Disusun oleh:
Muhamad Aditya Royandi
215421006
DAFTAR TABEL............................................................................................................................. 3
2.1 Pendahuluan......................................................................................................................... 4
8.2 Saran................................................................................................................................ 23
1
DAFTAR GAMBAR
2
DAFTAR TABEL
3
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Berikut merupakan tujuan yang dapat dicapai setelah mengikuti praktikum Modul-02.
1. Mempelajari “dokumen enjinering” atau Detail Engineering Drawing (DED) untuk
menentukan dimensi penting pada produk.
2. Membuat gambar produk yang disertai dimensi-dimensi penting sebagai parameter
proses pengukuran kualitas produk menggunakan caliber batas (GO/NO GO).
3. Mempelajari riwayat trial proses produksi produk menggunakan presstool.
4. Menentukan parameter proses terkait dengan proses produksi produk yang sudah
dilakukan.
5. Melakukan pengukuran terhadap produk hasil trial.
6. Memberikan analisis terhadap hasil pengukuran sebagai hasil kajian terhadap
parameter proses yang telah ditentukan di awal.
7. Membuat laporan dari hasil analisis terhadap pengukuran kualitas proses produksi
dengan pendekatan solusi presstool.
Secara harfiah, istilah Metrologi terdiri dari dua kata dasar, metro yang berarti
pengukuran dan logi/logos yang berarti ilmu, sehingga istilah metrologi secara
sederhana dapat diartikan sebagai ilmu mengenai pengukuran. Sedangkan kata
industri menurut KBBI1 merupakan kegiatan memproses atau mengolah barang
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia
4
dengan menggunakan sarana dan peralatan (misal mesin). Jika kedua arti kata
tersebut digabungkan, maka dapat diperoleh bahwa Metrologi Industri merupakan
ilmu mengenai pengukuran yang dilakukan pada produk hasil kegiatan pengolahan
barang yang umumnya menggunakan mesin. Adapun pengertian dari Metrologi
Industri yang diperoleh dari referensi yang ada adalah sebagai berikut:
2
Anonim, Materi Perkuliahan Metrologi Industri [pdf], Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 8
3
Bureau International des Poids et Mesures: organisasi antar pemerintah, dimana negara-negara yang
menjadi anggota melakukan tindakan bersama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dari pengukuran dan standar pengukuran.
4
The European Association of National Metrology Institutes: organisasi metrologi regional di Eropa
5
2.2 Sejarah Metrologi
Metrologi telah ada dalam beberapa bentuk sejak jaman dahulu. Bentuk
paling awal dari metrologi adalah bentuk yang diciptakan secara sederhana oleh para
ahli di masa itu. Metrologi saat itu didasarkan pada langkah-langkah praktis seperti
ukuran panjang lengan yang biasa disebut dengan standar cubit. Standar seperti hal
tersebut dibuat untuk membantu kegiatan perdagangan dan aktivitas manusia lainnya
pada masa itu. Kemajuan yang signifikan dalam metrologi dibuat oleh berbagai
ilmuwan, ahli kimia dan ahli fisika selama scientific revolution5. Kemudian,
metrologi industri menjadi pelopor pada saat revolusi industri, dan diperlukan dalam
kegiatan produksi massal dan perakitan. Metrologi modern berakar pada Revolusi
perancis, dengan dasar adanya motivasi untuk menyelaraskan unit di seluruh prancis
dan konsep pembentukan unit tersebut berdasarkan pada konstanta dari alam, dan hal
tersebut membuat unit tersedia untuk semua orang dan untuk semua waktu “for all
people, for all time”. Hasil pada masa tersebut berupa standard untuk meter dan
kilogram yang ditetapkan sebagai dasar dari sistem Metric pada 22 Juni 1799. Hal
tersebut semakin mengarah pada penciptaan Systeme International d’Unites atau
International System of Units. Sistem ini telah memperoleh penerimaan di seluruh
dunia sebagai definisi dan standar unit pengukuran modern. Meskipun tidak menjadi
sistem unit yang resmi di seluruh negara, namun International System of Units dapat
diterima dan diakui secara global. International System of Units dipertahankan di
bawah naungan Metre Convention dan lembaga-lembaganya yaitu General
Conference on Weights and Measures (CPGM), serta badan eksekutifnya yaitu
International Commite for Weights and Measures (CPIM) dan lembaga teknis nya
yaitu International Bureau or Weights and Measures (BIPM).
5
Scientific Revolution: revolusi yang terjadi sekitaran abad 16 dan 17
6
akan tetapi dengan dikuasainya dasar-dasar tersebut, kita dapat mengetahui sistem
kerja industri yang efektif dan efisien. Adapun beberapa tujuan lainnya, seperti:
7
spesifikasi standar. Kontrol kualitas lebih dalam materinya daripada pemeriksaan, di
mana selain dilakukan pengukuran juga dipikirkan metode untuk menangani
berbagai masalah antara lain:
1. Kapan pemeriksaan kualitas produk dilakukan dan dengan metode apa
pengukuran dilaksanakan.
2. Berapa lama pemeriksaan harus diulang atau berapa selang waktunya
(frekuensinya) antara pemeriksaan yang satu dengan yang berikutnya.
3. Berapa banyak produk yang harus diperiksa untuk satu kali pemeriksaan.
4. Bagaimana data pengukuran diolah, disimpulkan dan tindakan apa yang
harus dilakukan sesuai dengan kondisi proses.
Tujuan terpenting kontrol kualitas dalam tingkatan produksi adalah untuk
memberikan tanda “lampu merah’. Berarti suatu tindakan segera harus diambil untuk
mencari penyebab perubahan dan membetulkan variabel yang mempengaruhi proses
produksi, sehingga produk yang tidak baik tidak akan dihasilkan. Karakteristik
proses pembuatan dapat dipelajari melalui berbagai bentuk diagram kontrol.
Semakin dalam pengetahuan kita mengenai proses yang bersangkutan, semakin tahu
kita atas jalannya proses akan tumbuh dalam pribadi setiap operator mesin.
Sementara itu, jika perusahaan membeli produk (komponen yang dibuat oleh pabrik
lain dalam rangka kontrak kerja “subcontracted part” atau membeli di pasaran bebas)
dalam jumlah besar, suatu bentuk pengontrolan yang lain perlu diterapkan yakni
teknik sampling. Dengan metode ini produk jelek tak akan diterima atau paling tidak
diperkecil jumlahnya sehingga tidak merugikan perusahaan.
Hampir semua proses pengukuran melibatkan data yang banyak dan beragam
yang bias menyulitkan pengambilan kesimpulan dan keputusan. Sebagaimana halnya
dengan proses produksi, proses pengukuran pun memerlukan ongkos. Jadi, perlu
dipertimbangkan juga antara ongkos dan kegunaannya. Hal ini memerlukan analisis
yang baik mengenai cara pengukuran, jumlah produk yang diukur, dan frekuensi
pengukuran sehingga hasilnya dapat dianggap paling optimal dan dapat dipercaya
kebenarannya. Dalam kaitannya dengan perancangan pengukuran, analisis data, dan
pengambilan kesimpulan, baik dalam usaha pemeriksaan maupun pengontrolan
kualitas, diperlukan metode yang handal.
8
2.5 Coordinate Measuring Machine
CMM adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur tiga dimensi
(3D), dimensi yang diukur adalah ruang yang memiliki panjang, lebar dan tinggi, yang
diterjemahkan ke dalam sistem koordinat kartesian X, Y dan Z. Kemudian data
koordinat yang terukur oleh CMM dikonversikan menjadi data pengukuran seperti
posisi, diameter, jarak, sudut, dsb. Secara sederhana cara kerja CMM adalah membaca
perubahan posisi dari suatu titik origin acuan nol suatu part yang diukur atau terhadap
origin mesin itu sendiri. Perubahan posisi tersebut kemudian di rekam dan diproses
menjadi data hasil pengukuran menggunakan software yang disertakan dalam CMM.
CMM merupakan alat pengukur multi fungsi berkecepatan tinggi yang
menghasilkan akurasi dan efisiensi pengukuran yang tinggi. Pada prinsipnya CMM
adalah kebalikan dari CNC. Pada CNC koordinat yang dimasukkan menghasilkan
gerakan pahat pada sumbu X, Y dan Z. Sedangkan pada CMM kontak antara probe
dengan benda kerja menghasilkan koordinat. Selain itu jika pada mesin CNC
menggunakan bantalan peluru bersirkulasi (circulated ball bearing) maka pada mesin
CMM menggunakan bantalan udara (air pad bearing) sehingga gerakannya sangat
halus.
Terdapat beberapa jenis dari CMM, namun pada praktik kali ini digunakan
CMM dengan pergerakan probe menggunakan arm, sehingga penggunaannya lebih
fleksibel.
9
III. BAHAN DAN PERALATAN PRAKTIKUM
Berikut merupakan bahan dan peralatan yang digunakan dalam praktikum:
1. DED produk: Bracket for Suspension Upper Brace.
2. Gambar soft-file berupa surface produk.
3. Sampel produk masing-masing sebanyak delapan buah untuk RH dan LH.
4. Jangka sorong dengan tingkat kecermatan 0,01 mm.
5. Spidol atau alat tulis penanda produk.
6. Peralatan klem.
7. Vee block.
8. Mal radius
9. CMM – Arm SimCore.
10. Software Solidworks.
11. Komputer
(perintah Thicken )pada surface yang sudah diberikan dalam format file iges.
10
Arah pemberian ketebalan model produk harus disesuaikan dengan DED produk
(informasi ini terdapat pada gambar perspektif produk) dan disesuaikan dengan jenis
produk (LH atau RH).
2. Buat gambar kerja dari produk yang disertai dengan dimensi penting untuk proses
pengukuran. Pemberian dimensi yang diberikan pada produk adalah dimensi luar,
sudut tekukan, diameter lingkaran dan jarak lingkaran terhadap acuan tertentu.
11
Acuan 1
Acuan 2
12
atau menghalangi lokasi tempat pengambilan data untuk atribut pengukuran.
Pastikan juga pengkleman produk dilakukan dengan baik (tidak melayang).
b. Nyalakan dan fungsikan komputer yang telah terdapat software bawaan dari
CMM – Arm SimCore.
13
Point 1
Plane 2
Vector 3
Plane 3
Circle 1
Point 2
Plane 1
Plane 4
Plane 5
Vector 2
Vector 1
Gambar di atas merupakan atribut yang dibuat untuk pengukuran produk LH,
pembuatan atribut untuk produk RH sama dengan produk LH. Adapun keterangan
pembuatan atribut tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Metode Pembuatan Atribut
14
lokasi pada produk oleh
stylus
Atribut dibuat langsung
dari pengambilan tiga
8. Circle 1 Probe Plane 1
titik lokasi pada lubang
produk oleh stylus
9. Point 1 Probe Plane 1 Atribut dibuat langsung
dari pengambilan satu
10. Point 2 Probe Plane 3 titik lokasi pada produk
oleh stylus
Atribut dibuat dari
hubungan antara dua
11. Plane 5 From object - atribut yang sudah dibuat
sebelumnya (Vector 1 dan
Plane 1)
d. Lakukan pengolahan data untuk mengeluarkan nilai data pengukuran dari atribut
yang sudah dibuat. Berikut merupakan penjelasan atribut-atribut yang digunakan
untuk menghasilkan nilai pengukuran.
Tabel 2 Pengolahan Atribut
15
Gambar 11 Keterangan Dimensi
16
V. DATA HASIL PRAKTIKUM
Berikut merupakan salah satu data hasil export hasil pengukuran produk LH dan RH.
17
Gambar 13 Tampilan Hasil Pengolahan pada CMM (Produk RH)
18
VI. PENGOLAHAN DATA HASIL PRAKTIKUM
Berikut merupakan data hasil pengukuran yang masing-masingnya sudah
dikelompokkan berdasarkan dimensi produk yang diukur dari setiap jenis produk.
Terdapat beberapa data yang tidak terukur dikarenakan pengukuran yang dilakukan
kurang teliti.
19
VII. ANALISIS DATA HASIL PRAKTIKUM
Salah satu parameter proses dalam pengukuran kualitas proses produksi dengan
pendekatan solusi perbaikan presstool adalah layout proses pembuatan produk.
Parameter ini dapat menentukan kesesuaian produk dengan spesifikasi produk.
Gambar di bawah ini memperlihatkan layout urutan proses yang terdapat pada DED
dan perbandingannya dengan layout proses trial.
Dari layout proses yang terdapat pada DED, terdapat 8 station proses, yaitu:
1. Piercing (pilot)
2. Notching (1 sisi)
3. Notching (1 sisi)
4. Flanging
5. Idle
6. Bending & embosing
7. Piercing
8. Parting
Dan pada presstool yang telah di-trial, terdapat 8 stasion proses juga yaitu:
1. Piercing (pilot)
2. Notching (2 sisi)
3. Notching (notching 2 sisi)
20
4. Flanging
5. Flanging & Embosing
6. Stamping & Piercing
7. Parting
Dari data hasil pengukuran yang telah diolah, dapat terlihat bahwa ukuran panjang dan
ukuran sudut dari produk LH maupun RH tidak ada yang dapat memenuhi spesifikasi
produk/ukuran produk yang telah tercantum pada gambar kerja. Harus diingat bahwa
21
kualitas produk presstool tidak bisa terlepas dari pengaruh komponen penting di
dalamnya. Salah satunya adalah punch. Dimensi punch dibuat berdasarkan dimensi
bentangan produk. Sehingga salah satu hipotesa yang menjadi alasan penyimpangan
adalah bentangan produk (bakalan plat produk) yang belum sesuai dengan produk.
Maka solusi yang dapat diambil dari kasus ini adalah dilakukannya kembali analisis
terhadap bentangan produk dan me-rework punch (ditambal atau dikurangi).
Selain hal itu, produk presstool tidak terlepas dari sebuah fenomena spring back. Spring
back merupakan gaya balik yang ditimbulkan akibat pengaruh elastisitas bahan pelat
yang mengalami proses pembentukan. Sehingga seharusnya terdapat kelebihan ukuran
sudut di dalam proses pembuatan produk.
22
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa pada produksi proses
presstool, perlu dilakukan tahapan proses trial dan inspeksi hasil trial, tahapan
tersebut dilakukan agar proses pembuatan terlaksana dengan baik dan fungsi
presstool yang dibuat dapat tercapai sesuai spesifikasi produk yang diinginkan dan
sesuai dengan tuntutan produk dengan memperhitungkan estimasi waktu dan biaya
proses.
Tahapan trial pun dapat dilakukan lebih dari satu kali, untuk mendapatkan
kualitas produk yang baik.
Solusi yang diambil untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi dari hasil
trial proses presstool di antaranya adalah sebagai berikut.
1. dilakukannya kembali analisis terhadap bentangan produk dan me-rework punch
(ditambal atau dikurangi).
2. Melebihkan ukuran sudut dalam proses bending.
8.2 Saran
Berhubung gambar riwayat trial yang tidak terlalu jelas, penulis tidak
menyertakan gambar tersebut sebagai bahan analisa kualitas proses presstool. Untuk
ke depannya penulis seharusnya menyertakan gambar riwayat tersebut sebagai bahan
analisis.
23
DAFTAR PUSTAKA
Howart, P., & Redgrave, F. (2008). Metrology-In Short 3rd Edition. Albertslund: Schultz
Grafisk.
Rochim, T. (2001). Speseifikasi, Metrologi, & Kontrol Kualitas Geometrik. Bandung: ITB.
24