Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN ASAS BLACK PADA SUHU DAN KALOR

(Laporan Praktikum Fisika Dasar)

Oleh

Vidya Ayu Seftiana


2014111020

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu pengetahuan mengenai fenomena alam yang terjadi di


sekitar kita, seperti tumbukan atau tabrakan dua buah benda yang dapat dianalisis
berdasarkan materi momentum. Momentum merupakan salah satu kajian dalam
Mekanika yang merupakan dasar bagi kajian ilmu fisika selanjutnya.

Kalor merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya karena
adanya perbedaan temperatur. Pada abad 18 sampai abad 19 kalor sebagai suatu
fluida yang disebut kalorik. Fluida kalorik ini bisa berpindah dari satu benda ke
benda lain, yaitu dari benda panas ke benda dingin. Ketika dua buah benda yang
suhunya berbeda disentuhkan satu sama lain, akan kita amati bahwa akhirnya
kedua benda mencapai suhu yang sama atau suhu seimbang, artinya kedua benda
berada dalam keadaan keseimbangan termal ini yang disebut hukum
keseimbangan termal.

Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian
disatukan ataudicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu
tinggi menuju benda yang bersuhurendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi
keseimbangan disini (suhu kedua benda sama).
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah :


1. Mengenal dan mengetahui tentang suhu dan kalor
2. Mengenal dan mengetahui tentang asas black
3. Mampu menentukan hasil pengukuran suhu dan kalor dengan asas black
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Energi kalor bersifat kekal dalam arti bahwa kalor tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, melainkan hanya berpindah tempat dan berubah bentuk. Bila dua
zat cair yang berbeda suhunya dicampur, maka zat cair yang suhunya lebih tinggi
memiliki energi yang lebih besar, sedangkan zat cair yang suhunya rendah
memiliki energi yang lebih kecil sehingga kalor bergerak dari zat dengan suhu
tinggi menuju zat dengan suhu lebih rendah. Ketika sejumlah kalor dilepaskan
oleh sebuah benda yang suhunya lebih tinggi, maka kalor tersebut akan diterima
oleh benda lain yang suhunya lebih rendah dengan jumlah yang sama besar.
Gejala tersebut pertama kali ditunjukkan oleh seorang ilmuwan berkebangsaan
Inggris bernama Joseph Black (1728-1799). Oleh karena itu, hukum tersebut
disebut dengan Asas Black (Mundilarto dan Istiyono, 2007).

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandungnya juga sangat besar, begitu juga sebalikanya. Hasil percobaan yang
sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat)
bergantung pada 3 faktor yaitu massa jenis, jenis zat (kalor jenis) dan perubahan
suhu (Tripler, 1998).

Kalor merupakan suatu energi yang mudah diterima dan mudah dilepaskan
sehingga dapat mengubah temperatur zat menjadi naik atau turun. Kalor juga
dapat berpindah dari satu zat ke zat yang lain melalui medium atau perantara.
Kalor adalah bentuk energi yang tidak dapat dilihat ataupun terlihat dan juga
energi kalor dapat berubah menjadi bentuk energi lain, seperti cahaya, gerak,
listrik, kimia dan lain-lain.Misalkan, dua buah zat yang memiliki temperatur
berbeda dicampurkan pada sebuah wadah. Maka temperatur kedua benda tersebut
akan menjadi sama. Besarnya temperatur akhir berada di antara temperatur awal
kedua zat tersebut. Pada gejala ini, kalor berpindah dari temperatur tinggi
ke temperatur yang lebih rendah hingga mencapai temperatur setimbangnya
(astra, 2006).

Terdapat tiga cara perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Perpindahan kalor suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat
tersebut dinamakan konduksi. Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai
dengan perpindahan partikel-partikel zat tersebut yang disebabkan oleh perbedaan
massa jenis zat. Sedangkan perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara disebut
radiasi (pancaran) (Prasojo, dkk, 2006)

Untuk jenis benda yang sama tetapi massanya berbeda kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda. Artinya, semakin
besar massa benda, semakin besar pula kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu benda tersebut. Semakin besar massa benda maka kalor yang diterima untuk
didistribusikan guna menambah tenaga gerak molekul atau atom menjadi lebih
banyak. Jadi semakin besar massa benda memerlukan lebih banyak kalor untuk
menaikkan suhu bila dibanding benda bermassa kecil. Hal ini ditandai oleh lebih
lambatnya kenaikan suhu pada benda bermassa besar. Dengan demikian, jumlah
kalor yang diperlukan sebanding dengan massa bendanya (Yanti, dkk, 2014).

Untuk jenis benda yang berbeda tetapi massanya sama, kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda. Benda
tertentu memiliki massa jenis tertentu sehingga jumlah atom atau molekul per
gramnya juga tertentu. Energi untuk menaikkan suhu 1oC pada 1 kg air sebesar
lima kali dibanding aluminium. Dijelaskan bahwa air memiliki kapasitas untuk
menyerap dan menyimpan kalor lima kali lebih besar dibanding aluminium.
Dengan demikian, jumlah kalor yang diperlukan bergantung pada jenis bendanya
(Yanti, dkk, 2014).

Jumlah kalor yang diberikan besarnya sebanding dengan kenaikkan (perubahan)


suhu benda. Artinya, makin banyak kalor yang diberikan kepada benda, semakin
besar pula kenaikan suhu benda tersebut. Artinya, makin banyak kalor yang
diberikan kepada benda, semakin besar pula kenaikan suhu benda
tersebut.Tetapan itu disebut kapasitas kalor jenis (Jati dan Priyambodo; 2008).

Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu benda dengn tepat dan menyatakannya dengan
angka disebut termometer. Sebuah termometer biasanya terdiri dari sebuah pipa
kaca berongga yang berisi zat cair (alkoho atau air raksa), dan bagian atas cairan
adalah ruang hampa udara. Termometer dibuat berdasarkan prinsip bahwa volume
zat cair akan berubah apabila dipanaskan atau didinginkan. Volume zat cair akan
bertambah bila dipanaskan dan berkurang jika didinginkan. Naik turunya zat cair
tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan suhu suatu benda
(Rizal,2012).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang diperukan pada praktikum ini adalah :
1. Air jernih
2. Termometer
3. Water batch
4. Jas laboratorium (dibawa praktikan)
5. Buku panduan praktikum (dibawa praktikan)
6. alat tulis (dibawa praktikan)
7. Kalkulator (dibawa praktikan)

3.2 Langkah Kerja


Adapun langkah-langkah kerja pada praktikum ini adalah :

Siapkan air dingin sebanyak 3 liter dan ukur suhunya

Masukan air tersebut pada bak water batch

Didihkan air menggunakan water batch

Setel suhu air sampai suhu 70 C

Ukur suhu air tiap 5 (lima menit sekali) menggunakan termometer sampai suhu
air mencapai 70 C
Di tempat terpisah, siapkan air dingin sebanyak 200 mL dan ukur suhunya

Setelah suhu air mencapai 70 C, ambil sebanyak 200 mL

Campurkan air bersuhu 70 C pada air dingin.

Aduk campuran air tersebut dan ukurlah suhunya


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang di peroleh setelah melakukan praktikum :

Waktu (menit) Suhu ( C) kalor (Joule)

0 2 1.608 J
5 8 5.040 J
10 12 3.360 J
15 20 6.720 J
20 35 12.600 J
25 46 92.400 J
30 62 134.400 J
35 70 67.800 J

Rumus menentukan kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu :


Q  m c  t.
Keterangan :
Q : jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda (Joule)
m : massa benda (kg)
c : satuan kalor jenis (J/kg oC)
t : kenaikan suhu ( C)

Hitung suhu campuran air menggunakan asas black dan bandingkan dengan hasil
pengukuran suhu campuran pada praktikum. Sebagai petunjuk dalam menghitung,
perhatikan diagram di bawah ini dan cara perhitungannya.
Air pada water batch, 70 oC

suhu akhir, t oC

air dingin, t0 oC

Air pada water batch, t i 70 oC


Massa m1 = 2 kg
Kalor jenis c1 = 4200 J/kgoC
Perubahan suhu ∆t1 = (70 – t)oC
Air melepaskan kalor :
Qlepas  m1c1t1
 (2kg)  (4200 J/kg o C)  (70  t ) o C  8400(70 - t)
=
air dingin, t0 oC
Massa m2 =0,2kg
Kalor jenis c2 = 4.200 J/kgoC
Perubahan suhu ∆t2 = (t –t0)oC
Air menerima kalor :
Qterima  m2 c 2 t 2
 (0,2kg)  (4.200 J/kg o C)  (t  2) o C  840(t - 2)

Berdasarkan Asas Black, Qlepas = Qterima. Jadi,

8400(70  t )  840(t  2)
Jadi, suhu akhir yang dapat dicapai adalah 63,8oC.
4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini air diperlakukan dengan perlakuan yang berbeda. Kedua air
pertama-tama diukur suhu awalnya, air pertama dengan volume 3 liter di didihkan
dengan menggunakan water batch sampai suhu 700C. Setiap 5 menit , suhu air
tersebut diukur menggunakan termometer.

Air mulai di ukur pada menit pertama sebelum di panaskan yaitu 20C dengan
nilai kalor 1.608 J , kemudian 5 menit berikutnya yaitu 8 0C dengan nilai kalor
5.040 J, setelah itu pada menit ke 10 yaitu 120C dengan kalor 3.360, pada 5 menit
berikutnya yaitu pada menit ke 15 adalah 200C dengan kalor 6.720 J, pada menit
ke 20 yaitu 350C dengan kalor 12.600 J, kemudian pada menit ke 25 yaitu
suhunya 460C dengan kalor 92.400 J, 5 menit berikutnya yaitu menit ke 30
suhunya 620C dengan kalor 134.400 J, dan pada menit terakhir yaitu menit ke 35
menunjukkan suhu 700C dengan kalor 67.800 J. Hal tersebut dilakukan agar
dapat diketahui peningkatan suhu dan besar kalor yang dibutuhkan tiap 5 menit
untuk memanaskan air.

Air kedua dengan volume 200 ml tidak dipanaskan melainkan hanya diletakkan
didalam wadah. Setelah air pertama mencapai suhu 70 0C, air tersebut dituangkan
ke dalam wadah yng berisi 200ml air yang tidak dipanaskan. Kedua campuran
tersebut diaduk setelah itu diukur suhunya. Maka didapatkanah suhu akhir dari
percampuran kedua larutan yang memiliki suhu yang berbeda.

Pada peristiwa pencampuran dua zat cair yang berbeda suhunya, zat cair yang
suhunya lebih tinggi memiliki energi lebih besar, sedangkan zat cair yang suhunya
lebih rendah memiliki energi lebih rendah. Akibatnya, terjadi aliran energi dari zat
cair yang suhunya lebih tinggi ke zat cair yang suhunya lebih rendah. Seluruh
kalor dari zat yang suhunya lebih tinggi diterima oleh zat yang suhunya lebih
rendah sehingga akan terjadi kesetimbangan energi. Pernyataan tersebut dikenal
sebagai asas black, dimana pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang
dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama besar dengan kalor yang diterima zat
yang suhunya lebih rendah (Arisworo dkk., 2006).

Asas Black adalah sebuah prinsip dalam fisika mengenai kalor yang di
kemukakan oleh ilmuwan Skotlandia.Kalor adalah energi yang pindah dari benda
yang suhunya tinggi kebenda yang suhunya rendah. Oleh karena itu, pengukuran
kalor menyangkut perpindahan energy. Energy adalah kekal, sehingga benda yang
suhunya tinggi akan melepas energy Qlepas den benda yang suhunya rendah akan
menerima energy Qterima dengan besar yang sama. Apabila kita nyatakan dalam
bentuk persamaan Qlepas = Qterima (Glancoli, 1997).
V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah :


1. Suhu adalah suatu ukuran yang menyatakan energi panas atau dingin yang
tersimpan dalam benda. Sedamgkan kalor merupakan suatu bentuk energi
yang besarannya dapat diukur menggunakan suatu pengukur suhu.
2. Asas black menyatakan bahwa : apabila ada dua buah benda yang suhunya
berbeda dicampurkan atau disatukan, maka akan terjadi aliran kalor dari
benda yang bersuhu lebih tinggi menuju suhu yang lebih rendah.
3. Hasil pengukuran suhu dan kalor dengan asas black di dapatkan 63,8 0C.
DAFTAR PUSTAKA

Mundilarto dan Istiyono,E. 2007. Fisika 1. Yudhistira. Jakarta.

Tripler, Paul A.1998. Fisika Edisi Ketiga Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Arisworo, D., Yusa dan Nana Sutresna. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP
Kelas VII. Grafindo Media Pratama. Bandung.

Astra, I. dan Setiawan H. 2006. Fisika untuk SMA dan MA kelas10. Piranti
Darama Kalokatama. Jakarta.

Glancoli.C, Douglas. 1997. Fisika Jilid1 edisi empat. Erlangga. Jakarta.

Prasojo, B., Naryoko., Djannah, P., Tampubolon, R., dan Damayanti, E. 2006.
NNTeori dan Aplikasi Fisika SMP Kelas VII. Yudhistira. Jakarta.

Yanti, R.P., Said, M.L., Ihsan. 2014. Studi Penentuan Nilai Kalori Pada Buah
Durian (Durio zibethinus). Jurnal Teknosains. Makassar. Vol.8 No.2 161-
174.

Jati B.M.E., Priyambodo, T.K., 2008. Fisika Dasar, Yogyakarta.

Rizal, Rahmat. 2012. Suhu. UPI Bandung. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai