Anda di halaman 1dari 9

 KALIBRASI (CALIBRATION)

1. Definisi
Kalibrasi bagian dari Metrologi kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur, atau, Kalibrasi adalah
memastikan hubungan antara harga‐harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur
atau sistem pengukuran, atau harga‐harga yang diabadikan pada suatu bahan ukur
dengan harga yang “sebenarnya” dari besaran yang diukur.

2. Kalibrasi di Industri
Menjamin ketertelusuran peralatan ukur yang digunakan dalam pengukuran dan
pengujian suatu produk industri. Atau menjamin suatu hasil pengukuran, maka alat ukur dan
bahan ukur yang digunakan dalam proses pengukuran harus dikalibrasi.

3. Kalibrasi alat ukur


Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran konvensional nilai penunjukkan
suatu alat ukur. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur yang diperiksa
terhadap standar ukur yang relevan dan diketahui lebih tinggi nilai ukurnya. Selanjutnya untuk
mengetahui nilai ukur standar yang dipakai, standarnya juga harus dikalibrasi terhadap standar
yang lebih tinggi akurasinya. Dengan demikian setiap alat ukur dapat ditelusuri (traceable)
tingkat akurasinya sampai ke tingkat standar nasional dan atau standar internasional. Dari proses
kalibrasi dapat menentukan nilai‐nilai yang berkaitan dengan kinerja alat ukur atau bahan acuan.
Hal ini dicapai dengan pembandingkan langsung terhadap suatu standar ukur atau bahan acuan
yang bersertifikat. Output dari kalibrasi adalah sertifikat kalibrasi dan label atau stiker yang
disematkan pada alat yang sudah dikalibrasi.

Tiga alasan penting, mengapa alat ukur perlu dikalibrasi, yaitu:


1. Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran lain.
2. Menentukan akurasi penunjukan alat.
3. Mengetahui keandalan alat, yaitu alat ukur dapat dipercaya.

4. Manfaat kalibrasi
Dengan kalibrasi suatu alat ukur atau standar ukur, nilai ukurnya dapat dipantau,
sehingga tindakan yang tepat dapat segera diambil bila penyimpangan yang terjadi sudah diluar
batas toleransi yang diijinkan terhadap spesifikasi standarnya.
Penggunaan alat ukur yang masih baik berdasarkan hasil kalibrasi berguna:
- untuk pengukuran yang baik, langsung atau tidak langsung menyangkut
keselamatan.
- hasil produk yang cacat atau menyimpang dapat dihindari/ditekan sekecil mungkin
- untuk menjamin bahwa hasil pengukuran yang dilakukan dapat tertelusur ke standar
nasional/internasional.
Untuk menarik manfaat tersebut diatas, semua jenis alat ukur semua besaran perlu
dikalibrasi.

5. Interval Kalibrasi dan Sertifikasi


Alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi legal, interval kalibrasi (tera) ditetapkan
secara periodik berdasarkan oleh peraturan perundang‐undangan (UUML) yang berlaku di
Direktorat Metrologi (Deperindag).
Untuk alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi teknis, interval kalibrasi tergantung
pada tingkat akurasi, lokasi/penyimpanan dan frekuensi pemakaian.

Kalibrasi harus lebih sering dilakukan untuk alat ukur yang:


- tingkat akurasinya lebih rendah
- lokasi pemakaian/penyimpanan yang mengakibatkan kondisi alat ukur
makin cepat memburuk.
- lebih tinggi frekuensi pemakaiannya.

Setelah proses kalibrasi selesai dilakukan, Sertifikat atau laporan kalibrasi diterbitkan.

6. Persiapan kalibrasi
Dalam suatu proses kalibrasi, terdapat enam unsur yang terlibat, yaitu:
1. Obyek kalibrasi yang berupa alat ukur
2. Standar ukur
3. Sistem kalibrasi (kalibrator)
4. Standar dokumenter
5. Operator kalibrasi
6. Lingkungan yang terkondisi (ruang ukur)

 Sifat Umum Alat Ukur

Beberapa sifat umum alat ukur antara lain: rantai kalibrasi, kepekaan, kemudahan baca,
histerisis, kepasifan, kestabilan nol dan pengambangan.

1. Rantai kalibrasi/mampu usut (Traceability)


Setiap alat ukur yang selesai dibuat harus dilakukan suatu kalibrasi /peneraan, yaitu
mencocokkan harga-harga yang tercantum pada skala alat ukur dengan harga-harga standar
(harga sebenarnya). Kalibrasi bukan saja diharuskan untuk alat ukur yang baru selesai dibuat,
akan tetapi diharuskan juga bagi alat ukur yang telah lama dipakai. Hal ini perlu untuk
menghindari penipuan (pembacaan tidak standar lagi) dari alat ukur, karena komponen-
komponen alat ukur sudah mengalami keausan. Kalibrasi alat ukur dapat dilakukan melalui
suatu rantai kalibrasi atau sering juga disebut mampu usut (traceability) dari ketelitian suatu alat
ukur, sebagai berikut:

Tingkat 1. Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja
Tingkat 2. Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar
Tingkat 3. Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar dari tingkatan yang lebih
tinggi (standar nasional atau yang telah ditera secara nasional)
Tingkat 4. Kalibrasi standar nasional dengan standar metrik (Internasional).

2. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan adalah kemampuan alat ukur untuk merasakan suatu perbedaan yang relatif
kecil dari harga yang diukur.

3. Kemudahan Baca (readability)


Kemudahan baca adalah kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk
memberikan suatu angka yang jelas dan berarti. Misalnya penggunaan skala nonius dan
penunjuk digital elektronis.

4. Histerisis
Histerisis adalah: penyimpangan yang timbul sewaktu melakukan pengukuran secara
kontinyu dari dua arah yang berlawanan, yaitu mulai dari skala nol hingga skala maksimum
kemudian diulangi dari skala maksimum sampai skala nol. Misalnya penggunaan dial indicator.
5. Kepasifan (passivity) atau kelambatan reaksi
Kepasifan adalah kejadian dimana suatu perbedaan/perubahan kecil dari harga yang
diukur (yang dirasakan sensor) tidak menimbulkan suatu perubahan apapun pada jarum
penunjuk. Atau bisa juga diartikan sebagai kelambatan alat ukur untuk bereaksi atas adanya
perubahan yang dirasakan oleh sensor.

6. Kestabilan nol (zero stability)


Apabila benda ukur diambil seketika pada saat pengukuran, maka jarum penunjuk harus
kembali keposisi semula (posisi nol). Alat ukur disebut mempunyai kestabilan nol yang tidak
bagus apabila jarum penunjuk tidak tepat kembali ke posisi nol. Keadaan ini sangat erat
hubungannya dengan histerisis, yang antara lain disebabkan oleh keausan mekanisme penggerak
jarum penunjuk.

7. Pengambangan (floating)
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya (bergetar) atau
angka terakhir/paling kanan dari penunjuk digital berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan-perubahan yang kecil yang dirasakan sensor yang kemudian diperbesar oleh bagian
pengubah alat ukur. Semakin peka alat ukur, kemungkinan terjadinya pengambangan sewaktu
proses pengukuran berlangsung adalah besar. Dengan demikian alat ukur yang peka harus
dipakai dengan cara yang cermat serta hati-hati, getaran pada alat ukur dan benda ukur tidak
boleh terjadi.

 Konstruksi Umum Alat Ukur

Perbedaan suatu alat ukur dengan yang lainnya adalah berdasarkan konstruksinya atau cara
berfungsinya alat ukur tersebut. Tiga komponen utama yang membentuk suatu alat ukur adalah:
(1) sensor, (2) pengubah, dan (3) penunjuk/pencatat.

1. Sensor
Sensor adalah peraba dari alat ukur; menghubungkan alat ukur dengan benda ukur.
Contoh sensor mekanis alat ukur adalah: ujung-ujung kontak dari mikrometer, kedua lengan
dari mistar ingsut (vernier kaliper), jarum dari alat ukur kekasaran permukaan. Sedangkan
sistem lensa (objectip) adalah sensor dari alat ukur optis. Contoh sensor pneumatis adalah poros
dengan lubang-lubang kecil dimana udara tekan mengalir keluar.

2. Pengubah
Pengubah adalah bagian yang terpenting dari suatu alat ukur dimana isyarat dari sensor
diteruskan, diubah atau diolah terlebih dahulu sebelum diteruskan ke bagian lain alat ukur
(bagian penunjuk). Pada bagian ini diterapkan bermacam-macam prinsip kerja seperti prinsip
kinematis, optis, elektris, pneumatis sampai pada sistem gabungan yang bertujuan untuk
memperbesar dan memperjelas perbedaan yang kecil dari geometri suatu objek yang diukur.

Pengubah suatu alat ukur dapat dibagi beberapa macam antara lain:

a. Pengubah mekanis: pengubah mekanis suatu alat ukur bekerja berdasarkan prinsip
kinematis yang meneruskan serta mengubah gerakan (biasanya gerak translasi) menjadi
gerakan lain (biasanya gerakan rotasi) yang relatif lebih besar perubahannya. Contohnya
adalah sistem roda gigi dan batang bergigi pada jam ukur (dial indicator), seperti
ditunjukkan pada Gbr. 1.
pegas
pegas
spiral

roda
gigi
sensor

Gbr.1 Prinsip pengubah kinematis pada jam ukur

b. Pengubah mekanis-optis: menggunakan prinsip kerja gabungan pengubah mekanis dan


optis. Pengubah mekanis biasanya berupa batang kinematis yang berfungsi untuk
memperbesar perubahan dari silinder pengukur menurut perbandingan jarak antara kedua
ujung batang terhadap engselnya. Pengubah mekanis ini akan menyebabkan perubahan
kemiringan suatu kaca yang berfungsi sebagai pemantul berkas cahaya dari pemantul optis.
Sedangkan pengubah optis merupakan sistem pembentuk bayangan yang berupa garis yang
diproyeksikan pada layar dari gelas yang diasah serta diberi skala ukuran.

c. Pengubah elektris: berfungsi untuk mengubah isyarat perubahan besaran non elektris
(misalnya perubahan panjang) menjadi isyarat perubahan besaran elektris (arus atau
tegangan listrik). (contoh pada Gambar 2).

Gambar 2. Sistem Pengubah Elektrik

d. Pengubah optis-elektris: menggunakan prinsip kerja gabungan pengubah optis dan


elektris. Contohnya adalah photosel. Konstruksi dari pengubah alat ukur direncanakan
sedemikian rupa sehingga suatu perubahan jarak (panjang) akan mengakibatkan perubahan
intensitas cahaya yang diterima oleh photosel. Apabila intensitas cahaya yang diterima
oleh photosel berubah, maka arus listrik pada sirkuit elektronis juga berubah.

e. Pengubah pneumatis: bekerja atas dasar suatu gejala bahwa kondisi suatu aliran udara
yang tertentu (tetap) akan berubah apabila ada perubahan pada celah antara permukaan
benda ukur dengan permukaaan sensor alat ukur. Perubahan kondisi aliran udara dapat
diketahui dengan cara mengukur perubahan tekanannya atau kecepatan alirannya.
Alat ukur pneumatis dapat dianggap sebagai suatu sistem aliran udara yang terdiri dari
bagian-bagian: sumber udara tekan, sensor yang berfungsi sebagai pengubah, alat pengukur
perubahan kondisi aliran udara. Ada dua macam alat ukur pneumatis berdasarkan cara
pengukuran perubahan kondisi aliran udara, yaitu: (1) sistem tekanan balik (bekerja
berdasarkan perubahan tekanan), dan (2) sistem kecepatan aliran (bekerja berdasarkan
perubahan kecepatan aliran). Pengubah pneumatis ditunjukkan pada gambar (3a).

Gambar 3. (a) Pengubah pneumatis, dan (b) Pengubah Hidrolik

f. Pengubah optis: berfungsi sebagai pembelok berkas cahaya yang melewati atau memantul
dari suatu objek sehingga terbentuk suatu bayangan (maya atau nyata) dengan
ukuran/penyimpangan yang lebih besar dari ukuran/penyimpangan objeknya. Beberapa
jenis sistem optis yang digunakan dalam bidang metrologi antara lain: (1) pembesar, (2)
mikroskop (dua lensa pembesar diatur menjadi satu sistem optis), (3) proyektor
(menggunakan dua sistem lensa yaitu kondensor dan proyektor), (4) teleskop (digunakan
untuk melihat objek yang posisinya relatip jauh), (5) autoklimator (bekerja berdasarkan
pantulan dari berkas cahaya akibat kemiringan suatu target yang berupa cermin) dan (6)
teleskop posisi (mengamati secara langsung perpindahan posisi dari target dalam arah
horizontal dan vertikal).

6.3 Penunjuk/pencatat
Penunjuk atau pencatat adalah bagian dari alat ukur dimana harga dari suatu hasil
pengukuran ditunjukkan atau dicatat. Bagian penunjuk daripada alat ukur dapat dikategorikan
menjadi dua macam, yaitu: (1) Penunjuk berskala, dan (2) penunjuk berangka (digital).

a. Penunjuk berskala
Skala adalah susunan garis yang beraturan dengan jarak antra dua garis yang berdekatan
dibuat tetap dan mempunyai arti tertentu.
Jarak antara dua garis dari skala alat ukur geometris dapat berarti bagian dari meter atau
bagian dari derajat. Secara visual pembacaan dilakukan dengan pertolongan garis indeks atau
jarum penunjuk yang bergerak relatif terhadap skala. Posisi dari garis indeks atau jarum
penunjuk pada skala menyatakan suatu harga (hasil suatu pengukuran), lihat Gbr. 4.
Skala

garis indeks jarum penunjuk

Gbr. 4 Skala dengan garis indeks dan jarum penunjuk

 Skala Nonius (Vernier Scale)


Garis indeks tidak selalu tepat segaris dengan garis skala, akan tetapi kadang-kadang
garis indeks terletak antara dua garis skala sehingga timbul kesulitan dalam menentukan
harganya. Untuk kecermatan pembacaan, maka garis indeks sering digantikan dengan suatu
susunan garis yang disebut skala nonius. Skala nonius dikenal dua macam, yaitu skala nonius
satu dimensi dan skala nonius dua dimensi.
Gbr. 5 menjelaskan prinsip dari skala nonius satu dimensi. Skala alat ukur disebut skala
utama, sedangkan skala yang terletak dibawahnya disebut skala nonius.
Misalkan jarak antara dua garis skala utama adalah u. Sedangkan jarak antara dua garis skala
nonius adalah n. Maka setiap satu bagian skala utama akan lebih panjang sebesar k
dibandingkan satu bagian skala nonius. Penentuan posisi garis nol nonius relatif terhadap garis A
skala utama adalah dengan melihat garis nonius yang keberapa yang menjadi segaris dengan
salah satu garis skala utama.
Jarak k adalah menggambarkan kecermatan dari skala nonius. Semakin kecil k maka
kecermatannya semakin tinggi, artinya posisi garis nol nonius relatif terhadap suatu garis skala
utama menjadi jelas.

A u u u
Ket:
skala utama Garis nol nonius segaris dengan
garis A skala utama.
k 2k 3k
u = jarak satu bagian skala utama
n n skala nonius n = jarak satu bagian skala nonius
n
k=u-n
0

A Garis nol nonius bergeser sejauh k


dari garis A; garis pertama nonius
segaris dengan salah satu garis
skala utama.
0

A Garis nol nonius bergeser sejauh


2 k dari garis A; garis kedua
nonius segaris dengan salah satu
garis skala utama.
0

Gbr. 5 Prinsip skala nonius satu dimensi


Tabel 1 menunjukkan beberapa contoh kecermatan skala nonius yang digunakan pada beberapa
alat ukur.

Tabel 1 Skala nonius satu dimensi

Skala nonius
Kecermatan besar u pada besar n pada jumlah bagian panjang/besar
skala utama skala nonius keseluruhan
1 (0,10) mm
10 1 mm 0,9 mm 10 9 mm
1 (0,05) mm 1 mm 0,95 mm 20 19 mm
20 2 mm 1,95 mm 20 39 mm
1 (0,02) mm 1 mm 0,98 mm 50 49 mm
50 1 mm 0,98 mm 25 24,5 mm
o o
11 o 12 11
1
1 o (5’) 12
o
12 23 o 12 23
o
2 12
o o
1 o (1’) 59 o 30 29,5
1
60 60

Gambar 6 dan 7 menunjukkan contoh pembacaan skala Mistar Ingsut/Vernier Caliper (jangka
sorong) dan pengukur sudut dengan menggunakan Busur Bilah.

Berapa ketelitiannya? .....................

Hasil pembacaan: 12,7 mm Hasil pembacaan:10,4 mm

Gambar 6. Pembacaan Mistar Ingsut


32.20 39,40

4035’ 10o

42,25 2o20’

26,15 8020’

Gambar 7. Pembacaan Busur Bilah


 Skala mikrometer
Skala pada mikrometer dibuat pada kedua bagian dari mikrometer, yaitu: (1) pada silinder
tetap (disebut skala tetap), (2) pada slinder putar (disebut skala putar). Tepi dari silinder putar
berfungsi sebagai garis indeks untuk pembacaan skala tetap (pembacaan kasar), sedangkan garis
yang melintang sepanjang skala tetap berfungsi sebagai garis indeks untuk pembacaan skala
putar (pembacaan halus).
Untuk satu kali putaran, tepi dari silinder putar akan menggeser sejauh setengah skala
tetap. Oleh sebab itu, angka pada skala putar bermula dan berakhir pada angka 0 yang juga
berarti angka 50 (apabila pembagian skala adalah 50 buah). Dengan demikian, satu bagian dari
skala putar adalah sesuai dengan jarak 0,01 mm. Apabila tepi silinder putar telah melewati
setengah bagian dari skala utama, maka angka pada slinder putar harus diartikan sebagai
kelebihannya angka 50.
Gambar. 8 & 9 menunjukkan contoh pembacaan skala mikrometer dengan kecermatan 0,01 mm.

garis indeks skala putar


garis indeks pembacaan
pembacaan kasar
halus skala tetap

0 0 0 5 5 0
5 0 5

45 0 45

6,48 mm 6,53 mm 6,98 mm

Gbr. 8 Pembacaan skala mikrometer dengan kecermatan 0,01 mm

Skala utama
6 (skala utama)

skala nonius
10
10
10
8 0 8
4 7 6
5
2
4 6,487 mm
2
0 5 0
45 48
45
0 5
40

Gbr. 9 Pembacaan skala mikrometer dengan skala nonius

b. Penunjuk Berangka (digital)


Pada alat ukur dengan penunjuk berangka hasil pengukuran dapat langsung diketahui
melalui deretan angka yang ada pada alat ukur. Penunjuk berangka dapat digolongkan dua
macam, yaitu: (1) jenis mekanis dan (2) jenis elektris. Petunjuk digital mekanis terdiri dari
susunan beberapa silinder yang masing-masing diberi angka pada permukaannya mulai dari 0
sampai 9. Sedangkan penunjuk digital elektronis menggunakan komponen elektronis yang
disebut LED (Light Emitting Diode).

Anda mungkin juga menyukai