Oleh :
Ardhi Abdurohman Ansori / NIM : 2113151085
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2018
ANALISIS KINERJA GIGI LURUS TRANSMISI OTOMATIS
PADA TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR MATIC HONDA
BEAT FI 110cc TAHUN 2013
Diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program S-1
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unjani
Oleh :
Ardhi Abdurohman Ansori / NIM : 2113151085
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2018
Persetujuan Dan Pengesahan
Laporan Desain Elemen Mesin
Laporan yang berjudul : Analisis Kinerja Roda Gigi Lurus Pada Transmmisi Otomatis Sepeda
Motor Matisc Honda Beat Fi 110cc Tahun 2013
Disusun oleh : Ardhi Abdurohman Ansori
Jurusan : Teknik Mesin
Menyetujui
iii
Fakultas Teknik Unjani
Lembar Pernyatan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan
Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani :
Nama : Ardhi Abdurohman Ansori
NIM : 2113151085
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada pihak akademis Universitas
Jendral Achmad Yani, dengan karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisis Kinerja Roda Gigi Lurus Pada Transmmisi Otomatis Sepeda Motor Matic Honda Beat Fi
110cc Tahun 2013
Dengan demikian saya memberikan kepada pihak akademis Universitas Jenderal Acmad Yani hak
untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dibuat di Bandung
Pada tanggal : 09 Mei 2018
Yang menyatakan
iv
Fakultas Teknik Unjani
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga laporan praktikum Desain Elemen Mesin yang berjudul “Analisis Kinerja Roda Gigi
Lurus Pada Transmmisi Otomatis Sepeda Motor Matisc Honda Beat Fi 110cc Tahun 2013” ini
dapat saya selesaikan. Laporan ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi syarat kelulusan
praktikum Desain Elemen Mesin.
Didalam pengerjaan laporan ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dalam
banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan materi dalam penyusunan
laporan ini.
2. Ibu A.Grace Passireron, ST., M.PMat. selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
laporan ini.
3. Bapak War’an Rosihan, ST., MT. selaku koordinator praktikum matakuliah Desain
Elemen Mesin 3
4. Teman-teman penulis yang telah memberi motivasi dan dukungan dalam penyusunan
laporan ini.
Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan laporan ini
penulis sangat hargai.
Bandung
09 Mei 2018
Penyusun
Ardhi Abdurohman Ansori
v
Fakultas Teknik Unjani
ABSTRAK
Analisis Kinerja Roda Gigi Lurus Pada Transmmisi Otomatis Sepeda Motor
Matisc Honda Beat Fi 110cc Tahun 2013
Oleh :
Ardhi Abdurohman Ansori
Mahasiswa Teknik FT-unjani
Abstrak. Roda gigi adalah salah satu jenis elemen transmisi yang penting untuk suatu
pemindah gerak, daya, atau tenaga pada suatu sistem transmisi atar penggerak dengan yang
digerakan. Suatu kontruksi roda gigi digunakan pula untuk suatu sistem pengatur pada pemindah
putaran atau untuk mengubah gerak lurus menjadi gerak putar ataupun sebaliknya. Material roda
gigi yang di pakai pada analisa yaitu SC35C baja karbon untuk kontruksi mesin dengan kekuatan
tarik sebesar 52 kg/mm2. Selain itu di dapatkan pula gaya tangensial yang di pindahkan sebesar
14.6307955 kg
Kata kunci : roda gigi, transmisi, elemen mesin.
Abstract. The gearshift is one type of transmission element that is essential for a movement
of motion, power, or power in a transmission system with a movable propeller. A gear construction
is also used for a regulator system on a rotary shift or to convert a straight motion into a rotary
motion or vice versa. The gear material used in the analysis is SC35C carbon steel for machine
construction with tensile strength of 52 kg / mm2. In addition, also obtained tangential force on the
move for 14.6307955 kg
Keywords: gears, transmission, engine elements.
vi
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR ISI
vii
Fakultas Teknik Unjani
3.2. Penjelasan Diagram Alir Proses Penelitian .......................................... 28
3.2.1. Studi Pendahuluan ................................................................... 28
3.2.2. Tinjauan Pustaka...................................................................... 29
3.2.3. Pengumpulan Data Dan Pengolahan ....................................... 29
3.2.3.1. Diagram Alir Perencanaan Roda Gigi Lurus .............. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 31
4.1. Sketsa Sistem Transmisi ...................................................................... 31
4.2. Hasil Pengumpulan Data ...................................................................... 32
4.3. Analisa Roda Gigi Lurus...................................................................... 34
4.4. Analisa Poros ....................................................................................... 38
4.4.1. Analisa Poros B ....................................................................... 39
4.4.2. Analisa Poros C ....................................................................... 42
4.5. Pembahasan .......................................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 48
5.1. Kesimpulan Analisa ............................................................................. 48
DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 50
LAMPIRAN ........................................................................................................ 51
viii
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR GAMBAR
ix
Fakultas Teknik Unjani
Gambar 4.8. Poros Hasil Analisis ............................................................... 41
Gambar 4.9. Beban Pada Poros C ............................................................... 42
Gambar 4.10. Potongan a-a Poros C ........................................................... 43
Gambar 4.11. Potongan b-b Poros C ........................................................... 43
Gambar 4.12. Potongan c-c Poros C ........................................................... 44
Gambar 4.13. Kondisi puli pada putaran tinggi .......................................... 47
x
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR TABEL
xi
Fakultas Teknik Unjani
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Tujuan
Dengan melakukan penelitian dari permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak di capai
adalah :
1. Mengetahui prinsip kerja gearbox pada transmisi otomatis.
2. Mengetahui perpindahan daya pada transmisi otomatis.
3. Mengetahui perhitungan ulang pada gearbox transmisi atomatis.
4. Mengetahui bagaimana metode analisa yang digunakan dalam merancang roda gigi
lurus.
5. Dapat menghasilkan sebuah pembaruan system transmisi gearbox .
2
Fakultas Teknik Unjani
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Fakultas Teknik Unjani
Gambar 2.2.Transmisi Otomatis
Kontruksi dasar sistem CVT yang berbbasis pully pariable yang bekerja secara mekanis
terdiri dari beberapa komponen yaitu:
a. Pulley Primer (Primery Sheave)
b. Sabuk (V-Belt)
c. Pulley Sekunder (Secondary Sheave)
d. Gear Reduksi
5
Fakultas Teknik Unjani
Tenaga dari kerja mesin diteruskan oleh Pulley Primer > Sabuk > Pulley Sekunder > Unit
Kopling Sentrifugal > Gear Reduksi > Roda Belakang
a. Fixed Sheave
Berfungsi sebagai penahan V-Belt. Komponen ini tidak bergerak, berbentuk
piringan biasanya pada bagian sisinya menyerupai kipas berfungsi sebagai
pendingin.
b. Collar
Berfungsi sebagai dudukan Fixed Sheave, Sliding Sheave, dan Cam.
c. Sliding Sheave
Berfungsi menekan V-Belt dalam putaran tinggi.
d. Cam
Berfungsi sebagai dudukan slider
e. Roller
Berfungsi sebagai penekan sliding sheave, cara kerjanya sesuai putaran mesin.
Apabila mesin pada putaran tinggi, roller ini menekan sliding sheave dan begitu
pula sebaliknya.
f. Slider
Berfungsi sebagai pendorong roller, yang roller sendiri mendorong Slider
Sheave. Slider ini bergerak saat mesin pada putaran tinggi
6
Fakultas Teknik Unjani
2. Sabuk (V-Belt)
V-Belt berfungsi sebagai penghubung antara sliding sheave dan secondary sheave. Yaitu
meneruskan putaran mesin dari sliding sheave, biasanya V-Belt ini memiliki gerigi yang
dirancang agar V-Belt tidak terlalu panas akibat gesekan terus menerus.
7
Fakultas Teknik Unjani
d. Torque Cam
Berfungsi membantu menekan otomatis Sliding Sheave pada saat motor
memerlukan akselerasi.
e. Rumah Kopling (Clutch Housing)
Berfungsi meneruskan putaran V-Belt ke poros roda.
f. Sepatu Kopling
Berfungsi sebagai penghubung putaran ke poros roda belakang, sistem kerjanya
tipe sentrifugal yaitu bekerja sesuai dengan tinggi rendahnya putaran mesin.
4. Gear Reduksi
Fungsinya sendiri sebagai penyeimbang putaran mesin dengan roda. Selain itu juga sebagai
pendongkrak tenaga, biasanya ada oli khusus untuk melumasi gear untuk mengurangi panas,
dan merusak gear akibat gesekan terus menerus.
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros. Di
samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi. Ada
pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.Dalam teori, roda gigi pada umumnya
dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka
waktu lama.
10
Fakultas Teknik Unjani
Gambar 2.11.Roda Gigi Dalam
12
Fakultas Teknik Unjani
b. Roda Gigi Cacing Silindris
Roda gigi cacing silindris dapat meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi
yang besar namun berisik pada putaran tinggi.
13
Fakultas Teknik Unjani
2.2.2. Bagian-Bagian Roda Gigi
Keterangan gambar :
1. Lingkaran jarak bagi (Pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat memberikan
gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.
2. Tinggi Kepala (Addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
puncak kepala.
3. Tinggi kaki (Dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke dasar
kaki.
4. Lingkaran kepala (Addendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
puncak kepala dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
5. Lingkaran kaki (Dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui dasar
kaki dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
6. Lebar gigi (Tooth space) yaitu sela antara dua gigi yang saling berdekatan.
7. Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang berdekatan.
8. Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak bagi.
9. Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak bagi.
10. Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.
14
Fakultas Teknik Unjani
Ukuran gigi dinyatakan dengan “ Jarak Bagi Lingkar “, jarak sepanjang lingkaran jarak bagi antara
profil dua gigi yang berdekatan.Jika jarak lingkaran bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi
z, maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai berikut :
𝜋𝜋. 𝑑𝑑
𝑡𝑡 =
𝑧𝑧
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan jumlah gigi.
Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi lingkar tersebut. Namun, karena
jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor Π, pemakaianya sebagai ukuran gigi kurang praktis. Untuk
mengatasi hal ini, diambil ukuran yang di sebut “modul“ dengan lambang m, di mana :
𝑑𝑑
𝑚𝑚 =
𝑧𝑧
Dimana :
Z = Jumlah gigi pada roda gigi (buah)
D = Diameter bagi jarak (mm)
m = Modul Gigi (mm)
Harga modul diambil dari tabel harga modul standar JIS B1701-1973 (Buku
Sularso,1983,hal 216)
15
Fakultas Teknik Unjani
c. Diameter Lingkaran Kepala
𝐷𝐷𝐷𝐷 = 𝑍𝑍 × 2 × 𝑚𝑚 ............................................................... (2.3)
Dimana :
Dk = Diameter Lingkaran Kepala (mm)
Z = Jumlah Gigi (buah)
m = Modul Gigi (mm)
d. Kecepatan Keliling
𝜋𝜋×𝑑𝑑×𝑛𝑛
𝑉𝑉 = ......................................................................... (2.4)
60×100
Dimana :
V = Kecepatan Keliling (m/s)
d = Diameter jarak bagi tiap roda gigi (mm)
n = Putaran Poros (rpm)
e. Gaya Tangensial
102×𝑃𝑃𝑃𝑃
𝐹𝐹𝐹𝐹 = ...................................................................... (2.5)
𝑉𝑉
Dimana :
Ft = Gaya tangensial (Kg)
102 = Faktor Koreksi
Pd = Daya Rencana (kW)
V = Kecepata Keliling (m/s)
Setelah itu kita dapat melakukan perhitungan beban lentur, dalam perhitungan beban lentur ini
perlu diketahui faktor bentuk gigi (Y) yang diperoleh dari tabel faktor bentuk gigi ( Sularso,
1983 ) yang merupakan harga untuk profil gigi standar dengan sudut 20o.
16
Fakultas Teknik Unjani
Tabel 2.1.Bahan Kontruksi Roda Gigi
Tegangan
FC 20 20 160 – 180 9
FC 25 25 180 – 240 11
FC 30 30 190 – 240 13
SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
Mesin
S 45 C 58 167 – 229 30
S 15 K 50 400 30
dgn minyak)
pengerasan
600
SNC 21 80 34 – 40
17
Fakultas Teknik Unjani
f. Beban Lentur
Sedangkan harga faktor dinamis diambil dari tabel faktor dinamis ( Sularso, 1983 ), di mana harganya
ditentukan berdasarkan tingkat kecepatan pada tiap roda gigi, di mana untuk kecepatan rendah dapat
menggunakan rumus
( Pers. 2 . 18 ) di bawah ini :
g. Lebar Gigi
𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑏𝑏 = .................................................................... (2.7)
𝐹𝐹𝐹𝐹
Dimana :
b = Lebar Gigi (mm)
Ft = Gaya Tangensial (kg)
Fb = Beban Lentur (kg/mm)
18
Fakultas Teknik Unjani
2.3. Pengertian Poros Dan Jenisnya
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti
itu dipegang oleh poros.
Poros meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebananya sebagai berikut :
1. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat bebean punter murni atau puntir dan lentur. Daya di
transmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk, atau sprocket rantai,
dll.
2. Spindel
Poros transmisi yang relative pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros jenis
ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukuranya harus teliti.
3. Gandar
Poros seperti yang dipasang pada roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat
beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar.
19
Fakultas Teknik Unjani
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propelar dan pompa bila terjadi
kontak dengan fluida korosif. Demikian juga dengan poros-poros yang terancam kavitasi,
dan poros-poros pada mesin yang berhenti lama.
5. Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang ditarik dingin dan difinis,
baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-“kill”
(baja yang dioksidasi dengan ferrosilicon dan dicor:kadar karbon terjamin)
Tabel 2.3. Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Lambang Perlakuan Diameter Kekuatan Kekerasan
Panas (mm) Tarik
HRC (HRB) HB
(kg/mm2)
S35C-D Dilunakkan 20 atau 58 – 79 (84) – 23 -
kurang 53 – 69 (73) – 17 144 – 216
21 – 80
Tanpa 20 atau 63 – 82 (87) – 25 -
Dilunakkan kurang 58 – 72 (84) – 19 160 – 225
21 – 80
20
Fakultas Teknik Unjani
2.3.2. Perancangan Poros Dengan Baban Puntir
Berikut akan dibahas rencana sebuah poros yang mendapatkan pembebanan utama berupa
torsi. Pertama kali ambilah suatu kasus dimana daya P (kW) harus ditransmisikan dan putaran
poros n1 (rpm) diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya tersebut. Jika
P adalah daya rata-rata yang dibutuhkan maka dibagi dengan efisiensi mekanis dari system
transmisi untuk mendapatkan daya penggerak mula yang dibutuhkan. Daya yang besar mungkin
diperlukan pada saat start, dengan demikian seringkali diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang
diperlukan dengan menggunakan factor koreksi pada perencanaan (fc).
Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0,735 untuk
mendapatkan daya dalam kW. Jika momen puntir (disebut juga momen rencana) adalah T (kg.mm)
maka
(𝑇𝑇/1000)(2.𝜋𝜋.𝑛𝑛/60)
𝑃𝑃𝑃𝑃 = ............................................................ (2.9)
102
Sehingga
𝑇𝑇 = 9,74 × 105 .................................................................... (2.10)
Dimana :
T = Momen rencana (kg.mm)
n1 = Putaran poros (rpm)
21
Fakultas Teknik Unjani
Dalam pemilihan bahan perlu diketahui tegangan izinnya, yang dapat dihitung dengan
rumus:
𝜎𝜎𝑏𝑏
𝜏𝜏𝑎𝑎 = 𝑆𝑆 ......................................................................... (2.11)
𝑓𝑓1 ×𝑆𝑆𝑓𝑓2
Dimana :
τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 = faktor keamanan yang tergantung pada jenis bahan, dimana untuk bahan S
besarnya : 6,0.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, dimana harganya berkisar
antara 1,3 – 3,0.
Perencanaan untuk diameter poros dapat diperoleh dari rumus :
1
5,1 3
𝑑𝑑𝑝𝑝 = � . 𝐾𝐾𝑡𝑡 . 𝐶𝐶𝑏𝑏 . 𝑇𝑇� ............................................................ (1.12)
𝜏𝜏𝑎𝑎
Dimana :
dp = diameter poros (mm)
τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar 1,5 – 3,0
Cb = faktor koreksi untuk terjadinya kemungkinan terjadinya beban lentur, harganya
berkisar 1,2 - 1,3
T = momen puntir yang ditransmisikan (kg.mm)
Hasil diameter poros yang dirancang harus diuji kekuatannya. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi akibat tegangan puntir yang dialami poros. Jika
tegangan geser lebih besar dari tegangan geser izin dari bahan tersebut, maka perancangan akan
dikatakan gagal.
Besar tegangan geser yang timbul pada poros adalah :
16.𝑇𝑇
𝜏𝜏𝑝𝑝 = . ............................................................................. (2.13)
𝜋𝜋.𝑑𝑑3
Dimana :
τp = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)
T = momen puntir yang ditransmisikan (kg.mm)
dp = diameter poros (mm)
22
Fakultas Teknik Unjani
Gaya tangensial poros dapat dihitung dari)
𝑀𝑀𝑝𝑝
𝐹𝐹 = �𝑑𝑑 � ........................................................................ (2.14)
𝑝𝑝 /𝑆𝑆𝑓𝑓2
Dimana :
F = Gaya tangensial (kg)
T = Mp = Momen puntir (kg.mm)
dp = Diameter poros (mm)
Sf2 = Faktor keamanan yang tergantung pada bentuk poros dimana berkisa antara 1,3-
3,0.
2.3.3. Perancangan Poros Dengan Baban Puntir Dan Lentur
Poros pada umumnya meneruskan daya melalui sabuk, roda gigi dan rantai. Dengan
demikian poros tersebut mendapat puntir dan lentur sehingga pada permukaan poros akan terjadi
tegangan geser τ ( = T/Zp ), karena momen puntir T atau Mp dan tegangan σ (M/Z) karena momen
lentur.
sehingga
24
Fakultas Teknik Unjani
2.4.1. Perencanaan Pasak
Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat dimana terdapat bentuk
prismatic dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala. Pada pasak umumnya dipilih bahan
dengan kekuatan tarik yang lebih kecil disbanding kekuatan tarik bahan poros akan pasak
menjadi lebih lemah disbanding poros.
Gaya tangensial pada permukaan poros
𝐹𝐹 = 𝑇𝑇/(𝑑𝑑𝑠𝑠 /2) ...................................................................... (2.18)
Dimana :
F = Gaya tangensial (kg)
ds = Diameter poros (mm)
T = momen puntir (kg.mm)
25
Fakultas Teknik Unjani
𝑃𝑃 = 𝑓𝑓/𝑙𝑙 × (𝑡𝑡1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑡𝑡2) ...................................................... (2.22)
Dimana:
t1 = kedalaman alur pasak pada poros
t2 = kedalaman alur pasak pada naf
26
Fakultas Teknik Unjani
BAB III
METODOLOGI ANALISA
Studi Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan &
Pengolahan Data
Analisis Dan
Hasil
Kesimpulan
Selesai
27
Fakultas Teknik Unjani
3.2. Penjelasan Diagram Alir Proses Penelitian
Penjelasan skema penelitian berisikan penjelasan dari langkah-langkah apa saja yang
sebelumya telah dibuat dalam skema penelitian seperti studi pendahuluan, tinjauan pustaka,
pemngumpulan dan pengolahan data, kriteria rancangan yang diinginkan, mendokumentasikan
hasil rancangan, dan menyimpulkan penelitian. Adapun penjelasan untuk masing-masing pointnya
adalah sebagai berikut :
28
Fakultas Teknik Unjani
3. Menentukan Tujuan
Menentukan tujuan adalah sebuah proses menentukan harapan atau keinginan yang
ingin dicapai oleh peneliti atas dasar suatu permasalahan yang me-latarbelakangi penelitian.
Tujuan dibuat dalam bentuk point.
4. Batasan Masalah
Dikarenakan begitu kompleksnya permasalahan yang mungkin terjadi dalam hal ini
terkait dengan kinerja sepeda motor Honda Beat FI ketika digunakan pada kondisi tertentut.
Maka ruang lingkup penelitian hanya pada bagaimana cara merancang ulang system
transmisi akhir (gearbox) pada Sepeda Motor Honda Beat FI dengan spesifikasi standard
pabrikan.
5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan Praktikum Disain Elemen Mesin 3 dimulai dari bab 1
yaitu pendahuluan bab 2 tinjauan pustaka, bab 3 metode penelitian, bab 4 pengolahan data
dan bab 5 kesimpulan.
3.2.2. Tinjauan Pustaka
Tahapan ini merupakan proses mempelajari atau memahami secara teoritis terhadap materi
penelitian. Materi yang utama pada tahap ini adalah memahami bagaimana cara merancang poros,
pasak, roda gigi, dan bantalan .
3.2.3. Pengumpulan Data Dan Pengolahan Data
a. Pengumpulan Data
Tahapan ini merupakan proses mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian.
Secara umum caranya terbagi menjadi observasi, study literature dan wawancara untuk menunjang
hasil analisa. Adapun data spesifikasi kendaraan yang yang dibutuhkan misalnya sebagai berikut :
Tabel 3.1.Contoh Pengumpulan Data
Berat Kosong,W …………kg
Ukuran Velg ………….in
Kapasitas Mesin ……….CC
Torsi mak,T ……. Nm / …….. Rpm
Daya mak,P ……. Kw / ……... Rpm
29
Fakultas Teknik Unjani
b. Pengolahan Data
Tahapan ini merupakan tahapan memasukan data pada suatu tahapan perancangan (diagram
alir) elemen-elemen mesin penyusun system gearbox Sepeda Motor Honda Beat FI seperti
perancangan roda gigi lurus, poros, pasak dan bantalan. Penulis akan paparkan diagram alirnya
sebagi berikut :
3.2.3.1.Diagram Alir Perencanaan Roda Gigi Lurus
Mulai b a
bahan masing-masing
Daya yang ditransmisikan P gigi,perlakuan panas
(kW)
Kekuatan tarik s B1,s B2 (kg/mm²)
Putaran poros n 1(rpm)
Kekerasan permukaan H b1, H b2
Perbandingan reduksi, i
Jarak sumbu poros a (mm)
Tegangan lentur izin s a1,s a2
(kg/mm²)
Faktor koreksi, fc Faktor tegangan kontak k H (kg/mm²)
Stop
b a
Selesai
31
Fakultas Teknik Unjani
4.2. Hasil Pengumpulan Data
Dari hasil observasi di lapangan didapatkan data-data dari objek penelitian yaitu Sepeda
Motor Honda Beat PGM FI adalah sebagai berikut :
Berat Kosong 90 kg
Velg 14’’
Ban Depan : 80/90 40 P SRI
Belakang : 90/90 46 P SRI
32
Fakultas Teknik Unjani
Gambar 4.2. DBB Proses transmisi daya sistem gearbox
Diketahui bahwa putaran poros a yaitu 18000 rpm dan daya yang akan di
transmisikan adalah 6.131 kW. Maka putaran poros b :
𝑍𝑍2
𝑛𝑛𝑏𝑏 = 𝑛𝑛𝑎𝑎 × ( )
𝑍𝑍3
12
𝑛𝑛𝑏𝑏 = 18000 × ( )
18
𝑛𝑛𝑏𝑏 = 12000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
33
Fakultas Teknik Unjani
4.3. Analisa Roda Gigi Lurus
Perancangan roda gigi lurus akan di fokuskan pada perancangan roda giig lulus 4 dan 5.
Diketahui dari gambar 4.2. Proses transmisi daya sistem gearbox bahwa rasio roda gigi 4 terhadap
gigi 5 adalah 5/45 atau ± 1.2 . Dengan demikian parameter yang akan di gunakan untuk perhitungan
adalah sebagai berikut :
• Daya yang di transmisikan (P) = 6.131 kW
• Putaran poros b (nb) = 12000 rpm
• Jarak antar poros (a) = ± 100 mm
a. Daya Rencana
Misalkan daya yang di transmisikan (P) sudah termasuk kelebihan daya , maka dapat di
ambil faktor koreksi fc = 1 . Sehingga daya rencananya adalah
𝑃𝑃𝑑𝑑 = 𝑃𝑃. 𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑃𝑃𝑑𝑑 = 6.131 × 1
𝑃𝑃𝑑𝑑 = 6.131 𝑘𝑘𝑘𝑘
b. Diameter Sementara Jarak Bagi
𝑑𝑑1 ′ = 2. 𝑎𝑎/(1 + 𝑖𝑖)
𝑑𝑑1 ′ = 2.100 / 1 + 2
𝑑𝑑1 ′ = 66.66666667 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑑𝑑2 ′ = 2. 𝑎𝑎. 𝑖𝑖/(1 + 𝑖𝑖)
𝑑𝑑2 ′ = 2.100.2 / 1 + 2
𝑑𝑑2 ′ = 133.3333333 𝑚𝑚𝑚𝑚
c. Jumlah gigi dan perbandingan gigi akhir
Sementara modul padat (m) dipilih 4 dan sudut kemiringan 20º sehingga jumlah gigi (Z)
dan perbandingan gigi akhir (i) adalah
𝑍𝑍1 = 𝑑𝑑1 ′/𝑚𝑚
𝑍𝑍1 = 66.66666667 / 4
𝑍𝑍1 = 16.66666667 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≈ 17 mm
𝑍𝑍2 = 𝑑𝑑2 ′/𝑚𝑚
𝑍𝑍2 = 133.3333333 / 4
𝑍𝑍1 = 33.33333333 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≈ 34 mm
34
Fakultas Teknik Unjani
34
𝑖𝑖 = =2
17
d. Diameter Lingkaran Jarak Bagi Dan Jarak Sumbu Akhir
• Diameter lingkaran jarak bagi
𝑑𝑑01 = 𝑍𝑍1 . 𝑚𝑚
𝑑𝑑01 = 17.4
𝑑𝑑01 = 68 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑑𝑑02 = 𝑍𝑍2 . 𝑚𝑚
𝑑𝑑02 = 34.4 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Jarak Sumbu Akhir
(68 + 136)
𝑎𝑎0 = = 102 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
e. Diameter Kepala Dan Diameter Puncak
Faktor kelonggaran sisi (Co) sementara dipilih 0 dan factor kelonggaran puncak (Ck) untuk
sementara dipilih 0.25m =1. Maka didapat diameter kepala (dk) sebagai berikut:
• Diameter Kepala (Dk)
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = (𝑍𝑍1 + 2)𝑚𝑚
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = (17 + 2)4
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 79 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑑𝑑𝑘𝑘2 = (𝑍𝑍2 + 2)𝑚𝑚
𝑑𝑑𝑘𝑘2 = (34 + 2)4
𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 144 𝑚𝑚𝑚𝑚
35
Fakultas Teknik Unjani
f. Tinggi Gigi
𝐻𝐻 = 2 × 𝑚𝑚 + 𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐻𝐻 = (2 × 4) + 1
𝐻𝐻 = 9 𝑚𝑚𝑚𝑚
g. Kecepatan Keliling
Dari faktor bentuk gigi pada tabel standard untuk pinion (Y1) 17 T adalah 0.302 dan untuk
gear (Y2) 34 T adalah 0.371. Untuk mengetahui kecepatan kelilingnya adalah :
𝑣𝑣 = (𝜋𝜋. 𝑑𝑑01 . 𝑛𝑛1 )/60.1000
68.12000
𝑣𝑣 = 𝜋𝜋.
60000
𝑣𝑣 = 42.7428571 𝑚𝑚/𝑠𝑠
h. Kecepatan Dinamis
Hasil kecepatan keliling (v) adalah 42.7428571 m/s termasuk kedalam kategori kecepatan
tinggi. Maka :
𝑓𝑓𝑣𝑣 = 5.5/(5.5)√𝑣𝑣)
𝑓𝑓𝑣𝑣 = 5.5/(5.5)√42.7428571
𝑓𝑓𝑣𝑣 = 0.45689403
i. Gaya Tangensial Yang Dipindahkan
𝐹𝐹𝑡𝑡 = (102. 𝑃𝑃𝑑𝑑 )/𝑣𝑣
𝐹𝐹𝑡𝑡 = (102.6,131)/ 42.7428571
Ft = 14.6307955 kg
j. Material Pinion
• Diambil bahan pinion misalkan adalah S35C, maka di dapat :
𝜎𝜎𝑏𝑏1 = 52 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝐻𝐻𝑏𝑏1 = 178 (𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 − 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟)
𝜎𝜎𝑎𝑎1 = 26 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚2
• Diambil bahan pinion misalkan adalah S35C, maka di dapat :
𝜎𝜎𝑏𝑏2 = 58 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝐻𝐻𝑏𝑏2 = 198 (𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 − 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟)
𝜎𝜎𝑎𝑎2 = 30 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚2
36
Fakultas Teknik Unjani
k. Faktor Tegangan Kontak
Faktor tegangan kontak (kH) diambil dengan kekerasan (200 HB) dengan material kedua
duanya yaitu baja. Maka di dapatkan kH = 0.053 kg/mm2
l. Beban Lentur Yang Diizinkan Persatuan Lebar
𝐹𝐹𝑏𝑏1 ′ = 𝜎𝜎𝑎𝑎1 . 𝑚𝑚. 𝑌𝑌. 𝑓𝑓𝑣𝑣
𝐹𝐹𝑏𝑏1 ′ = 26.4.0,302.0,45689403
𝐹𝐹𝑏𝑏1 ′ = 14.3501278 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐹𝐹𝑏𝑏2 ′ = 𝜎𝜎𝑎𝑎2 . 𝑚𝑚. 𝑌𝑌. 𝑓𝑓𝑣𝑣
𝐹𝐹𝑏𝑏2 ′ = 30.4.0,302.0,45689403
𝐹𝐹𝑏𝑏2 ′ = 20.3409224 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚
m. Beban Permukaan Yang Diizinkan Persatuan Panjang
𝐹𝐹𝐻𝐻 = 𝐹𝐹𝑣𝑣 . 𝑑𝑑01 𝑘𝑘𝐻𝐻 /(𝑍𝑍1 + 𝑍𝑍2 )
𝐹𝐹𝐻𝐻 = 0,053.68. (2.34)/(17 + 34)
𝐹𝐹𝐻𝐻 = 4.80533333 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐹𝐹𝐻𝐻 = 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = 4.80533333 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚
Lebar sisi (b) ditetapkan antara (6-10) m, sehingga di pilih untuk sementara b = 24 mm.
Menurut diagram alir perancangan roda gigi pada buku sularso perhitungan dilanjutkan ke
perhitungan analisa poros.
37
Fakultas Teknik Unjani
4.4. Analisa Poros
Sebelum masuk perhitungan perancangan poros. Distribusi beban roda gigi terhadap poros
akan dijelaskan dalam Diagram Benda Bebasnya. Adapun DBB nya sebagai berikut :
Diketahui Ft=F45t= 14.6307955 kg, Pd=6.131 kW, nb=12000 rpm. Maka didapat data
sebagai berikut :
Tb4 = 9.74x100000(Pd/nb)
Tb4 = 9.74x100000(Pd/nb/i)
F54=F45=Rb4=Rc5=15.38372878 kg
F45r=F54r=Rb4r=Rc5r= 4.745832207 kg
F45t=F54t=Rb4t=Rc5tr= 14.6307955 kg
38
Fakultas Teknik Unjani
4.4.1. Analisa Poros B
Diidentifikasi bahwa P = 6.131 kW, nb = 12000 rpm.dan poros akan terkena beban lentur
dan beban puntir. Misalkan daya yang ditransmisikan (P) sudah termasuk kelebihan daya, sehingga
dapat diambil factor koreksi fc =1 . Sehingga daya rencana adalah
𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑃𝑃. 𝑓𝑓𝑐𝑐
𝑃𝑃𝑃𝑃 = 6,131.1
𝑃𝑃𝑃𝑃 = 6.131 𝑘𝑘𝑘𝑘
Momen rencana diketahui 497.6328333 kgmm. Adapun keaadaan beban sebagai berikut:
F54r= 4.745832207 kg
Asumsi bahwa massa dari roda gigi 4 adalah 0.5 kg dan massa roda gigi 3 diabaikan. Jarak
beban terhadap bantalan 300 mm dan panjang poros rencana (L) 100 mm. Maka beban totalnya
adalah 5.42582207 kg
Reaksi tumpuan :
↓+ ∑Fy = 5.42582207 – Ay –By = 05 --------(1)
39
Fakultas Teknik Unjani
Mencari momen lentur maksimum :
CW+ ∑MX=0
MX+(1.7.X)=0 ; MX = -1.7 X
u/X=0 ; MX=0
70 mm ≤ x ≤ 100 mm
CW+ ∑MX=0
MX+(1.7.X)-5,5 . (X-70) =0
40
Fakultas Teknik Unjani
MX= -1.7.X + 5,5 (X-70)
Diidentifikasi bahwa momen lentur maksimal (Mb) yang terjadi sebesar 119 kgmm
Diperkirakan poros akan menerima beban dinamis sehingga faktor keamanan (Sf1) dipilih 6. Dan
diperkirakan akan dibuat alur pasak maka (Sf2) dipilih 1.5 , maka
Faktor koreksi akibat momen puntir (Kt) dipilih sementara 1.5 karena diperkiran terjadi
kejutan atau tumbukan. Sedangkan factor koreksi akibat adanya beban lentur (Km) dipilih untuk
sementara 2 .
41
Fakultas Teknik Unjani
4.4.2. Analisa Poros C
Diidentifikasi bahwa P = 6.131 kW, nc = 6000 rpm.dan poros akan terkena beban lentur
dan beban puntir. Misalkan daya yang ditransmisikan (P) sudah termasuk kelebihan daya, sehingga
dapat diambil factor koreksi fc =1 . Sehingga daya rencana adalah
Pd = P . fc
Pd = 6.131 kW . 1 = 6.131 kW
Momen rencana (T) diketahui 995.2656667 kgmm. Adapun keaadaan beban sebagai berikut:
Rc5r = 4.745832207 kg
W,gear = 0.5 kg
W,roda = 6 kg (asumsi)
Reaksi tumpuan :
42
Fakultas Teknik Unjani
Ay = (131.145805175)-600/50 = -9.3770838965 kg --------(2)
(2)→(1) By = -5.245832207-6+9.3770838965=-1.8687483105 kg
0 ≤ x ≤ 25 mm
CW+ ∑MX=0
MX+(9,4.X) =0 ; MX = -9,4 X
u/X=0 ; MX=0
43
Fakultas Teknik Unjani
25 mm ≤ x ≤ 50mm
CW+ ∑MX=0
MX+(9,4.X)-5,3(X-25)=0
MX = - 9,4.X + 5,3(X-25)
50 mm ≤ x ≤ 150mm
CW+ ∑MX=0
MX+(9,4.X)-5,3(X-25)+1.9(X-50) = 0
44
Fakultas Teknik Unjani
Diidentifikasi bahwa momen lentur maksimal (Mb) yang terjadi sebesar 367.5 kgmm
Diperkirakan poros akan menerima beban dinamis sehingga faktor keamanan (Sf1) dipilih 6. Dan
diperkirakan akan dibuat alur pasak maka (Sf2) dipilih 1.5 , maka
Faktor koreksi akibat momen puntir (Kt) dipilih sementara 1.5 karena diperkirakan terjadi
kejutan atau tumbukan. Sedangkan faktor koreksi akibat adanya beban lentur (Km) dipilih untuk
sementara 2 .
Diidentifikasi bahwa bahan baja memiliki modulus geser (G) = 8300 kg/mm²
Poros dianggap bekerja normal, sehingga defleksi puntiran dibatasi ≤ 0.25. Sehingga
defleksi yang terjadi sebesar 0.20749 dapat dikatakan aman.
4.5. Pembahasan
Pembahasan disini akan menjelaskan terkait roda gigi, hubungan dimensi poros dan
bantalan ke dalam beberapa point sebagai berikut :
N4/N5 = n5/n4
45
Fakultas Teknik Unjani
n5 = n4 ( N4/N5) = n4 (1/r) ; misalnya n4 = 1 rpm
Diidentifikasi bahwa dengan rasio hasil rancangan, poros c (n5) berputar lebih
lambat/lebih kecil.
T1. ω1 = T2. ω2
T2 = T1. ω1/ ω2
𝑉𝑉1/𝑟𝑟1
T2 = T1. (V1=V2 dianggap tidak ada slip)
𝑉𝑉2/𝑟𝑟2
T2 = T1. Rasio
T2 ≥ T1 apabila rasio ≥ 1
Ketika rasio ≥ 1, ini menandakan adanya perbedaan dimensi diameter yang terbentuk pada
pulley ( D,pulley 1 ≠ D,pulley 2 ). Sehingga walaupun V1 sama dengan V2, kecepatan sudut
(ω) yang merupakan fungsi dari dimensi panjang jari-jari (r) tidak sama antara pulley 1 dan
pulley 2 ( ω1 ≥ ω2 ) yang artinya kecepatan sudut pulley penggerak lebih besar daripada
kecepatan sudut pulley yang digerakan ataupun sebaliknya tergantung pada rasio. Dari tiga
point diatas didapat untuk penyelesaian masalah, dibuat 2 model sebagai berikut:
Kondisi 1 : rasio merupakan rasio maksimum, dimana diameter pulley 1 adalah diameter
minimum dan diameter pulley 2 adalah diameter maksimum dan data yang digunakan dari
spesifikasi standar yaitu torsi maksimum.
46
Fakultas Teknik Unjani
Kondisi 2 : rasio merupakan rasio minimum, dimana diameter pulley 1 adalah diameter
maksimum dan diameter pulley 2 adalah diameter minimum dan data yang digunakan dari
spesifikasi standar yaitu daya maksimum.
Pada kondisi diatas yang digunakan dari spesifikasi standar sepeda motor Honda Beat FI
adalah daya maksimum. Rasio diameter yang terbentuk adalah rasio maksimal, artinya
diameter yang terbentuk pada drive pulley adalah diameter maksimal sedangkan diameter yang
terbentuk pada driven pulley adalah diameter minimal. Diketahui dari hasil pengukuran di
lapangan bahwasanya D1≈0.012 m, D2 ≈0.005m dan putaran poros dari engine yaitu 7500
rpm. Sehingga putaran pada driven pulley dapat diketahui dengan cara berikut :
Persamaan reduksi :
n2/n1 = D1/D2
n2 = n1 (D1/D2)
n2 = n1 . Rasio maksimal
47
Fakultas Teknik Unjani
BAB V
KESIMPULAN
1. Metode yang dipilih guna analisis elemen mesin yaitu menggunakan panduan (diagram alir
perancangan) pada buku “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin” karangan
Sularso dan Kyokatsu Saga.
2. Dari gambar 4.3 diidentifikasi bahwa rasio antara roda gigi 4 dan roda gigi 5 besarnya
adalah 1.2. dianalisi didapatkan rasio 2. Perbedaan rasio awal dan rasio akhir ini
mengindikasikan bahwa torsi yang dihasilkan akan lebih besar. Hal ini akan memperbesar
tenaga dari sepeda motor ketika digunakan dalam keaadaan beban berlebih (over load).
3. Dari hasil analisis didapatkan spesifikasi elemen-elemen mesin pada gearbox sebagai
berikut :
48
Fakultas Teknik Unjani
Tabel 5.2. Poros
49
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR PUSTAKA
Shigley, J.E., and Mischke, C.R., 1996, Standard Handbook of Machine Design, McGraw-
Hill companies, New York.
Sularso, dan Suga Kiokatsu, 1997,Dasar Perencanaan Elemen Mesin.Jakarta:Pradya
Pramita
Teknik Mesin org. 2011, Roda Gigi Lurus
http://teknikmesin.org/roda-gigi-lurus/
Harryadi Novry,.2010, Roda Gigi Lurus
https://www.scribd.com/doc/40307319/RODA-GIGI-LURUS
50
Fakultas Teknik Unjani
LAMPIRAN
51
Fakultas Teknik Unjani
ANALISIS KINERJA RODA GIGI LURUS
PADA TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR
MATIC HONDA BEAT FI 110CC TAHUN 2013
Oleh :
Ardhi Abdurohman Ansori
2113151085
Fakultas Teknik
Universitas Jendral Achmad Yani
Rumusan Masalah
Roda gigi adalah salah satu jenis Elemen Mesin yang berputarr dan di gunakan
untuk mentransmisikan daya Roda gigi memiliki gigi-gigi yang saling bersinggungan
dengan gigi dari roda gigi yang lain. Dua atau lebih roda gigi yang bersinggungan dan
bekerja bersama-sama disebut sebagai transmisi roda gigi, dan bisa menghasilkan
keuntungan mekanis melalui rasio jumlah gigi. Roda gigi mampu mengubah kecepatan
putar, torsi, dan arah daya terhadap sumber daya. Tidak semua roda gigi berhubungan
dengan roda gigi yang lain.
Roda gigi mempunyai beberapa kelebihan di bandingkan dengan pemindah
daya lainnya, yaitu :
■ Sistem transmisinya lebih ringkas, sehingga putaran lebih tinggi dan daya yang di
hasilkan lebih besar.
■ Sistem yang kompak sehingga kontruksinya sederhana.
■ Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
■ Efesiensi pemindahan dayanya tinggi karna faktor terjadinya slip sangat kecil
Klasifikasi Roda Gigi
34
𝑖𝑖 = 17 = 2
• Gaya tangensial yang dipindahkan
102.6,131
𝐹𝐹𝑡𝑡 = = 14.6307955 kg
42.7428571
TERIMA KASIH
2.Gear Counter
1.Final Gear 95,44
.
R11,6
0,5
R1 R6,4
2,
2
85,12
75,2
16,4
60
R10,2 R4
4 30
63,16
R5 12,45 3,3 13,5
58,38
14,4
3.Shaft Drive
45
4,98 4,99 55
1,5
85,17
29,89
15,43 11,47
4.Counter Shaft
45,1 179,03
9,8 3,84
R4 6,72
,8
34
4 1 Counter Shaft
3 1 Shaft Drive
2 1 Gear Counter
10
2,24 9,6
1 1 Final Drive
Keterangan
12,9
12,9