Oleh :
Kelompok 1
1. A. Velda Reissa Valeska (1814151020)
2. Alan Budi Kusuma (1814151030)
3. Bagus Saputra (1814151022)
4. Belinda Velita Wiasih (1814151044)
5. Khoironi Anwar (1814151018)
6. Salma Mufida (1814151042)
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 1 (Satu)
Yuni Safitri
NPM.1614071006
I. PENDAHULUAN
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan sesuatu yang
dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapat diukur,kemudian hasilnya dinyatakan
dengan angka-angka, dinamakan besaran. Besaran Fisika dikelompokkan menjadi
Besaran Pokok dan Besaran Turunan. Besaran pokok adalah besaran yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran dasar. Sedangkan besaran
turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Panjang, massa,
waktu, suhu dan arus listrik merupakan contoh besaran pokok. Luas, volume, massa
jenis, kecepatan dan gaya merupakan contoh dari besaran turunan. Dalam Sistem
Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok yang mempunyai satuan dan dua
besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah :
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengukur suatu bilangan pada suatu sifat
fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standart yang telah diterima
sebagai suatu bilangan ( Alonso, 1992 ).
Dalam melakukan sebuah pengukuran kita memerlukan yang namanya alat ukur.
Dalam pengukuran panjang kita memerlukan alat ukur seperti mistar, jangka
sorong, dan mikrometer skrup. Sedangkan dalam pengukuran massa kita
memerlukan neraca lengan, neraca ohaouss dan timbangan (Alonso, 1992).
Pada umumnya masyarakat lebih sering menggunakan alat ukur mistar untuk
mengulur panjang dan alat ukur timbangan untuk mengukur massa. Mistar memiliki
skala terkecil sebesar 1 mm dengan ketelitian 0,5 mm. Sedangkan timbangan
mempunyai ketelitian yang rendah. Oleh karena itu, untuk melakukan sebuah
pengukuran kita harus melihat benda-benda yang nantinya akan di ukur (Alonso,
1992).
Terdapat juga jangka sorong yaitu, alat ukur yang digunakan untuk mengukur
dimensi luar suatu benda, diameter dan diameter dalam suatu benda. Jangka sorong
memiliki dua bagian, yaitu rahang tetap yang fungsinya sebagai tempat skala tetap
yang tidak dapat digerakan letaknya, dan rahang sorong yang fungsinya sebagai
tempat skala nonius dan dapat di geser-geser letaknya untuk menyesuaikan dan
mengukur benda. Jangka sorong ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga
0,1mm. (Azwar, 1997)
Alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang tipis, panjang benda
yang kecil, dan dimensi luar benda kecil disebut mikrometer sekrup. Alat ini
memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai tempat skala
utama yang akan menunjukan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap
dan tidk dapat di geser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya sebagai skala
nonius yang dapat di putar-putar untuk mengherakan selubung ulir supaya dapat
menyesuaikan dengan benda yang diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai
bagian yang dapat menyesuaikan dengan bentuk benda yang diukur. Mikrometer
sekrup ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,01mm. (Azwar, 1997)
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah : Balok Kayu, Kertas
Karton dan Kertas HVS.
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari kegiatan praktikum yang telah kami lakukan didapatkan hasil sebagai
berikut:
PANJANG ( cm ) LEBAR ( cm )
BALOK i
Pi Pi-P (Pi-P)2 li li-l (li-i)2
1 17,5 0 0 5,6 0,1 0,01
I 2 17,5 0 0 5,6 0,1 0,01
3 17,5 0 0 5,3 0,2 0,04
TINGGI ( cm )
BALOK i
ti ti-t (ti-t)2
Balok
P = 17,5 cm I = 5,5 cm t = 4,87 cm
∆P = 0 cm ∆I = 0,38 cm ∆t = 0,07 cm
∆b = 0,05 mm ∆b = 0,05 mm
4.2 Pembahasan
Dari praktikum pengukuran ketidakpastian yang telah kami lakukan dapat
mengetahui cara penggunaan jangka sorong adalah mengukur diameter dalam dan
diameter luar ataupun kedalaman atau panjang suatu benda. Sedangkan mikrometer
skrup mengukur ketebalan benda. Ketelitian yang dimiliki jangka sorong adalah
0,1mm dan sedangkan ketelitian mikrometer skrup adalah 0,01mm.
Hasil yang dapatkan adalah rata-rata ketebalannya yaitu 0,1 mm sedangkan untuk
pengukuran karton didapatkan hasil 0,35 mm. Ketidakpastiannya 0,05 mm dan 0,05
mm. Kami juga menggunakan jangka sorong dengan panjang rata-rata balok adalah
17,5 cm, rata-rata lebar 55 cm dan rata-rata tinggi 4,27 cm dari pengukuran yang
kami lakukan sebanyak 3 kali dengan tiga orang pengukuran yang berbeda.
Ketidakpastian panjang balok adalah 0 cm, lebar 0,38 cm, tinggi 0,07 cm. Dari
praktikum ini diketahui volume rata-rata balok adalah 462,73 cm2 (V) dan
ketidakpastian 33,08 m.
Untuk kendala yang terjadi selama praktikum adalah alat yang terbatas sehingga
kami harus bergantian melakukan praktikum, balok yang kami gunakan terlalu
panjang sehingga menyusahkan untuk melakukan pengukuran ketidakpastian,
human error.
V. Kesimpulan
1. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat ukur dasar dalam fisika
seperti Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup, dan Mistar.
2. Mahasiswa mampu menentukan ketidakpastian dalam pengukuran
berulang dan menyimpulkan hasilnya dengan perhitungan.
3. Mahasiswa dapat mengolah data hasil pengukuran dengan rumus yang
telah dipelajari dan dipraktikan pada praktikum kali ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jewett & Serway. 2009. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Salemba Teknika.
Jakarta.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1. Diukur Kertas Karton Gambar 2. Diukur Balok
menggunakan Mikrometer sekrup menggunakan Mistar