SKRIPSI
Oleh
BANDUNG
2019
LEMBAR HAK CIPTA
Oleh
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak sebagian atau seluruhnya, dengan dicetak
ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Indonesia
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Laba Dengan
Mediasi Modal Kerja (Survey pada Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Dengan segala kemampuan yang dimiliki penulis berusaha menyajikan
skripsi dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam sistematika maupun kedalaman isinya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun untuk perbaikan dimasa
mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca serta khasanah keilmuan pada umumnya.
Penullis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis
DAFTAR ISI
Tabel 1.1 Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Kebumen Tahun 2017 ............. 2
Tabel 1.2 Perkembangan Banyaknya Industri di Kabupaten Kebumen Menurut
Klasifikasi Industri Tahun 2008-2017 .................................................... 3
Tabel 1.3 Perkembangan Banyaknya Tenaga Kerja Industri Menurut Klasifikasi
Industri di Kabupaten Kebumen Tahun 2008-2017 ................................ 4
Tabel 1.4 Daftar Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen ........................... 5
Tabel 1.5 Laba Pengusaha Lanting Bulan Juli-September Tahun 2018 ................. 6
Tabel 2.1 Ciri-ciri dan Watak/Karakter Wirausaha...............................................23
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 25
Tabel 3.1 Daftar Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen........................ 31
Tabel 3.2 Sampel Pengusaha Lanting ................................................................... 31
Tabel 3.3 Perhitungan dan Distribusi Sampel ....................................................... 33
Tabel 3.4 Operasional Variabel............................................................................. 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sektor informal mampu memberikan peluang yang lebih banyak untuk memperolah
pendapatan. Pendapatan pada sektor informal terdiri dari berbagai jenis usaha yang
banyak sehingga akan terdapat berbagai sumber pendapatan dari berbagai jenis
usaha tersebut. Menurut Mubyarto (2004) sektor informal dapat berperan mengatasi
persoalan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan untuk kesejahteraan
masyarakat. Walaupun pendapatan yang diperoleh pada usaha di sektor informal
tidak terlalu besar tetapi usaha disektor ini mampu menyediakan lapangan
pekerjaan yang padat karya. Hal ini sesuai dengan pendapat Munker dan Walter
(2008, hlm. 129) yang mengatakan bahwa sektor informal merupakan sumber
pendapatan yang utama bagi penduduk miskin. Hal ini karena sektor informal
mudah dimasuki oleh penduduk miskin dan tidak memerlukan persyaratan formal.
Kabupaten Kebumen mempunyai industri kecil yang terbagi dalam
beberapa jumlah industri kecil dengan pembagian berbagai jenis kelompok industri.
Data jumlah industri kecil yang ada di Kabupaten Kebumen berdasarkan laporan
BPS tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Kebumen Tahun 2017
Jumlah Tenaga
No Kelompok Industri
Usaha Kerja
1. Industri Makanan dan Minuman 35.716 72.636
2. Pengolahan Tembakau 56 146
3. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit 745 1.957
4. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 181 902
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang 8.858 17.093
5.
Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan 82 628
6.
Reproduksi Media Rekaman
7. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 454 1.364
8. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 14 56
9. Industri Barang Galian Bukan 3.205 12.700
Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, 185 666
10.
Optik dan Peralatan Listrik
11. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 1 4
12. Industri Furnitur 26 166
Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi dan Pemasangan 6.813 11.354
13.
Mesin dan Peralatan
Jumlah 56.336 120.672
Sumber: Laporan BPS (Kabupaten Kebumen Dalam Angka 2018)
3
dari singkong menjadi ciri khas camilan yang ada di Kabupaten Kebumen yaitu
industri kecil lanting. Gambaran jumlah industri kecil lanting di Kabupaten
Kebumen dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4
Daftar Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen
No Kecamatan Jumlah No Kecamatan Jumlah
1. Adimulyo 35 7. Kuwarasan 135
2. Bonorowo 5 8. Mirit 3
3. Buayan 92 9. Petanahan 1
4. Gombong 2 10. Prembun 3
5. Karanganyar 9 11. Rowokele 1
6. Kutowinangun 4 12. Sempor 2
Jumlah 292
Sumber : Disperindag Kabupaten Kebumen 2014 (dalam Puspitasari, 2015,hlm. 120)
Berdasarkan Tabel 1.4, menunjukkan daftar industri lanting yang dijadikan
sebagai pusat jajanan lanting. Pengusaha lanting terbanyak terdapat di Kecamatan
Kuwarasan yaitu sebanyak 135. Tepatnya di Desa Lemahduwur, Kecamatan
Kuwarasan. Desa yang namanya berarti lemah (tanah) duwur (tinggi) itu
merupakan sentra pengrajin lanting. Masyarakat mengakui asal muasal lanting dari
desa tersebut dan kemudian menyebar ke desa sekitarnya. Saat ini, industri kecil
lanting terus berkembang dan tersebar di sejumlah kecamatan. Usaha lanting
tersebut membawa dampak yang positif bagi masyarakat karena dapat
meningkatkan perekonomian serta dapat menyerap tenaga kerja setempat.
Dengan adanya usaha kecil yang semakin berkembang, akan mampu
menyerap tenaga kerja yang ada disekitar industri. Peran serta pemerintah akan
sangat membantu jika industri kecil yang sedang berkembang dikelola dan
diberikan bantuan dari berbagai aspek sehingga tercapai industri yang semakin
berkembang, yaitu perubahan dari industri kecil mampu menjadi industri yang
besar dan kuat dalam menghadapi masalah dan tantangan yang menghadang dalam
laju kegiatan industri.
Dalam menjalankan usaha tentunya tujuan pengusaha adalah memperoleh
pendapatan/laba. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perjalanannya
pengusaha akan menghadapi berbagai kendala yang harus dihadapi. Adapun faktor
pertama yang dapat mempengaruhi pendapatan yaitu modal. Modal sebagai dana
6
1. BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisi pendahuluan penelitian menjelaskan mengenai latar
belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
2. BAB II Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu, dan Kerangka Pemikiran
Bab ini berisi mengenai kajian pustaka atau landasan teoritis yang
menjelaskan teori yang berkaitan dengan penelitian, penelitian terdahulu yang
telah dilakukan, dan kerangka pemikiran.
3. BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi mengenai metode penelitian, objek dan subjek penelitian,
populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel, sumber dan jenis
data, teknik pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, dan teknik
analisis data dalam penelitian ini.
4. BAB IV Hasil Penellitian dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh dan
pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjelaskan tentang penafsiran dan pemaknaaan terhadap hasil
dari analisis sekaligus mengajukan hal-hal penting agar dapat dimanfaatkan
terkait hasil penelitian tersebut.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
11
11
Menurut BPS, industri yang dilihat dari jumlah tenaga kerjanya dibedakan
menjadi:
1. Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang
atau lebih.
2. Industri sedang atau menengah adalah perusahaan dengan jumlah tenaga
kerja 20 orang sampai 99 orang
3. Industri kecil adalah perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai 19
orang.
4. Industri rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 1 orang
sampai 4 orang.
Industri kecil dan menengah merupakan skala usaha yang paling banyak
dilakukan oleh masyarakat saat ini. Meskipun usaha ini masih tergolong usaha
kecil, namun peranan dari usaha kecil menengah ini sangat besar bagi kelangsungan
hidup masyarakat. Banyak masyarakat yang sukses besar dengan menjalankan
kegiatan usaha kecil ini, namun tidak sedikit pula usaha yang bangkrut karena tidak
disertai dengan niat dan usaha yang sunguh-sungguh dalam menjalankan usahanya.
Menurut Dhar dan Lydall (dalam Utami 2013,hlm.15) industri Kecil dan
Menengah sangat menjanjikan dan memiliki manfaat ekonomi yang lebih besar dan
mempunyai peran yang sangat penting terutama sebagai penggerak pertumbuhan
ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat,
menambah jiwa kewirausahaan dan sebagai sumber munculnya inovasi.
Semakin pesatnya perkembangan dan persaingan di dunia perdagangan
pada era globalisasi ini semakin menekankan bahwa betapa pentingnya industri
kecil dan menengah di Indonesia. Selain dapat meningkatkan kesempatan kerja dan
sumber pendapatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, diharapkan industri
kecil dan menengah ini dapat berperan sebagai salah satu sumber penting
pertumbuhan ekonomi negara.
Gambar 2.1
Keseimbangan Pendekatan Total
(Ahman dan Rohmana, 2009, hlm. 213)
Pada titik A1, jarak vertikal antara pendapatan total (TR) dan biaya total
(TC) mencapai maksimum, dan karena itu laba dimaksimasi.
Pada stage I dan III, perusahaan mengalami kerugian karena TR lebih kecil
daripada TC (TR<TC).
Pada stage III perusahaan mendapat laba karena TR lebih besar dari TC
(TR>TC).
Pada saat TR sama dengan TC yaitu pada saat fungsi fungsi TC memotong
fungsi TR menunjukan bahwa produsen tidak memperoleh keuntungan,
atau dikenal dengan istilah Break Even Point (titik impas).
2. Pendekatan Marginal
Dalam pendekatan marginal, perhitungan laba dilakukan dengan
membandingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR) dari setiap
15
unit produksi. Karena pada pasar persaingan MR=P, maka berlaku syarat terjadinya
keuntungan maksimal MC=P. Rumus MC=MR diperoleh melalui cara berikut:
keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya.
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Keuntungan maksimal dicapai dengan syarat turunan pertama sama dengan nol
(𝑑 𝜋/𝑑𝑄).
(𝑑 𝜋/𝑑𝑄) = 𝑑𝑇𝑅/𝑑𝑄 − 𝑑𝑇𝐶/𝑑𝑄
0 = MR-MC
MR=MC
Hubungan antara MC,MR, dan P ini ditunjukkan Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Perolehan Keuntungan dengan Pendekatan Marginal
(Ahman dan Rohmana, 2009, hlm. 217)
Berdasarkan Gambar 1.2, keputusan yang diambil perusahaan untuk
memperoleh keuntungan maksimal adalah memproduksi output sebanyak Q0 unit.
TR yang diterima produsen sebanyak 0P0AQ0, sedangkan biaya total yang harus
dikeluarkan sebanyak 0P1BQ0. Selisih keduanya merupakan keuntungan yaitu
sebesar P0ABP1.
Untuk memperoleh keuntungan tersebut, salah satu syaratnya adalah harga
(P) harus lebih besar dari biaya rata-rata (AC). Selisih antara harga per unit dan
biaya rata-rata menggambarkan besarnya keuntungan per unit. Pada output sebesar
0Q0, keuntungan per unit (P-AC) adalah sebesar AB.
16
Modal yang
Laba
ditanam
Gambar 2. 3
Hubungan Modal Kerja dengan Laba
( Budiwati & Suzanti, 2010, hlm. 58)
Berdasarkan Gambar 2.8 terlihat bahwa modal yang digunakan dalam
perusahaan berasal dari modal asing (modal pinjaman) dan modal sendiri sebelum
mencapai laba yang diharapkan, terlebih dahulu pengusaha harus mengetahi harga
pokok barang ayang akan diproduksi yang akan menghasilkan laba. Serta dengan
modal yang ditanamkan akan menghasilkan barang yang akan dijual. Dengan kata
lain, untuk dapat menghasilkan laba, mustahil tanpa modal.
Oleh karena itu, besar kecilnya modal yang ditanamkan, baik modal sendiri
maupun modal asing akan menentukan volume produksi. Semakin besar modal
yang ditanamkan, maka volume penjualan akan semakin besar dan pengusaha
mempunyai kesempatan meningkatkan income dan meningkatkan laba pada
akhirnya.
pada yang lain (doing the new way of bussiness) dan mengisi sebagian
pangsa pasar dari produk yang sudah ada untuk produk sejenis, tetapi
kualitas layanan, harga yang lebih kompetitif.
3. Orientasi pada konsumen dalam membuat produk, menjual barang atau jasa
dengan mempertimbangkan harga yang wajar, layak, dan kompetitif ;
kemampuan produk untuk menunjang kebutuhan manusia ; fungsi,
keamanan, kenyamanan, gengsi, dan lain-lain; pelayanan purna jual untuk
beberapa produk tertentu; kepuasan dan manfaat bagi pelanggan dan
stakeholder.
4. Menghadapi risiko dalam segala bentuk dan kejadian, seperti risiko
keuangan, risiko persaingan, risiko produksi, risiko pasar.
5. Melakukan ekspansi atau diversifikasi bisnis untuk tujuan mengembalikan
modal, mendapatkan laba dan memperbesar usaha, serta mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
1. Cindy Dwi Pengaruh X1 = Perilaku Terdapat pengaruh
Yuliandi Perilaku Kewirausahaan positif modal usaha
(2016) Kewirausahaan X2 = Modal Usaha memediasi
Terhadap Y = Pendapatan pengaruh perilaku
Pendapatan kewirausahaan
Melalui Mediasi terhadap
Modal Usaha pedapatan.
2. Anak Agung Pengaruh Modal, X1 = Modal Modal dan lama
Ratih Tenaga Kerja, X2 = Tenaga Kerja usaha berpengaruh
Wulandari dan Lama Usaha X3 = Lama Usaha signifikan terhadap
dan Ida Bagus Terhadap Y = Pendapatan pendapatan, dan
Darsana Pendapatan Tenaga kerja tidak
(2017) berpengaruh
signifikan terhadap
pendapatan
3. Satyaningsih Pengaruh Modal X1 = Modal Kerja Modal kerja dan
Sri Utami dan Kerja Terhadap X2 = Lama Usaha lama usaha
Edi Wibowo Pendapatan Y = Pendapatan memiliki pengaruh
(2013) Dengan Lama positif dan
Usaha Sebagai signifikan terhadap
Variabel pendapatan
Moderat
4. Tyas Analisis Faktor- X1 = Modal Kerja Modal kerja,
Sasetyowati Faktor yang X2 = Perilaku perilaku
dan Susanti Mempengaruhi Kewirausahaan kewirausahaan dan
Kurniawati. Pendapatan X3 = Persaingan persaingan
(2013) Pedagang Y = Pendapatan memiliki pengaruh
Sembako positif dan
signifikan terhadap
pendapatan
pedagang
sembako.
5. Putri Analisis Faktor- X1 = Modal Kerja Variabel Modal
Jamaika, Faktor Yang X2 = Lama Usaha Kerja, lama usaha,
Wayan Mempengaruhi X3 = Tenaga Kerja dan tenaga kerja
Subagirta, Pendapatan Y = Pendapatan berpengaruh
Sebastiana Pengusaha signifikan terhadap
26
Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Viphindrartin Mebel di pendapatan
(2014) Kecamatan pengusaha mebel
Leces di Kecamatan
Kabupaten Leces Kabupaten
Probolinggo Probolinggo
terhadap pendapatan pengusaha. Selain itu penelitian serupa juga dilakukan oleh
Satyaningsih Sri Utami dan Edi Wibowo (2013), hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa modal usaha mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan. Artinya semakin besar modal yang digunakan dalam menjalankan
usaha, maka pendapatan pun akan meningkat.
Secara teori, hubungan modal dengan pendapatan adalah positif. Hal ini
disebabkan karena dengan modal yang besar akan pengusaha akan lebih aman
dalam pengadaan barang demi kelangsungan usahanya serta dalam hal variasi dan
jenisnya sehingga konsumen lebih tertarik untuk melakukan pembelian barang dan
akan meningkatkan pendapatan pengusaha. Hubungan modal yang berpengaruh
positif dan signifikan juga didukung oleh beberapa penelitian lainnya yakni
penelitian yang dilakukan oleh Cindy Dwi Yuliandi (2016) serta Anak Agung Ratih
Wulandari dan Ida Bagus Darsana (2017).
Banyak orang yang mendirikan usaha dan mampu bertahan dalam
menjalankan usahanya, namun adapula yang hanya bertahan sesaat saja. Penyebab
utama yang menjadikan seseorang mampu dalam bertahan dalam menjalankan
usahanya adalah karena adanya perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh seorang
wirausaha. Hal tersebut mendorong pengusaha untuk mencari dan mendapatkan
modal usaha yang maksimal untuk meningkatkan pendapatannya. Artinya bahwa
seorang pengusaha sadar dan tahu usaha apa yang sedang dikelolanya, sehingga dia
tau apa yang seharusnya dilakukan terhadap usahanya untuk meningkatkan
pendapatan (Yuliandi, 2016, hlm. 38-39)
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
kewirausahaan dan modal usaha memiliki pengaruh terhadap peningkatan
pendapatan. Ketersediaan modal yang memadai disertai dengan penggunaannya
yang optimal, akan meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya akan
meningkatkan laba. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2.9.
29
a b
e2
Gambar 2. 4
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
Tabel 3.1
Daftar Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen
No Kecamatan Jumlah No Kecamatan Jumlah
1. Adimulyo 35 7. Kuwarasan 135
2. Bonorowo 5 8. Mirit 3
3. Buayan 92 9. Petanahan 1
4. Gombong 2 10. Prembun 3
5. Karanganyar 9 11. Rowokele 1
6. Kutowinangun 4 12. Sempor 2
Jumlah 292
Sumber : Disperindag Kabupaten Kebumen 2014 (dalam Puspitasari, 2015,hlm. 120)
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e2 : error level (tingkat kesalahan)
Maka dapat diketahui perhitungan dalam menentukan sampel pengusaha ,
yaitu sebagai berikut:
139
n = 139 (0.05)2 +1
139
= 139 (0.0025)+1
Keterangan:
N = jumlah populasi keseluruhan
Ni = jumlah populasi menurut stratum
n = jumlah sampel keseluruhan
ni = jumlah sampel menurut stratum
Pengukuran sampel akan dilakukan menggunakan rumus alokasi
proporsional yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.
33
Tabel 3.3
Perhitungan dan Distribusi Sampel
No Nama Kecamatan Jumlah Pengusaha Sampel
135
ni = 139 x 103 = 100
1. Kuwarasan 135
2
ni = 139 x 103 = 2
2. Sempor 2
2
ni = 139 x 103 = 2
3. Gombong 2
Total 139 104
Sumber : Disperindag Kabupaten Kebumen 2016 (data diolah)
2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam
(misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain)
dan bergerak (misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian,
gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar, dan lain-lain).
3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka,
gambar, atau simbol-simbol lain.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data person yaitu dari banyaknya sampel yang diteliti yang
telah ditentukan. Kemudian data paper berupa hasil angket yang diperoleh langsung
dari banyaknya sampel yang ditentukan.
Dari contoh tersebut, responden memberikan tanda (X) pada nilai yang
sesuai dengan persepsinya. Para peneliti sosial dapat menggunakan skala ini
misalnya memberikan penilaian kepribadian seseorang, menilai sifat hubungan
interpersonal dalam organisasi, serta menilai persepsi seseorang terhadap objek
sosial atau pribadi yang menarik. Selaian itu, skala perbedaan semantik, responden
37
diminta untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep tertentu
misalnya kinerja, peran pemimpin, prosedur kerja, aktivitas, dan sebagainya. Skala
ini menunjukkan suatu keadaan yang saling bertentangan misalnya ketat-longgar,
sering dilakukan-tidak pernah dilakukan, lemah-kuat, positif-negatif, buruk-baik,
besar-kecil, dan sebagainya.
Skala numerikal merupakan variasi skala diferensial semantik. Skala ini
juga menggunakan dua kutub ekstem positif dan negatif, hanya saja pilihan yang
tersedia adalah angka. Sama seperti pada diferensial semantik, jumlah angka harus
ganjil , umumnya 5,7, dan 9.
Keterangan:
rix = koefisien korelasi item-total
si = simpangan baku skor setiap item pertanyaan
sx = simpangan baku skor total
Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai, para
ahli menetapkan patokan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar
0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya, semua
item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total
dikoreksi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki validitas
internal yang memadai, dan kurang dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan item tersebut
tidak valid. Dalam praktek penelitian, perlakuan terhadap item pertanyaan yang
tidak memenuhi syarat validitas biasanya di drop dari kuisioner penelitian. Artinya,
item yang tidak valid tersebut tidak diikut sertakan dalam analisis data selanjutnya
(Kusnendi, 2008, hlm. 96).
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Kewirausahaan (X)
Gambar 3.1
Langkah-Langkah Uji Model Mediasi
Sumber: Kusnendi (2018, hlm. 3)
Berdasarkan Gambar 3.1 diketahui bahwa untuk menguji hipotesis mediasi
pada umumnya menggunakan dua cara atau dua strategi, yaitu causal step
berdasarkan ketentuan Baron & Kenny dan product of coefficient yang didasarkan
pada pengujian signifikansi pengaruh tidak langsung atau indirect effect.
3.9.2.1 Causal Steps Strategy: Baron & Kenny
Kusnendi (2018, hlm.3) mengemukakan langkah-langkah dalam menguji
hipotesis mengacu prosedur pengujian peran mediator dengan causal step strategy
yaitu sebagai berikut:
1. Membuat persamaan regresi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Analisis regresi ini akan menghasilkan koefisien c.
2. Membuat persamaan regresi variabel bebas (X) terhadap variabel mediasi
(M). Analisis regresi ini akan menghasilkan koefisien a.
3. Membuat persamaan regresi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
dengan memasukkan variabel mediasi (M) ke dalam persamaan. Analisis
regresi ini akan menghasilkan dua nilai estimasi prediktor dari M dan X.
42
Ketiga persamaan regresi yang akan diuji tersebut dapat dibuat ke dalam
sebuah diagram seperti berikut: e
c = total effect
X c Y
e1 M
a ab = indirect effect b
c’ = direct effect
X c’ Y
Gambar 3.2
e2
Simple Mediation Model
Sumber: Kusnendi (2018, hlm. 3)
3. Goodman test
𝑎𝑏
𝑧=
√𝑏 2 𝑠𝑎2 + 𝑎2 𝑠𝑏 2 − 𝑠𝑎2 𝑠𝑏 2
Keterangan:
ab = koefisien indirect effect yang diperoleh dari perkalian antara direct effect
a dan b
a = koefisien direct effect variabel bebas (X) terhadap variabel mediasi (M)
b = koefisien direct effect variabel mediasi (M) terhadap variabel terikat (Y)
sa = standard error koefisien regresi a
sb = standard error koefisien regresi b
Jika z-value dalam harga mutlak >1,96 atau tingkat signifikansi statistik z (p-
value) < 0.05, berarti indirect effect atau pengaruh tidak langsung variabel bebas
terhadap variabel terikat melalui mediator dinyatakan signifikan.
Z-value beserta nilai probabilitasnya (p-value) dapat dihitung menggunakan
microsoft excel atau dengan menggunakan alat hitung interaktif yang terdapat pada
link berikut:
http://people.ku.edu/~preacher/sobel/sobel.htm.
http://quantpsy.org/sobel/sobel.htm.
2
(𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 / 𝑑𝑓𝑟𝑒𝑠 ) 2
𝑘(1 − 𝑅 2 )
𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅 = 1 − =𝑅 −
𝐽𝐾𝑡𝑜𝑡 / 𝑑𝑓𝑡𝑜𝑡 𝑛−𝑘−1
(Kusnendi, 2018, hlm.6)
Keterangan:
̅)2 = b0 ∑ Y + b1 ∑ X1 Y +
JK reg = jumlah kuadrat regresi = b′ (X ′ X) − n(Y
̅) 2
b2 ∑ X2 Y + b3 ∑ X3 Y + ⋯ + bk ∑ Xk Y − n(Y
̅) 2
JK tot = jumlah kuadrat total = Y ′ Y − n(Y)2 = ∑ Y 2 − n(Y
JK res = jumlah kuadrat residual = JK tot − JK reg
dfres = derajat bebas residual = n − k − 1
dftot = derajat bebas total = n − 1
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Tengah. Secara geografis, Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang
Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Kabupaten Kebumen mempunyai batas
wilayah dengan kabupaten lainnya, yaitu:
1. Sebelah utara : Kabupaten Banjarnegara
2. Sebelah timur : Kabupaten wonosobo dan Kabupaten Purworejo
3. Sebelah selatan : Samudra Hindia
4. Sebelah barat : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap
Secara Administratif Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 Kecamatan, 449
Desa dan 11 Kelurahan dengan luas wilayah sekitar 128.111,50 hektar atau
1.281,115 km² yang terdiri dari daerah pantai, perbukitan dan sebagian besar
wilayahnya adalah dataran rendah.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini
dilakukan dengan sampel yang telah ditentukan pada beberapa kecamatan yang
terletak di Kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen yaitu Kecamatan
Kuwarasan, Kecamatan Gombong, dan Kecamatan Sempor.
Gambar 4.1
Peta Kabupaten Kebumen
49
dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam suatu usaha anggota keluarga harus ikut
berperan aktif agar mencapai keberhasilan. Dari hasil penelitian, diperoleh data
mengenai karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga yang
terlibat dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga yang Terlibat
dalam Usaha
Jumlah Anggota
F %
Keluarga yang Terlibat
1 53 50,96
2 48 46,15
3 3 2,88
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 08
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa sebanyak 53 pengusaha atau
sebesar 50,96% pengusaha mempunyai 1 anggota keluarga yang terlibat dalam
kegiatan usaha, selanjutnya 48 pengusaha atau sebesar 46,15% pengusaha
mempunyai 2 anggota keluarga yang terlibat, dan sebanyak 3 pengusaha atau 2,88%
memiliki 3 anggota keluarga yang terlibat dalam usaha.
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa sebesar 49,04% atau sebanyak
51 pengusaha sebelum menjadi pengusaha lanting belum bekerja atau tidak bekerja,
hal ini dikarenakan usaha lanting merupakan usaha turun-temurun dari
keluarganya. Selanjutnya sebanyak 25,96% atau sebanyak 27 pengusaha sebelum
menjadi pengusaha lanting merupakan buruh, petani sebanyak 19,23% atau
sebanyak 20 pengusaha, dan pedagang dan PNS sebesar masing-masing 2,88% atau
sebanyak 3 pengusaha.
Tabel 4.9
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Kepercayaan Diri dan Optimis
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 23,54
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 23,06
Batas Atas 24,05
Minimum 16
Maksimum 28
Simpangan Baku 2,603
Varians 6,775
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.9, diperoleh skor rata-rata data variabel kepercayaan
diri dan optimis sebesar 23,54 % dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan
sebesar 95% berkisar antara 23, 06 sampai 24,05. Dikonsultasikan dengan kriteria
kategorisasi yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan
95% tingkat kepercayaan diri dan optimis yang dimiliki pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen ada pada kategorisasi sedang. Adapun distribusi frekuensi
tingkat kepercayaan diri dan optimisme pengusaha lanting terdapat pada Tabel
4.10.
Tabel 4.10
Distribusi Kepercayaan Diri dan Optimis Pengusaha Lanting di Kabupaten
Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 20 88 84,61
Sedang 12 < X < 20 16 15,39
Rendah X < 12 0 0
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Dilihat dari Tabel 4.10, diperoleh informasi bahwa dari 104 sampel terdapat
sebesar 0 % pengusaha yang memiliki tingkat kepercayaan diri dan optimis yang
rendah, dan yang memiliki tingkat kepercayaan diri dan optimis yang tinggi sebesar
84,61%. Sisanya yaitu sebesar 15,39 % memiliki tingkat kepercayaan diri dan
optimis yang sedang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengusaha lanting
56
memiliki tingkat kepercayaan diri dan sikap optimis yang baik. Rasa percaya diri
yang cukup baik dan optimis merupakan suatu perilaku yang perlu dimiliki oleh
seorang wirausaha. Dengan cukup tingginya rasa percaya diri dan optimis,
pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen akan tetap mampu menjalankan usaha
yang dijalani.
2. Berorientasi Laba dan Ketekunan
Selain perilaku kepercayaan diri dan optimis, selanjutnya terdapat indikator
berorientasi pada laba, ketekunan yang terdiri dari kemampuan mengarahkan usaha
pada laba, ketekunan dalam bekerja, dan kemampuan dalam penetapan harga.
Gambaran umum berorientasi pada laba dan ketekunan yang diperoleh dari
hasil penelitian berupa angket yang telah disebar ke 104 pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.11
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Berorientasi Laba dan Ketekunan
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 16,52
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 16,12
Batas Atas 16,91
Minimum 10
Maksimum 21
Simpangan Baku 2,136
Varians 4,563
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.11 , diperoleh skor rata-rata variabel berorientasi laba
dan ketekunan sebesar 16,52 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan
sebesar 95% berkisar antara 16,12 sampai 16,91. Dikonsultasikan dengan kriteria
kategorisasi yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan
95% tingkat berorientasi laba dan ketekunan yang dimiliki pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen ada pada kategori sedang. Adapun distribusi frekuensi tingkat
berorientasi pada laba dan ketekunan pengusaha lanting dapat dilihat pada Tabel
4.12.
57
Tabel 4.12
Distribusi Berorientasi Laba dan Ketekunan Pengusaha Lanting di Kabupaten
Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 20 4 3,85
Sedang 11 < X < 20 98 94,23
Rendah X < 11 2 1,92
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.12, dapat diketahui sebanyak 98 orang atau 94,23%
perilaku kewirausahaan dilihat dari berorientasi laba dan ketekunan berada pada
ketegori sedang. Dengan mengorientasikan usahanya pada laba dan usaha yang
dijalaninya dengan tekun untuk mendapatkan laba, para pengusaha lanting akan
terus melakukan hal yang dapat mendukung kegiatan mereka agar dapat
mendapatkan keuntungan atau laba yang diinginkan.
3. Kemampuan Mengambil Risiko
Dalam menjalankan kegiatan usaha tentunya perusahaan tidak akan lepas
dari yang namanya risiko yang disebabkan ketidaktentuan masa depan. Wirausaha
merupakan orang yang senantiasa bersedia menghadapi dan menanggung risiko dan
menganggap bahwa semakin tinggi risiko yang dihadapi maka akan semakin tinggi
pula kemungkinan keuntungan yang akan didapat oleh perusahaannya.
Gambaran umum kemampuan mengambil risiko yang diperoleh dari hasil
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Kemampuan Mengambil Risiko
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 27,62
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 26,85
Batas Atas 28,21
Minimum 20
Maksimum 35
Simpangan Baku 3,167
Varians 10,025
Sumber : Lampiran 09
58
Varians 536,806
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.15, diperoleh skor rata-rata data kepemimpinan
sebesar 71,51 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan sebesar 95%
berkisar antara 70,09 sampai 73,06. Dikonsultasikan dengan kriteria kategorisasi
yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tingkat
kepemimpinan yang dimiliki pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen ada pada
kategori sedang. Selanjutnya, distribusi frekuensi tingkat kepemimpinan,
kemampuan bergaul, dan menanggapi kritik/saran pengusaha lanting terdapat pada
Tabel 4.16.
Tabel 4.16
Distribusi Kepemimpinan, Kemampuan Bergaul, dan Menanggapi Kritik/Saran
Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 52 102 98,08
Sedang 39< X < 52 2 1,92
Rendah X < 39 0 0
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.16, dapat diketahui sebanyak 102 orang atau 98,08%
perilaku kewirausahaan dilihat dari kepemimpinan berada pada ketegori tinggi.
Dengan kepemimpinan yang baik, para pengusaha lanting akan terus melakukan
hal yang dapat mendukung kegiatan mereka agar dapat mendapatkan keuntungan
atau laba yang diinginkan.
5. Kreatif dan Inovatif
Gambaran umum kepemimpinan yang diperoleh dari hasil penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Kreatif dan Inovatif
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 23,71
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 23,11
60
Deskripsi Statistik
Batas Atas 24,13
Minimum 18
Maksimum 29
Simpangan Baku 2,888
Varians 8,343
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.17, diperoleh skor rata-rata data kepemimpinan
sebesar 23,71 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan sebesar 95%
berkisar antara 23,11 sampai 24,13. Dikonsultasikan dengan kriteria kategorisasi
yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tingkat
kepemimpinan yang dimiliki pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen ada pada
kategori sedang. Selanjutnya, distribusi frekuensi tingkat kreatif dan inovatif
pengusaha lanting terdapat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Distribusi Kreatif dan Inovatif Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 20 88 84,61
Sedang 15 < X < 20 16 15,38
Rendah X < 15 0 0
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.18, dapat diketahui sebanyak 88 orang atau 84,61%
perilaku kewirausahaan dilihat dari kreatif dan inovatif berada pada ketegori tinggi.
Dengan kreatif dan inovatif yang baik, para pengusaha lanting akan terus
melakukan hal yang dapat mendukung kegiatan mereka agar dapat mendapatkan
keuntungan atau laba yang diinginkan.
Tabel 4.19
Laba Pengusaha Lanting Bulan Juli-Desember 2018
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi M > Rp40.000.000 26 25
Sedang Rp29.166.667< M ≤ 48 46,15
Rp40.000.000
Rendah M ≤ Rp29.166.667 30 28,85
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.19 terlihat bahwa sebagian besar responden yang
menggunakan modal kerja rata-rata sedang yaitu sebanyak 48 orang atau sebesar
46,15%, responden yang menggunakan modal kerja rata-rata dibawah atau rendah
yaitu sebanyak 30 orang atau sebesar 28,85%, sedangkan responden yang
menggunakan modal rata-rata tinggi yaitu sebanyak 26 orang atau sebesar 25 %.
Jadi dapat disimpulkan bahwa modal kerja rata-rata yang digunakan pengusaha
lanting di Kabupaten Kebumen dalam enam bulan terakhir di periode Juli-
Desember 2018 berada pada kategori sedang yaitu antara Rp29.166.667-
Rp40.000.000.
Tabel 4.21
Uji Normalitas
Variabel Signifikansi Keterangan
Perilaku Kewirausahaan (X) 0,086 Normal
Modal Kerja (M) 0,078 Normal
Laba(Y) 0,200 Normal
Sumber : Lampiran 12
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa semua variabel dan variabel
penelitian mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada signifikansi 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua data variabel penelitian berdistribusi
normal.
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan uji statistik untuk melihat adanya korelasi
atau hubungan yang hampir sempurna antara variabel bebas yang seharusnya tidak
boleh ada hubungan antar variabel bebas pada model regresi yang baik. Hasil uji
multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4. 22
Uji Multikolinearitas
71,9% dan sisanya sebesar 28,1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian
ini.
4.2.2.1.2.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis digunakan untuk memverifikasi kebenaran atau
kesalahan hipotesis. Uji t dikenal dengan uji parsial yaitu untuk menguji hipotesis
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian
hipotesis secara parsial pada penelitian ini memiliki α = 0,05 dengan degree of
freedom (df) = n – k = 104 – 3 = 101 maka diperoleh t tabel 1,660. Berdasarkan
hasil perhitungan pada Tabel 4.23, dapat diketahui nilai thitung sebesar 16,150 > ttabel
sebesar 1,660 dengan nilai signifikasinya 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya koefisien variabel perilaku kewirausahaan (X) terhadap variabel
laba(Y) dapat dinyatakan signifikan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
perilaku kewirausahaan berpengaruh terhadap variabel laba pengusaha serta
memiliki hubungan yang positif.
Setelah model persamaan regresi 1 diuji, selanjutnya dapat dibuat diagram
yang menjelaskan analisis model persamaan regresi 1 yang dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Y = -2858672,950 + 34987,426 X e
X c = 34987,426 *** Y
Gambar 4.2
Diagram Analisis Persamaan Regresi 1
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa koefisien c = 34987,426 signifikan
(ρ = 0,000 < 0,05).
Tabel 4. 24
Hasil Analisis Persamaan Regresi 2
F
Model R R2 B Std. Eror Βeta ρ
(t)
Model 2 0,845 0,714 254,757 0,000
Constant -34723349,6 4326327,359 (-8,026) 0,000
Perilaku 422145,192 26448,387 0,845 (15,961) 0,000
kewirausahaan
(X)
Sumber : Lampiran 12
Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
M = -34723349,6+ 422145,192X
Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa:
1. Konstanta sebesar -34723349,6 artinya bahwa ketika skor perilaku
kewirausahaan sebesar 0, maka modal kerja akan berkurang Rp34.723.349,6.
2. Koefisien regresi untuk variabel perilaku kewirausahaan yaitu sebesar
422145,192 artinya ketika skor perilaku kewirausahaan meningkat sebesar
satu skor maka modal kerja meningkat sebesar Rp422.145,192.
a = 422145,192 ***
X
Gambar 4.24
Diagram Analisis Persamaan Regresi 2
Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa koefisien a = 422145,192 signifikan (ρ
= 0,000 < 0,05).
a b = 0,81***
X c’ = 765,817*** Y
Gambar 4.4
e2
Diagram Analisis Persamaan Regresi 3
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa:
Koefisien b = 0,81 signifikan (ρ = 0,000 < 0,05)
Koefisien c’ = 583,439 tidak signifikan (ρ = 0,192 > 0,05)
Setelah seluruh uji persamaan regresi telah dihitung, selanjutnya dapat
dibuat ringkasan hasil analisis seperti dijelaskan pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.26
Ringkasan Hasil Analisis
Simple Mediation Model
Consequent
M (Modal Kerja) Y (Laba)
Antecedent Coeff. SE ρ Coeff. SE ρ
X(Perilaku a 422145,192 26448,387 0,000 c’ 765,817 583,439 .000
Kewirausahaan
M (Modal - - - b 0,81 0.001 0,00
Kerja)
Constant i1 -34723349,6 4326327,359 0,000 i2 -43790,944 65182,198 0,503
2 2
R = 0.714 R = 0,994
Sumber : Lampiran 12
69
X c = 34987,426 *** Y
e1 M
a = 422145,192*** b = 0,81***
X c’ =765,817*** Y
e2
Gambar 4.5
Simple Mediation Model
Berdasarkan Gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa:
1. Karena c’ nilainya turun (c’ = 765,817 < c = 34.987,426) dan menjadi tidak
signifikan, maka diindikasikan terjadi mediasi penuh (full mediation).
Artinya, modal kerja (M) secara penuh memediasi pengaruh perilaku
kewirausahaan (X) terhadap laba(Y). Pengaruh perilaku kewirausahaan (X)
terhadap laba (Y) terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui modal kerja
(M).
2. Besarnya indirect effect X (perilaku kewirausahaan) terhadap Y (laba) = ab =
(422145,192)( 0,81) = 341,937 (ρ < 0,05)
3. Besarnya total effect X (perilaku kewirausahaan) terhadap Y (laba) yaitu
sebesar 34987,426.
Berdasarkan Tabel 4.27 diketahui bahwa seluruh test statistic > 1,96 dan Ρ-
value < 0,05, artinya ab (indirect effect) atau pengaruh tidak langsung variabel
perilaku kewirausahaan terhadap variabel laba melalui modal kerja sebagai variabel
mediator dinyatakan signifikan.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Laba
Perilaku kewirausahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pendapatan. Dengan adanya perilaku kewirausahaan maka seorang
pengusaha dapat membaca peluang yang sekiranya akan mendapatkan pendapatan
yang lebih besar baginya. Oleh karena itu perilaku kewirausahaan sangat
berpengaruh apabila para pengusaha akan lebih tangguh dalam menghadapi risiko
karena para pengusaha akan lebih tangguh dalam menghadapi berbagai risiko
karena kreatifitas, inovasi, dan dinamisnya usaha yang dijalankan akan menjadi
seorang pengusaha yang profesional.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan uji hipotesis dapat disimpulkan
bahwa variabel perilaku kewirausahaan mempengaruhi laba pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba pengusaha. Hal ini
dibuktikan dengan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel. Artinya, semakin
tinggi perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh pengusaha, maka laba yang
diperoleh akan semakin besar. Dan sebaliknya, jika perilaku kewirausahaan rendah
maka akan menurunkan laba yang diperoleh pengusaha.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Irawan dalam Putri (2018,
hlm. 71) bahwa keterampilan wirausaha memiliki pengaruh positif terhadap
keberhasilan usaha. Artinya semakin baik perilaku kewirausahaan dalam
menjalankan usaha, maka usaha yang dijalankan akan semakin baik pula dan laba
yang diperoleh akan semakin tinggi. Selain itu, penelitian ini juga diperkuat oleh
penelitian Putri (2018, hlm. 71) bahwa perilaku kewirausahaan berpengaruh positif
terhadap laba.
71
berarti jika modal kerja yang digunakan pengusaha lanting meningkat, maka laba
yang akan diperoleh juga akan meningkat.
Diterimanya hipotesis yang menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap laba pengusaha lanting membuktikan bahwa modal
kerja sangat mempengaruhi laba pengusaha. Hal tersebut menunjukkan kesesuaian
dengan teori Harrod Dommar yang mengungkapkan bahwa akumulasi modal
mempunyai peranan ganda, yaitu menimbulkan pendapatan dan kenaikan kapasitas
produksi. Selain itu juga didukung oleh Makarti (2012, hlm.21) yang menyatakan
bahwa semakin besar modal yang digunakan dan semakin mudah untuk
mendapatkan modal akan mengakibatkan meningkatnya perkembangan usaha serta
meningkatkan pendapatan usaha.
Modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap laba. Hal ini dikarenakan
modal kerja merupakan salah satu sumber pembiayaan dalam menjalankan usaha
atau dengan kata lain modal kerja merupakan biaya produksi yang digunakan oleh
pengusaha lanting.
Hasil penelitian yang menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap laba didukung oleh penelitian Putri (2018, hlm. 69) yang
menyebutkan bahwa apabila modal kerja digunakan dengan efektif dan efisien
maka akan meningkatkan kapasitas produksi serta menghasilkan produk yang
berkualitas, jika demikian akan mampu meningkatkan laba yang diperoleh. Hal ini
sejalan dengan penelitian laba dari Bambang dalam Budiwati dan Susanti (2010,
hlm. 37), menurut pernyataan Bambang Riyanti tersebut bahwa modal kerja
merupakan tolak ukur dari langkah awal seorang produsen yang akan menjalankan
kegiatan usahanya, hal ini dilihat dari kelancaran usaha sebagai imbas dari besar
kecilnya modal kerja yang dimiliki. Modal kerja harus selalu ada dan bertambah
agar laba yang diperoleh juga akan bertambah.
Pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen memiliki modal yang sedang
seperti yang terdapat pada Tabel 4.22 dimana dapat disimpulkan bahwa sebesar
46,15% pengusaha mempunyai modal sedangkan sedangkan 28,85% pengusaha
masih memiliki modal yang rendah. Hal tersebut dikarenakan usaha mereka masih
relatif kecil dan terkadang masih menyesuaikan dengan ketersediaan bahan baku
73
dan harga yang tidak menentu, sehingga mereka cenderung ragu untuk menambah
modal kerja.
perilaku kewirausahaan yang tinggi, maka modal kerjapun akan meningkat. Laba
pengusaha akan meningkat jika perilaku kewirausahaan yang meningkat.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliandi
(2016, hlm. 77) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung perilaku
kewirausahaan terhadap pendapatan melalui mediasi modal kerja. Pendapatan akan
meningkat jika perilaku kewirausahaan meningkat, ada pengaruh langsung antara
perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan, akan tetapi laba akan mengalami
peningkatan yang lebih baik jika pengusaha dengan perilaku kewirausahaan yang
dimiliki dapat meningkatkan modal kerja.
75
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai
pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap dengan mediasi modal kerja, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku kewirausahaan, modal kerja, dan laba pada umumnya berada pada
kategori sedang.
2. Modal kerja secara penuh memediasi pengaruh perilaku kewirausahaan
terhadap laba pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen. Artinya, modal kerja
dipengaruhi oleh perilaku kewirausahaan dan mempengaruhi laba. Semakin
tinggi perilaku kewirausahaan maka laba pengusaha akan meningkat seiring
dengan meningkatnya modal kerja.
5.2 Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa implikasi yang perlu mendapat
perhatian yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis dengan uraian sebagai
berikut.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perilaku kewirausahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap laba secara langsung, namun maupun secara tidak
langsung yaitu melalui modal kerja sebagai variabel mediasi diperoleh hasil yang
tidak signifikan. Artinya, modal kerja memediasi penuh pengaruh perilaku
kewirausahaan terhadap laba.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini mengungkapkan bahwa perilaku kewirausahaan memberikan
pengaruh terhadap laba yang akan diperoleh. Kontribusi perilaku kewirausahaan
membawa implikasi bahwa upaya untuk meningkatkan laba pengusaha yaitu jika
perilaku kewirausahaan tersebut baik, ada pengaruh langsung antara perilaku
kewirausahaan terhadap laba, dan laba akan mengalami peningkatan lebih tinggi
lagi jika pengusaha dengan perilaku kewirausahaab yang dimilikinya dapat
meningkatkan modal kerja, sehingga laba pengusaha akan lebih meningkat.
76
5.3 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Pengusaha Lanting
Pengusaha hendaknya lebih meningkatkan modal kerja agar laba yang diperoleh
akan semakin meningkat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai gambaran atau acuan dalam
penelitian selanjutnya mengenai laba dengan menggunakan variabel perilaku
kewirausahaan dan modal kerja. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambah variabel lain yang mempengaruhi laba selain variabel yang telah
diteliti penulis baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.
77
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari Buku :
Agustina, T. (2015). Kewirausahaan Teori dan Penerapan pada Wirausaha dan
UKM di Indonesia. Jakarta : Mitra Wacana Media
Ahman, Eeng & Yana Rohmana. (2009). Teori Ekonomi Mikro. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta
Asra, Abuzar ,dkk. (2015). Metode Penelitian Survey. Bogor : In Media
Astamoen, Moko P. (2008). Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa
Indonesia. Bandung : Alfabeta
Budiwati, N & Suzanti, L. (2007). Manajemen Keuangan Koperasi, Konsep, dan
Aplikasi. Bandung : Laboratorium Koperasi Universitas Pendidikan
Indonesia
Case K.E & Fair R.C. (2007). Prinsip Prinsip Ekonomi, Jilid 1. Jakarta : Erlanggga
Frinces, Z.H. (2011). Be An Entrepreneur. Yogyakarta : Graha Ilmu
Ghazali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program ISM SPSS
21, Semarang. Universitas Diponegoro
Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta : Erlangga
Jaya, Wihana Kirana. (2005). Ekonomi Industri Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE
Joesron & Fathorrazi. (2012). Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta : Graha Ilmu
Kasmir. (2006). Kewirausahaan . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kusnendi (2008). Model-model Persamaan Struktural. Bandung : Alfabeta
Rahardja, Pratama & Mandala Manurung (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makroekonomi). Jakarta : Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia.
Riduwan. (2013). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung :
Alfabeta
Riduwan & Akdon. (2013). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung :
Alfabeta
Puspitasari, Atika Tri & Widiyanto (2015). Strategi Pengembangan Industri Kecil
Lanting di Kabupaten Kebumen. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika
Pendidikan Vol X No. 2 Desember 2015; 117-135.
79
Utami, Setyaningsih Sri & Edi Wibowo (2013). Pengaruh Modal Kerja Terhadap
Pendapatan dengan Lama Usaha Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.13, No.2 Oktober 2013; 171-180
Wulandari, A.A.R & Ida Bagus Darsana. (2017). Pengaruh Modal, Tenaga Kerja,
dan Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pengrajin Industri Kerajinan
Anyaman Di Desa Bona Kecamatan Blahmanah Kabupaten Gianyar. E-
Jurnal EP Unud, 6[4] : 564-596
Website :
Badan Pusat Statistik Kebumen (2017). Kabupaten Kebumen Dalam Angka 2017. [Online].
Diakses dari :
https://kebumenkab.bps.go.id/publication/2017/09/16/25038c38a50e3f12
fd68b69c/kecamatan-kebumen-dalam-angka-2017.html