Anda di halaman 1dari 20

METROLOGI INDUSTRI

Sifat Umum Dari Alat Ukur, Penyimpangan dalam


Proses Pengukuran dan Spesifikasi Geometris

Dosen Pengampu : Yulia Puspa Dewi, S.Si., M.T.


Program Studi : D4 Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
PSDKU POLINEMA DI KOTA KEDIRI
Sifat Umum Dari Alat Ukur

Alat ukur merupakan alat yang dibuat manusia dengan demikian ketidak sempurnaan adalah
merupakan ciri utama. Meskipun alat ukur direncanakan dan dibuat dengan seksama dan sebaik mungkin,
namun ketidak sempurnaan tidak bisa dihilangkan sama sekali dan hanya dalam batas tertentu yang
dianggap cukup baik untuk digunakan dalam suatu proses pengukuran.
Untuk menyatakan sifat-sifat alat ukur digunakan beberapa istilah teknik yang harus kita ketahui supaya
tidak timbul salah faham dan salah tafsiran, istilah-istilah tersebut adalah :
a) Rantai kalibrasi/mampu usut e) Histeris
b) Kepekaan (sensitivity) f) Penggeser (shifting drift)
c) Kepasifan (pasivity) g) Pengambangan (floating)
d) Kemudahan baca (readability) h) Kestabilan nol (zero stability)
a) Rantai Kalibrasi/Mampu Usut

Rantai kalibrasi/mampu usut adalah mencocokkan harga-harga yang tercantum pada skala
ukur dengan harga standar. Kalibrasi diwajibkan alat ukur baru yang akan dipasarkan atau dipakai
dan alat ukur yang relative lama dipakai. Pemeriksaan rantai kalibrasi sebagai berikut :
• Tingkat 1. Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja
• Tingkat 2. Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar
• Tingkat 3. Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional
• Tingkat 4. Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional.
b) Kepekaan (Sensitivity)

 Kepekaan alat ukur adalah kemampuan alat ukur untuk menerima, mengubah dan meneruskan
isyarat sensor (dari sensor menuju ke bagian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran)
 Tidak semua alat ukur memiliki kepekaan, misalnya penggaris atau mistar
 Kepekaan bisa berkaitan dengan kecermatan dan keterbacaan skala alat ukur
 Biasanya alat ukur dengan kecermatan rendah, juga mempunyai kepekaan yang rendah
 Kepekaan didefiniskan sebagai kemiringan (slope) grafik antara keluaran (Y ; output) sebagai
fungsi linear masukan (x; input), yaitu:
Kepekaan = dy/dx ; [satuan y/satuan x]
c) Kepasifan (Pasivity)

 Kepasifan (pasivity) adalah kelambatan alat ukur bereaksi untuk merasakan suatu perbedaan
dari harga yang diukur.
 Beberapa contoh kepasifan antara lain :
• Alat ukur jenis mekanik disebabkan oleh pengaruh kelembapan, misalnya besarnya masa
komponen dan pegas yang tidak elastik sempurna
• Alat ukur jenis pneumatik disebabkan oleh pipa elastik terlalu Panjang
• Alat ukur jenis elektrik (resolver & inductosyn) atau optoelektrik jika kecepatan komponen
yang diukur jarak gerakannya melebihi kecepatan maksimum penghitung elektroniknya.
d) Kemudahan Baca (Readability)

 Kemudahan baca (readability) adalah kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk
memberikan harga/angka yang jelas.
 Keterbacaan penunjuk digital dikatakan lebih tinggi daripada keterbacaan skala dengan jarum
penunjuk, garis indeks, atau garis indeks dengan skala nonius
 Keterbacaan skala dipengauhi oleh:
 Jarum penunjuk yang tipis
 Kepekaan
 Kecermatan
e) Histeris

 Histeris adalah penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara kontinu dari
dua arah yang berlawanan, yaitu mulai dari skala nol hingga maksimum kemudian dikembalikan
sampai skala nol.
 Histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur
 Pengaruh histerisis dapat dikurangi dengan:
• Pengukuran dilakukan hanya pada sebagian kecil dari skala alat ukur
• Memilih/mengatur tinggi alat ukur standar (susunan blok ukur) sehingga sama dengan tinggi
objek ukur
• Selisih ketinggian ditunjukkan oleh komparator
f) Pergeseran (Shifting Drift)

 Pergeseran (shifting drift) yaitu suatu perubahan harga yang ditunjukan pada skala atau
pencatatan, sedangkan sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan.
 Jarum penunjuk atau pena pencatat bergeser dari posisi yang semestinya
 Pergeseran merupakan suatu penyimpangan yang membesar dengan berjalannya waktu
g) Pengambangan (Floating)

 Pengambangan (floating) yaitu apabila penunjukan pengukuran selalu berubah-rubah


angka/harganya.
 Jarum penunjuk selalu berubah posisinya (bergetar) atau angka terakhir/paling kanan dari
penunjuk digital berubah-ubah
 Disebabkan oleh adanya gangguan (noise)
 Semakin cermat dan peka alat ukur, kemungkinan terjadinya pengambangan semakin besar
h) Kestabilan Nol (Zero Stability)

 Kestabilan nol (zero stability) yaitu bila suatu penujuk alat ukur telah disetting nol setelah
dirubah posisinya (dipakai pengukuran) harus bisa kembali pada posisi semula (posisi nol).
 Penyimpangan dengan harga yang tetap atau berubah-ubah secara random.
 Bagi sistem pengukuran geometrik penyebab ketidakstabilan nol umumnya karena
ketidakkakuan sistem pemegang alat ukur dan/atau benda ukur, kelonggaran sistem
pengencang, atau keausan sistem pemosisi.
Penyimpangan dalam Proses Pengukuran

Pengukuran adalah suatu proses yang mencakup 3 unsur pokok yaitu : alat ukur, benda
ukur dan orang yang mengukur (personil pengukuran. Karena ketidaksempurnaan-nya dari
masing-masing unsur ini maka dapat dikatakan tidak ada satupun pengukuran ketelitian yang
absolut. Kesalahan akan selalu ada, yaitu merupakan perbedaan antara hasil pengukuran dengan
harga yang dianggap benar. Ada beberapa istilah-istilah penting dalam pengukuran yaitu :
 Ketelitian (accuracy) adalah kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan harga yang
sebenarnya.
 Ketepatan (precision, repeatability) adalah kemampuan proses pengukuran untuk
menunjukkan hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang dan identik.
Penyimpangan dalam Proses Pengukuran
Penyimpangan adalah Perbedaan antara harga yang ditunjukkan alat ukur dengan harga yang dianggap
benar. Dua kategori penyimpangan:
1. Penyimpangan random (radom deviation): jika penyimpangan tidak melebihi kecermatan sasaran
(besarnya toleransi kesalahan). Predikat atau tanda (tera) teliti bisa diberikan bagi alat ukur tersebut.
2. Penyimpangan sistematik (systematic deviation): jika penyimpangan melebihi kecermatan sasaran.
Tera teliti tak bisa diberikan bagi alat ukur tersebut.
Faktor-faktor penyebab proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat:
3. Faktor alat ukur
4. Faktor benda ukur
5. Faktor posisi pengukuran
6. Faktor lingkungan
7. Faktor pengukur
1. Penyimpangan yang Bersumber dari Alat Ukur
Penyebab:
- keausan bidang kontak (sensor)
- histerisis
- kepasifan
- pergeseran
- kestabilan nol
Cara menghindari kesalahan:
- kalibrasi alat ukur secara berkala dan teratur melakukan pengukuran berulang dan identik
2. Penyimpangan yang Bersumber dari Benda Ukur

Penyebab:
perubahan bentuk / dimensi (deformasi) benda
ukur akibat gaya pengukuran, perubahan
temperatur dan berat benda ukur.

Cara menghindari kesalahan:


pada mikrometer ada pembatas momen putar untuk
menjaga tekanan pengukuran sekecil mungkin dan
konstan penjepit / pemegang benda ukur.
3. Penyimpangan yang Bersumber dari Posisi Pengukuran

Prinsip ABBE menyatakan bahwa garis


pengukuran harus berimpit dengan garis dimensi
obyek ukur. Kesalahan posisi pengukuran dapat
mengakibatkan sudut sebesar Θ dengan garis
dimensi sehingga terjadi kesalahan yang disebut
dengan kesalahan kosinus (cosine error). Penggunaan
mikrometer dengan posisi pengukuran yang salah
dapat mengakibatkan kombinasi kesalahan kosinus
dan kesalahan sinus (sine error).
4. Penyimpangan Akibat Pengaruh Lingkungan

Syarat yang diminta alat ukur dan benda ukur :


• Kebersihan, debu yang menempel pada permukaan sensor mekanis &
permukaan obyek ukur
• Penerangan & pencahayaan yang mencukupi

• Getaran/Vibrasi

• Temperatur 25-30 °C, kelembaban 70-75%

“ Lingkungan harus memberikan kenyamanan bagi pengukur ”


5. Penyimpangan yang Bersumber dari Pengukur

Penyebab:
- Cara Mengukur
- Pengalaman
- Keahlian serta kemampuan pengukur

Cara menghindari kesalahan tersebut, setiap pengukur harus:


• Memiliki dasar-dasar pengetahuan alat ukur, cara kerja alat ukur,
cara pengukuran, cara mengkalibrasi dan memelihara alat ukur.
• Mampu menganalisa hasil pengukuran.
• Sadar terhadap tanggung jawab hasil pengukuran.
Kesalahan pembacaan yang dikenal dengan nama parallaks,
dapat terjadi pada waktu membaca posisi jarum penunjuk relatif
terhadap skala.
Cara-cara menghindari kesalahan Parallaks :
1. Menggunakan cermin yang dilekatkan pada bidang skala
untuk membantu pengamat supaya dapat memosisikan
matanya sebelah kanan/sebelah kiri sehingga berada pada
bidang baca.
Bila mata pengamat tidak berada pada bidang baca, ia akan
melihat bayangan jarum penunjuk pada cermin.
Pembacaan posisi jarum penunjuk pada skala boleh dilakukan
setelah jarum penunjuk menutupi bayangannya.
Spesifikasi Geometris
 Komponen suatu mesin mempunyai sifat umum, yang bervariasi yaitu : ukuran, bentuk dan
fungsinya. Proses duplikasi produk yang sempurna tidak mungkin akan dicapai oleh suatu
proses produksi, oleh karena itu harus ada toleransi yang telah diperhitungkan pada waktu
merencanakan spesifikasi produk.
 Tujuan dari ISO adalah untuk menyatukan pengertian teknik antar bangsa dengan jalan
membuat standar. Dengan demikian akan :
1. Mempermudah perdagangan internasional
2. Memudahkan komunikasi teknik
3. Bagi negara yang sedang berkembang memberikan petunjuk praktis pada persoalan khusus
dalam bidang teknologi
Toleransi & Suaian
 Toleransi adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas (two permissible limits) dimana
ukuran dari komponen harus terletak. Untuk setiap komponen perlu didefinisikan ukuran
dasar (basic size), sehingga kedua harga batas (maksimum dan minimum) yang membatasi
daerah toleransi (toleransi zone) dapat dinyatakan dengan suatu penyimpangan (deviation)
terhadap ukuran besar
 Suaian adalah dua buah atau lebih komponen yang berpasangan / dirakit, maka hubungan
yang terjadi sangat dipengaruhi oleh perbedaan ukuran antara kedua komponen tersebut yang
sesuai dengan fungsinya.

Anda mungkin juga menyukai