Apabila suatu pengukuran, dengan kecermatan yang memadai, diulang untuk ke dua,
ke tiga dan seterusnya untuk n kali pengukuran yang identik (sama), hasilnya tidak selalu
(“tepat”) sama, mereka kurang lebih akan tersebar/terpencar di sekitar harga rata-ratanya.
Jika ada m kelompok/grup pengukuran yang masing-masing terdiri atas n kali pengukuran
tunggal, harga rata-rata setiap grup pengukuran juga akan tersebar di sekitar harga rata-rata
totalnya. Sebaran harga rata-rata ini lebih mengumpul bila dibandingkan dengan sebaran hasil
pengukuran tunggal (individual). Hal ini merupakan sifat umum proses pengukuran yang
berhubungan dengan ketepatan atau keterulangan yaitu kemampuan untuk mengulangi hal
yang sama.
Dari uraian singkat diatas, dapat didefinisikan dua istilah penting yang berkaitan
dengan proses pengukuran, yaitu ketelitian dan ketepatan.
Jika objek ukur merupakan harga acuan yang dianggap benar, seperti yang dipakai
dalam proses kalibrasi, perbedaan antara harga yang ditunjukkan alat ukur dengan harga yang
dianggap benar dinamakan sebagai penyimpangan. Untuk mendefinisikan penyimpangan
diperlukan toleransi penyimpangan (kesalahan) yaitu besar kecilnya penyimpangan yang
masih diperbolehkan sesuai dengan spesifikasi yang dinyatakan dalam standar
pengkalibrasian. Dua karegori penyimpangan adalah:
1. Penyimpangan rambang (acak ; random devition) jika penyimpangan tidak melebihi
kecermatan sasaran (besarnya toleransi kesalahan). Predikat atau tanda (tera) teliti
bisa diberikan bagi alat ukur ybs.
2. Penyimpangan sistematik (systematic deviation) jika penyimpangan melebihi
kecermatan sasaran. Tera teliti tak bisa diberikan bagi alat ukur ybs.
Jika alat ukur dengan tera teliti dipakai dengan benar, hasil pengukuran dapat
dikatakan sebagai harga sebenarnya objek-ukur sesuai dengan kecermatan alat ukur.
Selanjutnya, bila harga sebenarnya objek ukur tersebut berada dalam daerah toleransi-
kesalahan seperti yang dinyatakan dalam gambar teknik (sasaran ditetapkan), berarti objek
ukur termasuk dalam kategori baik kualitasnya (kualitas geometrik, kualitas material, kualitas
proses, dan sebagainya sesuai dengan jenis besaran yang diukur dan tujuan penngukuran).
Dengan kecermatan alat ukur yang memadai, hasil pengukuran yang diulang secara
identik akan menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar harga rata-ratanya. Semakin
mengumpul atau semakin dekat harga-harga tersebut dengan harga rata-ratanya, proses
pengukuran memiliki ketepatan yang tinggi.
Secara matematik tinggi rendahnya ketepatan dapat didefinisikan dengan
memanfaatkan parameter deviasi standar untuk menghitung selang kepercayaan dengan dua
batas. Karena harga rata-rata merupakan titik tengah maka jarak antara harga rata-rata ke
salah satu batas dapat dinamakan sebagai penyimpangan rambang.
Bagi istilah ketelitian diperlukan target/sasaran pengukuran, sementara itu bagi istilah
ketepatan tidak harus dikaitkan dengan target. Dengan demikian, istilah benar atau salah
dalam hal ketepatan sebetulnya tidak bisa didefinisikan. Ketepatan lebih menekankan pada
kewajaran (dalam bertindak sesuai dengan watak; sulit diperbaiki) sementara ketelitian
menekankan pada kesungguhan (dalam mengarahkan; cukup dengan memberitahu letak
sasaran).
Jika istilah ketepatan dikaitkan pada target, mau tak mau istilah ketelitian akan
muncul mengikutinya. Bila daerah toleransi dinyatakan sebagai daerah sasaran dan harga
nominal objek ukur adalah titik tengah daerah sasaran, ada empat kemungkinan yang bisa
terjadi mengenai hasil pengukuran yaitu:
1. Proses pengukuran yang tak tepat dan tak teliti; jika keterulangannya rendah
(sebenarnya lebih besar daripada luas daerah sasaran) dan harga rata-ratanya (titik
tengah usaha pengulangan) terletak jauh dari titik tengah daerah sasaran. Seluruh atau
kebanyakan hasil pengukuran terletak di luar daerah sasaran.
2. Proses pengukuran yang tak tepat tetapi teliti; jika keterulangannya rendah dengan
harga rata-ratanya terletak pada atau di dekat titik tengah daerah sasaran. Meskipun
demikian, cukup banyak hasil pengukuran yang terletak di luar daerah sasaran.
3. Proses pengukuran yang tepat tetapi tak teliti; jika keterulangannya tinggi tetapi harga
rata-ratanya terletak jauh dari titik tengah daerah sasaran sedemikian rupa sehingga
kebanyakan hasil pengukuran terletak di luar daerah sasaran.
4. Proses pengukuran yang tepat dan teliti; jika keterulangannya tinggi dan bersamaan
dengan itu harga rata-ratanya terletak pada atau di dekat titik tengah daerah sasaran.
Seluruh atau hampir semua harga pengukuran terletak di dalam daerah sasaran.
Karena menyangkut istilah ketelitian, maka dapat didefinisikan:
1. Kesalahan sistematik (systematic error), dialami oleh proses pengukuran kategori 1
dan 3 (tak teliti).
Harga kesalahan sistematik dinyatakan dengan selisih antara harga rata-rata
dengan harga titik tengah sasaran.
Kesalahan sistematik umumnya bisa diperbaiki dengan mencari dan
membetulkan sumber penyebab kesalahan. Jadi, proses kategori 3 bisa
diperbaiki menjadi kategori 4.
Pembetulan kesalahan sistematik pada proses kategori 1 umumnya tak
bermanfaat, sebab paling tidak hanya akan mencapai proses kategori 2.
2. Kesalahan rambang (acak; random error), dialami oleh semua proses pengukuran
(kategori 1 s.d. 4).
Harga kesalahan rambang dapat dinyatakan dengan:
a. Selisih antara harga rata-rata dengan titik tengah saaran seperti yang terjadi
pada proses kategori 4, dan/atau
b. Selisih antara harga rata-rata dengan batas selang kepercayaan yang
dihitung dalam analisis statistika.
Kesalahan rambang umumnya sulit diperbaiki karena sumber penyebabnya
sulit dicari.
Untuk proses pengukuran geometrik berbagai sumber yang bisa menjadi faktor
penyebab proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat adalah:
1. Alat ukur,
2. Benda ukur,
3. Posisi pengukuran,
4. Lingkungan, dan
5. Operator (pengukur; pengamatan).
3.5.1. PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI ALAT UKUR
Alat ukur yang digunakan harus mendapat tera teliti. Dengan demikian, proses
pengukuran akan bebas dari penyimpangan yang merugikan yang biasanya berasal
(bersumber) dari alat ukur. Apabila alat ukur sering dipakai dan belum dikalibrasi ulang ada
kemungkinan timbul sifat-sifat yang merugikan seperti histerisis, kepasifan, pergeseran dan
kestabilan nol yang jelek.
Kesalahan/ penyimpangan sistematik dalam proses pengukuran dapat bersumber dari
alat ukur. Keausan bidang kontak sensor mekanik merupakan contoh sederhana yang dapat
diketahui dengan mudah dengan memeriksa posisi-nol. Misalnya, jika sensor-gerak
mikrometer, berkapasitas 0-25 mm, ditempelkan pada sensor tetap (rahang ukur dikatup), saat
itu garis insdeks untuk pembaca “kasar dan halus” pada skala mikrometer harus menunjukkan
nol. Jika tidak menunjuk nol berarti ada penyimpangan yang menjadi sumber kesalahan
sistematik. Kesalahan jenis ini dapat diperbaiki dengan cara menyetel garis indeks
“pembacaan halus”. Mikrometer berkapasitas 25-50 mm ke atas, dan berbagai jenis alat ukur
lannya umumnya diperlengkapi dengan kaliber penyetel “posisi nol” (harga acuan, tidak
selalu angka nol).
Berbagai jenis komparator, yang merupakan alat ukur dengan kepekaan dan
kecermatan tinggi, memerlukan kesaksamaan dalam pemeriksaan nol-nya. Pada alat ukur
jenis ini sifat histeris, kepasifan, pergeseran nol bisa menjadi sumber penyebab kesalahan
sistematik dan mungkin pula kesalahan rambang. Sirat-sifat yang merugikan ini harus
diperhatikan, dicegah dan diperbaiki bilamana muncul seperti halnya yang telah diulas
sebelumnya.
Kesalahan rambang merupakan hal yang wajar dalam proses pengukuran dengan
memakai komparator. Kontribusi (“sumbangan”) alat ukur sehingga muncul kesalahan
rambang dalam proses pengukuran umumnya relatif kecil, asalkan alat ukur digunakkan dan
dipelihara dengan baik.