Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pengendalian kualitas adalah suatu sistem yang terdiri atas


pengujian, analisis dan tindakan yang harus diambil yang berguna untuk
mengendalikan mutu suatu produk sehinggga mencapai standar yang diinginkan.
Usaha pengendalian kualitas merupakan usaha preventif dan dilaksanakan
sebelum kesalahan kualitas produk atau jasa tersebut terjadi, melainkan
mengarahkan agar kesalahan kualitas tersebut tidak terjadi didalam perusahaan
yang bersangkutan. Persoalan pengendalian kualitas adalah bagaimana menjaga
dan mengarahkan agar produk dan jasa dari perusahaan yang bersangkutan
tersebut dapat memenuhi kualitas sebagaimana yang telah direncanakan. Jadi
peranan pengendalian kualitas produk sangat penting dan berguna bagi
perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu metrologi?

2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian kualitas?

3. Apa tujuan melakukan pengendalian kualitas pada suatu produk?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud metrologi.

2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pengendalian kualitas.

3. Untuk maengetahui cara pengendalian kualitas pada sebuah produk.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metrologi

Metrologi (ilmu pengukuran) adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara-


cara pengukuran, kalibrasi dan akurasi di bidang industri, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Metrologi mencakup tiga hal utama:

1. Penetapan definisi satuan-satuan ukuran yang diterima secara internasional


(misalnya meter)
2. Perwujudan satuan-satuan ukuran berdasarkan metode ilmiah (misalnya
perwujudan nilai meter menggunakan sinar laser)
3. Penetapan rantai ketertelusuran dengan menentukan dan merekam nilai
dan akurasi suatu pengukuran dan menyebarluaskan pengetahuan itu
(misalnya hubungan antara nilai ukur suatu mikrometer ulir di bengkel dan
standar panjang di laboratorium standar)

Metrologi dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama dengan tingkat kerumitan


dan akurasi yang berbeda-beda:

1. Metrologi Ilmiah: berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan


standar-standar pengukuran dan pemeliharaannya.
2. Metrologi Industri: bertujuan untuk memastikan bahwa sistem pengukuran
dan alat-alat ukur di industri berfungsi dengan akurasi yang memadai, baik
dalam proses persiapan, produksi, maupun pengujiannya.
3. Metrologi Legal: berkaitan dengan pengukuran yang berdampak pada
transaksi ekonomi, kesehatan, dan keselamatan.

2.1.1 Alat Ukur dan Pengukuran

Secara umum dikatakan bahwa pengukuran adalah membandingkan


sesuatu dengan besaran standar. Agar dapat digunakan, maka besaran standar
tersebut harus dapat didefinisikan secara fisik, tidak berubah karena waktu, dan
harus dapat digunakan sebagai alat pembanding di mana saja, besaran standar
tentunya memerlukan satuan-satuan dasar. Sistem metrik digunakan oleh hampir
seluruh negara-negara industri dimana satuan dasarnya banyak mengikuti
international system of units atau SI Units yang di dalamya dikenalkan bermacam-
macam satuan dasar. Untuk dapat melakukan pengukuran dengan bantuan satuan
dasar tersebut diperlukan alat ukur.

2.1.2 Konstruksi Umum dan Alat Ukur

Kita telah mengenal apa yang disebut dengan mistar atau penggaris, mistar
ini ada yang terbuat dari kayu, ada yang dari pastik, dan yang paling baik terbuat
dari besi stainless. Pada salah satu penampang lebar dari mistar tersebut biasanya
dicantumkan angka-angka yang menunjukkan skala dari mistar. Dengan mistar ini
kita dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang besarnya dapat dibaca
langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar. Dengan mistar ini kita
dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang besarnya dapat dibaca langsung
dari penunjukan skala yang ada pada mistar. Dengan demikian mistar yang
digunakan untuk mengukur panjang tersebut dapat dinamakan sebagai alat ukur.
Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa mistar merupakan alat ukur yang paling
sederhana bila ditinjau adanya satuan dasar.

Geometri benda ukur biasanya begitu komplek sehingga dalam


pengukuran diperlukan kombinasi cara dan bentuk pengukuran yang bermacam-
macam. Dengan demikian diperlukan juga bermacam-macam alat ukur yang
memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik dari alat-alat ukur inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan antara alat ukur yang satu dengan alat ukur
lainnya. Karakteristik ini biasanya menyangkut pada konstruksi dan cara kerjanya.
Secara garis besar, sebuah alat ukur mempunyai tiga komponen utama yaitu
sensor, pengubah dan pencatat/penunjuk.

Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua,
yaitu alat ukur analog dan digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog
dan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai
kontinu, misalnya penunjukkan temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk
jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik. Alat ukur digital
memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan
atau arus dari meter digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit tertentu
yang ditunjukkan pada panel display-nya.

1. Sensor atau Peraba

Sensor merupakan bagian dari alat ukur yang menghubungkan alat ukur
dengan benda atau objek ukur. Atau dengan kata lain sensor merupakan peraba
dari alat ukur. Sebagai peraba dari alat ukur, maka sensor ini akan kontak
langsung dengan benda ukur. Contoh dari sensor ini antara lain yaitu: kedua ujung
dari mikrometer, kedua lengan jangka sorong, ujung dari jam ukur, jarum dari alat
ukur kekasaran. Contoh-contoh sensor ini termasuk dalam kategori sensor
mekanis. Pada alat-alat ukur optik juga memiliki sensor yaitu pada sistem
lensanya. Ada juga sensor lain yaitu sensor pneumatis yang banyak terdapat
dalam alat-alat ukur yang prinsip kerjanya secara pneumatis.

2. Pengubah

Ada satu bagian dari alat ukur yang sangat penting yang berfungsi sebagai
penerus, pengubah atau pengolah semua isyarat yang diterima oleh sensor, yaitu
yang disebut dengan pengubah. Dengan adanya pengubah inilah semua isyarat
dari sensor diteruskan ke bagian lain yaitu penunjuk/pencatat yang terlebih dahulu
diubah datanya oleh bagian pengubah. Dengan demikian pengubah ini
mempunyai fungsi untuk memperjelas dan memperbesar perbedaan yang kecil
dari dimensi benda ukur. Pada bagian pengubah inilah yang diterapkan
bermacam-macam cara kerja, mulai dari cara kinematis, optis, pneumatis, sampai
pada cara gabungan.
3. Penunjuk atau Pencatat

Hampir semua alat ukur mempunyai bagian yang disebut dengan penunjuk
atau pencatat kecuali beberapa alat ukur batas atau standar. Dari bagian penunjuk
inilah dapat dibaca atau diketahui besarnya harga hasil pengukuran. Secara umum,
penunjuk/pencatat ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

Penunjuk yang Mempunyai Skala

Susunan garis-garis yang dibuat secara teratur dengan jarak garis yang
tetap serta tiap garis mempunyai arti tertentu biasanya disebut dengan skala. Pada
alat ukur panjang satu meter misalnya, jarak antara dua garis atau jarak antara
garis-garis menunjukkan bagian-bagian dari satu meter. Demikian juga untuk alat-
alat ukur yang lain misalnya derajat untuk sudut. Dalam pembacaan skala
biasanya dibantu dengan garis indeks atau jarum penunjuk yang bergeser secara
relatif terhadap skala. Dengan memerhatikan posisi dari garis indeks dan jarum
penunjuk maka diketahui berapa besar dimensi dari objek yang diukur.

Kadang-kadang untuk skala-skala ukur tertentu tidak bisa dibaca langsung


ukurannya karena masih harus dikalikan dengan bilangan tertentu sesuai dengan
ketelitian alat ukurnya. Kadang-kadang posisi garis indeks tidak selalu tepat
dengan garis skala ukur sehingga hal ini sering menimbulkan perkiraan dalam
pembacaannya. Untuk mengurangi sistem perkiraan dalam membaca skala maka
dibuat skala nonius sebagai pengganti garis indeks. Ada dua macam skala nonius
yaitu skala nonius satu dimensi dan skala nonius dua dimensi.

Penunjuk berangka (sistem digital)

Untuk penunjuk berangka tidak terlalu sulit menggunakannya karena hasil


pengukuran dapat langsung dibaca pada penunjuknya yang secara otomatis
menunjukkan besarnya dimensi objek ukur. Penunjuk berangka ini ada yang
bekerjanya secara mekanis dan ada pula yang secara elektronik. Penunjuk
berangka secara mekanis misalnya pada jangka sorong dan mikrometer yang
memang dilengkapi dengan penunjuk berangka. Sedang penunjuk berangka secara
elektrik banyak dijumpai pada alat-alat ukur yang mempunyai pengubah elektris.
Sekarang banyak mesin-mesin produksi yang bekerjanya dengan sistem komputer
sehingga semua dimensi ukuran dari benda kerja dapat dimonitor secara langsung.
Penunjuk berangka sering juga disebut dengan penunjuk digital.

Pencatat merupakan penunjuk juga, akan tetapi hasil pengukurannya


digambarkan dalam bentuk grafik pada kertas yang berskala. Untuk pengukuran
kekasaran permukaan ataupun kebulatan suatu poros banyak digunakan pencatat.
Sebagian besar pencatat ini bekerja secara elektris.

2.2 Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk


mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau
persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada
perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Tujuan dari
pengendalian kualitas adalah mengendalikan kualitas produk atau jasa yang dapat
memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas merupakan suatu alat yang dapat
digunakan mengurangi biaya, menurunkan cacat dan meningkatkan kualitas pada
proses manufakturing. Pengendalian kualitas memerlukan pengertian dan perlu
dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi, bagian produksi sampai
pendistribusian produk ke konsumen. Pengertian kualitas itu sendiri, yaitu dapat
diartikan sebagai derajat atau tingkatan di mana produk atau jasa tersebut mampu
memuaskan keinginan dari konsumen.

Pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan untuk memastikan


apakah kebijakan dalam hal mutu atau ukuran seberapa dekat sebuah barang atau
jasa memiliki kesesuaian dengan standar-standar yang dicantumkan yang dapat
tercermin dalam hasil akhir atau pengendalian kualitas dapat dikatakan juga
sebagai usaha untuk mempertahankan mutu dan kualitas dari barang yang
dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan
berdasarkan kebijakan-kebijakan perusahaan. Aktivitas pengendalian kualitas
pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini:

1) Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.


2) Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang
berlaku.
3) Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan
yang cukup signifikan, dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk
mengoreksinya.

Suatu perusahaan bila dengan efektif menggunakan kualitas sebagai


strategi bisnisnya akan mendapatkan kenaikan keuntungan dari strategi tersebut.
Konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari perusahaan
tertentu yang lebih berkualitas daripada saingan-saingannya sehingga kualitas
menjadi faktor dasar keputusan konsumen untuk mendapatkan suatu produk.
Alasan-alasan mendasar pentingnya kualitas sebagai strategi bisnis adalah sebagai
berikut:

1. Meningkatnya kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen


yang kuat akan penampilan kualitas.
2. Kemampuan produk.
3. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku.
4. Persaingan yang semakin intensif.
5. Kemajuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program
keteknikan kualitas yang efektif.

Pengendalian kualitas memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan


dari pengendalian kualitas adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian kualitas terhadap suatu bahan atau produk sehingga bahan


atau produk tersedia memenuhi spesifikasi.
2. Agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
3. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan rencana melalui
instruksi-instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
4. Mengetahui apakah kelemahan dan kesulitan serta menjaga jangan sampai
terjadi kesalahn lagi.
5. Mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan dengan efisien dan apakah
mungkin dapat diadakan perbaikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metrologi (ilmu pengukuran) adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara-


cara pengukuran, kalibrasi dan akurasi di bidang industri, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan ilmu pengukuran ini kita dapat mengendalikan kulaitas suatu
produk agar mutunya sesuai dengan standart dengan cara membandingkannya
dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang
standar. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah mengendalikan kualitas produk
atau jasa yang dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas merupakan
suatu alat yang dapat digunakan mengurangi biaya, menurunkan cacat dan
meningkatkan kualitas pada proses manufacturing.
TUGAS MAKALAH
Metrologi dan Peningkatan Kualitas Produk

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metrologi

DISUSUN OLEH :
MOHAMMAD SHOLEHUDIN
131910101073

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Metrologi dan Peningkatan Kualitas Produk tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Pak Ir. Dwi Djumharianto, M.T. selaku dosen Metrologi atas
bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jember, 12 Oktober 2017

Penulis

Anda mungkin juga menyukai