengan persamaan yang mengandung unsur kalor laten (Zainal, 2013).

Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi
berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas
kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q/(t2-t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk
menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter.
c = Q/m.( t2-t1)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan
baru
H = m.c
Analisis grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai
menjadi uap. Dalam grafik ini dapat dilihat semua persamaan kalor
digunakan ( Supriyadi, 2009).
2.4. Peleburan Es
Panas pada peleburan zat padat adalah jumlah panas yang diperlukan
untuk mencairkan suatu satuan massa zat padat pada temperature
o
tetap. Panas campuran pada es = 80 col per gram (pada C dan 1
atm) (Hudaya, 2004).
= 144 Btu per pound (pada 32 oF dan 1 atm)
Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi cair.
Proses peleburan suatu zat bergantung pada masa zat, jumlah kalor
yang di perlukan untuk melebur juga ditentukan oleh jenis zat.
Artinya kalor yang diperlukan untuk meleburkan 1 kg es akan
berbeda dengan kalor yang diperlukan untuk meleburkan kapur (
Zainal, 2013).

Kalor lebur zat didefinisikan sebagai kalor yang diperlukan oleh


suatu satuan massa zat padat untuk meleburkan pada titik leburnya.
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk melabur dicari dengan
persamaan :

Dengan : Q = kalor yang diserap / dilepas (Joule)


M = massa zat (kg)
L = kalor lebur (J/kg)
Panas fusi dari suatu zat padat kristal adalah kuantitas panas
yang dibutuhkan untuk melelehkan satu satuan massa zat padat pada
temperature konstan. Ini juga setara dengan kuantitas panas yang
dilepaskan oleh satu satuan massa lelehan zat pada saat
terkristalisasi pada temperature yang sama. Panas fusi air pada
00C adalah sekitar 335 kJ/kg atau 80 kal/g (Hudaya,2004).

Kalor yang terlibat dalam perubahan fase tidak hanya bergantung


pada kalor laten, tetapi juga pada massa total zat tersebut.
Dimana L adalah kalor laten proses dan zat tertentu, m adalah
massa zat, dan Q adalah kalor yang dibutuhkan atau dikeluarkan
selama perubahan fase.(Supriyadi, 2009).

2.5. Kalor Lebur


Kalor Lebur adalah jumlah kalor yang diperlukan suatu zat untuk
melebur (dari padat ke cair) tiap suatu satuan massa pada
temperature tetap. Untuk air (H2O), kalor lebur pada temperature
00C adalah 80 kal/g. jumlah kalor yang diperlukan untuk mengubah
suatu zat dari satu fase ke fase lain sebanding dengan seberapa
besar massanya dan jenis dari zat tersebut yang dicirikan oleh
nilai H yang berbeda untuk tiap zat, sehingga jumlah kalor yang
diperlukan dapat di hitung (Mariani,2007).

Contoh umum perubahan fase adalah peleburan (pencairan) es. Ketika


panas di tambahkan pada es pada 00C dan tekanan atmosfer normal,
suhu es tidak bertambah. Bahkan, sebagian membentuk air. Jika
ditambahkan panas perlahan, untuk menjaga system mendekati
kesetimbangan termal, suhu tetap pada 00C hingga seluruh es
mencair. Efek penambahan panas pada system ini bukan untuk
menaikan suhu tapi untuk mengubah fasa dari padat menjadi mencair
(Young, 2002).

Satu gram es batu pada temperature -50oC dalam wadah tertutup, di


tempatkan diatas tungku untu dipanaskan. Termometer akan membaca
kenaikan temperature akan mbaca kenaikan temperature dengan
perlahan sampai 0oC. Pada 0oC, tidak ada kenaikan niai nemperatur,
namun panas tetap diberikan. Panas inilah yang meleburkan es batu
tersebut. Untuk meleburkan keseluruhan 1 gram es batu tersebut 8,0
kalori dari panas tersebut diserap oleh es batu. (Mariani, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Hudaya. 2004. Fisika Umum. Armico. Bandung.

Mariani. 2007. Petunjuk Praktikum Laboratorium Sekolah Lanjutan I.

UIN. Bandung.

Supriyadi, T. 2009. Fisika Dasar. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Young, B. 2002. Fisika Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Zainal, A. 2013. Fisika Universitas Edisi Sepuluh. Ganeca Exact. Bandung.


LAMPIRAN
KALOR LEBUR ES DAN PENYERAPAN KALOR AIR
(Laporan Praktikum Fisika Dasar Pertanian)

Oleh
Kelompok 6

LABORATORIUM FISIKA DASAR PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
LEMBAR PENGESAHAN

Hari : Senin
Tanggal : 8 April 2019
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisika Dasar Pertanian
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 6 (Enam)
Nama Kelompok : 1. Qinar Khaleza Binar ( 1854051002 )
2. Meisha Ananda Damayantie ( 1854051006 )
3. Hanifah Sabilla ( 1854051008 )
4. Riva Trimillenia Putri ( 1854051010 )
5. Reka Kumala Sari ( 1854051012 )
6. Febri Setiyoko ( 1854051014)

Bandar Lampung, 8 Maret 2019


Mengetahui,
Asisten Dosen

HENDRI MAULANA
NPM. 1514071005
V. KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut.

a. Proses peningkatan suhu dibawah suhu lingkungan pada praktikum ini yaitu
peleburan kalor es (es mencair), maka diperoleh kalor dengan rumus Q= M.L
pada lima percomaan yaitu 14.622,72 ; 10.953,6 ; 9.035,04 ; 6.333,6 ;
3.995,04 ; 1562,4 joule. Sedangkan kalor yang diperoleh dengan rumus Q
=M.C.ΔT pada lima percobaan yaitu: 45,7 ; 143,77 ; 33,8 ; 174,17 ; 24,96 ;
197,5 joule.
b. Proses peningkatan suhu diatas suhu lingkunga pada praktikum ini yaitu
penyerapan kalor air (setelah es mencair), maka diperoleh kalor dengan
rumus Q =M.C.ΔT pada lima percobaan yaitu: 47,88 ; 526,7 ; 335,16 ; 145,64
; 191,52 ; 31,92 joule dengan total Q yaitu 1.276,82 joule.
c. Kalor adalahenergi panas yang dimiliki oleh suatu zat, sedangkan suhu adalah
besaran yang menunjukka derajat panas suatu benda.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Data Es Saat Mencair

Suhu Suhu Q2
Waktu
No Massa es (Kg) Awal Akhir (Joule) (Q=ml)
(menit)
(oC) (oC) (Q=mct)
0 0-2 0,04352 2 2,5 45,7 14622,72
1 2-4 0,0326 2,5 4,6 143,77 10953,6
2 4-6 0,02689 4,6 5,2 33,8 9035,04
3 6-8 0,01885 5,2 9,6 174,17 6333,6
4 8-10 0,01189 9,6 11,1 24,96 3995,04

5 10-12 0,00465 11,1 16,8 197,5 1562,4

Massa es total m 0,30805


Kalor lebur es C 2100
Suhu rata-rata es batu saat mencair 7,4
Lama waktu pencairan 12
Kalor peleburan es total Q2 46502,4
B. Data Air (setelah es mencair semua )

Q2
Suhu Awal Suhu Akhir
No Waktu (menit) Massa es (Kg) (Joule)
(oC) (oC)

0 0-2 0,0168 16,8 17,7 47,88


1 2-4 0,0177 17,7 21 335,16
2 4-6 0,021 21 23,1 143,64
3 6-8 0,0231 23,1 24 191,52
4 8-10 0,024 24 25,2 31,92

5 10-12 0,0252 25,2 25,4 1276,62

Massa es total m 0,1278


Kalor lebur es C 4200
Suhu rata-rata es batu saat mencair 1,33
Lama waktu pencairan 12
Kalor peleburan es total Q2 1276,62
4.2 Pembahasan

Grafik pada penyerapan kalor saat es sedang melebur tidak konstan. Titik
terendah atau kalor terendah pada grafik ini yaitu 24,96 joule pada menit ke
delapan. Sedangkan titik tertiggi atau kalor tertinggi yaitu 197,5 joule pada menit
ke sepuluh. Grafik penigkatan suhu air setelah es melebur juga tidak konstan.
Titik terendah atau kalor terendah yaitu 31,92 joule pada menit ke sepuluh.
sedangkan pada titik tertinggi atau kalor tertinggi yaitu 526,7 joule pada menit ke
dua. Perubahan wujud zat dari padat ke cair atau cair ke gas membutuhkan kalor.
Q1 menunjukkan perubahan suhu dari dibawah 0 (-sekian derajat) ke 0. Q2
menunjukkan perubahan wujud dari padat ke cair, dari es yg bersuhu 0 derajat ke
air yang bersuhu 0 derajat. Q3 menunjukkan perubahan suhu dari 0 derajat ke 100
derajat, wujudnya masih sama cair. Q4 menunjukkan perubahan wujud dari cair ke
gas, dari air yang bersuhu 100 derajat menjadi uap yang bersuhu 100 derajat. Q5
menunjukkan perubahan suhu dari 100 derajat ke sekian derajat ( diatas 100
derajat). Seharusnya pada perubahan wujud es menjadi cair (air) tidak dipengaruhi
suhu, karena suhu pada peubahan ini adalah 0. Sedangkan pada Q3 terjadi
perubahan suhu pada air namun wujudnya masih sama yaitu cair. Grafik pada
kalor lebur es (es mencair) harusnya konstan. Sedangkan grafik pada penyerapan
kalor air (setelah es mencair semua) juga seharusnya konstan, karena semakin
bertambahnya suhu maka akan bertambah juga kalor serap airnya. Berikut grafik
perubahan wujud zat cair (air).
Penerapan dalam bidang thp yaitu saat proses menggoreng. Minyak sebagai fluida
memiliki mekanisme pindah panas secara konveksi. Fluida yang panas karena
menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke atas. Kekosongan tempat
masa benda alir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida yang bersuhu
rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan, masa
ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan
ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu rendah yang lain. Proses ini akan
berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konveksi, faktor yang paling
penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah perbedaan
suhu. Apabila perbedaan suhu terjadi maka keadaan tidak stabil termal akan
terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan
kalor. Perbedaan kecepatan dalam meningkatnya suhu pada setiap bahan
ditentukan oleh kadar alir energi yang dipengaruhi oleh susunan molekul yang
terdapat pada bahan. Kadar alir energi kalor pada setiap bahan adalah berbeda.
Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga atom di dalam setiap bahan
adalah berbeda. Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat,
berbeda dengan satu bahan berfasa gas seperti udara
Gambar 1. Ditimbang Es dengan timbangan digital

Gambar 2. Ditmbang Es Setelah mencair

Gambar 3. Diukur volume es yang sudah mencair

Anda mungkin juga menyukai