tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
.id
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Distribusi Perdagangan
'LVWULEXVL3HUGDJDQJDQKomoditas
*XOD3DVLUGLIndonesia 2019
Trade flow of sugar commodity Indonesia 2019
ISBN : 978-602-438-31-
No. Publikasi/Publication Number: 06130.
Katalog/Catalog: 8201007
Naskah/Manuscript:
.id
Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri
(Sub directorate Domestic Trade Statistic)
go
Penyunting/Editor:
ps.
Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri
.b
Penerbit/Published by:
ht
Pencetak/Printed by:
CV. NASIONAL INDAH
Pengarah :
.id
Ir. Efliza ME
go
p s.
Penanggung Jawab Teknis :
.b
Editor :
s:
Marlita S.Si., MM
Desain/Layout :
Publikasi ini memuat kajian ringkas hasil penelitian rantai distribusi komoditas
Gula Pasir yang diteliti mulai dari tingkat produsen, pedagang besar, pedagang eceran
sampai ke konsumen akhir. Informasi yang disajikan adalah pola distribusi
perdagangan, Margin Perdagangan dan Pengangkutan.
.id
Semoga publikasi ini bermanfaat bagi pengguna data dalam menyusun
go
perencanaan dan kebijakan, baik oleh pemerintah, dunia usaha maupun pengguna
s.
lainnya. Di samping itu, diharapkan publikasi ini dapat digunakan sebagai referensi
p
untuk penelitian lebih lanjut. Akhir kata, diucapkan terima kasih kepada semua pihak
.b
w
Suhariyanto
.id
Publikasi ini menganalisis distribusi perdagangan komoditas gula pasir di 34
provinsi yang meliputi 329 kabupaten/kota. Dengan menggunakan metode survei
go
pada sampel produsen dan pedagang, diperoleh informasi mengenai gambaran pola
s.
distribusi komoditas gula pasir secara nasional maupun regional. Hasil survei
p
.b
kegiatan perdagangan. Pola utama distribusi perdagangan telur ayam ras nasional
//w
Akhir dengan MPP total dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah sebesar
tp
33,18 persen.
ht
.id
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
go
1.2 Landasan Hukum .................................................................................. 2
s.
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
p
.b
.id
3.12 Provinsi Kepulauan Riau ........................................................................37
go
3.13 Provinsi DKI Jakarta .............................................................................38
s.
3.14 Provinsi Jawa Barat ..............................................................................40
p
.b
.id
3.36 Provinsi Papua .................................................................................... 72
go
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................ 75
s.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
p
.b
LAMPIRAN ...................................................................................................... 79
w
w
Tabel 2.1 Jenis Kegiatan Usaha dan Kode KBLI Komoditas Gula Pasir .................... 3
Tabel 3.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Komoditas Gula Pasir di
Indonesia ......................................................................................... 20
.id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Gambar 3.1 Perbandingan Produksi (Ton) dan Luas Area (Ha) Tahun 2018 dan 2017
.................................................................................................................. 14
Gambar 3.2 Peta Sebaran Produksi Tebu di Indonesia Tahun 2018 ..................... 15
Gambar 3.3 Persentase Volume Impor Gula Menurut Negara Asal 2018 ............... 17
Gambar 3.4 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Indonesia ........................ 19
Gambar 3.5 Persentase Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Komoditas
Gula Pasir Tingkat Nasional dan Provinsi .......................................................... 22
Gambar 3.6 Perbandingan Pola Utama Distribusi Perdagangan Gula Pasir Tahun
2018 dan 2017 ............................................................................................. 23
.id
Gambar 3.7 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Aceh ................... 24
go
Gambar 3.8 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Sumatera Utara .... 25
s.
Gambar 3.9 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Sumatera Barat .... 27
p
Gambar 3.10 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Riau .................. 28
.b
Gambar 3.11 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Jambi ................ 30
w
w
Gambar 3.12 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Sumatera Selatan 31
//w
Gambar 3.13 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Bengkulu ............ 33
s:
Gambar 3.14 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Lampung ........... 34
tp
Gambar 3.15 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Kepulauan Bangka
ht
Belitung ...................................................................................................... 36
Gambar 3.16 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Kepulauan Riau ... 38
Gambar 3.17 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi DKI Jakarta ........ 39
Gambar 3.18 Pola Distribusi Gula Pasir di Provinsi Jawa Barat ............................ 41
Gambar 3.19 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Jawa Tengah ...... 43
Gambar 3.20 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi DI Yogyakarta .... 44
Gambar 3.21 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Jawa Timur ........ 46
Gambar 3.22 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Banten ............... 47
Gambar 3.23 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Bali ................... 49
Gambar 3.24 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Nusa Tenggara Barat
.................................................................................................................. 50
Gambar 3.25 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Nusa Tenggara
Timur .......................................................................................................... 52
.id
................................................................................................................. 65
Gambar 3.35 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Gorontalo ........... 66
go
Gambar 3.36 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Sulawesi Barat .... 67
s.
Gambar 3.37 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Maluku .............. 69
p
.b
Gambar 3.38 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Maluku Utara ...... 70
w
Gambar 3.39 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Papua Barat ....... 72
w
//w
Gambar 3.40 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Papua ................ 73
s:
tp
ht
.id
bagi konsumen akhir.
go
Gula pasir merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia saat
s.
ini dan masih mengalami kendala dalam proses pendistribusian perdagangan. Hal ini
p
.b
terlihat dari fluktuasi dan disparitas harga gula pasir yang cukup tinggi antara harga
w
pada tingkat produsen dan harga yang diterima oleh konsumen. Kebutuhan
w
masyarakat Indonesia yang cukup tinggi disertai ketersediaan gula pasir dalam negeri
//w
yang tidak mencukupi juga menjadi masalah dalam proses pendistribusian. Di sisi lain,
s:
keterlibatan importir dalam memasok gula pasir di Indonesia juga menjadi salah satu
tp
Survei Pola Distribusi (Poldis) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2019 yang dilakukan pada 34 Provinsi dilakukan untuk memberikan gambaran
pola distribusi dalam negeri sebagai acuan dibangunnya sistem distribusi perdagangan
gula pasir yang lebih efisien dan total margin perdagangan dan pengangkutan dari
komoditas yang diteliti mulai dari produsen hingga konsumen akhir.
Hasil dari survei ini diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
data mengenai pola distribusi perdagangan untuk komoditas-komoditas terpilih
sekaligus memperoleh gambaran pola distribusi perdagangan yang lebih baik sebagai
upaya untuk menjawab permasalahan pola distribusi.
1.3 Tujuan
.id
go
Survei Poldis 2019 di 34 provinsi mempunyai tujuan, yaitu:
a.
s.
Mendapatkan pola distribusi perdagangan.
p
b. Menganalisis pola utama distribusi perdagangan.
.b
ke konsumen akhir.
//w
s:
tp
ht
.id
perdagangan menengah, besar, dan kecil, baik sebagai distributor, subdistributor,
go
agen, pedagang grosir, eksportir, importir, maupun pengecer. Untuk produsen
komoditas gula pasir didekati melalui industri gula pasir.
s.
p
2.2 Cakupan Jenis Kegiatan Usaha
.b
Jenis
tp
Komoditas
(1) (2) (3)
.id
Dari kerangka sampel dialokasikan sampel perusahaan yang
go
memperdagangkan komoditas beras.
s.
Kemudian dialokasikan menurut distribusi dalam satu provinsi untuk disebar
p
ke kabupaten/kota.
.b
w
w
dan skala usaha (besar, menengah, kecil) dan sampel dipilih secara sistematik pada
setiap komoditas. Pelaku usaha yang terpilih merupakan sampel yang saling
independen. Jika jumlah perusahaan/usaha dalam kerangka sampel tidak mencukupi,
maka seluruh perusahaan/usaha akan dicacah.
.id
Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir
go
b. Menghitung MPP dari masing-masing pelaku usaha distribusi (MPPi) yang
s.
terlibat dalam pola utama distribusi perdagangan. MPP dari pelaku usaha
p
distribusi dilakukan dengan cara menghitung selisih jumlah penjualan dikurangi
.b
w
jumlah pembelian dari seluruh pelaku usaha pada level tertentu. Sedangkan
w
Dimana:
MPPi = selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian untuk pelaku usaha
ke-i.
i = pelaku usaha yang terlibat pada pola utama
n = jumlah pelaku usaha yang terlibat pada pola utama
Contoh: Total MPP = {[(1+7,33%) x (1+9,54%) x (1+12,84%)] – 1} x 100% = 32,67%
.id
d. Perdagangan besar (wholesaler) adalah penjualan kembali (tanpa
go
perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer,
s.
industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang
p
besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian
.b
2015).
//w
teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum
tp
toko, department store, kios, mail–order houses, penjual dari pintu ke pintu,
pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain–lain. (Buku
KBLI 2015).
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor: 22/M–DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum Distribusi
Barang, yang dimaksud dengan:
Produsen adalah perusahaan yang berbentuk perorangan atau badan hukum
yang memproduksi barang. Secara spesifik, produsen pada survei ini
mencakup : industri penggilingan beras sebagai produsen beras (bukan
petani padi).
Distributor adalah pelaku usaha distribusi yang bertindak atas namanya sendiri
dan atas penunjukkan dari produsen atau supplier atau importir berdasarkan
perjanjian untuk melakukan kegiatan pemasaran barang.
.id
perikanan; dan
go
b. menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
s.
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
p
perikanan.
.b
(3)):
s:
Eksportir adalah setiap orang perseorangan, lembaga atau badan usaha, baik
tp
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang melakukan
ht
kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean dalam wilayah hukum NKRI
baik sendiri maupun secara bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi yang mendapat
pengakuan sebagai eksportir terdaftar dari Menteri Perdagangan melalui Dirjen
Perdagangan Luar Negeri (Permendag Nomor: 13/M–
DAG/PER/3/2012)
Eksportir terdaftar adalah perusahaan/perorangan yang telah mendapat
pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Importir adalah perseorangan/lembaga atau badan usaha baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang melakukan
kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean Indonesia (impor).
.id
pasar swalayan, toko serba ada yang menyatu dalam satu bangunan dan
go
pengelolaannya dilakukan secara tunggal serta memiliki luaslantai usahanya
lebih dari 4.000 m2 dan paling besar (maksimal) 8.000 m2. Seperti:
s.
Hypermart, Carrefour, Giant, Lotte Mart, dan lain-lain.
p
.b
secara eceran dan langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan
//w
yang luas lantainya maksimal 4.000 m2. Seperti: Hero Supermarket, Tip Top,
s:
dan lain-lain.
tp
.id
go
2.9 Tata Cara Pembacaan Pola
s.
Pola yang ditampilkan dalam publikasi ini adalah pola distribusi perdagangan
p
yang merupakan gambaran dari hasil observasi terhadap responden pabrik maupun
.b
Berikut adalah petunjuk ringkas tata cara membaca pola yang ditampilkan
//w
1. Pada setiap pembahasan akan ada simbol yang mewakili komoditas yang
tp
2. Fungsi usaha yang terlibat dalam distribusi perdagangan komoditas gula pasir
dibedakan menjadi tiga warna, dengan arti sebagai berikut:
a. Warna biru langit ( ) mewakili fungsi usaha kelompok pedagang besar (PB)
3. Pembagian kelompok fungsi usaha yang dimaksud pada poin 2 di atas adalah
sebagai berikut:
a. Kelompok PB : eksportir, importir, distributor, sub distributor, agen, pedagang
pengepul, dan pedagang grosir
b. Kelompok PE : supermarket/swalayan dan pedagang eceran
c. Kelompok konsumen akhir : industri pengolahan, kegiatan usaha lainnya,
pemerintah dan lembaga nirlaba, serta rumah tangga
.id
4. Jenis garis yang ada dalam penyajian pola terdiri dari 4 macam, yaitu:
go
a. Garis solid ( ) adalah garis yang menunjukkan alur distribusi
s.
penjualan yang dirangkum dari informasi data penjualan menurut fungsi
p
perusahaan/usaha.
.b
w
.id
Setiap garis alur distribusi akan diberikan informasi kuantitatif berupa
go
persentase garis distribusi dari satu fungsi usaha ke fungsi usaha lainnya. Khusus
p s.
untuk garis tambahan baik yang berupa garis putus-putus ( ) maupun
.b
Garis tambahan yang telah berubah menjadi garis solid akan diberikan informasi
w
.id
Gula merupakan salah satu sumber kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori.
go
Gula pasir adalah gula hasil kristalisasi cairan tebu yang membentuk serbuk serbuk
s.
seperti pasir. Gula pasir umumnya berwarna putih namun ada juga yang berwarna
p
kekuningan atau sedikit coklat. Gula pasir biasanya digunakan sebagai pemanis
.b
perkembangan hotel dan restoran. Hal ini ditunjukkan melalui data hasil Survei Sosial
tp
Ekonomi Nasional tahun 2018 bahwa rata-rata konsumsi gula pasir per-kapita dalam
ht
sebulan adalah 5,611 ons1. Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2018 adalah sebesar
265,015 juta jiwa,2 sehingga konsumsi gula pasir tahun 2018 adalah 7.181 juta ton3.
1
Pengeluaran untuk konsumsi penduduk Indonesia berdasarkan hasil Susenas Maret 2018, Badan Pusat Statistik
2 Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045, Badan Pusat Statistik
3 Perkembangan Neraca Bahan Makanan Kementrian Pertanian http://aplikasi2.pertanian.go.id
447.350 415.663
.id
Sumber: Statistik Tebu Indonesia 2018 (BPS, diolah)
go
Gambar 3.1 Perbandingan Produksi (Ton) dan Luas Area (Ha) Tahun
s.
p
2018 dan 2017
.b
dibandingkan tahun 2017 sebesar 9,29 persen. Produksi tahun 2018 juga turut
w
//w
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017 yaitu sebesar 9,19 persen. Luas areal
perkebunan tebu di Indonesia tahun 2018 adalah 415.663 hektar dengan produksi
s:
2.171.726 juta ton yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera
tp
Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI
ht
Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Sulawesi
Selatan dan Provinsi Gorontalo. Peta sebaran produksi gula pasir disajikan pada
gambar 3.2.
Sentra produksi tebu sebagai bahan baku produksi gula pasir saat ini masih
terpusat di Pulau Jawa yaitu dengan persentase 62,86 persen dari total jumlah
produksi tebu di Indonesia. Provinsi Jawa Timur adalah provinsi penghasil gula
terbesar di Indonesia dengan jumlah produksi mencapai 1,11 juta ton. Selain Provinsi
Jawa Timur, sentra produksi gula pasir tahun 2018 adalah Provinsi Lampung dan
Provinsi Jawa Tengah. Rincian luas areal, produksi dan produktivitas tebu di Indonesia
tahun 2017 dirinci pada tabel 3.1.
Produktivitas
No Provinsi Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
(Kg/Ha)
1 Aceh - - -
2 Sumatera Utara 6.196 2.734
16.941
3 Sumatera Barat - - -
4 Riau - - -
5 Jambi - - -
6 Sumatera Selatan 21.609 96.763 4.478
7 Bengkulu - - -
8 Lampung 109.837 596.173 5.428
9 Kep. Bangka Belitung - - -
10 Kep. Riau - -
-
Wilayah Sumatera 137.642 709.877 5157
.id
11 DKI Jakarta - - -
go
12 Jawa Barat 14.232 59.795 4.201
13 Jawa Tengah 36.852 169.863 4.609
14
15
DI Yogyakarta
Jawa Timur
6.805
196.897
p s. 24.731
111.0841
3.634
5.642
16 Banten - - -
.b
17 Bali - - -
w
-
Wilayah Nusa Tenggara & 357 1.375 3.852
Bali
s:
20 Kalimantan Barat - - -
tp
21 Kalimantan Tengah - - -
ht
22 Kalimantan Selatan - - -
23 Kalimantan Timur - - -
Wilayah Kalimantan - - -
24 Sulawesi Utara - - -
25 Sulawesi Tengah - - -
26 Sulawesi Selatan 14.636 43.017 2.939
27 Sulawesi Tenggara - - -
28 Gorontalo 8.242 52.227 6.337
29 Sulawesi Barat - - -
Wilayah Sulawesi 22.878 95.244 4.163
30 Maluku - - -
31 Maluku Utara - - -
32 Papua Barat - - -
33 Papua - - -
Wilayah Maluku & Papua - - -
Indonesia 415.663 2.171.726 5.225
Sumber: Statistik Tebu Indonesia 2018 (BPS)
.id
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
.id
perdagangan tersebut, selanjutnya gula pasir didistribusikan ke konsumen akhir yang
terdiri dari industri pengolahan, rumah tangga, pemerintah dan lembaga nirlaba, serta
go
kegiatan usaha lain (seperti hotel, restoran, rumah sakit, dll). Namun, masih
s.
ditemukan produsen yang menjual gula pasir langsung ke konsumen akhir yang
p
.b
meliputi industri pengolahan serta pemerintah dan lembaga nirlaba, tanpa melalui
w
dalam mendukung kebutuhan gula pasir di Indonesia. Secara umum, rantai utama
ht
Rantai utama distribusi perdagangan gula pasir yang terbentuk dari produsen
sampai dengan konsumen akhir adalah empat rantai, pendistribusiannya melibatkan
tiga pedagang, yakni distributor, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Akan tetapi,
rantai distribusi gula pasir tersebut berpotensi menjadi enam rantai ketika melalui
jalur: produsen – distributor – sub distributor – agen – pedagang grosir – pedagang
eceran – konsumen akhir. Pola distribusi perdagangan gula pasir di Indonesia untuk
setiap fungsi kelembagaan dijelaskan secara lebih rinci pada gambar berikut.
19
Gambar 3.4 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Indonesia
3.2.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)
Berdasarkan hasil survei diperoleh data Margin Perdagangan dan
Pengangkutan gula pasir di Indonesia sebagai berikut:
.id
11 Aceh 17.63 3
12 Sumatera Utara 12.31 3
go
13 Sumatera Barat s.18.47 3
14 Riau 27.55 4
p
.b
15 Jambi 26.88 4
w
17 Bengkulu 27.52 4
//w
18 Lampung 20.29 4
19 Kep. Bangka Belitung 23.13 3
s:
tp
.id
91 Papua Barat 40.46 3
go
94 Papua 31.44 3
99 Indonesia
p s. 33.18 4
.b
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa total MPP yang diterima
w
pedagang gula pasir di Indonesia sebesar 33,18 persen. Hal ini mengindikasikan
w
bahwa kenaikan harga gula pasir dari tingkat produsen sampai dengan konsumen
//w
akhir di Indonesia adalah sebesar 33,18 persen dengan melibatkan pelaku usaha
s:
Total MPP terbesar untuk komoditas gula pasir berada di Provinsi Maluku yaitu
ht
sebesar 57,49 persen. Ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga gula pasir dari
tingkat produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Maluku adalah sebesar
57,49 persen dengan melibatkan pelaku usaha utamanya yaitu luar provinsi,
distributor, agen, dan pedagang eceran. Provinsi Maluku mengalami kenaikan rantai
yang mengakibatkan kenaikan MPP.
Disisi lain, total perolehan MPP yang diterima pedagang gula pasir di Provinsi
Sumatera Selatan merupakan total margin terendah yaitu sebesar 9,70 persen dengan
melibatkan pelaku usaha produsen, distributor, pedagang eceran dan konsumen akhir.
Rendahnya margin di Sumatera selatan terjadi disebabkan peningkatan produksi tebu
yang diiringi dengan kenaikan produksi gula pasir.
Selengkapnya, persentase margin perdagangan gula pasir yang diterima
pedagang (baik pedagang besar maupun pedagang eceran) di 34 provinsi secara rinci
dijelaskan pada gambar berikut:
Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Gula Pasir Tahun 2019 21
70.00
57.49
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00 9.70
10.00
0.00
KEPULAUAN RIAU
MALUKU
DKI JAKARTA
JAMBI
BALI
BANGKA BELITUNG
JAWA TIMUR
MALUKU UTARA
SUMATERA UTARA
SULAWESI BARAT
BANTEN
D.I YOGYAKARTA
RIAU
BENGKULU
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI TENGAH
GORONTALO
KALIMANTAN TENGAH
PAPUA
SUMATERA SELATAN
NUSA TENGGARA TIMUR
JAWA BARAT
SULAWESI UTARA
ACEH
PAPUA BARAT
KALIMANTAN TIMUR
LAMPUNG
KALIMANTAN UTARA
JAWA TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA BARAT
.id
: 3 (tiga) rantai : 4 (empat) rantai
go
s.
Gambar 3.5 Persentase Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)
p
.b
Survei pola distribusi perdagangan gula pasir tahun 2018 masih menunjukan
//w
rantai utama distribusi perdagangan yang sama dengan tahun 2017. Pada tahun 2018
s:
pola distribusi perdagangan gula pasir dari produsen hingga ke konsumen akhir
tp
melalui tiga pelaku usaha yakni distributor, pedagang grosir, dan pedagang eceran.
ht
Pada tahun 2017, ketiga pelaku usaha ini mengambil margin perdagangan dan
pengangkutan masing-masing sebesar 7,33 persen, 9,54 persen, dan 12,84 persen.
Sedangkan margin yang diambil oleh ketiga pelaku usaha tahun 2018 sebesar 6,12
persen, 10,97 persen dan 13,09 persen. Terjadi peningkatan pada pelaku usaha grosir
dan pedagang eceran sebesar 1,43 persen dan 0,25 persen. Hal ini berdampak pada
meningkatnya margin perdagangan dan pengangkutan gula pasir di Indonesia sebesar
0,51 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2017.
Adapun perbandingan pola utama distribusi perdagangan gula pasir tahun
2018 dengan 2017 dijelaskan pada gambar berikut.
go
Tahun 2018 dan 2017
p s.
3.3 Provinsi Aceh
.b
Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten
w
//w
Bireun, Kabupaten Pidie, Kota Banda Aceh, Kota Langsa, dan Kota Lhokseumawe.
3.3.1 Pola Distribusi
s:
Provinsi Aceh diperoleh dari luar provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara yang
ht
24,46%
40%
Pedagang Eceran 63,88% Rumah Tangga
19,78%
62,36% 60%
100%
Distributor 8,27%
Industri
SUMATERA UTARA 2,14%
Pengolahan
(100%)
Supermarket/
Swalayan
Pedagang Grosir
3,39%
Kegiatan Usaha
8,51% 7,22% Lainnya
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
go
Secara umum, rantai utama distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Aceh
adalah sebagai berikut:
p s.
.b
Aceh adalah tiga rantai. Pendistribusian yang utama melibatkan dua pedagang yakni
s:
pedagang grosir dan pedagang eceran. Adapun rantai distribusi terpanjang di Provinsi
tp
aceh melibatkan tiga pedagang yakni distributor, pedagang grosir dan pedagang
ht
eceran.
3.3.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di
Provinsi Aceh adalah sebesar 17,63 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi
Aceh adalah sebesar 17,63 persen.
.id
Secara umum, rantai utama distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi
go
Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Sumatera Utara dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.
w
//w
Pendistribusian yang utama melibatkan dua pedagang yakni distributor, dan pedagang
eceran. Adapun rantai distribusi terpanjang di Provinsi Sumatera Utara melibatkan
s:
eceran. Pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Sumatera Utara sebagai
ht
berikut.
WILAYAH PEMBELIAN WILAYAH
DALAM PROVINSI PENJUALAN KE
DARI LUAR PROVINSI
LUAR PROVINSI
17,46%
13,64%
Pedagang Grosir
17,66%
21,86%
82,54%
SUMATERA BARAT 75%
Distributor 67,39%
(8,02%) Pedagang Eceran 78,14% Rumah Tangga
20%
RIAU (6,16%)
RIAU (0,16%) 96,29%
JAMBI (4,62%)
DKI JAKARTA 0,08%
(0,13%) SUMATERA
0,07%
Kegiatan Usaha SELATAN (4,62%)
Sub Distributor 5% 0,52%
0,66% 3,71% Lainnya
Supermarket/ 99,92%
Swalayan
Keterangan: Industri
0,06%
= Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir Pengolahan
= Pedagang Besar
.id
Pasaman Barat, Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, Kota Padang
go
Panjang, dan Kota Solok.
s.
3.5.1 Pola Distribusi
p
.b
Provinsi Sumatera Barat diperoleh dari Provinsi Jambi, Lampung dan Jawa Tengah
w
//w
yang didistribusikan langsung ke agen. Dari sampel pedagang yang terpilih, ditemukan
adanya penjualan gula pasir ke luar provinsi, yaitu ke provinsi Jambi.
s:
tp
agen yang menjual sebagian besar gula pasir ke pedagang eceran (59,60%), sebesar
0,79 persen didistibusikan ke pedagang grosir, kemudian sisanya dijual langsung ke
rumah tangga. Pedagang eceran kemudian menjual sebagian besar gula pasir untuk
memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 79,21 persen, disalurkan ke sesama
pedagang eceran sebesar 19,70 persen, dan sisanya dijual ke industri pengolahan,
lembaga pemerintahan, dan kegiatan usaha lainnya seperti hotel dan restoran. Secara
umum, rantai utama distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Sumatera Barat
adalah sebagai berikut:
55,53% 0,36%
Industri
0,81% Pengolahan
Pedagang Grosir
0,79%
0,86%
19,70% 0,02%
Pemerintah dan
LAMPUNG (74,40%) 0,22%
Lembaga Nirlaba
Agen 59,60% Pedagang Eceran
JAWA TENGAH (18,54%) 27,56%
.id
14,36% Rumah Tangga
Supermarket/ 79,21%
Swalayan
go
0,86%
Kegiatan Usaha
Keterangan:
p s. 0,51%
100%
Lainnya
Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 18,47 persen. Hal ini mengindikasikan
ht
bahwa kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di
Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 18,47 persen.
.id
go
Luar Provinsi Distributor Pedagang Grosir Pedagang Eceran
Konsumen Akhir s.
p
Banyaknya rantai distribusi perdagangan gula pasir yang terbentuk di Riau
.b
w
adalah empat rantai. Pendistribusian yang utama melibatkan tiga pedagang yakni
w
distributor, pedagang grosir dan pedagang eceran. Rantai distribusi tersebut juga
//w
merupakan rantai terpanjang distribusi gula pasir di Provinsi Riau. Selengkapnya pola
s:
distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Riau untuk setiap fungsi usaha
tp
WILAYAH PEMBELIAN
DALAM PROVINSI
DARI LUAR PROVINSI
Industri
Distributor 34,97% Pedagang Grosir 0,29%
Pengolahan
1,35%
76,53%
34,27%
8,57% 2,45%
Kegiatan Usaha
LAMPUNG (86,72%) Pedagang Eceran 1,48%
Agen 100% Lainnya
12,76%
JAMBI (12,08%)
23,89%
Pemerintah dan
5,93%
Lembaga Nirlaba
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
go
Kota Jambi, dan Kota Sungai Penuh.
Provinsi Jambi diperoleh dari luar provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan dan
w
sampel pedagang yang terpilih, ditemukan adanya penjualan gula pasir ke luar
s:
74,42%
Distributor
Supermarket/ Kegiatan Usaha
7,12% 0,4%
Swalayan Lainnya
5,07%
2,92% 38,69%
58,03% SUMATERA BARAT
0,63% (0,40%)
LAMPUNG (63,43%)
.id
2,87%
1,83%
Sub Distributor Pedagang Eceran 94,30% Rumah Tangga RIAU (0,37%)
SUMATERA SELATAN
(36,57%) SUMATERA SELATAN
go
(0,21%)
10,05% Pedagang Grosir 90%
Agen 2,92%
10%
p s. 0,73%
Industri
Pengolahan
Keterangan:
.b
Provinsi Jambi adalah sebesar 26,88 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
ht
kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi
Jambi adalah sebesar 26,88 persen.
.id
ke pedagang eceran sebesar 36,78 persen, penjualan melalui pedagang grosir sebesar
go
4,36 persen, dan sisanya dijual ke luar provinsi yaitu Riau, Jambi, dan Lampung.
s.
Selanjutnya, pedagang eceran menjual gula pasirnya untuk memenuhi
p
.b
gula pasir di Provinsi Sumatera Selatan untuk setiap fungsi usaha perdagangan
//w
43,10%
Supermarket/
Swalayan
Agen
Industri
1,12%
Keterangan: Pengolahan
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
go
Wilayah cakupan survei di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Bengkulu
s.
Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Utara, dan Kota Bengkulu.
p
.b
Provinsi Bengkulu diperoleh dari luar provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan dan
//w
eceran. Dari sampel pedagang yang terpilih, ditemukan adanya penjualan gula pasir
tp
Kegiatan Usaha
.id
Supermarket/ Lainnya
1,47%
Swalayan
go
3,19%
LAMPUNG (54,46%)
60%
p 40% s.
4,14% Lembaga Nirlaba
95,86%
Rumah Tangga
29,70% 68,83%
w
20,23%
w
0,77%
2,32% Industri
//w
Pengolahan
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
s:
tp
.id
pasir dari provinsi ini mencakup Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, DKI
go
Jakarta, Sumatera Selatan, Banten, dan Kalimantan Barat. Selengkapnya pola
distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Lampung dijelaskan pada gambar berikut.
p s.
WILAYAH PEMBELIAN
.b
Kegiatan Usaha
w
3,74%
4,17% Distributor Lainnya DKI JAKARTA (33,37%)
2,03%
//w
SUMATERA UTARA
s:
0,22% (14,00%)
DKI JAKARTA (7,97%) Pedagang Grosir 68,48% Pedagang Eceran 74,76% Rumah Tangga
Supermarket/
Swalayan 2,18% RIAU (4,72%)
KALIMANTAN BARAT
Pemerintah dan (0,37%)
13,65%
Keterangan: Lembaga Nirlaba
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
Lampung dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah empat rantai.
go
Pendistribusian yang utama melibatkan tiga pedagang yakni distributor, pedagang
grosir, dan pedagang eceran. Rantai distribusi utama tersebut juga merupakan rantai
s.
p
terpanjang distribusi gula pasir di Provinsi Lampung.
.b
Provinsi Lampung adalah sebesar 20,29 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
s:
kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi
tp
Pedagang Grosir
19,46%
Distributor 14,76%
.id
5,03% Rumah Tangga
70,47% 80,54%
94,58%
14,76%
go
100%
LAMPUNG (70,84%)
Sub Distributor
p s. 2,03%
Industri
Pengolahan
.b
Swalayan
1,69%
w
Agen
0,02%
Kegiatan Usaha
//w
69,86% Lainnya
s:
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
tp
ht
.id
Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, yang didistribusikan
go
langsung ke Distributor. Dari sampel pedagang yang terpilih, tidak ditemukan adanya
s.
penjualan gula pasir ke luar provinsi. Namun, memungkinkan adanya penjualan gula
p
pasir ke luar provinsi dilakukan oleh pedagang di luar cakupan survei.
.b
w
Akhir
tp
ht
Distributor 25,91% Pedagang Grosir 54,21% Pedagang Eceran 100% Rumah Tangga
68,53%
Kegiatan Usaha
JAWA TIMUR (12,88%) 6,10%
Lainnya
19,51% 2,68%
JAWA TENGAH (4,49%)
Supermarket/
SUMATERA UTARA Agen
Swalayan
(1,78%)
Industri
9,88%
Pengolahan
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
3.12.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)
go
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di
Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar 40,68 persen. Hal ini mengindikasikan
p s.
bahwa kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di
.b
Jakarta Selatan, Kota Administratif Jakarta Timur, Kota Administratif Jakarta Pusat,
ht
Dari agen, sebagian besar gula pasir dijual ke pedagang eceran sebesar 57,55
persen, dan sisanya dijual ke sesama agen, pedagang grosir, dan konsumen akhir
yang mencakup rumah tangga, industri pengolahan, serta kegiatan usaha lainnya
seperti hotel dan restoran. Selanjutnya, pedagang eceran menjual gula pasirnya untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga sebesar 54,42 persen, kemudian
sisanya disalurkan ke sesama pedagang eceran dan dijual ke kegiatan usaha lainnya.
Secara umum, rantai utama distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi DKI
.id
Jakarta adalah sebagai berikut:
go
Luar Provinsi Distributor Agen Pedagang Eceran Konsumen Akhir
s.
Banyaknya rantai distribusi perdagangan gula pasir yang terbentuk di Provinsi
p
.b
DKI Jakarta adalah empat rantai. Pendistribusian yang utama melibatkan tiga
w
pedagang yakni distributor, agen, dan pedagang eceran. Adapun rantai terpanjang di
w
Provinsi DKI Jakarta adalah lima rantai yang melalui empat pedagang yakni distributor,
//w
96,71% 8,10%
Distributor Pedagang Grosir
75,90% 15,81%
.id
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi,
go
Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka,
s.
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten
p
Tasikmalaya, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan,
.b
Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Bogor, Kota
w
w
Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Banjar, Kota Cimahi, Kota Depok, dan Kota
//w
Tasikmalaya.
s:
Berdasarkan hasil survei pasokan gula pasir di Provinsi Jawa Barat 75,28
ht
persen dipasok dari luar provinsi yaitu Provinsi Banten, Jawa Tengah, DKI Jakarta,
dan Lampung yang didistribusikan langsung ke distributor dan pedagang grosir.
Industri Gula Pasir di Jawa Barat hanya mampu memenuhi 24,72 persen pasokan gula
pasir di Jawa Barat. Dari sampel pedagang yang terpilih, tidak ditemukan adanya
penjualan gula pasir ke luar provinsi. Namun, memungkinkan adanya penjualan gula
pasir ke luar provinsi dilakukan oleh pedagang di luar cakupan survei.
Pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Jawa Barat dimulai dari
Produsen dalam hal ini pabrik gula yang menjual hasil produksinya ke pedagang besar
yaitu distributor sebesar 70,44 persen dan sisanya dijual langsung ke agen, sub
distributor, dan rumah tangga. Kemudian, distributor sebagai pedagang besar menjual
gula pasirnya ke pedagang grosir sebesar 66,12 persen, sisanya ke pedagang eceran
dan konsumen akhir. Selanjutnya pedagang grosir menjual ke pedagang eceran
Secara umum, rantai utama distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Jawa
Barat adalah sebagai berikut:
.id
Pendistribusian yang utama melibatkan tiga pedagang yakni distributor, pedagang
go
grosir, dan pedagang eceran.
s.
Selengkapnya pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Jawa Barat
p
dijelaskan pada gambar berikut.
.b
w
8,80%
0,56%
66,63% 23,33% Rumah Tangga
24,01%
tp
1,41%
23,58%
0,35% Industri
Pengolahan
20,74%
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
3.15.1 Pola Distribusi
go
Berdasarkan hasil survei diperoleh bahwa gula pasir di Provinsi Jawa Tengah
s.
39,18 persen dipasok dari luar provinsi yaitu Provinsi Lampung, DKI Jakarta, Jawa
p
.b
Timur, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi DI Yogyakarta yang langsung didistribusikan
w
ke pedagang besar yaitu distributor serta ke supermarket. Industri Gula Pasir di Jawa
w
Tengah hanya mampu memenuhi 60,82 persen kebutuhan konsumsi gula pasir di
//w
Jawa Tengah. Gula Pasir di Jawa Tengah kemudian dijual kembali ke luar provinsi
s:
Pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Jawa Tengah dimulai dari
ht
Produsen dalam hal ini pabrik gula yang menjual hasil produksinya ke dua pedagang
besar yaitu distributor dan pedagang grosir dan juga industri pengolahan. Penjualan
terbesar dari pabrik gula di Jawa Tengah adalah ke distributor yaitu sebesar 91,08
persen. Kemudian distributor menjual gula pasir yang diperolehnya ke pedagang
grosir. Penjualan terbesar dari distributor adalah ke pedagang grosir yaitu sebesar
86,83 persen. Sebagian besar pedagang grosir kemudian menjual gula pasir langsung
ke rumah tangga sebanyak 36,93 persen, dan sisanya dijual ke pedagang eceran,
supermarket, dan juga konsumen akhir yang lain.
Secara umum, rantai utama distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Jawa
Tengah adalah sebagai berikut:
.id
Pedagang Grosir 36,93% Rumah Tangga
90,63%
JAWA BARAT (17,46%) 100%
39,11%
go
68,69%
JAWA TIMUR (10,15%) JAWA TIMUR (1,85%)
1,25% 0,86% 0,75% 4,14%
LAMPUNG (1,07%)
Agen
p s. Swalayan
0,38%
Lainnya DI YOGYAKARTA (0,08%)
1,11%
.b
0,38%
Industri
1,08%
Pengolahan
w
1,78%
2,88%
w
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
//w
.id
lain. Selengkapnya pola distribusi perdagangan gula pasir untuk setiap fungsi usaha
go
perdagangan di Provinsi DI Yogyakarta dijelaskan pada gambar berikut.
p s.
WILAYAH PEMBELIAN DALAM PROVINSI WILAYAH PENJUALAN KE
.b
DARI LUAR PROVINSI LUAR PROVINSI
17,36%
Kegiatan Usaha
w
0,57%
Lainnya
Pedagang Grosir
w
//w
97%
19,73%
Industri
s:
85,91%
6,85%
Supermarket/ 8,14% Rumah Tangga
1%
Swalayan 100%
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten
go
Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten
s.
Bondowoso, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Gresik, Kabupaten Magetan, Kabupaten
p
Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Lamongan,
.b
Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep, Kota Kediri, Kota Mojokerto, Kota Malang,
w
w
Kota Probolinggo, Kota Madiun, Kota Batu, Kota Blitar, dan Kota Surabaya.
//w
Berdasarkan hasil survei pasokan gula pasir di Provinsi Jawa Timur 0,12
tp
persen dipasok dari luar provinsi yaitu Jawa Tengah serta luar negeri yaitu Thailand,
ht
gula pasir tersebut didistribusikan langsung melalui distributor. Provinsi Jawa Timur
sebagai sentra produksi gula pasir di Indonesia mampu memenuhi 99,88 persen
kebutuhan konsumsi gula pasir di Provinsi Jawa Timur. Gula Pasir di Provinsi Jawa
Timur kemudian dijual kembali ke luar provinsi yaitu Provinsi Jawa Tengah, Sumatera
Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan. Namun tidak
menutup kemungkinan ada yang dijual ke provinsi lain yang tidak tercakup dalam
sampel survei.
Pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Jawa Timur dimulai dari
Produsen dalam hal ini pabrik gula yang menjual hasi produksinya ke pedagang besar
yaitu distributor dan pedagang grosir. Penjualan terbesar dari pabrik gula adalah ke
distributor dengan persentase 81,28 persen. Distributor mendistribusikan gula pasir
ke pedagang eceran sebesar 24,84 persen dan pedagang eceran menjualnya kembali
17,64% Importir
Pemerintah dan
81,28% Distributor 15,48%
11%
Lembaga Nirlaba
21,35%
20%
0,01% 5%
8,43%
15,60% Rumah Tangga 85,48% JAWA TENGAH (0,65%)
Sub Distributor
15,60%
BALI (0,63%)
7,57%
61%
KALIMANTAN SELATAN
24,84% 90%
36,58% (0,21%)
JAWA TENGAH (0,12%) 80%
SULAWESI SELATAN
36,15% Pedagang Eceran
THAILAND (0,00%) 1,82% (0,21%)
8,30%
9,15% Agen 55,23%
SUMATERA UTARA
5,27%
.id
Kegiatan Usaha (0,07%)
29,06% 3,10% 5%
0,08% Lainnya
28,90% 0,27% NUSA TENGGARA TIMUR
2,63% Pedagang Grosir (0,07%)
4,79%
go
9,25%
3,10%
Supermarket/ Industri
0,83%
Swalayan Pengolahan
6,31% 0,6%
p s. 1,13% 3,03%
2,7%
2,04%
Keterangan:
.b
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
w
Berdasarkan hasil survei pasokan gula pasir di Provinsi Banten 55,52 persen
dipasok dari luar provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat
yang didistribusikan langsung ke sub distributor dan agen. Industri Gula Pasir di
Banten mampu memenuhi 44,48 persen pasokan gula pasir di Banten. Dari sampel
pedagang yang terpilih, tidak ditemukan adanya penjualan gula pasir ke luar provinsi.
.id
Namun, memungkinkan adanya penjualan gula pasir ke luar provinsi dilakukan oleh
go
pedagang di luar cakupan survei.
s.
Pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Banten dimulai dari luar
p
.b
provinsi yang melakukan pendistribusian gula pasir ke sub distributor. Kemudian sub
w
sisanya dijual kea gen, pedagang grosir, dan rumah tangga. Selanjutnya pedagang
//w
eceran menjual ke rumah tangga sebesar 69,68%, dan sisanya dijual ke pedagang
s:
eceran lainnya.
tp
ht
11,20% 54,31%
Supermarket/
Swalayan
Industri
0,55%
Keterangan: Pengolahan
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
Provinsi Banten adalah sebesar 34,83 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
go
kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi
Banten adalah sebesar 34,83 persen.
p s.
.b
Berdasarkan informasi survei, pasokan gula pasir di Provinsi Bali dipasok dari
luar provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur yang didistribusikan langsung ke distributor.
Dari sampel pedagang yang terpilih tidak ditemukan adanya penjualan gula pasir ke
luar provinsi. Namun, memungkinkan adanya penjualan gula pasir ke luar provinsi
yang dilakukan oleh pedagang di luar cakupan survei.
Pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Bali dimulai dari luar provinsi
yang melakukan pendistribusian gula pasir ke distributor. Kemudian distributor
mendistribusikan gula pasir ke supermarket. Penjualan terbesar distributor adalah ke
supermarket dan sisanya dijual ke pedagang eceran, rumah tangga, industri
pengolahan dan kegiatan usaha lainnya. Supermarket kemudian menjual sebagian
.id
Selengkapnya pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Bali untuk
go
setiap fungsi usaha perdagangan dijelaskan pada gambar berikut.
WILAYAH PEMBELIAN
DARI LUAR PROVINSI
p s.
DALAM PROVINSI
.b
8,78%
w
Supermarket/
26,45%
Swalayan
w
Industri
Pengolahan
//w
15,87% 23,26%
5,17% 91,77% 6,45%
47,39%
tp
Agen 67,48%
12,24%
7,50%
3,06%
Kegiatan Usaha
0,95%
Lainnya
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
memungkinkan adanya penjualan gula pasir ke luar provinsi yang dilakukan oleh
go
pedagang di luar cakupan survei.
s.
Pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Nusa Tenggara Barat
p
dimulai dari luar provinsi yang melakukan pendistribusian gula pasir ke distributor.
.b
w
Distributor menjual gula pasir terbesar ke pedagang eceran dan sisanya langsung ke
//w
pasokan gula pasirnya untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Selengkapnya pola
tp
distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk setiap fungsi
ht
30%
Industri
5,19%
Pengolahan
30%
DKI JAKARTA (94,80%)
Sub Distributor 100% Pedagang Eceran
JAWA TIMUR (5,15%) 61,62%
2,88%
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
mengindikasikan bahwa kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan
go
konsumen akhir di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 15,50 persen.
s.
3.21 Provinsi Nusa Tenggara Timur
p
.b
w
Barat, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, Kabupaten Rote Ndao, dan Kota Kupang.
tp
.id
WILAYAH PEMBELIAN DALAM PROVINSI
go
DARI LUAR PROVINSI
Supermarket/
p s. Swalayan
100%
.b
33,77%
w
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
ht
.id
dan sisanya dijual ke kegiatan usaha lainnya dan juga ke sesama pedagang eceran
go
lainnya.
Selengkapnya pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Kalimantan
s.
p
Barat untuk setiap fungsi usaha perdagangan dijelaskan pada gambar berikut.
.b
WILAYAH PEMBELIAN
DALAM PROVINSI
w
48,39%
3,64%
0,26%
Supermarket/ Kegiatan Usaha
//w
Distributor 0,86%
Swalayan Lainnya
4,45%
s:
5,57%
25%
tp
28,42% Industri
SUMATERA SELATAN 9%
(52,82%) Agen 50%
0,26%
Pengolahan
50% Pedagang Eceran
ht
71,44%
JAWA TENGAH (6,9%)
93,90%
JAWA TIMUR (1,76%) 24,11%
Rumah Tangga
67,94%
MALAYSIA Pedagang Grosir 0,64%
15,11%
Pemerintah dan
0,97%
Lembaga Nirlaba
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
3.23 Provinsi Kalimantan Tengah
go
s.
Cakupan wilayah survei di Provinsi Kalimantan Tengah yang dialokasikan
p
sebagai sampel distribusi perdagangan komoditas gula pasir meliputi Kabupaten
.b
Palangkaraya.
//w
gula pasir yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
ht
Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur. Pasokan gula pasir terbesar di Provinsi
Kalimantan Tengah berasal dari Provinsi Jawa Timur. Gula pasir yang berasal dari
pembelian luar provinsi dijual ke distributor dan pedagang grosir. Distributor menjual
gula pasirnya sebanyak 35,90 persen ke pedagang eceran dan sisanya dijual ke
pedagang grosir, supermarket, dan juga pemerintah dan lembaga nirlaba. Kemudian,
pedagang eceran menjual gula pasir sebesar 83,77 persen ke rumah tangga dan
sisanya dijual ke sesama pedagang eceran yang lain.
1,01%
Industri
18,32% Pedagang Grosir 1,15%
Pengolahan
94,84%
.id
16,23%
go
Distributor 35,90% Pedagang Eceran 83,77%
Kegiatan Usaha
0,41%
JAWA BARAT (1%) Lainnya
w
//w
3,22%
Pemerintah dan
s:
Lembaga Nirlaba
tp
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
ht
.id
43,94 persen ke rumah tangga dan sisanya ke pedagang eceran, supermarket, sesama
go
pedagang grosir lainnya, industri pengolahan, dan kegiatan usaha lainnya.
Dari sampel pedagang yang terpilih tidak ditemukan adanya penjualan gula
p s.
pasir ke luar provinsi. Namun, memungkinkan adanya penjualan gula pasir ke luar
.b
provinsi yang dilakukan oleh pedagang di luar cakupan survei. Selengkapnya pola
w
w
distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Kalimantan Selatan untuk setiap fungsi
//w
Industri
1,53%
Distributor Pengolahan
100% 0,19%
0,35% 3,41%
81,01% 18,99%
JAWA TIMUR (99,97%) 96,59%
Agen
43,94% Rumah Tangga
KALIMANTAN TIMUR 96,67%
(0,03)
Supermarket/
Swalayan
.id
Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 19,07 persen.
go
3.25 Provinsi Kalimantan Timur s.
p
Cakupan wilayah survei di Provinsi Kalimantan Timur yang dialokasikan sebagai
.b
dari distributor yang membeli pasokan gula pasirnya dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur yang didistribusikan oleh distributor ke pedagang eceran sebesar
40,53 persen dan sisanya ke pedagang grosir dan juga sesama distributor lainnya.
Pedagang eceran menjual sebagian besar gula pasirnya ke rumah tangga yaitu
sebesar 86,67 persen dan sisanya dijual ke sesama pedagang eceran.
Kegiatan Usaha
Distributor 14,20% Pedagang Grosir 4,87%
Lainnya
70,52%
45,27%
13,36%
JAWA TENGAH (24,34%)
.id
6,03%
DKI JAKARTA (3,82%) Supermarket/ 74,49% Rumah Tangga
0,20%
Swalayan
go
86,67%
12,14%
p s. 0,76%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
Keterangan:
.b
Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 20,61 persen. Hal ini mengindikasikan
ht
bahwa kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di
Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 20,61 persen.
96,84%
20,38%
28,95%
.id
(0,78%)
go
11,69%
Supermarket/
Agen 62,76%
Swalayan
p 20%
s.
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.b
w
.id
Kemudian, pedagang eceran menjual pasokan barang dagangannya kepada konsumsi
go
rumah tangga sebesar 73,49 persen dan sisanya kepada pedagang eceran lain.
s.
Selengkapnya pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Sulawesi Utara untuk
p
.b
26,51%
73,49%
ht
100%
Supermarket/
Swalayan
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
Sulawesi Utara adalah sebesar 21,46 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan
harga gula pasir dari luar provinsi sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Sulawesi
Utara adalah sebesar 21,46 persen.
.id
go
Cakupan wilayah survei di Provinsi Sulawesi Tengah yang dialokasikan sebagai
s.
sampel distribusi perdagangan komoditas gula pasir meliputi Kabupaten Banggai,
p
Kabupaten Poso, Kabupaten Toli-Toli, Kabupaten Tojo Una-Una, Kabupaten Donggala,
.b
di Provinsi Sulawesi Tengah berawal dari Pedagang Grosir yang mendapat pasokan
tp
gula pasir dari luar provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan
ht
.id
GORONTALO (56,54%) 0,63% Industri
2,93%
Pengolahan
SULAWESI SELATAN SULAWESI BARAT
go
(28,11%) (0,03%)
0,04%
22,35%
JAWA TIMUR (15,35%)
p
Supermarket/
s. 82,58%
3,39% 100% Rumah Tangga
Swalayan
.b
Keterangan:
w
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
Sulawesi Tengah adalah sebesar 20,44 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
kenaikan harga gula pasir dari luar provinsi sampai dengan konsumen akhir di Provinsi
Sulawesi Tengah adalah sebesar 20,44 persen.
.id
berikut.
go
WILAYAH PEMBELIAN DARI WILAYAH PENJUALAN KE
LUAR PROVINSI
DALAM PROVINSI
p s. LUAR PROVINSI
22,28%
Pemerintah dan
.b
Lembaga Nirlaba
10,62% 0,22%
w
JAWA TIMUR(10,18%)
12,63%
SULAWESI TENGAH
DKI JAKARTA (0,78%) 0,03%
(0,22%)
s:
6,47%
ht
Industri
0,74%
Keterangan: Pengolahan
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
Sulawesi Selatan adalah sebesar 16,53 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi
Sulawesi Selatan adalah sebesar 16,53 persen.
.id
Muna, Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Kolaka, Kabupaten
go
Kolaka Utara, Kota Kendari, dan Kota Baubau.
s.
3.30.1 Pola Distribusi
p
.b
di Provinsi Sulawesi Tenggara berawal dari distributor yang mendapat pasokan gula
w
//w
pasir dari luar provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Selanjutnya,
distributor menjual sebagian besar barang dagangannya ke pedagang grosir yaitu
s:
pasokan barang dagangannya kepada pedagang eceran sebesar 78,4 persen dan
sisanya kepada industri pengolahan dan rumah tangga. Kemudian pedagang eceran
menjual sebagian besar kepada 82,66 persen, dan sisanya dijual ke industri
pengolahan dan kegiatan usaha lainnya.
Industri
Distributor 33,08% Pedagang Grosir 2,97%
Pengolahan
4,68%
78,4%
9,53%
Pemerintah dan
5,59% 15,22% Pedagang Eceran Lembaga Nirlaba
.id
Lainnya
Supermarket/
41,52%
Swalayan 81,48%
go
82,66%
Keterangan:
p s. 3,31%
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
tp
Sulawesi Tenggara adalah sebesar 40,26 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
ht
kenaikan harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi
Sulawesi Tenggara adalah sebesar 40,26 persen.
.id
tetapi rantai tersebut berpotensi menjadi empat rantai apabila melalui tiga pedagang
go
yaitu distributor, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Selengkapnya, pola
distribusi perdagangan
s.
gula pasir di Provinsi Gorontalo untuk setiap usaha
p
perdagangan dijelaskan pada gambar berikut.
.b
w
KE LUAR PROVINSI
//w
75,99%
SULAWESI TENGAH
tp
20,13% (8,88%)
21,67%
Kegiatan Usaha
SULAWESI TENGGARA
Lainnya
(8,88%)
Supermarket/
90% SULAWESI BARAT
Swalayan
(8,88%)
50%
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
Gorontalo adalah sebesar 15,05 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan
harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Gorontalo
adalah sebesar 15,05 persen.
.id
sebesar 50,00 persen, lalu sisanya didistribusikan ke kegiatan usaha lainnya seperti
go
hotel dan restoran. Kemudian, pedagang eceran menjual pasokan barang
dagangannya ke rumah tangga sebesar 65,85 persen, dan sisanya didistribusikan
p s.
.b
Pola distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi Sulawesi Barat secara lebih
w
50%
ht
30,49%
Kegiatan Usaha
Distributor 50% Pedagang Eceran
Lainnya
63,39%
2,37%
SULAWESI SELATAN (96,56%) 65,85%
Pedagang Grosir 20,49% Rumah Tangga
SULAWESI TENGAH (3,44%) 80,59%
1,63%
2,67%
Supermarket/ Industri
17,04%
Swalayan Pengolahan
14,48%
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
Sulawesi Barat adalah sebesar 11,12 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan
.id
harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Sulawesi
go
Barat adalah sebesar 11,12 persen. p s.
3.33 Provinsi Maluku
.b
w
Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kota Tual, dan Kota
s:
Ambon.
tp
ht
.id
Distributor 36,38% Pedagang Grosir 36,43%
63,57%
go
61,96%
21,53%
1,66%
JAWA TIMUR (99,96%)
Supermarket/
100%
Swalayan
w
Keterangan:
w
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
Maluku adalah sebesar 57,49 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga
gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Maluku adalah
sebesar 57,49 persen.
.id
go
WILAYAH PEMBELIAN DARI DALAM PROVINSI
LUAR PROVINSI p s.
39,62%
.b
7,50%
66,88% Pedagang Eceran 56,49%
w
Kegiatan Usaha
3,89%
Lainnya
ht
11,25%
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
Maluku Utara adalah sebesar 43,58 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan
harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Maluku
adalah sebesar 43,58 persen.
.id
sampel distribusi perdagangan komoditas gula pasir meliputi Kabupaten Fakfak,
go
Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Manokwari, dan Kota Sorong.
di Provinsi Papua Barat berawal dari pedagang grosir yang mendapat pasokan gula
w
pasir dari luar provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur. Selanjutnya,
//w
sebesar 77,24 persen, lalu sisanya didistribusikan ke rumah tangga kegiatan usaha
tp
pasokan barang dagangannya kepada rumah tangga sebesar 60,71 persen, dan
sisanya didistribusikan kepada sesama pedagang eceran yang lain.
Supermarket/
Swalayan
5,51%
Kegiatan Usaha
0,17%
Lainnya
39,29%
Keterangan:
.id
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
go
Gambar 3.39 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir
di Provinsi Papua Barat
p s.
3.35.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)
.b
w
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
w
Papua Barat adalah sebesar 40,46 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan
//w
harga gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Papua Barat
s:
50%
Supermarket/
62,63%
Swalayan
Keterangan:
= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir = Eksportir/Importir
.id
Gambar 3.40 Pola Distribusi Perdagangan Gula Pasir di Provinsi Papua
go
Secara umum, rantai utama distribusi perdagangan gula pasir di Provinsi
s.
Papua adalah sebagai berikut.
p
.b
w
dari luar provinsi sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai. Pendistribusian
tp
yang utama melibatkan dua pedagang, yakni agen dan pedagang eceran. Akan tetapi,
ht
rantai distribusi tersebut berpotensi menjadi empat rantai ketika melalui jalur: luar
provinsi – pedagang grosir – pedagang eceran –– konsumen akhir.
Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP gula pasir di Provinsi
Papua adalah sebesar 31,44 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga
gula pasir dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Papua adalah
sebesar 31,44 persen.
.id
Provinsi Maluku.
go
Terdapat 8 (delapan) provinsi yang memliki rantai utama yang dimulai dari
s.
produsen, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat,
p
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Sementara itu, terdapat
.b
w
juga dua provinsi yang memiliki produsen tetapi peredaran komoditas gula pasir di
w
wilayah tersebut masih didominasi oleh gula pasir yang berasal dari luar provinsi,
//w
provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat. Selain itu, provinsi
s:
lainnya masih menggunakan gula pasir yang dipasok dari luar provinsi atau luar
tp
negeri.
ht
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Tebu Indonesia 2018. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2019. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia Agustus 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2018. Tabel Proyeksi Penduduk Menurut Provinsi, 2015–2045.
.id
https://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_nbm2.php, 26
go
November 2019
s.
Kementerian Perdagangan. 2006. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
p
.b
Dan/Atau Jasa.
//w
s:
Susila, W.R dan Bonar M Sinaga. 2005. Analisis Kebijakan Industri Gula Indonesia,
Jurnal Agro Ekonomi, Volume 23 No 1:30-53. Diambil dari
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%2023-1b.pdf. 24
Oktober 2016.
LAMPIRAN
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
RAHASIA VPDP-19
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK
1. Provinsi
: ………………………………………………………….….
2. Kabupaten/Kota1)
: ………………………………………………………….….
.id
3. Kecamatan
: ………………………………………………………….….
go
4. Kelurahan/Desa1)
: ………………………………………………………….….
………………………………………………………………………………………………………………….
w
Kewajiban : Responden wajib memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelenggaraan statistik dasar oleh Badan Pusat Statistik
berdasarkan Undang-undang No. 16 tahun 1997 tentang Statistik pasal 27.
…………………………………………………………………………………………………………………….
diisi oleh pemeriksa
…………………………………………………………………………………………………………………….
2. Komoditas yang diteliti: ST
.id
Rincian ini diisi jika fungsi perusahaan bukan produsen atau Blok II Rincian 5 bukan berkode 1
Harga Beli per Kg (Rp) Harga Beli per Kg (Rp)
No. Asal pembelian barang dagangan Persentase
Tahun 2018 Triwulan I Tahun 2019
(1) (2) (3) (4) (5)
go
1. Dalam provinsi
%
a. Importir …………………………………………………………………………………………………………
………………………………………… …………………………………………
%
b. Produsen/Petani/Peternak …………………………………………………………………………………………………………
………………………………………… …………………………………………
p s.
%
c. Distributor …………………………………………………………………………………………………………
………………………………………… …………………………………………
.b
%
d. Sub distributor …………………………………………………………………………………………………………
………………………………………… …………………………………………
w
%
e. Agen …………………………………………………………………………………………………………
………………………………………… …………………………………………
w
%
f. Pedagang grosir …………………………………………………………………………………………………………
………………………………………… …………………………………………
//w
%
g. Pedagang pengepul …………………………………………………………………………………………………………
………………………………………… …………………………………………
%
h. Pedagang eceran …………………………………………………………………………………………………………
………………………………………… …………………………………………
s:
2. Luar provinsi %
tp
3. Luar negeri %
Jumlah 1 0 0 %
ht
a. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
b. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
c. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
d. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
e. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
f. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
g. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
h. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
Jumlah 1 0 0 %
3) Kode Provinsi/Negara diisi oleh pemeriksa
Tujuan penjualan barang dagangan/hasil Harga Jual per Kg (Rp) Harga Jual per Kg (Rp)
No. Persentase
produksi Tahun 2018 Triwulan I Tahun 2019
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Dalam provinsi
a. Eksportir ………………………………………………………………………………………………
% ……………………………………...…… ……………………………………...……
b. Distributor ………………………………………………………………………………………………
% ……………………………………...…… ……………………………………...……
d. Agen ………………………………………………………………………………………………
%
……………………………………...…… ……………………………………...……
g. Supermarket/swalayan ………………………………………………………………………………………………
% ……………………………………...…… ……………………………………...……
.id
j. Kegiatan usaha lainnya ………………………………………………………………………………………………
%
……………………………………...…… ……………………………………...……
go
k. Pemerintah dan lembaga nirlaba ………………………………………………………………………………………………
%
……………………………………...…… ……………………………………...……
2. Luar provinsi
p
%
s.
……………………………………...…… ……………………………………...……
.b
3. Luar negeri %
Jumlah 1 0 0 %
w
w
Tahun 2018
Tahun 2019 (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
tp
a. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
ht
b. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
c. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
d. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
e. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
f. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
g. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
h. %
…………..……………..…………………………………………………………………………… ………………………..………………………..
……………………..……..
Jumlah 1 0 0 %
2. Berapa persen nilai penjualan komoditas yang diteliti terhadap seluruh nilai penjualan selama tahun 2017?
3. Selama tahun 2017, produksi/penjualan komoditas terjadi pada bulan: (beri tanda √ )
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
.id
4. a. Selama tahun 2017 rata-rata harga komoditas yang diproduksi/dijual dibanding tahun sebelumnya
go
Lebih murah 1 → ke R2b Lebih mahal 2 → ke R2c Sama saja 3 → ke Blok VI
1. Nama
…………………………....……….. …………………………....……….. …………..………..……..……..
2. Telepon
…………………………....……….. …………………………....……….. …………..………..……..……..
3. Tanggal
………..….…. s.d. ………….…… ………..….…. s.d. ………….…… ……..….…. s.d. ………….……
4. Tanda tangan
…………………………....……….. …………………………....……….. …………..………..……..……..
.id
Nama : ………………………………….. Nama : ………………………………….
go
NIP : ………………………………….. Jabatan : ………………………..………..
*) Jika selesai sebelum waktu yang diperkirakan, mohon telepon ke:
BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
s.
: ……………………………………, Telepon: ……………………………….
p
atau No. HP Petugas Survei : ……………………………………
.b
w
w
//w