Anda di halaman 1dari 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )
Sekolah : SMK Negeri 2 Slawi
Kompetensi Keahlian : Teknik Mekanik Industri
Mata Pelajaran : Dasar Teknik Mesin
Kompetensi Dasar : Alat-alat Ukur
Kelas/Semester :X/1
Alokasi Waktu : 16 jam ( 720 menit )

A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan : Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

2. Keterampilan : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam


ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan : Menerapkan teknik penggunaan alat ukur
2. KD pada KI keterampilan : Melakukan teknik penggunaan alat ukur

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Indikator KD pada KI pengetahuan :
a. Menjelaskan pengertian pengukuran
b. Menjelaskan metoda pengukuran
c. Menjelaskan arti instrument/alat ukur
d. Membedakan jenis alat ukur

2. Indikator KD pada KI keterampilan


a. Menggunakan alat ukur
b. Membaca hasil pengukuran

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
menjelaskan pengertian pengukuran
2. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
mengetahui metoda pengukuran
3. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
menjelaskan arti instrument pengukuran
4. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
membedakan jenis-jenis alat ukur
5. Dengan diperagakan teknik dan prosedur penggunaan alat ukur , peserta
didik akan dapat melakukan peniruan teknik atau cara-cara menggunakan
alat ukur
6. Dengan disediakan alat ukur, peserta didik akan dapat menbaca hasil
pengukuran.
E. Materi Pembelajaran

Pengukuran dan Alat Ukur

1.   Pengukuran (measurement)
Kegiatan mengukur dapat diartikan sebagai proses perbandingan suatu
obyek terhadap standar yang relevan
2. Metode Pengukuran
Pada umumnya metode pengukuran adalah membandingkan
besaran yang diukur terhadap standarnya.
a. Metode pengukuran fundamental
Pengukuran berdasarkan besaran-besaran dasar (panjang,
massa, waktu dsb) yang dipakai untuk mendifinisikan besaran
yang diukur.
b. Metode pengukuran langsung
Metode pengukuran  dimana nilai besaran langsung terbaca
pada alat ukur
c. Metode pengukuran tidak langsung
Pengukuran yang diukur ditentukan dengan jalan mengukur
besaran lain yang mempunyai hubungan fungsional dengan
besaran yang diukur,

3.    Alat Ukur
a. Pengertian Alat Ukur (instrument)
Alat ukur atau instrumen adalah sesuatu yang digunakan untuk
membantu kerja indera untuk melakukan proses pengukuran.
Misalnya pada mobil, manometer (pressure gauge) pengukur
tekanan udara dalam ban, termometer (pengukur suhu mesin),
speedometer (pengukur kecepatan) dst.
Instrument atau alat ukur terdiri dari banyak jenis yang dapat
juga dikelompokkan melalui disiplin kerja atau besaran fisiknya.
diantaranya:
1) alat ukur dimensi : misalnya mistar, jangka
sorong dan mikrometer
2) alat ukur massa : misalnya timbangan.
3) alat ukur mekanik; misalnya tachometer
dan torquemeter
4) alat ukur fisik : misalnya gelas ukur,
5) alat ukur listrik: misalnya AVO meter
6) alat ukur suhu: misalnya termometer
7) alat ukur optik: misalnya fotometer dan
spectrometer
b. Istilah-istilah pada alat ukur
1) Rentang Ukur (Range) besarnya daerah pengukuran mutlak
suatu alat ukur. Sebuah jangka sorong mempunyai range 0
sd 150 mm
2) Daya baca (sering disebut resolusi/atau resolution) jarak
ukur antara dua garis skala yang berdampingan pada alat
ukur terbaca dengan jelas.
3) Span: besarnya kapasitas ukur suatu alat ukur, misal
mikrometer luar mempunyai span ukur 25 mm, artinya
rentang ukur 0 – 25, 25 – 50, 50 – 75 …………….dan
seterusnya

4) Kepekaan (sensitivity) perbandingan antara perubahan


besarnya keluaran dan masukkan pada suatu alat ukur
setelah kesetimbangan tercapai.
5) Kemampuan ulang (repeatibility) kesamaan penunjukkan
suatu alat ukur jika digunakan untuk mengukur obyek yang
sama, ditempat yang sama, serta dalam waktu yang hampir
tidak ada berselisih antara pengukuran-pengukuran tersebut.

c. Bagian-bagian dari alat ukur


Secara garis besar suatu alat dibagi menjadi 3 komponen utama
yaitu :
1. Sensor bagian alat ukur yang merasakan adanya sinyal yang harus
diukur atau bagian yang berhubungan langsung dengan benda ukurnya.
2. Tranduser berfungsi untuk memperkuat/memperjelas dengan 
mengubah sinyal sinyal yang diterima dari sensor dan mengirim hasil ke
penunjuk atau indikator/ rekorder maupun kontroler.
3. Penunjuk atau indikator bertugas untuk menayangkan  data ukur
yang berupa garis-garis skala pada mikrometer atau jarum yang bergerak
melingkar dengan menunjuk skala ukur yang melingkar juga.
d. Proses Pengukuran
Alat ukur yang akan digunakan perlu dilakukan pemeriksaan,
yaitu uji visual, fungsional dan unjuk kerja.
1) Uji visual dimaksudkan untuk melihat kelengkapan alat ukur, dan cacat
yang dapat dilihat mata.
2) Uji fungsional untuk memeriksa tanggapan yang terjadi  sebagai akibat
input yang diberikan dengan mengubah posisi setiap tombol.
3) Apabila semua fungsinya dapat bekerja alat ukur tersebut dapat
digunakan
e. Kalibrasi (Calibration)
Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran nilai
penunjukkan suatu alat ukur.
Tiga alasan penting, mengapa alat ukur perlu dikalibrasi
1) Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan
hasil pengukuran lain.
2) Menentukan akurasi penunjukan alat.
3) Mengetahui keandalan alat,yaitu alat ukur dapat dipercaya.

B. ALAT UKUR MEKANIS


1. Alat-alat ukur ini termasuk kategori presisi sedang.
Dengan alat-alat ini pengukuran akan terbaca sampai dengan
ketelitian 0,02 mm atau 0.05 mm. Alat ukur kategori ini adalah:
mistar geser, mistar geser kedalaman dan mistar geser ketinggian
( height gauge
a. Mistar geser :
Mistar geser dan bagiannya ditunjukkan pada Gambar di bawah
ini.
Gambar 1.4 Mistar geser dan nama bagiannya

Cara menentukan ketelitian mistar geser


Panjang skala nonius pada rahang geser 9 mm yaitu, lurus pada
setiap setrip ke 9 dari rahang tetap. Banyaknya setrip pada rahang
geser 10, maka jarak setiap setrip adalah 0,9 mm. Sedangkan 1
setrip pada rahang tetap adalah 1 mm, sehingga selisihnya = 1 -
0,9 = 0,1 mm. Jadi mistar geser tersebut mempunyai ketelitian
0,1 mm.
Jika panjang skala nonius 19 mm dan banyak setrip pada skala
nonius 20, maka jarak 1 setrip skala nonius 19/20mm, sedang
jarak 1 setrip pada rahang tetap 1 mm. Maka ketelitian mistar
geser tersebut adalah 1 – 19/20 mm = 1/20 mm atau 0,05 mm.
Untuk mistar geser yang memiliki panjang skala nonius 40 mm
dan banyak setripnya 49 bagian, dimana ketelitian mistar geser
tersebut adalah 1 – 49/50 mm = 1/50 mm atau 0,02 mm.
b. Mistar geser kedalaman (Depth vernier califer)
Mistar geser kedalaman, dan pembacaannya sama dengan mistar
geser.

Gambar 1-6. Mistar geser kedalaman

c. Mistar geser ketinggian ( Height gauge )


Pada umumya mistar geser ketinggian mempunyai ketelitian 0,1
mm, 0,05 mm dan 0,02 mm. Untuk mendapatkan ketelitian dan
cara pembacaannya sama dengan mistar geser biasa.
Gambar 1-7. Mistar geser ketinggian dan penggunaannya

2. Alat-alat ukur berikut ini termasuk memiliki presisi baik.


Dengan alat-alat ini akan terbaca suatu pengukuran dengan
ketelitian sampai batas 0,01 mm.
Alat ukur kategori ini adalah : mistar geser dial, mistar geser digital
dan berbagai jenis micrometer.
a. Mistar geser dial

Gambar 1-8. Mistar geser dial dan pembacaannya.

Ketelitian mistar geser dial sama dengan sepertri mistar geser


nonius, yaitu 0,10 mm, 0,05 mm atau 0,02 mm. Pada mistar
geser dial dengen ketelitian 0,05 mm, satu putaran jarum
penunjuk terbagi dalam 100 bagian skala, 100 x 0,05 mm atau
5 mm. Tiap duapuluh bagian skala dial / jam ukur diberi angka
dalam satuan mm, dengan demikian pembagian skala
utamanya dalam (pada batang ukur) cukup dalam selang 1
mm.

b. Mikrometer luar
Mikrometer luar biasanya mempunyai kapasitas ukur :
0 – 25 mm, 25 – 50 mm, 50 – 75 mm, 75 – 100 mm
Gambar 1-9. Mikrometer luar

1. Mikrometer luar ketelitian 0,01 mm


Ulir dari mikrometer standar mempunyai pitch sebesar 0,05
mm dan keliling bidal dibagi atas 50 bagian yang sama,
maka perubahan satu bagian pada graduasi bidal
menyebabkan perpindahan poros pengukur bergerak
sebesar 0.01 mm (0.5 x 1/50)= 0,01.
Atau dengan cara lain, jika ulir dari mikrometer standar
tidak dapat diketahuinya : pada tabung putar terdapat
garis-garis ukur yang banyaknya 50 buah. Jika tabung putar
1 kali (dari 0 sampai dengan angka 0 lagi), maka poros
geser akan bergerak 0.05 mm. Oleh karena itu tabung
diputar dibagi dalam 50 bagian, maka 1 bagian jaraknya 0,5
: 50 = 0,01 mm langkah poros geser.

2. Mikrometer luar ketelitian 0.001 mm.


Mikrometer standar dengan skala vernier pada selubungnya
dapat dibaca sampai 0.001 mm. Pada mikrometer ini
pembacaan sampai 0,001 mm, dilakukan pada bidal seperti
halnya pada mikrometer dengan ketelitian 0,01 mm, hanya
disini ada verniernya yang segaris dengan graduasi bidal
dan kalikanlah nilai pembacaan tersebut dengan 0,001 mm.

3. Mikrometer dalam tiga kaki (Holtest, Triobor)


Mikrometer dalam tiga kaki untuk mengukur diameter
dalam cermat, karena kedudukan mikrometer selalu tetap
ditengah lingkaran.

Gambar 1-10. Mikrometer tiga kaki

4. Mikrometer Kedalaman (Depth Mikrometer)


Mikrometer kedalaman untuk mengukur kedalaman suatu
lubang atau permukaan bertingkat. Batang ukur dapat
diganti untuk mengubah kapasitas ukur.
Gambar 1-11. Mikrometer kedalaman

C. CARA MENGGUNAKAN DAN MEMBACA ALAT UKUR


Pembacaan hasil pengukuran Vernier Caliper/jangka sorong 0,05  mm
Ketelitian Jangka sorong  adalah : 1 bagian Skala utama, dibagi
sebanyak jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm (maka : 1 skala
nonius = 0,05 mm)

1. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan  jangka


sorong ketelitian 1/20 mm (0,05 mm) adalah  :

Skala Utama = 12 mm dan Skala nonius = 5 x 0,05 mm = 0,25


mm. Maka hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 12 +
0,25 = 12, 25 mm.

2. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan  jangka


sorong ketelitian 1/20 mm (0,05 mm) adalah  :

Skala Utama = 16 mm dan Skala nonius = 7 x 0,05 mm = 0,35


mm. Maka hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 16 +
0,35 = 16, 35 mm.

3. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan  jangka


sorong ketelitian 1/20 mm (0,05 mm) adalah  :
Skala Utama = 21 mm dan Skala nonius = 3 x 0,05 mm = 0,15
mm. Maka hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 21 +
0,15 = 21, 15 mm.

4. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan  jangka


sorong ketelitian 1/20 mm (0,05 mm) adalah  :

Skala Utama = 29 mm dan Skala nonius = 17 x 0,05 mm = 0,85


mm. Maka hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 29 +
0,85 = 29 , 85 mm.
Pembacaan hasil pengukuran Vernier Caliper 0,02 mm
Ketelitian Jangka sorong  adalah : 1 bagian Skala utama, dibagi
sebanyak jumlah skala nonius = 1/50 = 0,02 mm (maka : 1
skala nonius = 0,02 mm)

1. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan  jangka


sorong ketelitian 1/50 mm (0,02 mm) adalah  :

Skala Utama = 3 mm dan Skala nonius = 38 x 0,02 mm = 0,76 mm.


Maka hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 3 + 0,76 = 3, 76
mm.

2. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan  jangka


sorong ketelitian 1/50 mm (0,02 mm) adalah  :
Skala Utama = 12 mm dan Skala nonius = 28x 0,02 mm = 0,56 mm.
Maka hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 12 + 0,56 = 12,
56 mm.

3. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan  jangka


sorong ketelitian 1/50 mm (0,02 mm) adalah  :

Skala Utama = 13 mm dan Skala nonius = 12x 0,02 mm = 0,24


mm. Maka hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 13 + 0,24
= 13, 24 mm.

4. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan  jangka


sorong ketelitian 1/50 mm (0,02 mm) adalah  :

Skala Utama = 18 mm dan Skala nonius = 12x 0,02 mm = 0,24 mm.


Maka hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 18 + 0,24 = 18,
24 mm

D. Cara menggunakan/membaca alat ukur mikrometer


Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran panjang yang
cukup presisi. Mikrometer mempunyai tingkat ketelitian hinggan 0,01
mm. Penggunaan mikrometer sekrup biasanya untuk mengukur
diameter benda melingkar yang kecil seperti kawat atau kabel.
Bagian-Bagian dari Micromete Sekrup
 

1. Bingkai (Frame) Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan


logam yang tahan panas serta dibuat agak tebal dan kuat.
2. Landasan (Anvil) Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika
benda diletakan diantara anvil dan spindle.

3. Spindle (gelendong) Spindle ini merupakan silinder yang dapat


digerakan menuju landasan.
4. Pengunci (lock) Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar
tidak bergerak ketika mengukur  benda.
5. Sleeve Tempat skala utama.
6. Thimble Tempat skala nonius berada
7. Ratchet Knob Untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi
benda yang akan diukur tepat  berada diantara spindle dan anvil.
Fungsi dari Mikrometer Sekrup
 Mikrometer berfungsi untuk mengukur panjang/ketebalan/diameter
dari benda-benda yang cukup kecil seperti lempeng baja, aluminium,
diameter kabel, kawat, lebar kertas, dan masih banyak lagi.
Penggunaan mikrometer sekrup sangat luas, intinya adalah mengukur
besaran panjang dengan lebih presisi.
Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup
1. Buka pengunci micrometer sekrup sehingga selubung dapat bergerak
2. Kemudian letakkan benda yang akan diukur diantara rahang
3. Putar gigi geser pada selubung pemutar sampai terdengar suara “klik “
4. Hentikan pemutaran, lalu kunci kembali micrometer sekrup agar skala tidak
berubah
5. Baca skala utama apakah menunjukkan satuan atau tengahan satuan
6. Baca skala nonius yang tepat segaris dengan skala utama
7. Hitung hasil pengukuran dengan cara menjumlahkan skala utama dengan
skala nonius kemudian jumlahkan atau kurangi dengan ketelitian
micrometer tersebut.
Contoh pengukuran mikrometer sebagai berikut :

Panjang yang terbaca dari mikrometer sekrup di atas adalah Skala


Utama 5,5 mm, Skala Putar (26×0,01) = 0,26 mm. Jadi hasil
pembacaan micrometer adalah 5,76 mm
Mengetahui Tegal, Juli 2017
Kepala SMK Negeri 2 Slawi Guru Mata Pelajaran,

IMRON EFFENDI, S.P, M.Pd MUHAMAD TASIM, S.Pd


NIP 196403161988031013 NIP 196010051984121003

Anda mungkin juga menyukai