Anda di halaman 1dari 89

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA

DENGAN MEDIASI MODAL KERJA


(Survey pada Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan pada program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Bait Anti Khoiriyah


1407217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2019
LEMBAR HAK CIPTA

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA


DENGAN MEDIASI MODAL KERJA

(Survey pada Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen)

Oleh

Bait Anti Khoiriyah


1407217

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Bait Anti Khoiriyah


Universitas Pendidikan Indonesia
2018

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak sebagian atau seluruhnya, dengan dicetak
ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA


DENGAN MEDIASI MODAL KERJA

(Survey pada Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen)

Bandung, Mei 2019


Skripsi ini telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Kusnendi, M.S


NIP. 19600122 198403 1 003

Pembimbing II

Dr. Ikaputera Waspada, M.M


NIP. 1961042 198703 1 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Hj. Neti Budiwati, M.Si

NIP. 19630221 1987032 0 001


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Laba Dengan
Mediasi Modal Kerja (Survey pada Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Dengan segala kemampuan yang dimiliki penulis berusaha menyajikan
skripsi dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam sistematika maupun kedalaman isinya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun untuk perbaikan dimasa
mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca serta khasanah keilmuan pada umumnya.

Bandung, Mei 2019

Penullis
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat beberapa


kendala dan hambatan dalam pengerjannya. Alhamdulillah, atas segala karunia dan
keridhoan Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sebagai bentuk penghargaan, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Asep Kadarohman M.Si., sebagai rektor Universitas
Pendidikan Indonesia.
2. Bapak Prof. Dr. H. Agus Rahayu, MP., selaku Dekan Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis (FPEB) Universitas Pendidikan Indonesia
3. Ibu Dr. Neti Budiwati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia.
4. Bapak Dr. Kusnendi, M.S selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan yang sangat berarti untuk penulis sehingga skripsi
ini bisa terselesaikan.
5. Bapak Dr. Ikaputera Waspada, M.M selaku Dosen Pembimbing 2 sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan bimbingan,
nasihat, dan dorongan serta memotivasi penulis sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi yang telah
membimbing penulis selama ini, atas semua ilmu, motivasi, inspirasi dan
doa yang diberikan kepada penulis.
7. Kedua orang tua yaitu Bapak Slamet Haryanto dan Ibu Tri Minarsih yang
senantiasa mendoakan, memberikan motivasi dan selalu memberikan
dukungan baik berupa moril maupun materiil. Tak lupa pula juga kedua
kakak penulis yaitu Bait Rantamsari, S.AP dan Bait Fatah Ardhyansyah,
adik tercinta Bait Salsabila Khasanah, serta seluruh keluarga yang
senantiasa memberikan dukungan dan doa terbaik untuk penulis.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen yang
telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Manajemen Pendidikan Yayasan Rumah Yatim Arrohman (Bapak Deni
Hidayatulloh dan Ibu Ucu Marlina) yang telah memberikan dukungan baik
moril maupun materiil, serta nasihat yang sangat berarti bagi penulis.
10. Seluruh Guru dan Karyawan (Pak Tetep, Bu Eva, Bu Dewi) serta seluruh
siswa siswi SMA ELFITRA yang senantiasa mendoakan dan memberikan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Siti Aisyah, Nur Addinah Amaliah, Ica Rijani, Siti Liariyanah, dan Dita
Roshida Fitya selaku sahabat yang senantiasa memberikan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Hartantri Dwi Pratiwi, Gumelar Putra Pratama, Ilhamsyah Maulana, dan Sri
Vina Oktaviana yang telah memberikan dukungan dan menjadi teman
diskusi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
13. Keluarga Asrama Setiabudi (Ain, Deka, Risma, Fara, Salma, Shofi, Sopa,
Acy, Iis, dan teh Bilqis) yang telah senantiasa memberikan perhatian,
dukungan dan doa yang tulus kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi.
14. Rossy selaku sahabat dan Mba Dwi yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman pendidikan ekonomi angkatan 2014 selaku teman
seperjuangan, terimakasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis.
16. Semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis disebutkan satu per satu. Terimaksih banyak untuk bantuannya.

Bandung, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 8
1.5 Struktur Organisasi Skripsi ......................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ............. 10
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................................... 10
2.1.1 Konsep Industri ............................................................................................... 10
2.1.2 Konsep Laba ................................................................................................... 11
2.1.3 Konsep Modal Kerja ....................................................................................... 16
2.1.4 Konsep Perilaku Kewirausahaan .................................................................... 19
2.2 Kajian Empiris .......................................................................................................... 24
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 26
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 30
2.1 Objek dan Subjek Penelitian ..................................................................................... 30
2.2 Metode Penelitian...................................................................................................... 30
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................. 30
3.3.1 Populasi Penelitian .......................................................................................... 30
3.3.2 Sampel Penelitian............................................................................................ 31
3.4 Operasional Variabel .................................................................................................. 33
3.5 Data dan Sumber Data............................................................................................... 34
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 35
3.7 Instrumen Penelitian.................................................................................................. 35
3.8 Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................................. 37
3.8.1 Uji Validitas .................................................................................................... 37
3.8.2 Uji Reliabilitas ................................................................................................ 38
3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ......................................................... 40
3.9.1 Statistik Deskriptif .......................................................................................... 40
3.9.2 Teknik Analisis Data Linear Berganda dengan Variabel Mediasi .................. 40
3.9.2.1 Causal Steps Strategy: Baron & Kenny .............................................. 41
3.9.2.2 Product of Coefficient Strategy ........................................................... 43
3.9.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................... 44
3.9.3.1 Uji Normalitas ..................................................................................... 44
3.9.3.2 Uji Multikolinearitas ........................................................................... 45
3.9.4 Pengujian Hipotesis ........................................................................................ 45
3.9.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2 ................................ 45
3.9.4.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F) ...................................... 46
3.9.4.3 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t) ........................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 48
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................................... 48
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 48
4.1.2 Gambaran Umum Responden ......................................................................... 49
4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................ 49
4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................ 50
4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ........................... 50
4.1.2.4 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ................................ 51
4.1.2.5 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang Terlibat
dalam Usaha ......................................................................................... 51
4.1.2.6 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Sebelum Menjadi Pengusaha
Lanting ................................................................................................ 52
4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ........................................................... 53
4.1.3.1 Gambaran Umum Laba ....................................................................... 53
4.1.3.2Gambaran Variabel Perilaku Kewirausahaan ...................................... 54
4.1.3.3 Gambar Umum Variabel Modal Kerja................................................ 60
4.2 Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ............................................................ 61
4.2.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................... 61
4.2.1.1 Uji Normalitas ..................................................................................... 61
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas ........................................................................... 62
4.2.2 Causal Step Strategy: Baron & Kenny ............................................................ 62
4.2.2.1 Pengujian Persamaan Regresi 1: Pengaruh Perilaku Kewirausahaan (X)
terhadap Laba (Y) ..................................................................................................... 63
4.2.2.2Pengujian Persamaan Regresi 2: Pengaruh Perilaku kewirausahaan (X)
terhadap Modal Kerja (M) ........................................................................................ 64
4.2.2.3 Pengujian Persamaan Regresi 3: Pengaruh Perilaku Kewirausahaan
(X) dan Modal kerja (M) terhadap Laba (Y) ............................................................ 66
4.2.3 Product of Coefficient Strategy...................................................................... 69
4.2.3.1 Normal Theory Approach ......................................................................... 69
4.3 Pembahasan ............................................................................................................... 70
4.3.1 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Laba .......................................... 70
4.3.2 Pengaruh Perilaku kewirausahaan terhadap Modal Kerja .............................. 71
4.3.3 Pengaruh Modal kerja terhadap Laba ............................................................. 71
4.3.4 Pengaruh Tidak Langsung Perilaku kewirausahaan terhadap Laba Melalui
Modal Kerja ...................................................................................................................... 73
BAB V .............................................................................................................................. 75
5.1 Simpulan ................................................................................................................... 75
5.2 Implikasi.................................................................................................................... 75
5.3 Rekomendasi ............................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 77
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Kebumen Tahun 2017 ............. 2
Tabel 1.2 Perkembangan Banyaknya Industri di Kabupaten Kebumen Menurut
Klasifikasi Industri Tahun 2008-2017 .................................................... 3
Tabel 1.3 Perkembangan Banyaknya Tenaga Kerja Industri Menurut Klasifikasi
Industri di Kabupaten Kebumen Tahun 2008-2017 ................................ 4
Tabel 1.4 Daftar Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen ........................... 5
Tabel 1.5 Laba Pengusaha Lanting Bulan Juli-September Tahun 2018 ................. 6
Tabel 2.1 Ciri-ciri dan Watak/Karakter Wirausaha...............................................23
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 25
Tabel 3.1 Daftar Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen........................ 31
Tabel 3.2 Sampel Pengusaha Lanting ................................................................... 31
Tabel 3.3 Perhitungan dan Distribusi Sampel ....................................................... 33
Tabel 3.4 Operasional Variabel............................................................................. 33
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perekonomian merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam
kehidupan suatu negara. Pembangunan dalam bidang ekonomi menjadi hal yang
sangat penting dilakukan demi mewujudkan perekonomian yang lebih stabil.
Dalam pembangunan ekonomi dibutuhkan peranan berbagai sektor agar
pembangunan ekonomi di suatu daerah dapat berjalan dengan baik. Salah satu
sektor yang sangat berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi adalah
sektor industri.
Sektor industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang sedang
dikembangkan di Indonesia sebagai sektor penggerak kemajuan sektor-sektor
ekonomi lainnya. Peranan sektor industri dalam perekonomian dinilai sangat
penting terutama dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Industri yang kuat
dan maju merupakan ciri dari terciptanya perekonomian yang mandiri. Oleh karena
itu, pembangunan ekonomi memerlukan perkembangan sektor industri yang
meningkat dan menjadi salah satu usaha pencapaian sasaran pembangunan
ekonomi. Sektor industri harus menunjukkan peran yang semakin menunjang
pembangunan nasional terutama sebagai penggerak utama pembangunan dan
perluasan kesempatan kerja (Utami, 2013, hlm. 3).
Industri kecil merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
Indonesia dan sudah terbukti bahwa dalam kondisi ekonomi yang sulit, industri
kecil justru lebih mampu bertahan hidup. Alasan itulah yang mendorong usaha kecil
menengah perlu dikembangkan. Salah satu industri kecil yang sedang
dikembangkan oleh pemerintah adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) tak dapat lepas perannya dalam membangun perekonomian nasional.
UMKM yang berada di masyarakat antara lain industri rumah tangga. Industri ini
diharapkan mampu mendukung perluasan kerja dan meningkatkan pendapatan
masyarakat yang nantinya membuat perkembangan yang lebih baik dalam segi
sosial ekonomi.
Menurut Widodo (2008) UMKM sebagai sektor informal walaupun tidak
memiliki pendapatan yang begitu besar dibandingkan dengan sektor formal, namun

1
2

sektor informal mampu memberikan peluang yang lebih banyak untuk memperolah
pendapatan. Pendapatan pada sektor informal terdiri dari berbagai jenis usaha yang
banyak sehingga akan terdapat berbagai sumber pendapatan dari berbagai jenis
usaha tersebut. Menurut Mubyarto (2004) sektor informal dapat berperan mengatasi
persoalan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan untuk kesejahteraan
masyarakat. Walaupun pendapatan yang diperoleh pada usaha di sektor informal
tidak terlalu besar tetapi usaha disektor ini mampu menyediakan lapangan
pekerjaan yang padat karya. Hal ini sesuai dengan pendapat Munker dan Walter
(2008, hlm. 129) yang mengatakan bahwa sektor informal merupakan sumber
pendapatan yang utama bagi penduduk miskin. Hal ini karena sektor informal
mudah dimasuki oleh penduduk miskin dan tidak memerlukan persyaratan formal.
Kabupaten Kebumen mempunyai industri kecil yang terbagi dalam
beberapa jumlah industri kecil dengan pembagian berbagai jenis kelompok industri.
Data jumlah industri kecil yang ada di Kabupaten Kebumen berdasarkan laporan
BPS tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Kebumen Tahun 2017
Jumlah Tenaga
No Kelompok Industri
Usaha Kerja
1. Industri Makanan dan Minuman 35.716 72.636
2. Pengolahan Tembakau 56 146
3. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit 745 1.957
4. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 181 902
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang 8.858 17.093
5.
Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan 82 628
6.
Reproduksi Media Rekaman
7. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 454 1.364
8. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 14 56
9. Industri Barang Galian Bukan 3.205 12.700
Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, 185 666
10.
Optik dan Peralatan Listrik
11. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 1 4
12. Industri Furnitur 26 166
Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi dan Pemasangan 6.813 11.354
13.
Mesin dan Peralatan
Jumlah 56.336 120.672
Sumber: Laporan BPS (Kabupaten Kebumen Dalam Angka 2018)
3

Berdasarkan Tabel 1.1, menunjukkan bahwa industri kecil di Kabupaten


Kebumen yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu berasal dari industri
makanan dan minuman dengan jumlah usaha 35.716 yang mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 72.636. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang
Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya merupakan industri kecil kedua yang
mampu menyerap tenaga kerja terbanyak dengan jumlah usaha 8.858 dan jumlah
tenaga kerja 17.093. Industri kecil lainnya juga mempunyai peranan penting dalam
penyerapan tenaga kerja yang ada di Kabupaten Kebumen.
Adapun berkembangan banyaknya industri di Kabupaten Kebumen
Menurut Kelompok Industri dari tahun 2013 sampai tahun 2017 dapat dilihat pada
Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Perkembangan Banyaknya Industri di Kabupaten Kabumen Menurut Klasifikasi
Industri Tahun 2008-2017
Klasifikasi Industri Pertumbuhan Jumlah Industri (%) Jumlah
Tahun
Besar Menengah Kecil Besar Menengah Kecil
2008 1 11 36.281 36.343
2009 1 10 36.345 0 -9 0,176 36.356
2010 4 7 37.047 300 -30 1,931 37.058
2011 4 6 51.290 0 -14 38,446 51.300
2012 4 6 51.542 0 0 0,491 51.552
2013 5 9 52.766 25 50 2,375 52.780
2014 3 41 54.823 -40 356 3,898 54.867
2015 3 61 54.835 0 49 0,022 54.899
2016 3 63 56.312 0 3 2,694 56.378
2017 3 63 56.336 0 0 0,043 56.402
Sumber : Laporan BPS (Kebumen Dalam Angka 2009-2018)
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah industri besar yang ada di Kabupaten
Kebumen pada tahun 2014 mengalami penurunan, sedangkan untuk industri
menengah mengalami penurunan dari tahun 2008-2012 dan kembali meningkat di
tahun 2013-2017. Sedangkan industri kecil mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun walaupun jumlah peningkatannya masih rendah. Industri kecil pada tabel
diatas berdasarkan laporan BPS merupakan gabungan dari industri kecil dan
industri rumah tangga. Klasifikasi Industri berdasarkan aset perusahaan dari tabel
di atas menurut BPS yaitu bahwa KR.Tangga : <5 juta, Kecil : 5>200 Juta,
Menengah : 201 Juta – 1 Milyar, Besar : > 1 Milyar.
4

Perkembangan industri membawa dampak pada perkembangan tenaga kerja


yang mampu diserap dari adanya industri tersebut. Data perkembangan tenaga kerja
industri yang ada di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Perkembangan Banyaknya Tenaga Kerja Industri Menurut Klasifikasi Industri di
Kabupaten Kebumen Tahun 2008-2017
Pertumbuhan Jumlah
Klasifikasi Industri
Tahun Tenaga Kerja Industri (%) Jumlah
Besar Menengah Kecil Besar Menengah Kecil
2008 1.236 1.423 86.787 89.446
2009 1.236 1.423 86.804 0,00 0,00 0,000 89.463
2010 2.388 2.016 86.928 0,93 41,67 0,001 91.332
2011 2.984 760 92.999 0,25 -62,30 0,070 96.743
2012 3.756 242 104.719 0,26 -68,16 0,126 108.717
2013 3.804 326 115.860 0,01 34,71 0,106 119.990
2014 3.733 1.492 118.858 -0,02 357,67 0,026 124.083
2015 3.733 2.226 119.013 0,00 49,20 0,001 124.972
2016 3.733 2.416 120.559 0,00 8,54 0,013 126.708
2017 3.733 2.416 120.672 0,00 0,00 0,001 126.821
Sumber : Laporan BPS (Kebumen Dalam Angka 2009-2018)
Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja untuk
industri besar sejak tahun 2015-2017 tidak mengalami perkembangan. Penyerapan
tenaga kerja untuk industri menengah menunjukkan kenaikan yang cukup bagus
dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja industri kecil di
Kabupaten Kebumen mengalami kenaikan walaupun jumlahnya tidak terlalu tinggi.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berpedan dalam pendistribusian hasil-
hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi sejak beberapa waktu yang
lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti
aktifitasnya, sektor UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut
(Munadi, 2017, hlm.31).
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kebumen yang banyak terdapat
banyak industri kecil yang tergolong UMKM. Adapun industri kecil yang ada di
Kabupaten Kebumen salah satunya sebagai agroindustri pengolahan yang berasal
5

dari singkong menjadi ciri khas camilan yang ada di Kabupaten Kebumen yaitu
industri kecil lanting. Gambaran jumlah industri kecil lanting di Kabupaten
Kebumen dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4
Daftar Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen
No Kecamatan Jumlah No Kecamatan Jumlah
1. Adimulyo 35 7. Kuwarasan 135
2. Bonorowo 5 8. Mirit 3
3. Buayan 92 9. Petanahan 1
4. Gombong 2 10. Prembun 3
5. Karanganyar 9 11. Rowokele 1
6. Kutowinangun 4 12. Sempor 2
Jumlah 292
Sumber : Disperindag Kabupaten Kebumen 2014 (dalam Puspitasari, 2015,hlm. 120)
Berdasarkan Tabel 1.4, menunjukkan daftar industri lanting yang dijadikan
sebagai pusat jajanan lanting. Pengusaha lanting terbanyak terdapat di Kecamatan
Kuwarasan yaitu sebanyak 135. Tepatnya di Desa Lemahduwur, Kecamatan
Kuwarasan. Desa yang namanya berarti lemah (tanah) duwur (tinggi) itu
merupakan sentra pengrajin lanting. Masyarakat mengakui asal muasal lanting dari
desa tersebut dan kemudian menyebar ke desa sekitarnya. Saat ini, industri kecil
lanting terus berkembang dan tersebar di sejumlah kecamatan. Usaha lanting
tersebut membawa dampak yang positif bagi masyarakat karena dapat
meningkatkan perekonomian serta dapat menyerap tenaga kerja setempat.
Dengan adanya usaha kecil yang semakin berkembang, akan mampu
menyerap tenaga kerja yang ada disekitar industri. Peran serta pemerintah akan
sangat membantu jika industri kecil yang sedang berkembang dikelola dan
diberikan bantuan dari berbagai aspek sehingga tercapai industri yang semakin
berkembang, yaitu perubahan dari industri kecil mampu menjadi industri yang
besar dan kuat dalam menghadapi masalah dan tantangan yang menghadang dalam
laju kegiatan industri.
Dalam menjalankan usaha tentunya tujuan pengusaha adalah memperoleh
pendapatan/laba. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perjalanannya
pengusaha akan menghadapi berbagai kendala yang harus dihadapi. Adapun faktor
pertama yang dapat mempengaruhi pendapatan yaitu modal. Modal sebagai dana
6

yang digunakan untuk menjalankan kegiatan produksi sangatlah penting. Kekuatan


yang dimiliki usaha dapat berasal dari modal yang dimiliki. Masalah modal juga
dikemukakan dalam permasalahan industri kecil yang tercantum dalam laporan
akhir tahun Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kebumen. “Masalah yang
dihadapi industri kecil yang ada di Kabupaten Kebumen bersifat sama seperti
permasalahan industri kecil pada umumnya, yaitu permodalan, keterampilan,
teknologi, pasar, dan SDM” menurut Bapak Budi bagian Perindustrian di
Dinperindagsar Kabupaten Kebumen (dalam Puspitasari, 2015, hlm. 121).
Selain modal, faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu perilaku
kewirausahaan. Perilaku kewirausahaan merupakan faktor penting dalam usaha
karena perilaku kewirausahaan akan menunjukkan kemampuan seseorang dalam
mengelola usahanya. Menurut Edward De Bono dalam Bukunya berjudul Serious
Creativity (dalam Toni Setiawan, 2012) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
menentukan suksesnya suatu usaha adalah kemampuannya mengelola assets
utamanya. Kemampuan mengelola usaha tersebut adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang wirausaha berupa kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
yang baru, kemampuan mencari peluang, keberanian atau kemampuan
menanggung resiko, dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan sumber daya.
Perilaku kewirausahaan yang positif akan menjadikan kegiatan usahanya
akan berjalan dengan lebih baik. Perilaku itulah yang menjadi modal dasar yang
harus dimiliki oleh setiap wirausaha karena perilaku tersebut adalah ruh bagi
wirausaha untuk menjalankan kegiatan usahanya secara baik dan benar.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada beberapa
pelaku usaha lanting pada bulan Oktober 2018, menunjukan bahwa para pengusaha
beberapa bulan terakhir memperoleh pendapatan yang fluktuatif. Meskipun dalam
dunia usaha perkembangan laba yang fluktuatif sudah biasa terjadi, namun dalam
hal ini berfluktuasinya cenderung pada penurunan laba. Gambaran laba pengusaha
lanting dapat dilihat pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5
Laba Pengusaha Lanting Bulan Juni-September Tahun 2018
No. Resp Juni Juli Agustus September Jumlah
1. 2.400.000 2.200.000 2.100.000 1.600.000 8.300.000
2. 2.750.000 2.700.000 3.000.000 2.400.000 10.850.000
7

No. Resp Juni Juli Agustus September Jumlah


3. 2.750.000 2.700.000 3.000.000 2.400.000 10.850.000
4. 3.000.000 1.600.000 1.600.000 1.800.000 8.000.000
5. 6.500.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 21.500.000
6. 2.750.000 1.600.000 2.400.000 2.000.000 8.750.000
7. 3.600.000 3.000.000 2.400.000 1.800.000 10.800.000
8. 3.000.000 1.600.000 2.400.000 1.500.000 8.500.000
9. 2.800.000 2.400.000 1.800.000 1.500.000 8.500.000
10. 3.000.000 2.500.000 2.000.000 2.000.000 9.500.000
Sumber : Data Pra Penelitian (Diolah)
Berdasarkan Tabel 1.5 diatas, terlihat dengan jelas bahwa laba pengusaha
lanting selama bulan Juni-September 2018 cenderung mengalami penurunan.
Penurunan tersebut dikarenakan pada permintaan terhadap lanting menurun setalah
Hari Raya Idul Fitri, sehingga untuk bulan-bulan berikutnya para pengusaha hanya
mengandalkan permintaan dari pelanggan/ distributor tempat biasa para pengusaha
mendistribusikan produknya.
Selain itu, penurunan laba yang diterima oleh pengusaha lanting disebabkan
karena sulitnya mendapatkan bahan baku, diikuti dengan naiknya harga bahan baku
untuk berproduksi. Penurunan laba ini tentunya membawa dampak bagi pengusaha.
Dimana yang seharusnya laba yang diperoleh diputarkan kembali ke dalam modal
kerja sehingga dapat meningkatan dapat meningkatkan kegiatan produksi dan
jumlah produk yang dihasilkan.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga menemukan bahwa pelaku
usaha lanting kurang memiliki sikap positif dan semangat yang kurang
berkembang. Hal ini ditunjukkan dari kepercayaan diri pelaku usaha yang masih
nampak kurang berani menghadapi resiko dan membuat gebrakan baru, juga
kurangnya orientasi masa depan. Hal inilah yang kemudian menjadi permasalahan
serius yang dihadapi oleh pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen. Apabila hal
tersebut dibiarkan, maka akan mengancam keberlangsungan usaha atau dapat
menyebabkan pengusaha gulung tikar.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN
TERHADAP LABA MELALUI MEDIASI MODAL KERJA (Survey pada
Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen)”.
8

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah perilaku kewirausahaan mempengaruhi laba pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen?
2. Apakah modal kerja memediasi pengaruh perilaku kewirasahaan terhadap laba
pengusaha di Kabupaten Kebumen?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen.
2. Modal kerja memediasi pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba
pengusaha di Kabupaten Kebumen.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan di bidang ekonomi terutama pengembangan usaha
b. Digunakan untuk acuan atau pertimbangan dalam penelitian di bidang
ekonomi khususnya terkait upaya peningkatan laba.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi pengusaha lanting, dapat menerapkan perilaku kewirausahaan untuk
pengembangan usaha dan peningkatan laba.
b. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan sehingga dapat
dijadikan bekal di masa yang akan datang.
c. Bagi Pembaca, dapat memberikan informasi terkait dengan konsep
keilmuan tentang modal kerja memediasi pengaruh perilaku kewirausahaan
terhadap laba pengusaha baik secara teoritis ataupun praktis.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi


Sistematika penulisan skripsi dalam penelitian ini terdiri dari lima bab
sebagai berikut:
9

1. BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisi pendahuluan penelitian menjelaskan mengenai latar
belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
2. BAB II Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu, dan Kerangka Pemikiran
Bab ini berisi mengenai kajian pustaka atau landasan teoritis yang
menjelaskan teori yang berkaitan dengan penelitian, penelitian terdahulu yang
telah dilakukan, dan kerangka pemikiran.
3. BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi mengenai metode penelitian, objek dan subjek penelitian,
populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel, sumber dan jenis
data, teknik pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, dan teknik
analisis data dalam penelitian ini.
4. BAB IV Hasil Penellitian dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh dan
pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjelaskan tentang penafsiran dan pemaknaaan terhadap hasil
dari analisis sekaligus mengajukan hal-hal penting agar dapat dimanfaatkan
terkait hasil penelitian tersebut.
10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Konsep Industri
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor lain
dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industrial selalu
memiliki pertukaran yang tinggi atau lebih menguntungkan dan menciptakan nilai
tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini
disebabkan oleh karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat
beragam dan mampu memberikan manfaat marginal yang tinggi kepada
pemakainya (Dumairy dalam Setiawan, 2012, hlm.1).
Definisi mengenai industri bermacam-macam, namun pada dasarnya tidak
berbeda satu sama lain. Adapun definisi dari industri adalah perusahaan yang
menghasilkan produk atau jasa yang relatif sejenis atau mempunyai sifat saling
menggantikan yang erat (Kuncoro dalam Setiawan, 2012, hlm. 2)
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian menyebutkan bahwa
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang-barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancangan dan perekayasaan
industri. Industri ini meliputi seluruh perusahaan yang memiliki kegiatan merubah
bahan-bahan menjadi barang yang memiliki nilai tambah dari proses pembuatan
tersebut.
Selain itu, menurut Hasibuan (dalam Utami, 2013, hlm.15) secara mikro,
industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-
barang yang bersifat homogen atau barang yang memiliki sifat saling mengganti
yang sangat erat. Namun dalam makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang
menciptakan nilai tambah, dapat disimpulkan bahwa sektor industri merupakan
suatu ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan mengolah bahan mentah menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi.

11
11

Menurut BPS, industri yang dilihat dari jumlah tenaga kerjanya dibedakan
menjadi:
1. Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang
atau lebih.
2. Industri sedang atau menengah adalah perusahaan dengan jumlah tenaga
kerja 20 orang sampai 99 orang
3. Industri kecil adalah perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai 19
orang.
4. Industri rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 1 orang
sampai 4 orang.
Industri kecil dan menengah merupakan skala usaha yang paling banyak
dilakukan oleh masyarakat saat ini. Meskipun usaha ini masih tergolong usaha
kecil, namun peranan dari usaha kecil menengah ini sangat besar bagi kelangsungan
hidup masyarakat. Banyak masyarakat yang sukses besar dengan menjalankan
kegiatan usaha kecil ini, namun tidak sedikit pula usaha yang bangkrut karena tidak
disertai dengan niat dan usaha yang sunguh-sungguh dalam menjalankan usahanya.
Menurut Dhar dan Lydall (dalam Utami 2013,hlm.15) industri Kecil dan
Menengah sangat menjanjikan dan memiliki manfaat ekonomi yang lebih besar dan
mempunyai peran yang sangat penting terutama sebagai penggerak pertumbuhan
ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat,
menambah jiwa kewirausahaan dan sebagai sumber munculnya inovasi.
Semakin pesatnya perkembangan dan persaingan di dunia perdagangan
pada era globalisasi ini semakin menekankan bahwa betapa pentingnya industri
kecil dan menengah di Indonesia. Selain dapat meningkatkan kesempatan kerja dan
sumber pendapatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, diharapkan industri
kecil dan menengah ini dapat berperan sebagai salah satu sumber penting
pertumbuhan ekonomi negara.

2.1.2 Konsep Laba


2.1.2.1 Teori Laba
Teori tentang laba menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut (Sukirno,
2005, hlm.393):
1. Teori Klasik (Teori Residu)
12

David Ricardo mengemukakan bahwa laba pengusaha bukan merupakan


harga yang diterima oleh pengusaha, seperti pendapatan yang diterima oleh faktor-
faktor produksi lain, tetapi merupakan sisa dari penghasilan perusahaan setelah
dikurangi biaya-biaya untuk faktor-faktor produksi yang lainnya.
2. Teori Premi Resiko
F. Knight mengemukaan tentang profit dihubungkan dengan ketidakpastian
(uncertainty) yaitu ketidakpastian pada masa yang akan datang. Hal itu merupakan
resiko. Penerimaan modal menanggung resiko ketidakpastian, maka perusahaan
harus mempunyai “perfect for seight”. Untuk keberaniannya menanggung resiko
dan pandangannya yang tajam tentang masa yang akan datang , maka sudah
seharusnya mereka menerima penggantian atas kecakapannya.
3. Teori Friksi
Teori ini dikemukakan oleh Bohm Bawerk dan JP. Clark yang
mengemukakan bahwa profit terjadi karena adanya pergeseran (friksi) antara dua
pasar yaitu pasar pembelian (faktor-faktor produksi) dan pasar penjualan (barang-
barang konsumsi). Profit dapat diperoleh bila pergeseran laba itu positif.
4. Teori Dinamis J Shumpeter
Profit terdapat pada kehidupan perekonomian yang dinamis dan diperoleh
oleh pengusaha yang dinamis pula. Pengusaha-pengusaha yang dinamis disebut
juga sebagai captain of entrepreneur, yaitu pengusaha pionir yang berani
menempuh jalan baru, menggunakan teknik baru, dan mencoba metode-metode
produksi baru. Maka mereka akan menerima keuntungan mendahului pengusaha-
pengusaha yang lain. Menurut Schumpeter peran entrepreneur sangatlah penting.
5. Teori Perusahaan ( Theory of The Firm)
Teori perusahaan atau lebih dikenal dengan Theory of The Firm
diperkenalkan oleh Neo Klasik. Teori perusahaan merupakan sebuah teori yang
membahas tentang organisasi yang mampu menggabungkan dan mengatur semua
sumber daya yang tersedia meliputi sumber daya keuangan , manusia, serta
informasi untuk memaksimalkan laba untuk jangka pendek, dan untuk jangka
panjang diharapkan untuk kelangsungan hidup perusahaan dalam waktu lama.
(Jaya, 2005,hlm. 57)
13

2.1.2.2 Pengertian Laba


Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah untuk memperoleh
laba. Menurut Rahardja dan Manurung (2008, hlm. 141) dalam teori ekonomi
mikro, tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba (profit). Secara teoritis laba
adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung atas resiko yang ditanggung oleh
perusahaan. Semakin besar resiko, laba yang diperoleh harus semakin besar. Laba
(profit) adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi dengan biaya total yang
dikeluarkan perusahaan. Menurut Salvatore (2005,hlm.141) bahwa laba total
adalah penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya total yang dikeluarkan (TC).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝝅 = 𝑻𝑹 − 𝑻𝑪
Perusahaan dikatakan memperoleh laba jika nilai 𝜋 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 (𝜋 > 0)
dimana TR > TC. Laba maksimum (maximum profit) tercapai bila nilai 𝜋 mencapai
maksimum. Secara jelasnya fungsi TR dapat dijelaskan sebagai berikut.
𝑻𝑹 = 𝑷. 𝑸
Keterangan :
TR = Penerimaan total
P = Harga produk
Q = Jumlah produk
Sedangkan fungsi TC merupakan keperluan terendah yang digunakan untuk
memproduksi setiap output Q. TC akan meningkat ketika output meningkat. TC
didefinisikan sebagai berikut.
𝑻𝑪 = 𝑭𝑪 + 𝑽𝑪
Rata-rata biaya atau Avareage Total Cost (ATC) adalah biaya produksi dari setiap
unit output yang dihasilkan.
𝑻𝑪
𝑨𝑻𝑪 =
𝑸
Marginal Cost (MC) adalah kenaikan dari total biaya akibat dari
diproduksinya tambahan satu unit output.
∆𝑻𝑪 ∆𝑻𝑽𝑪
𝑴𝑪 = =
∆𝑸 ∆𝑸
14

Menurut Ahman dan Rohmana (2009, hlm. 212) untuk menjelaskan


keuntungan maksimum perusahaan terdapat beberapa jenis pendekatan untuk
menentukan keuntungan maksimum, yaitu:
1. Pendekatan totalitas (Totality Approach/TR)
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total
(TC). Jadi perusahaan akan berusaha memaksimalkan perbedaan antara pendapatan
total dengan biaya biaya (dengan mengasumsikan bahwa pendapatan total lebih
besar dari biaya total, TR>TC).

Gambar 2.1
Keseimbangan Pendekatan Total
(Ahman dan Rohmana, 2009, hlm. 213)
Pada titik A1, jarak vertikal antara pendapatan total (TR) dan biaya total
(TC) mencapai maksimum, dan karena itu laba dimaksimasi.
 Pada stage I dan III, perusahaan mengalami kerugian karena TR lebih kecil
daripada TC (TR<TC).
 Pada stage III perusahaan mendapat laba karena TR lebih besar dari TC
(TR>TC).
 Pada saat TR sama dengan TC yaitu pada saat fungsi fungsi TC memotong
fungsi TR menunjukan bahwa produsen tidak memperoleh keuntungan,
atau dikenal dengan istilah Break Even Point (titik impas).
2. Pendekatan Marginal
Dalam pendekatan marginal, perhitungan laba dilakukan dengan
membandingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR) dari setiap
15

unit produksi. Karena pada pasar persaingan MR=P, maka berlaku syarat terjadinya
keuntungan maksimal MC=P. Rumus MC=MR diperoleh melalui cara berikut:
keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya.
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Keuntungan maksimal dicapai dengan syarat turunan pertama sama dengan nol
(𝑑 𝜋/𝑑𝑄).
(𝑑 𝜋/𝑑𝑄) = 𝑑𝑇𝑅/𝑑𝑄 − 𝑑𝑇𝐶/𝑑𝑄
0 = MR-MC
MR=MC
Hubungan antara MC,MR, dan P ini ditunjukkan Gambar 2.2.

Gambar 2.2
Perolehan Keuntungan dengan Pendekatan Marginal
(Ahman dan Rohmana, 2009, hlm. 217)
Berdasarkan Gambar 1.2, keputusan yang diambil perusahaan untuk
memperoleh keuntungan maksimal adalah memproduksi output sebanyak Q0 unit.
TR yang diterima produsen sebanyak 0P0AQ0, sedangkan biaya total yang harus
dikeluarkan sebanyak 0P1BQ0. Selisih keduanya merupakan keuntungan yaitu
sebesar P0ABP1.
Untuk memperoleh keuntungan tersebut, salah satu syaratnya adalah harga
(P) harus lebih besar dari biaya rata-rata (AC). Selisih antara harga per unit dan
biaya rata-rata menggambarkan besarnya keuntungan per unit. Pada output sebesar
0Q0, keuntungan per unit (P-AC) adalah sebesar AB.
16

2.1.3 Konsep Modal Kerja


Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung
maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Dalam
pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama dengan faktor-
faktor produksi tanah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan jasa baru.
Modal atau biaya adalah faktor yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala
kecil, menengah, ataupun besar (Tambunan, 2011).
Menurut Budiwati dan Suzanti (2007, hlm. 38) pengertian modal dapat
dibedakan atas pengertian sempit dan luas. Dalam arti sempit, modal sering
diartikan sebagai uang atau sejumlah dana untuk membiayai suatu usaha atau
kegiatan. Dalam arti luas, modal diartikan sebagai segala sesuatu (benda modal,
uang, alat, benda-benda, jasa) yang digunakan untuk menghasilkan lebih lanjut.
Kebutuhan modal dalam menjalankan suatu usaha, pada dasarnya terdiri
dari dua jenis modal seperti yang diungkapkan oleh Moko, P. Astamoen (2009, hlm.
298) yaitu :
1) Modal Investasi
Modal ini digunakan untuk pembelian atau pengadaan untuk tujuan
menunjang proses produksi, antara lain seperti:

Pembelian tanah

Pembangunan pabrik

Pembelian alat-alat

Pembelian peralatan kantor
2) Modal Kerja
Modal kerja digunakan untuk jangka pendek dan digunakan beberapa kali
pakai dalam satu proses produksi dan waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari
satu tahun. Modal ini terdiri dari biaya tetap dan biaya langsung atau biaya variabel.
 Biaya Tetap adalah komponen biaya dalam suatu perusahaan yang tetap
harus diperhitungkan baik ketika proses produksi sedang berjalan atau
tidak, biaya tersebut meliputi: biaya penyusutan, biaya pemasaran, biaya
untuk telepon, listrik air bersih, operasional kendaraan, ATK dan lainnya,
biaya bunga atas pinjaman.
 Biaya langsung adalah biaya untuk pembelian komponen-komponen atau
bahan baku untuk produksi atau proyek, antara lain: pembelian tanah,
17

membuat bangunan untuk usaha properti, pembelian bahan baku, biaya


gaji untuk pegawai, penyewaan alat-alat untuk keperluan produksi, biaya
untuk pekerjaan berbasis proyek.
Sedangkan menurut Agustina (2015, hlm. 57) pada dasarnya kebutuhan
modal untuk melakukan usaha terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1) Modal investasi awal
Modal investasi awal adalah modal yang harus dikeluarkan pada awal
pembukaan usaha, dan biasanya digunakan untuk jangka panjang. Contoh dari
modal investasi awal adalah etalase, meja, perabot penunjang usaha dan barang-
barang lain yang dipakai jangka panjang. Modal investasi awal nilainya cukup besar
dan modal investasi awal ini dapat mengalami penyusutan setelah jangka waktu
tertentu.
2) Modal kerja
Modal kerja adalah modal yang harus dikeluarkan untuk membeli atau
membuat barang dagangan. Modal kerja ini bisa dikeluarkan setiap bulan atau
setiap datang pesanan (order). Prinsipnya, tanpa modal kerja pesanan (order) tidak
dapat terselesaikan atau tidak ada barang yang diperdagangkan. Sebagai contoh
pada usaha rumah makan, maka modal kerja yang dibutuhkan adalah modal untuk
dapat membeli bahan makanan.
3) Modal operasional
Modal operasional adalah modal yang harus dikeluarkan untuk membayar
biaya operasional dari usaha yang dijalankan, contohnya pembayaran upah untuk
tenaga kerja, pembayaran air, listrik, dan telephone, retribusi sampah, dan lain-lain.
Pos-pos dalam modal operasional ini pada umumnya hampir sama dalam setiap
usaha bisnis. Prinsipnya, modal operasional adalah sejumlah uang yang harus
dikeluarkan untuk membayar pos-pos biaya diluar secara langsung, dan biasanya
dibayar secara bulanan.
Modal kerja merupakan faktor penting berjalannya suatu usaha, hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (dalam Budiwati &
Suzanti, 2007, hlm. 37) bahwa:
“Modal kerja sangat berpengaruh terhadap berjalannya operasi suatu
perusahaan sehingga modal kerja harus senantiasa tersedia dan terus
menerus diperlukan bagi kelancaran usaha, dengan modal yang cukup akan
18

dapat dihasilkan produksi yang optimal dan apabila dilakukan penambahan


modal maka produksi akan meningkat lebih besar lagi”.

Bambang Riyanto (dalam Budiwati & Suzanti, 2007, hlm. 54)


mengemukakan pengertian modal kerja dalam beberapa konsep yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dana yang teranam dalam unsur
aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali
dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan
dapat bebas kembali dalam waktu yang pendek.
2. Konsep Kualitatif
Modal kerja yang dikaitkan dengan jumlahnya dan besarnya jumlah utang
lancar atau utang yang segera harus dibayar. Maka modal kerja menurut konsep ini
adalah kelebihan aktiva lancar atau utang lancar.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan sesuai dengan usaha pokok
perusahaan, tetapi tidak semua dana yang digunakan untuk menghasilkan laba
periode ini ada sebagian dana yang digunakan untuk menghasilkan laba periode ini,
ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba
di masa yang akan datang.
Modal kerja merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan karena modal
merupakan penentu kegiatan dan mempunyai peranan untuk kelancaran usaha.
Modal kerja yang terlalu sedikit akan berakibat hilangnya kesempatan bagi
pengusaha untuk memperoleh keuntungan yang besar serta akan mengancam
kelangsungan hidup usaha tersebut. Ojat Sudrajat (dalam Budiwati & Suzanti,
2010, hlm. 58) memberikan gambaran mengenai hubungan modal kerja terhadap
laba seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.8.
19

Sumber Eksteren Sumber Eksteren


(Modal Asing) (Modal Asing)

Modal yang
Laba
ditanam

Sumber Interen Sumber Interen


(Modal Sendiri) (Modal Sendiri)

Gambar 2. 3
Hubungan Modal Kerja dengan Laba
( Budiwati & Suzanti, 2010, hlm. 58)
Berdasarkan Gambar 2.8 terlihat bahwa modal yang digunakan dalam
perusahaan berasal dari modal asing (modal pinjaman) dan modal sendiri sebelum
mencapai laba yang diharapkan, terlebih dahulu pengusaha harus mengetahi harga
pokok barang ayang akan diproduksi yang akan menghasilkan laba. Serta dengan
modal yang ditanamkan akan menghasilkan barang yang akan dijual. Dengan kata
lain, untuk dapat menghasilkan laba, mustahil tanpa modal.
Oleh karena itu, besar kecilnya modal yang ditanamkan, baik modal sendiri
maupun modal asing akan menentukan volume produksi. Semakin besar modal
yang ditanamkan, maka volume penjualan akan semakin besar dan pengusaha
mempunyai kesempatan meningkatkan income dan meningkatkan laba pada
akhirnya.

2.1.4 Konsep Perilaku Kewirausahaan


Seorang wirausaha adalah individu yang mempraktekan sikap tekun dalam
pekerjaannya. Dilihat dari kata dasarnya yaitu wira yang dapat diartikan sebagai
pahlawan dan usaha adalah melakukan kegiatan ekonomi. Jadi wirausaha dapat
diartikan seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan sesuatu
kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat dibanggakan.
Menurut Thoha (2003, hlm. 33) Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi
antara seorang individu dengan lingkungannya. Interaksi tersebut dapat
mempengaruhi orang tersebut. Perbedaan perilaku setiap wirausahawan berbeda-
beda tergantung pada karakteristik lingkungan yang dihadapi. Perilaku dapat
dibatasi sebagai keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap, dan sebagainya)
20

untuk memberikan respon terhadap situasi luar subjek tersebut. Menurut


Laodesyamri (2011, hlm. 66) bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokan
menjadi tiga jenis yaitu:
1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi atau
rangsangan dari luar.
2) Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri subjek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak
perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan dengan sifat dan
keadaan alam tersebut.
3) Perilaku dan bentuk tindakan yang sudah konkrit, yang berupa perbuatan
terhadap situasi dan atau rangsangan dari luar.
Dalam pandangan psikologi, perilaku manusia (human behavior) adalah
sebagai suatu reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun kompleks. Pembahasan
tentang perilaku manusia terutama secara umum merupakan suatu hal yang sangat
sulit, perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dapat dipahami atau diprediksikan.
Begitu banyak faktor internal dan faktor eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini
dan masa yang akan datang yang ikut mempengaruhi perilaku manusia,
pembahasan perilaku manusia dari berbagai macam teori dan sudut pandang akan
memberikan penekanan yang berbeda-beda, terutama dalam menterjemahkan apa
yang dimaksud dengan perilaku manusia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konsep dasar perilaku manusia
pada hakikatnya merupakan proses interaksi dengan lingkungannya sebagai
manifestasi bahwa ia adalah makhluk hidup.
Kewirausahaan secara harfiah wira artinya utama, gagah, luhur, berani,
teladan atau pejuang, sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-
menerus dalam mengelola sumber daya untuk mendapatkan keuntungan. Zimmerer
(2008, hlm. 5) menyatakan bahwa kewirausahaan atau entrepeneurship adalah
“seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara
mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber daya yang
diperlukan sehingga sumber daya itu bisa dikapitalisasikan”.
21

Pendapat lain dikemukakan oleh Frinces (2010, hlm. 12) bahwa


kewirausahaan adalah orang-orang yang mempunyai insting (semangat, jiwa, nalar,
intuisi, dan kompetensi). Menurutnya wirausaha sebagai risk taker (pengambil
resiko) harus berani melakukan investasi, berani rugi dalam memperoleh
keuntungan dan berani melakukan perubahan dengan cepat dan besar (bila memang
dibutuhkan) untuk kemajuan perusahaan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru melalui
berfikir kreatif dan bertindak untuk menciptakan peluang serta berani mengambil
resiko yang terjadi.
Terdapat lima perilaku kewirausahaan yang harus dimiliki oleh seorang
wirausaha yaitu (Hendro, 2011, hlm. 166) :
1. Perilaku wirausaha secara menyeluruh meliputi :
a. Teguh pendirian.
b. Selalu yakin dengan apa yang ia kerjakan dan lakukan sehingga terkadang
keras kepala tetapi sebenarnya mempunyai konsep dan alasan yang kuat
dalam melakukan sesuatu.
c. Berperilaku profesional dalam arti punya tanggungjawab , komitmen
tinggi, disiplin, berusaha tetap konsisten pada pendiriannya, serta jujur dan
terbuka.
d. Optimis dalam segala perilaku yang ia lakukan.
e. Berpikir positif dalam mendengar serta menanggapi suatu saran atau
cercaan bahkan ejekan dari teman dan keluarganya. Hal tersebut akan
dianggap sebagai tantangan yang memotivasi dirinya.
f. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan (visioner)
g. Selalu berorientasi ‘pasti ada jalan keluarnya’ sehingga ia berpikir kreatif
dan inovatif untuk menemukan solusinya.
2. Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan meliputi :
a. Berpenampilan rapih dan ingin disukai oleh setiap orang.
b. Berperilaku baik sehingga banyak orang yang menyukainya.
c. Senang memotivasi orang lain dengan tujuan yang baik.
d. Menjadi teladan bagi teman bisnisnya, karyawan dan pelanggannya.
22

e. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi sehingga banyak orang


yang senang dengannya.
3. Perilaku wirausaha dalam pekerjaan meliputi :
a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan kuat pada hasil yang
sempurna.
b. Gila kerja (workaholic) dan bekerja dengan baik sehingga tidak menyukai
kelemahan (perfectionist).
c. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu ingin cepat diselesaikan.
d. Haus akan prestasi sempurna (excellent).
e. Tuntas dalam mengerjakan tugas.
f. Energik dan penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan tugas.
g. Paling menyukai pekerjaan baru dan menantang.
h. Kreatif dan inovatif sehingga selalu mempunyai ide-ide cemerlang dan
bisa keluar dari tekanan.
4. Perilaku wirausaha dalam menghadapi resiko meliputi :
a. Mengevaluasi resiko dan dampaknya terlebih dahulu.
b. Mencari keputusan yang tepat dan optimal.
c. Tidak takut terhadap resiko karena ia kuat dalam intuisinya.
d. Waspada dan antisipatif sehingga selalu berperilaku proaktif.
5. Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan (leadership) meliputi :
a. Seorang pemimpin yang berani mengambil keputusan.
b. Perilakunya hati-hati karena menjadi contoh bagi yang lain.
c. Membuat karyawan tenang dalam menjalankan pekerjaan dan tugasnya.
d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar.
Menurut Kasmir (2010, hlm.27-28) menjelaskan bahwa wirausaha yang
dapat dikatakan berhasil dalam usahanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas.
2. Inisiatif dan selalu proaktif.
3. Berorientasi pada prestasi.
4. Berani mengambil resiko.
5. Kerja keras.
23

6. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik


sekarang maupun yang akan datang.
7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh
dan harus ditepati.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.
Meredith (dalam Suryana ,2010, hlm. 62-63) mengemukakan ciri-ciri watak
yang menggambarkan wirausaha yang tertera pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Ciri-ciri dan Watak/karakter Wirausaha
Ciri-ciri Watak
Percaya diri dan optimis Kepercayaan (keteguhan)
Ketidaktergantungan
Optimisme
Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan atau haus akan prestasi
Berorientasi laba atau hasil
Tekun dan tabah
Tekad, kerja keras, motivasi
Energik
Penuh inisiatif
Berani mengambil risiko dan menyukai Mampu mengambil risiko
tantangan Suka pada tantangan
Kepemimpinan Mampu memimpin
Dapat bergaul dengan orang lain
Menanggapi kritik dan saran
Keorisinilan Inovatif (pembaharu)
Kreatif
Fleksibel
Banyak Sumber Daya
Serba Bisa
Berorientasi pada masa depan Pandangan ke depan
Perseptif
Sumber : Meredith (dalam Suryana , 2010 hlm. 62-63)
Selain itu, sikap yang sebaiknya dimiliki oleh seorang wirausaha menurut
Astamoen (2008, hlm. 89-90) adalah sebagai berikut:
1. Kreatif, inovatif, banyak ide atau gagasan dalam segala hal yang meliputi:
produk baru, baik jasa atau manufaktur; serta cara atau proses baru untuk
produk lama maupun baru.
2. Mencari dan mengisi peluang dengan cara menciptakan pasar yang baru
dengan meluncurkan layanan, produk, dan cara-cara baru yang lain dari
24

pada yang lain (doing the new way of bussiness) dan mengisi sebagian
pangsa pasar dari produk yang sudah ada untuk produk sejenis, tetapi
kualitas layanan, harga yang lebih kompetitif.
3. Orientasi pada konsumen dalam membuat produk, menjual barang atau jasa
dengan mempertimbangkan harga yang wajar, layak, dan kompetitif ;
kemampuan produk untuk menunjang kebutuhan manusia ; fungsi,
keamanan, kenyamanan, gengsi, dan lain-lain; pelayanan purna jual untuk
beberapa produk tertentu; kepuasan dan manfaat bagi pelanggan dan
stakeholder.
4. Menghadapi risiko dalam segala bentuk dan kejadian, seperti risiko
keuangan, risiko persaingan, risiko produksi, risiko pasar.
5. Melakukan ekspansi atau diversifikasi bisnis untuk tujuan mengembalikan
modal, mendapatkan laba dan memperbesar usaha, serta mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya.

Adapun menurut Dusselman (dalam Suryana, 2006, hlm. 51) perilaku


kewirausahaan dapat ditandai oleh pola tingkah laku sebagai berikut:
1. Menemukan dan menerima inovasi, yaitu usaha menciptakan, menemukan,
dan menerima hal-hal baru serta mencari ide-ide baru.
2. Adanya keberanian untuk menghadapi resiko, yaitu usaha dengan
keyakinan tidak takut gagal dalam menekuni peluang baru, bersedia
menghadapi peluang dengan resiko yang tidak pasti dengan
memperhitungkan kerugian yang akan terjadi.
3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha yang dilakukan untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, koordinasi, menjaga
kelancaran usaha, dan mengawasi serta mengevaluasi usaha.
4. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan dan mengarahkan
tujuan usaha.

2.2 Kajian Empiris


Penelitian memerlukan rujukan dan perbandingan dari penelitian sebelumnya
agar dapat menghasilkan penelitian yang terarah. Berikut terdapat hasil penelitian
terdahulu terkait dengan variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
25

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
1. Cindy Dwi Pengaruh X1 = Perilaku Terdapat pengaruh
Yuliandi Perilaku Kewirausahaan positif modal usaha
(2016) Kewirausahaan X2 = Modal Usaha memediasi
Terhadap Y = Pendapatan pengaruh perilaku
Pendapatan kewirausahaan
Melalui Mediasi terhadap
Modal Usaha pedapatan.
2. Anak Agung Pengaruh Modal, X1 = Modal Modal dan lama
Ratih Tenaga Kerja, X2 = Tenaga Kerja usaha berpengaruh
Wulandari dan Lama Usaha X3 = Lama Usaha signifikan terhadap
dan Ida Bagus Terhadap Y = Pendapatan pendapatan, dan
Darsana Pendapatan Tenaga kerja tidak
(2017) berpengaruh
signifikan terhadap
pendapatan
3. Satyaningsih Pengaruh Modal X1 = Modal Kerja Modal kerja dan
Sri Utami dan Kerja Terhadap X2 = Lama Usaha lama usaha
Edi Wibowo Pendapatan Y = Pendapatan memiliki pengaruh
(2013) Dengan Lama positif dan
Usaha Sebagai signifikan terhadap
Variabel pendapatan
Moderat
4. Tyas Analisis Faktor- X1 = Modal Kerja Modal kerja,
Sasetyowati Faktor yang X2 = Perilaku perilaku
dan Susanti Mempengaruhi Kewirausahaan kewirausahaan dan
Kurniawati. Pendapatan X3 = Persaingan persaingan
(2013) Pedagang Y = Pendapatan memiliki pengaruh
Sembako positif dan
signifikan terhadap
pendapatan
pedagang
sembako.
5. Putri Analisis Faktor- X1 = Modal Kerja Variabel Modal
Jamaika, Faktor Yang X2 = Lama Usaha Kerja, lama usaha,
Wayan Mempengaruhi X3 = Tenaga Kerja dan tenaga kerja
Subagirta, Pendapatan Y = Pendapatan berpengaruh
Sebastiana Pengusaha signifikan terhadap
26

Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Viphindrartin Mebel di pendapatan
(2014) Kecamatan pengusaha mebel
Leces di Kecamatan
Kabupaten Leces Kabupaten
Probolinggo Probolinggo

2.3 Kerangka Pemikiran


Tujuan pengusaha dalam menjalankan bisnisnya adalah untuk memperoleh
pendapatan. Pendapatan ini dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan dalam
menjalankan usahanya. Suatu usaha dapat dipertahankan apabila masih memiliki
pendapatan.
Perilaku kewirausahaan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pendapatan. Dalam teori dinamis J.Schumpeter dijelaskan bahwa profit atau laba
terdapat pada kehidupan ekonomi yang dinamis dan diperoleh dari pengusaha yang
dinamis pula. Selain itu dalam teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Schumpeter
mengungkapkan bahwa perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi bila
memiliki keunggulan yang unik untuk menghindari persaingan sempurna. Maka
dari itu, pengusaha melalui perilaku kewirausahaan harus dapat menciptakan
inovasi-inovasi baru dalam usahanya. Melalui perilaku kewirausahaan, perusahaan
akan mampu memanfaatkan sumber daya yang optimal serta mengembangkan
kreatifitasnya untuk mencapai laba yang diinginkan.
Dengan demikian, pengusaha akan semakin terdorong untuk bersaing
dengan lingkungan yang semakin berkembang melalui sikap kewirausahaan yaitu
dengan adanya inovasi, memiliki keberanian untuk menghadapi resiko, memiliki
kemampuan manajerial dan memiliki jiwa kepemimpinan (Suryana, 2006, hlm. 51).
Pengusaha yang berani menempuh jalan baru, menggunakan teknik yang
baru, dan metode produksi-produksi yang baru akan menerima keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan pengusaha lainnya. Berdasarkan pernyataan
diatas, maka untuk memperoleh laba yang maksimal, perilaku kewirausahaan
sangat berpengaruh terhadap pendapatan. Sebagaimana penelitian yang dilakukan
oleh Sasetyowati dan Kurniawati (2012,hlm 7) menunjukkan bahwa perilaku
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan.
27

Selain perilaku kewirausahaan, untuk memperoleh pendapatan setiap


pengusaha membutuhkan faktor produksi yang dapat menunjang jalannya usaha.
Faktor produksi ini seperti lahan, tenaga kerja , alat mesin, termasuk modal usaha
dan lainnya agar bisa terlaksana dengan baik. Modal usaha diartikan sebagai dana
yang digunakan untuk menjalankan usaha agar dapat tetap berlangsung. Besarnya
modal akan mempengaruhi besarnya pendapatan usaha. Modal usaha merupakan
unsur penting bagi pada industri kecil dalam membangun usahanya dan
meningkatkan pendapatannya. Modal yang sedikit akan membatasi hasil kegiatan
produksi sehingga pendapatan yang dicapai sedikit pula. Kekurangan modal juga
akan menghambat pengembangan usaha. Begitu pula sebaliknya, jika modal yang
dimiliki oleh perusahaan cukup besar, maka kuantitas produksi dapat ditingkatkan
sehingga penjualan meningkat dan pendapatan usaha pun meningkat.
Harrod-Domar (dalam Ahman dan Rohmana, 2009, hlm. 62)
mengungkapkan bahwa akumulasi modal mempunyai peranan ganda, yaitu
menimbulkan pendapatan dan kenaikan kapasitas produksi. Pembentukan modal
akan menaikan pendapatan serta akan memperluas kesempatan kerja dan
menaikkan investasi selanjutnya.
Menurut Suparmoko (dalam Ma’arif,2013, hlm. 4) modal merupakan input
(faktor produksi) yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya
pendapatan. Tetapi bukan berarti faktor satu-satunya yang mempengaruhi
pendapatan, sehingga dalam hal ini modal usaha merupakan salah satu faktor
produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha lanting di Kabupaten
Kebumen.
Beberapa studi yang meneliti tentang pendapatan, membuktikan bahwa
variabel modal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan seperti penelitian
yang dilakukan oleh Putri Jamaika, Wayan Subagirta, Sebastiana Viphindrartin
(2014) yang salah satu kesimpulan dari penelitiannya menyebutkan bahwa modal
usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan pengusaha,
maka dari itu variabel modal usaha mempunyai peranan penting dalam upaya untuk
meningkatkan pendapatan. Hubungan modal kerja terhadap pendapatan juga
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tyas Sasetyowati dan Susanti
Kurniawati (2013) yang menyebutkan bahwa modal berpengaruh secara signifikan
28

terhadap pendapatan pengusaha. Selain itu penelitian serupa juga dilakukan oleh
Satyaningsih Sri Utami dan Edi Wibowo (2013), hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa modal usaha mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan. Artinya semakin besar modal yang digunakan dalam menjalankan
usaha, maka pendapatan pun akan meningkat.
Secara teori, hubungan modal dengan pendapatan adalah positif. Hal ini
disebabkan karena dengan modal yang besar akan pengusaha akan lebih aman
dalam pengadaan barang demi kelangsungan usahanya serta dalam hal variasi dan
jenisnya sehingga konsumen lebih tertarik untuk melakukan pembelian barang dan
akan meningkatkan pendapatan pengusaha. Hubungan modal yang berpengaruh
positif dan signifikan juga didukung oleh beberapa penelitian lainnya yakni
penelitian yang dilakukan oleh Cindy Dwi Yuliandi (2016) serta Anak Agung Ratih
Wulandari dan Ida Bagus Darsana (2017).
Banyak orang yang mendirikan usaha dan mampu bertahan dalam
menjalankan usahanya, namun adapula yang hanya bertahan sesaat saja. Penyebab
utama yang menjadikan seseorang mampu dalam bertahan dalam menjalankan
usahanya adalah karena adanya perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh seorang
wirausaha. Hal tersebut mendorong pengusaha untuk mencari dan mendapatkan
modal usaha yang maksimal untuk meningkatkan pendapatannya. Artinya bahwa
seorang pengusaha sadar dan tahu usaha apa yang sedang dikelolanya, sehingga dia
tau apa yang seharusnya dilakukan terhadap usahanya untuk meningkatkan
pendapatan (Yuliandi, 2016, hlm. 38-39)
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
kewirausahaan dan modal usaha memiliki pengaruh terhadap peningkatan
pendapatan. Ketersediaan modal yang memadai disertai dengan penggunaannya
yang optimal, akan meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya akan
meningkatkan laba. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2.9.
29

e1 Modal Kerja (M)

a b

Perilaku c’ Laba (Y)


Kewirausahaan (X)

e2
Gambar 2. 4
Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap rumusan masalah yang diujikan
oleh peneliti dan dihabarkan dari landasan teori serta masih harus di uji
kebenarannya. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh positif perilaku kewirausahaan terhadap laba.
2. Modal Kerja memediasi pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap
laba.
30

BAB III
METODE PENELITIAN

2.1 Objek dan Subjek Penelitian


Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Laba (Y),
Perilaku Kewirausahaan (X) dan Modal Kerja (M). Laba merupakan variabel
terikat, sementara variabel bebas dalam penelitian ini yaitu perilaku kewirausahaan
dan modal kerja merupakan variabel mediasi. Sedangkan yang menjadi subjek
dalam penelitian ini yaitu pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen.

2.2 Metode Penelitian


Menurut Suharsimi Arikunto (2010, hlm.136) menyatakan bahwa “Metode
penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya”. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode survey
eksplanatory yaitu survey yang digunakan untuk menjelasakan hubungan-
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
Daniel (2003, hlm. 44) mengemukakan bahwa “metode survei adalah
pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik
terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu, atau suatu
ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang
dibutuhkan”. Sedangkan penelitian eksplanatoris yaitu penelitian yang memberikan
penjelasan dan alasan dalam bentuk hubungan sebab akibat (Morissan 2012, hlm.
38).

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian
Sugiono (2011, hlm. 80) menyatakan bahwa “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan”. Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi dalam penelitian
ini yaitu seluruh pengusaha lanting se-Kabupaten Kebumen. Populasi berjumlah
292 orang yang terdapat dalam kecamatan se-Kabupaten Kebumen. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
35
31

Tabel 3.1
Daftar Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen
No Kecamatan Jumlah No Kecamatan Jumlah
1. Adimulyo 35 7. Kuwarasan 135
2. Bonorowo 5 8. Mirit 3
3. Buayan 92 9. Petanahan 1
4. Gombong 2 10. Prembun 3
5. Karanganyar 9 11. Rowokele 1
6. Kutowinangun 4 12. Sempor 2
Jumlah 292
Sumber : Disperindag Kabupaten Kebumen 2014 (dalam Puspitasari, 2015,hlm. 120)

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010, hlm. 118). Penelitian ini menggunakan teknik
sampling random, diberi nama demikian karena didalam pengambilan sampelnya,
peneliti “mencampur” subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek
dianggap sama. (Arikunto, 2013, hlm. 177). Penentuan sampel pengusaha lanting
diambil menggunakan metode persentase. Menurut Arikunto (2013, hlm. 177)
mengemukakan bahwa :
Jika jumlah subjek populasi besar, maka dapat diambil antara 10% - 15% atau
20% - 25% atau lebih, tergantung setidak – tidaknya dari :
 Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
 Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut dari banyak sedikitnya data
 Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Berdasarkan pada pernyataan tersebut, maka sampel pada penelitian ini
diambil sebanyak 25% dari populasi jumlah kecamatan. Dapat diketahui bahwa
25% x 12 = 3 kecamatan. Berikut adalah kecamatan yang terpilih berdasarkan
random sampling dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3. 2
Sampel Pengusaha Lanting
No Nama Kecamatan Jumlah Pengusaha Lanting
1. Kuwarasan 135
2. Sempor 2
3. Gombong 2
Total 139
Sumber : Disperindag Kabupaten Kebumen 2016 (data diolah)
32

Apabila telah diketahui jumlah sampel kecamatan, kemudian dapat dihitung


jumlah sampel minimal menggunakan rumus menurut Slovin (Riduwan &
Kuncoro, 2012, hlm. 44) yaitu :
𝐍
n = 𝐍.𝐞𝟐 +𝟏

Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e2 : error level (tingkat kesalahan)
Maka dapat diketahui perhitungan dalam menentukan sampel pengusaha ,
yaitu sebagai berikut:
139
n = 139 (0.05)2 +1
139
= 139 (0.0025)+1

= 103,0 dibulatkan menjadi 103.


Berdasarkan perhitungan tersebut maka ukuran sampel minimal dalam
penelitian ini adalah sebanyak 103 pengusaha. Setelah diketahui batas minimal
sampel, maka selanjutnya adalah menentukan sampel pengusaha pada masing –
masing kecamatan secara propotionate random sampling memakai rumusan alokasi
proporsional sebagai berikut (Riduwan, 2012, hlm. 49):
𝑁𝑖
ni = xn
𝑁

Keterangan:
N = jumlah populasi keseluruhan
Ni = jumlah populasi menurut stratum
n = jumlah sampel keseluruhan
ni = jumlah sampel menurut stratum
Pengukuran sampel akan dilakukan menggunakan rumus alokasi
proporsional yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.
33

Tabel 3.3
Perhitungan dan Distribusi Sampel
No Nama Kecamatan Jumlah Pengusaha Sampel
135
ni = 139 x 103 = 100
1. Kuwarasan 135
2
ni = 139 x 103 = 2
2. Sempor 2
2
ni = 139 x 103 = 2
3. Gombong 2
Total 139 104
Sumber : Disperindag Kabupaten Kebumen 2016 (data diolah)

3.4 Operasional Variabel


Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka terlebih dahulu setiap
variabel harus didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasional variabel. Hal
ini dilakukan agar setiap variabel dan indikator penelitian dapat diketahui skala
pengukurannya secara jelas. Operasional variabel penelitian secara rinci diuraikan
pada Tabel 3.4.
Tabel 3. 4
Operasional Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala
Variabel Dependen
Laba (Y) Laba adalah Data diperoleh dari Interval
penerimaan total responden tentang
(TR) dikurangi biaya laba yang
total (TC). diterimanya setiap
bulannya.
Variabel Independen
Perilaku Perilaku Data diperoleh dari Interval
Kewirausaaan kewirausahaan jumlah skor
(X) adalah karakter perilaku
seorang wirausaha kewirausahaan
dimiliki oleh dimiki menggunakan skala
oleh seorang numerikal 7 poin
pengusaha lanting. dengan indikator:
1. Kepercayaan
diri dan optimis
2. Berorienyasi
pada laba
34

Variabel Konsep Indikator Skala


3. Berani
mengambil
resiko dan suka
tantangan
4. Kepemimpinan,
menanggapi
saran dan kritik
5. Inovatif,
kreatif,
fleksibel, dan
berwawasan
luas
Variabel Mediasi
Modal Kerja Modal kerja adalah Data diperoleh dari Interval
(M) jumlah uang yang pengusaha lanting
digunakan untuk berkaitan dengan
mengelola dan modal kerja.
membiayai usaha
setiap hari dalam
satu bulan,
dinyatakan dalam
satuan rupiah.

3.5 Data dan Sumber Data


3.5.1 Data
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa skor perilaku
kewirausahaan, modal kerja, dan laba pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen
berdasarkan sebaran angket tentang perilaku kewirausahaan, modal kerja, dan laba
pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen.

3.5.2 Sumber Data


Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data diperoleh. Arikunto (2013, hlm. 172) mengklasifikasikan sumber data
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan
melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
35

2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam
(misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain)
dan bergerak (misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian,
gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar, dan lain-lain).
3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka,
gambar, atau simbol-simbol lain.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data person yaitu dari banyaknya sampel yang diteliti yang
telah ditentukan. Kemudian data paper berupa hasil angket yang diperoleh langsung
dari banyaknya sampel yang ditentukan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data
untuk memperoleh data guna menunjang pembahasan permasalahan, yaitu:
a. Angket/Kuesioner. Yaitu teknik pengumpulan data secara tidak langsung
bertanya jawab antara peneliti dan responden. Angket dalam penelitian ini
berupa angket tertutup, yaitu angket yang berisikan pernyataan yang harus
dijawab oleh responden telah memiliki alternatif jawaban yang kemudian
akan dipilih oleh responden tentang pernyataan-pernyataan dari perilaku
kewirausahaan, dan pertanyaan terbuka mengenai laba dan modal kerja.
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara lisan. Arikunto
(2013, hlm. 155) menyatakan bahwa “wawancara atau kuesioner lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interview) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer)”. Dalam hal ini
wawancara dilakukan kepada pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen.
c. Studi literatur, dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang ada dari
berbagai literatur yang digunakan seperti buku, jurnal, skripsi, internet dan
media lainnya yang berhubungan dengan konsep permasalahan yang
diteliti.

3.7 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
atau kuesioner. Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
36

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden


untuk dijawab (Sugiyono, 2016, hlm.199).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner atau
angket. Arikunto (2010, hlm. 268) menjelaskan bahwa dalam menyusun sebuah
instrumen atau kuesioner harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal.
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan sekaligus untuk menentukan
teknik analisisnya.
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner serta kuesioner terbuka
untuk pertanyaan mengenai laba dan modal kerja, dan kuesioner tertutup untuk
pertanyaan mengenai perilaku kewirausahaan yang alternatif jawabannya telah
disediakan oleh peneliti. Agar setiap jawaban responden dapat dihitung, maka
diperlukan alat ukur yang tepat dalam memberikan skor pada setiap jawaban
responden. Skala yang digunakan adalah Skala Numerikal (Numerical Scale). Skala
ini mirip dengan skala diferensial semantik, yaitu skala perbedaan semantik yang
berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti panas-dingin,
popular-tidak popular, baik-tidak baik dan sebagainya (Kuncoro, 2009,hlm.75).
Karakteristik bipolar tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang
terhadap objek, yaitu:
a. Potensi, yaitu kekuatan akan atraksi fisik suatu objek
b. Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
suatu objek
c. Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan suatu objek
Adapun contoh skala numerikal yaitu:
Seberapa puas anda dengan agen real estat yang baru?
Sangat Tidak Puas 1 2 3 4 5 6 7 Sangat Puas

Dari contoh tersebut, responden memberikan tanda (X) pada nilai yang
sesuai dengan persepsinya. Para peneliti sosial dapat menggunakan skala ini
misalnya memberikan penilaian kepribadian seseorang, menilai sifat hubungan
interpersonal dalam organisasi, serta menilai persepsi seseorang terhadap objek
sosial atau pribadi yang menarik. Selaian itu, skala perbedaan semantik, responden
37

diminta untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep tertentu
misalnya kinerja, peran pemimpin, prosedur kerja, aktivitas, dan sebagainya. Skala
ini menunjukkan suatu keadaan yang saling bertentangan misalnya ketat-longgar,
sering dilakukan-tidak pernah dilakukan, lemah-kuat, positif-negatif, buruk-baik,
besar-kecil, dan sebagainya.
Skala numerikal merupakan variasi skala diferensial semantik. Skala ini
juga menggunakan dua kutub ekstem positif dan negatif, hanya saja pilihan yang
tersedia adalah angka. Sama seperti pada diferensial semantik, jumlah angka harus
ganjil , umumnya 5,7, dan 9.

3.8 Pengujian Instrumen Penelitian


Menurut Kusnendi (2008, hlm. 94), “validitas menunjukkan kemampuan
instrumen penelitian penelitian mengukur dengan tepat atau benar apa yang hendak
diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan keajegan, kemantapan atau
kekonsistenan suatu instrumen penelitian mengukur apa yang diukur”.

3.8.1 Uji Validitas


Dalam praktik penelitian, dari sekian metode yang ada pada umumnya para
peneliti biasa menggunakan korelasi item-total (item-total correlation) dan atau
korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation) sebagai statistik uji
validitas (Kusnendi, 2008, hlm. 94)
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas korelasi item-total
dikoreksi. Koefisien korelasi item-total dikoreksi digunakan jika jumlah item yang
diuji relatif kecil, yaitu kurang dari 30. Alasannya adalah, dengan jumlah item
kurang dari 30 dan uji validitas digunakan koefisien korelasi item-total, hasilnya
diperoleh besaran koefisien korelasi yang cenderung over-estimate. Hal tersebut
dimungkinkan terjadi karena pengaruh spurious overlap, yaitu adanya tumpang
tindih atau pengaruh kontribusi masing – masing skor item terhadap jumlah skor
total. Untuk menghilangkan efek spurious overlap maka koefisien korelasi item-
total perlu dikoreksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor item
dan skor total. Karena itu, koefisien korelasi item-total dikoreksi (ri-itd) didefinisikan
sebagai berikut:
𝒓𝒊 𝒙 (𝒔𝒙 )− 𝒔𝒊
ri-itd = (Kusnendi, 2008, hlm. 95)
√[(𝒔𝒙 )𝟐 +(𝒔𝒊 )𝟐 −𝟐(𝒓𝒊 𝒙)(𝒔𝒊 )(𝒔𝒙 )]
38

Keterangan:
rix = koefisien korelasi item-total
si = simpangan baku skor setiap item pertanyaan
sx = simpangan baku skor total
Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai, para
ahli menetapkan patokan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar
0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya, semua
item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total
dikoreksi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki validitas
internal yang memadai, dan kurang dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan item tersebut
tidak valid. Dalam praktek penelitian, perlakuan terhadap item pertanyaan yang
tidak memenuhi syarat validitas biasanya di drop dari kuisioner penelitian. Artinya,
item yang tidak valid tersebut tidak diikut sertakan dalam analisis data selanjutnya
(Kusnendi, 2008, hlm. 96).

3.8.2 Uji Reliabilitas


“Reliabilitas menunjukkan keajegan, kemantapan, atau kekonsistenan suatu
instrumen penelitian mengukur apa yang diukur” (Kusnendi, 2008, hlm. 94). Uji
reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah instrumen cukup dapat dipercaya atau
tidak untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Untuk mencari reliabilitas dari butir peryataan skala sikap yang tersedia,
maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus alpha dari Croncbach.
Koefisien dari alpha Croncbach merupakan statistik uji yang paling umum
digunakan para peneliti untuk menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian.
Dalam konteks ini, koefisien alpha Croncbach di definisikan sebagai berikut:
𝑘 ∑ 𝑆𝑖 2
𝐶𝑎 = ( ) (1 − ) (Kusnendi, 2008, hlm. 97)
𝑘−1 𝑆𝑡 2
Keterangan:
𝐶𝑎 = reliabilitas instrumen
k = jumlah item
∑ 𝑆𝑖 2 = jumlah varians setiap item
𝑆𝑡 2 = variansi skor total
39

Dilihat menurut statistik alpha Croncbach, suatu instrumen penelitian


diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien alpha Croncbach
lebih besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2008, hlm. 96).
Perhitungan validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan program
SPSS 23.0 for Windows. Besarnya koefisien korelasi item total dikoreksi dan dan
koefisien Conbroach Alpha terdapat pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7.
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku Kewirausahaan
No.Item r tabel r hitung Keterangan
1 0.25 0,407 Valid
2 0.25 0,436 Valid
3 0.25 0,613 Valid
4 0.25 0,626 Valid
5 0.25 0,692 Valid
6 0.25 0,668 Valid
7 0.25 0,455 Valid
8 0.25 0,590 Valid
9 0.25 0,628 Valid
10 0.25 0,630 Valid
11 0.25 0,612 Valid
12 0.25 0,582 Valid
13 0.25 0,686 Valid
14 0.25 0,412 Valid
15 0.25 0,447 Valid
16 0.25 0,724 Valid
17 0.25 0,737 Valid
18 0.25 0,759 Valid
19 0.25 0,664 Valid
20 0.25 0,711 Valid
21 0.25 0,670 Valid
22 0.25 0,688 Valid
23 0.25 0,608 Valid
24 0.25 0,538 Valid
25 0.25 0,667 Valid
26 0.25 0,564 Valid
27 0.25 0,440 Valid
28 0.25 0,560 Valid
29 0.25 0,449 Valid
30 0.25 0,424 Valid
Sumber : Lampiran 06
40

Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Kewirausahaan (X)

Cronbach's Alpha N of Items


0,752 31
Sumber : Lampiran 06

3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


3.9.1 Statistik Deskriptif
Statistiska deskriptif yaitu suatu analisis yang paling mendasar untuk
menggambarkan data secara umum. Analisis Data yang dilakukan meliputi:
menetukan kriteria kategorisasi, menghitung nilai statistik deskriptif, dan
mendeskripsikan variabel (Kusnendi, 2017, hlm. 6).
1. Kriteria Kategorisasi
X > ( µ + 1,0σ) : Tinggi
( µ - 1,0σ) ≤ X ≤ ( µ + 1,0σ) : Moderat / Sedang
X < ( µ - 1,0σ) : Rendah
Dimana :
X = Skor Empiris
µ = rata-rata teoritis = (skor min + skor maks)/ 2
σ = simpangan baku teoritis = (skor maks – skor min)/ 6
2. Distribusi Frekuensi
Merubah data variabel menjadi data ordinal, dengan ketentuan :
Kategori Nilai
Tinggi 3
Moderat 2
Rendah 1
3.9.2 Teknik Analisis Data Linear Berganda dengan Variabel Mediasi
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis
Regresi Linear Berganda dengan Variabel Mediasi menggunakan bantuan program
SPSS 23.00 for windows. Menurut Rohmana (2013, hlm. 59) “regresi linear
berganda merupakan analisis regresi linear yang variabel bebasnya lebih dari satu
buah”. Tujuan dari dilakukannya analisis ini adalah untuk melihat dan menguji
kebenaran dari dugaan sementara apakah modal kerja (M) berperan memediasi
perilaku kewirausahaan (X) terhadap laba pengusaha (Y).
41

Adapun langkah-langkah uji model mediasi menurut Kusnendi (2018, hlm.


3) dapat dilihat pada gambar 3.1.

Causal Steps Strategy


(Baron & Kenny, 1986)

Product of Coefficient Strategy

Normal Theory Approach Bootstrapping Approach


Sobel (1982), Aroian Preacher & Hayes
(1947), Goodman (1960) (2004; 2008)

Hayes (2013), PROCESS


Procedure
For SPSS Release 2.15.

Gambar 3.1
Langkah-Langkah Uji Model Mediasi
Sumber: Kusnendi (2018, hlm. 3)
Berdasarkan Gambar 3.1 diketahui bahwa untuk menguji hipotesis mediasi
pada umumnya menggunakan dua cara atau dua strategi, yaitu causal step
berdasarkan ketentuan Baron & Kenny dan product of coefficient yang didasarkan
pada pengujian signifikansi pengaruh tidak langsung atau indirect effect.
3.9.2.1 Causal Steps Strategy: Baron & Kenny
Kusnendi (2018, hlm.3) mengemukakan langkah-langkah dalam menguji
hipotesis mengacu prosedur pengujian peran mediator dengan causal step strategy
yaitu sebagai berikut:
1. Membuat persamaan regresi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Analisis regresi ini akan menghasilkan koefisien c.
2. Membuat persamaan regresi variabel bebas (X) terhadap variabel mediasi
(M). Analisis regresi ini akan menghasilkan koefisien a.
3. Membuat persamaan regresi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
dengan memasukkan variabel mediasi (M) ke dalam persamaan. Analisis
regresi ini akan menghasilkan dua nilai estimasi prediktor dari M dan X.
42

Prediksi M terhadap Y menghasilkan koefisien b, sedangkan prediksi X ke Y


menghasilkan koefisien c’.
Secara ringkas dapat ditulis dalam tiga persamaan berikut:
1. Persamaan 1: 𝑌 = 𝑖1 + 𝑐𝑋
2. Persamaan 2: 𝑀 = 𝑖2 + 𝑎𝑋
3. Persamaan 3: 𝑌 = 𝑖3 + 𝑏𝑀 + 𝑐 ′ 𝑋
Keterangan :
Y = Laba
i1 = Konstanta Regresi Persamaan 1
i2 = Konstanta Regresi Persamaan 2
i3 = Konstanta Regresi Persamaan 3
c = Koefisien Regresi Variabel X terhadap Y (pada persamaan 1)
a = Koefisien Regresi Variabel X terhadap M
b = Koefisien Regresi Variabel M terhadap Y
c’ = Koefisien Regresi Variabel X terhadap Y (pada persamaan 3)
X = Perilaku Kewirausahaan
M = Modal Kerja
Variabel M disebut sebagai mediator jika terpenuhi kriteria berikut:
1. Persamaan 1, X secara signifikan mempengaruhi Y (𝑝 < 0,05) atau (c ≠ 0).
2. Persamaan 2, X secara signifikan mempengaruhi M (𝑝 < 0,05) atau (a ≠ 0).
3. Persamaan 3, M secara signifikan mempengaruhi Y (𝑝 < 0,05) atau (b ≠ 0).
Kesimpulan:
 Jika c’ signifikan dan nilainya tidak berubah (c’ = c), diindikasikan M tidak
memediasi pengaruh X terhadap Y. Artinya pengaruh X terhadap Y terjadi
secara langsung dan tidak dimediasi M.
 Jika c’ signifikan tetapi nilainya turun (c’ < c), atau nilai c’ < ab (indirect
effect) diindikasikan terjadi mediasi sebagian (partial mediation). Artinya,
M secara parsial memediasi pengaruh X terhadap Y.
 Jika c’ nilainya turun (c’ < c) dan menjadi tidak signifikan, diindikasikan
terjadi mediasi penuh (full, perfect atau complete mediation). Artinya, M
secara penuh memediasi pengaruh X terhadap Y. Pengaruh X terhadap Y
terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui M.
43

Ketiga persamaan regresi yang akan diuji tersebut dapat dibuat ke dalam
sebuah diagram seperti berikut: e

c = total effect
X c Y

e1 M

a ab = indirect effect b
c’ = direct effect

X c’ Y
Gambar 3.2
e2
Simple Mediation Model
Sumber: Kusnendi (2018, hlm. 3)

3.9.2.2 Product of Coefficient Strategy


Strategi product of coefficient dalam pengujian mediasi didasarkan pada
pengujian signifikansi indirect effects (ab). Uji signifikansi didasarkan pada dua
teknik yaitu Sobel test versi Aroian atau normal theory approach yang
dipopulerkan dan direkomendasikan oleh Baron & Kenny dan
teknik resampling yaitu bootstrapping, yang dianggap lebih tangguh karena tidak
membutuhkan asumsi normalitas dan teori sampel besar sebagaimana pada sobel
test.

3.9.2.2.1 Normal Theory Approach


Menurut Kusnendi (2018, hlm. 5) uji signifikansi indirect effects (ab) dengan
pendekatan normal: Sobel, Aroian, dan Goodman test yaitu sebagai berikut:
1. Sobel test
𝑎𝑏
𝑧=
√𝑏 2 𝑠𝑎2 + 𝑎2 𝑠𝑏 2
2. Aroian test
𝑎𝑏
𝑧=
√𝑏 2 𝑠𝑎2 + 𝑎2 𝑠𝑏 2 + 𝑠𝑎2 𝑠𝑏 2
44

3. Goodman test
𝑎𝑏
𝑧=
√𝑏 2 𝑠𝑎2 + 𝑎2 𝑠𝑏 2 − 𝑠𝑎2 𝑠𝑏 2

Keterangan:
ab = koefisien indirect effect yang diperoleh dari perkalian antara direct effect
a dan b
a = koefisien direct effect variabel bebas (X) terhadap variabel mediasi (M)
b = koefisien direct effect variabel mediasi (M) terhadap variabel terikat (Y)
sa = standard error koefisien regresi a
sb = standard error koefisien regresi b

Jika z-value dalam harga mutlak >1,96 atau tingkat signifikansi statistik z (p-
value) < 0.05, berarti indirect effect atau pengaruh tidak langsung variabel bebas
terhadap variabel terikat melalui mediator dinyatakan signifikan.
Z-value beserta nilai probabilitasnya (p-value) dapat dihitung menggunakan
microsoft excel atau dengan menggunakan alat hitung interaktif yang terdapat pada
link berikut:
 http://people.ku.edu/~preacher/sobel/sobel.htm.
 http://quantpsy.org/sobel/sobel.htm.

3.9.3 Uji Asumsi Klasik


3.9.3.1 Uji Normalitas
Uji signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat melalui
uji-t hanya akan valid jika residual yang didapatkan mempunyai distribusi normal.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi apakah residual
mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Kusnendi (2008, hlm. 46) melalui
Q-plot of Standardized Residuals, data diindikasi mengikuti model distribusi
normal secara multivariat dan hubungan antara variabel diindikasikan linier jika
standardized residuals memiliki pola penyebaran di sekitar garis diagonalnya.
Sehingga jika data menyebar di sekitar garis diagonalnya, maka data tersebut
berdistribusi normal.
45

3.9.3.2 Uji Multikolinearitas


Menurut Ghozali (2013, hlm. 91) uji multikolinearitas untuk mengkaji
apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel bebas.
Pengujian multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan
tolerance. Tolerance mengukur variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (karena VIF = 1/ tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai tolerance ≥ 0,01 atau sama
dengan nilai VIF ≤ 10.

3.9.4 Pengujian Hipotesis


3.9.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2
Adjusted R2 digunakan untuk mengevaluasi model terbaik. R2 bias terhadap
jumlah independent variabel yang dimasukkan kedalam model. Setiap independent
variabel ditambahkan kedalam model. R2 akan meningkat meskipun independent
variabel tersebut secara statistik tidak signifikan mempengaruhi dependent
variable. Adjusted R2 nilainya bisa naik atau turun apabila satu independent
variable ditambahkan kedalam model.
Koefisien determinasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑅 2 = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 / 𝐽𝐾𝑡𝑜𝑡
Sedangkan adjusted R2 dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

2
(𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 / 𝑑𝑓𝑟𝑒𝑠 ) 2
𝑘(1 − 𝑅 2 )
𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅 = 1 − =𝑅 −
𝐽𝐾𝑡𝑜𝑡 / 𝑑𝑓𝑡𝑜𝑡 𝑛−𝑘−1
(Kusnendi, 2018, hlm.6)
Keterangan:
̅)2 = b0 ∑ Y + b1 ∑ X1 Y +
JK reg = jumlah kuadrat regresi = b′ (X ′ X) − n(Y
̅) 2
b2 ∑ X2 Y + b3 ∑ X3 Y + ⋯ + bk ∑ Xk Y − n(Y
̅) 2
JK tot = jumlah kuadrat total = Y ′ Y − n(Y)2 = ∑ Y 2 − n(Y
JK res = jumlah kuadrat residual = JK tot − JK reg
dfres = derajat bebas residual = n − k − 1
dftot = derajat bebas total = n − 1
46

Dengan ketentuan sebagai berikut.


a. Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model
tersebut dinilai baik.
b. Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat semakin jauh atau tidak erat, atau dengan kata lain
model tersebut dinilai kurang baik.

3.9.4.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)


Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel
X terhadap terhadap variabel terikat Y untuk diketahui berapa besar pengaruhnya.
Langkah-langkah dalam uji F ini adalah dengan mencari F hitung dengan formula
sebagai berikut.
H0 : R = 0 → b1 = b2 = … = bk = 0
H1 : R ≠ 0 → minimal ada sebuah b ≠ 0
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 / 𝑑𝑓𝑟𝑒𝑔 𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 𝑅2 / 𝑘
𝐹= = =
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 / 𝑑𝑓𝑟𝑒𝑠 𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 (1 − 𝑅 2 )/(𝑁 − 𝑘 − 1)
(Kusnendi, 2018, hlm. 7)
Kriteria dari uji F adalah sebagai berikut.
a. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel bebas
(X) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)).
b. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (keseluruhan variabel bebas
(X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)).

3.9.4.3 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)


“Uji-t bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi dari setiap variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain
konstan” (Ghozali, 2013, hlm. 98). Dalam pengujian hipotesis melalui uji-t tingkat
kesalahan yang digunakan peneliti adalah 5% atau 0,05% pada taraf signifikansi
95%. Secara sederhana t hitung dapat menggunakan rumus:
𝑏𝑘 𝑏𝑘
𝑡𝑏𝑘= = ; 𝑑𝑓 = 𝑛 − 𝑘 − 1
𝑆𝑡𝑑. 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 √(𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 ) 𝐶𝑖𝑖
(Kusnendi, 2018, hlm. 7)
47

Kriteria keputusan menolak atau menerima Ho:


a. Jika nilai t hitung > nilai t tabel, maka Ho ditolak atau menerima Ha artinya
variabel itu signifikan.
b. Jika nilai t hitung < nilai t tabel, maka Ho diterima atau menolak Ha artinya
variabel itu tidak signifikan.
48

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Tengah. Secara geografis, Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang
Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Kabupaten Kebumen mempunyai batas
wilayah dengan kabupaten lainnya, yaitu:
1. Sebelah utara : Kabupaten Banjarnegara
2. Sebelah timur : Kabupaten wonosobo dan Kabupaten Purworejo
3. Sebelah selatan : Samudra Hindia
4. Sebelah barat : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap
Secara Administratif Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 Kecamatan, 449
Desa dan 11 Kelurahan dengan luas wilayah sekitar 128.111,50 hektar atau
1.281,115 km² yang terdiri dari daerah pantai, perbukitan dan sebagian besar
wilayahnya adalah dataran rendah.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini
dilakukan dengan sampel yang telah ditentukan pada beberapa kecamatan yang
terletak di Kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen yaitu Kecamatan
Kuwarasan, Kecamatan Gombong, dan Kecamatan Sempor.

Gambar 4.1
Peta Kabupaten Kebumen
49

4.1.2 Gambaran Umum Responden


Dalam penelitian ini, menggunakan 104 orang responden pengusaha lanting
sebagai sampel penelitian. Gambaran umum responden diperlukan untuk
menguraikan identitas responden menurut sampel penelitian yang telah ditentukan.
Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat
pendidikan, lama usaha, jumlah tenaga kerja, jumlah anggota keluarga yang terlibat
dalam usaha, dan pekerjaan sebelum menjadi pengusaha lanting. Gambaran
karakteristik respoden disajikan sebagai berikut :

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Karakteristik responden berdasarkan usia diperlukan untuk mendapatkan
gambaran tingkat produktivitas seseorang dalam melakukan usaha lanting. Adapun
karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia (Tahun) F %
< 30 13 12,50
31-37 14 13,46
38-43 12 11,54
44-49 30 28,85
50-55 23 22,12
56-61 8 7,69
62-67 3 2,88
> 68 1 0,96
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 08
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa persentase terbesar responden berada
pada rentang umur 44-49 tahun, yaitu sebanyak 30 orang atau 28,85%, usia 50-55
tahun sebanyak 23 orang atau 22,12%. Hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha
berkisar pada usia produktif. Dimana pada usia tersebut masyarakat sudah sangat
matang untuk bekerja dan memiliki tenaga kerja dan pikiran yang cukup untuk
bekerja.
50

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Dalam penelitian ini, penulis mengklasifikasikan responden berdasarkan
tingkat pendidikan terakhir ke dalam 4 golongan, yaitu SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan F %
SD 56 53,85
SMP 33 31,73
SMA 10 9,62
Perguruan Tinggi 5 4,81
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 08
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebesar 53,85% atau 56 orang
berpendidikan terakhir tamat SD. Responden yang berpendidikan terakhir tamat
SMP sebesar 31, 73% atau sebanyak 33 orang. Responden yang berpendidikan
terakhir tamat SMA sebesar 9,62% atau sebanyak 10 orang. Sedangkan responden
yang merupakan lulusan dari perguruan tinggi sebesar 4,81% atau sebanyak 5
orang. Jumlah responden yang berpendidikan terakhir tamat SD merupakan jumlah
yang terbanyak karena pada dasarnya usaha yang dijalani mereka adalah usaha
turun-temurun, sehingga mereka yang dahulu telah lulus SD lebih memilih untuk
membantu orang tua dan meneruskan usaha lanting dari pada harus melanjutkan
sekolah ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha


Karakteristik responden berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada Tabel
4.3.
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha
Lama Usaha (Tahun) F %
<5 10 9,62
6-10 30 28,85
11-15 12 11,54
16-20 24 23,08
21-25 12 11,54
26-30 10 9,62
31-35 4 3,85
51

Lama Usaha (Tahun) F %


> 36 2 1,92
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 08

Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang


memiliki lama usaha kurang dari 5 tahun sebanyak 10 orang atau dengan persentase
9,62%, selanjutnya responden yang memiliki lama usaha 6-10 tahun sebanyak 30
orang atau dengan persentase 28,85%, lama usaha 11-15 tahun sebanyak 12 orang
atau 11,54%, dan 52 responden lainnya memiliki lama usaha lebih dari 15 tahun.

4.1.2.4 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja


Karakteristik responden berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh
pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga Kerja F %
2 21 20,19
3 46 44,23
4 23 22,12
>5 14 13,46
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 08
Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa pengusaha yang memiliki
tenaga kerja 2 orang sebesar 20,19% atau sebanyak 21 pengusaha, pengusaha yang
mempunyai tenaga kerja 3 orang sebesar 44,23% atau 46 pengusaha, pengusaha
yang memiliki tenaga kerja 4 orang sebesar 22,12% atau sebanyak 23 pengusaha,
dan yang memiliki tenaga kerja lebih dari 5 orang sebesar 13,46% atau sebanyak
14 pengusaha. Dikarenakan usaha lanting ini merupakan usaha turun temurun,
maka sebagian besar yang menjadi tenaga kerja merupakan keluarga sendiri atau
masyarakat sekitar.

4.1.2.5 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang Terlibat


dalam Usaha
Anggota keluarga mempunyai peranan penting dalam perkembangan suatu
usaha, salah satunya ikut berpartisipasi dalam usaha, memberikan dukungan dalam
keberhasilan usaha melalui kegiatan mengelola usaha, kegiatan produksi, distribusi,
52

dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam suatu usaha anggota keluarga harus ikut
berperan aktif agar mencapai keberhasilan. Dari hasil penelitian, diperoleh data
mengenai karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga yang
terlibat dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga yang Terlibat
dalam Usaha
Jumlah Anggota
F %
Keluarga yang Terlibat
1 53 50,96
2 48 46,15
3 3 2,88
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 08
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa sebanyak 53 pengusaha atau
sebesar 50,96% pengusaha mempunyai 1 anggota keluarga yang terlibat dalam
kegiatan usaha, selanjutnya 48 pengusaha atau sebesar 46,15% pengusaha
mempunyai 2 anggota keluarga yang terlibat, dan sebanyak 3 pengusaha atau 2,88%
memiliki 3 anggota keluarga yang terlibat dalam usaha.

4.1.2.6 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Sebelum Menjadi Pengusaha


Lanting
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebelum menjadi pengusaha
lanting dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelum Menjadi Pengusaha
Lanting
Pekerjaan Sebelum Menjadi F %
Pengusaha Lanting
Buruh 27 25,96
Petani 20 19,23
Pedagang 3 2,88
PNS 3 2,88
Belum/Tidak Bekerja 51 49,04
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 08
53

Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa sebesar 49,04% atau sebanyak
51 pengusaha sebelum menjadi pengusaha lanting belum bekerja atau tidak bekerja,
hal ini dikarenakan usaha lanting merupakan usaha turun-temurun dari
keluarganya. Selanjutnya sebanyak 25,96% atau sebanyak 27 pengusaha sebelum
menjadi pengusaha lanting merupakan buruh, petani sebanyak 19,23% atau
sebanyak 20 pengusaha, dan pedagang dan PNS sebesar masing-masing 2,88% atau
sebanyak 3 pengusaha.

4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian


4.1.3.1 Gambaran Umum Laba
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa laba yang diperoleh
pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen selama enam bulan periode Juli-
Desember 2018. Rata-rata laba tertinggi yang diperoleh pengusaha lanting sebesar
Rp4.150.000 dan terendah sebesar Rp1.566.667. Adapun gambaran laba rata-rata
yang diperoleh pengusaha lanting dalam enam bulan yaitu bulan Juli-Desember
2018 di Kabupaten Kebumen terlihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Laba Pengusaha Lanting Bulan Juli-Desember 2018
(n=104)
Rentang Kategori F %
Tinggi Y > Rp2.773.889 52 50%
Sedang Rp1.442.779<Y<Rp2.773.889 52 50%
Rendah Y < Rp1.442.779 0 0%
Jumlah 104 100%
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa sebagian besar responden yang
memperoleh laba rata-rata tinggi yaitu sebanyak 52 orang atau sebesar 50%,
responden yang memperoleh laba rata-rata sedang yaitu sebanyak 52 orang atau
sebesar 50%, sedangkan responden yang memperoleh laba rata-rata rendah yaitu
sebesar 0 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa laba rata-rata yang diperoleh pengusaha
lanting di Kabupaten Kebumen dalam enam bulan di periode Juli-Desember 2018
berada pada kategori sedang dan tinggi.
54

4.1.3.2 Gambaran Variabel Perilaku Kewirausahaan


Dalam penelitian ini, variabel perilaku kewirausahaan terdiri dari 5
indikator yang dibagi menjadi 30 pertanyaan mengenai perilaku kewirausahaan
yang dimiliki oleh pengusaha lanting. Hasil penelitian menunjukkan penilaian
perilaku kewirausahaan yang diperoleh berdasarkan skor jawaban terhadap
pertanyaan dalam angket yang dilakukan kepada 104 pengusaha lanting sebagai
responden dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Distribusi Perilaku Kewirausahaan
Kategori F %
Tinggi 82 78,85
Sedang 22 21,15
Rendah 0 0
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.8, diperoleh informasi bahwa dari 104 sampel terdapat
sebanyak 82 pengusaha atau sebesar 78,85% yang memiliki perilaku
kewirausahaan tinggi, Sedangkan sebanyak 22 pengusaha atau sebesar 21,15%
memiliki perilaku kewirausahaan sedang.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen sebagian besar sudah memiliki tingkat kepercayaan diri,
optimis, ketekunan, berani mengambil risiko, jiwa kepemimpinan, inovatif dan
kreatif yang cukup baik sesuai dengan indikator perilaku kewirausahaan dalam
definisi operasional.
Adapun gambaran dari perilaku kewirausahaan per indikator akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kepercayaan Diri dan Optimis
Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepercayaan diri dan optimis.
Dengan memiliki rasa percaya diri seorang wirausaha memiliki mutu
kepemimpinan dan sifat dinamis yang pada umumnya mempunyai sikap,
kepribadian dan sifat yang positif terhadap diri sendiri dan masa depannya.
Gambaran umum kepercayaan diri dan optimis yang diperoleh dari hasil
penelitian berupa angket yang telah disebar ke 104 pengusaha lanting di Kabupaten
Kebumen dapat dilihat pada Tabel 4.9.
55

Tabel 4.9
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Kepercayaan Diri dan Optimis
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 23,54
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 23,06
Batas Atas 24,05
Minimum 16
Maksimum 28
Simpangan Baku 2,603
Varians 6,775
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.9, diperoleh skor rata-rata data variabel kepercayaan
diri dan optimis sebesar 23,54 % dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan
sebesar 95% berkisar antara 23, 06 sampai 24,05. Dikonsultasikan dengan kriteria
kategorisasi yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan
95% tingkat kepercayaan diri dan optimis yang dimiliki pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen ada pada kategorisasi sedang. Adapun distribusi frekuensi
tingkat kepercayaan diri dan optimisme pengusaha lanting terdapat pada Tabel
4.10.
Tabel 4.10
Distribusi Kepercayaan Diri dan Optimis Pengusaha Lanting di Kabupaten
Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 20 88 84,61
Sedang 12 < X < 20 16 15,39
Rendah X < 12 0 0
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Dilihat dari Tabel 4.10, diperoleh informasi bahwa dari 104 sampel terdapat
sebesar 0 % pengusaha yang memiliki tingkat kepercayaan diri dan optimis yang
rendah, dan yang memiliki tingkat kepercayaan diri dan optimis yang tinggi sebesar
84,61%. Sisanya yaitu sebesar 15,39 % memiliki tingkat kepercayaan diri dan
optimis yang sedang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengusaha lanting
56

memiliki tingkat kepercayaan diri dan sikap optimis yang baik. Rasa percaya diri
yang cukup baik dan optimis merupakan suatu perilaku yang perlu dimiliki oleh
seorang wirausaha. Dengan cukup tingginya rasa percaya diri dan optimis,
pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen akan tetap mampu menjalankan usaha
yang dijalani.
2. Berorientasi Laba dan Ketekunan
Selain perilaku kepercayaan diri dan optimis, selanjutnya terdapat indikator
berorientasi pada laba, ketekunan yang terdiri dari kemampuan mengarahkan usaha
pada laba, ketekunan dalam bekerja, dan kemampuan dalam penetapan harga.
Gambaran umum berorientasi pada laba dan ketekunan yang diperoleh dari
hasil penelitian berupa angket yang telah disebar ke 104 pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.11
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Berorientasi Laba dan Ketekunan
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 16,52
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 16,12
Batas Atas 16,91
Minimum 10
Maksimum 21
Simpangan Baku 2,136
Varians 4,563
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.11 , diperoleh skor rata-rata variabel berorientasi laba
dan ketekunan sebesar 16,52 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan
sebesar 95% berkisar antara 16,12 sampai 16,91. Dikonsultasikan dengan kriteria
kategorisasi yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan
95% tingkat berorientasi laba dan ketekunan yang dimiliki pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen ada pada kategori sedang. Adapun distribusi frekuensi tingkat
berorientasi pada laba dan ketekunan pengusaha lanting dapat dilihat pada Tabel
4.12.
57

Tabel 4.12
Distribusi Berorientasi Laba dan Ketekunan Pengusaha Lanting di Kabupaten
Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 20 4 3,85
Sedang 11 < X < 20 98 94,23
Rendah X < 11 2 1,92
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.12, dapat diketahui sebanyak 98 orang atau 94,23%
perilaku kewirausahaan dilihat dari berorientasi laba dan ketekunan berada pada
ketegori sedang. Dengan mengorientasikan usahanya pada laba dan usaha yang
dijalaninya dengan tekun untuk mendapatkan laba, para pengusaha lanting akan
terus melakukan hal yang dapat mendukung kegiatan mereka agar dapat
mendapatkan keuntungan atau laba yang diinginkan.
3. Kemampuan Mengambil Risiko
Dalam menjalankan kegiatan usaha tentunya perusahaan tidak akan lepas
dari yang namanya risiko yang disebabkan ketidaktentuan masa depan. Wirausaha
merupakan orang yang senantiasa bersedia menghadapi dan menanggung risiko dan
menganggap bahwa semakin tinggi risiko yang dihadapi maka akan semakin tinggi
pula kemungkinan keuntungan yang akan didapat oleh perusahaannya.
Gambaran umum kemampuan mengambil risiko yang diperoleh dari hasil
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Kemampuan Mengambil Risiko
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 27,62
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 26,85
Batas Atas 28,21
Minimum 20
Maksimum 35
Simpangan Baku 3,167
Varians 10,025
Sumber : Lampiran 09
58

Berdasarkan Tabel 4.15, diperoleh skor rata-rata data variabel kemampuan


mengambil risiko sebesar 27,62 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan
sebesar 95% berkisar antara 26,85 sampai 28,21. Dikonsultasikan dengan kriteria
kategorisasi yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan
95% tigkat kemampuan mengambil risiko yan dimiliki pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen ada pada kategori sedang. Selanjutnya distribusi frekuensi
tingkat kemampuan mengambil resiko pengusaha lanting terdapat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Distribusi Kemampuan Mengambil Risiko Pengusaha Lanting di Kabupaten
Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 20 102 98,08
Sedang 15 < X < 20 2 1,92
Rendah X < 15 0 0
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.14, dapat diketahui sebanyak 102 orang atau 98,08%
perilaku kewirausahaan dilihat dari kemampuan mengambil risiko berada pada
ketegori tinggi. Dengan kemampuan mengambil risiko yang baik, para pengusaha
lanting akan terus melakukan hal yang dapat mendukung kegiatan mereka agar
dapat mendapatkan keuntungan atau laba yang diinginkan.
4. Kepemimpinan, Kemampuan Bergaul, dan Menanggapi Kritik/Saran
Gambaran umum kepemimpinan, kemampuan bergaul, dan menanggapi
kritik/saran yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Kepemimpinan, Kemampuan Bergaul, dan Menanggapi Kritik/Saran
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 71,51
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 70,09
Batas Atas 73,06
Minimum 50
Maksimum 91
Simpangan Baku 7,335
59

Varians 536,806
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.15, diperoleh skor rata-rata data kepemimpinan
sebesar 71,51 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan sebesar 95%
berkisar antara 70,09 sampai 73,06. Dikonsultasikan dengan kriteria kategorisasi
yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tingkat
kepemimpinan yang dimiliki pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen ada pada
kategori sedang. Selanjutnya, distribusi frekuensi tingkat kepemimpinan,
kemampuan bergaul, dan menanggapi kritik/saran pengusaha lanting terdapat pada
Tabel 4.16.
Tabel 4.16
Distribusi Kepemimpinan, Kemampuan Bergaul, dan Menanggapi Kritik/Saran
Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 52 102 98,08
Sedang 39< X < 52 2 1,92
Rendah X < 39 0 0
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.16, dapat diketahui sebanyak 102 orang atau 98,08%
perilaku kewirausahaan dilihat dari kepemimpinan berada pada ketegori tinggi.
Dengan kepemimpinan yang baik, para pengusaha lanting akan terus melakukan
hal yang dapat mendukung kegiatan mereka agar dapat mendapatkan keuntungan
atau laba yang diinginkan.
5. Kreatif dan Inovatif
Gambaran umum kepemimpinan yang diperoleh dari hasil penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17
Skor Rata-Rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor Rata-rata Variabel
Kreatif dan Inovatif
(n=104)
Deskripsi Statistik
Rata-Rata 23,71
Interval estimate skor rata-rata Batas Bawah 23,11
60

Deskripsi Statistik
Batas Atas 24,13
Minimum 18
Maksimum 29
Simpangan Baku 2,888
Varians 8,343
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.17, diperoleh skor rata-rata data kepemimpinan
sebesar 23,71 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan sebesar 95%
berkisar antara 23,11 sampai 24,13. Dikonsultasikan dengan kriteria kategorisasi
yang digunakan, diperoleh informasi bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tingkat
kepemimpinan yang dimiliki pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen ada pada
kategori sedang. Selanjutnya, distribusi frekuensi tingkat kreatif dan inovatif
pengusaha lanting terdapat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Distribusi Kreatif dan Inovatif Pengusaha Lanting di Kabupaten Kebumen
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 20 88 84,61
Sedang 15 < X < 20 16 15,38
Rendah X < 15 0 0
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.18, dapat diketahui sebanyak 88 orang atau 84,61%
perilaku kewirausahaan dilihat dari kreatif dan inovatif berada pada ketegori tinggi.
Dengan kreatif dan inovatif yang baik, para pengusaha lanting akan terus
melakukan hal yang dapat mendukung kegiatan mereka agar dapat mendapatkan
keuntungan atau laba yang diinginkan.

4.1.3.3 Gambar Umum Variabel Modal Kerja


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa modal kerja yang digunakan
oleh pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen selama enam bulan periode Juli-
Desember 2018. Modal kerja tertinggi yang digunakan pengusaha lanting sebesar
Rp50.833.333 dan terendah sebesar Rp18.333.333. Adapun modal kerja rata-rata
yang diperoleh pengusaha lanting dalam enam bulan terakhir yaitu bulan Juli-
Desember 2018 di Kabupaten Kebumen terlihat pada Tabel 4.19.
61

Tabel 4.19
Laba Pengusaha Lanting Bulan Juli-Desember 2018
(n=104)
Kategori Rentang F %
Tinggi M > Rp40.000.000 26 25
Sedang Rp29.166.667< M ≤ 48 46,15
Rp40.000.000
Rendah M ≤ Rp29.166.667 30 28,85
Jumlah 104 100,00
Sumber : Lampiran 09
Berdasarkan Tabel 4.19 terlihat bahwa sebagian besar responden yang
menggunakan modal kerja rata-rata sedang yaitu sebanyak 48 orang atau sebesar
46,15%, responden yang menggunakan modal kerja rata-rata dibawah atau rendah
yaitu sebanyak 30 orang atau sebesar 28,85%, sedangkan responden yang
menggunakan modal rata-rata tinggi yaitu sebanyak 26 orang atau sebesar 25 %.
Jadi dapat disimpulkan bahwa modal kerja rata-rata yang digunakan pengusaha
lanting di Kabupaten Kebumen dalam enam bulan terakhir di periode Juli-
Desember 2018 berada pada kategori sedang yaitu antara Rp29.166.667-
Rp40.000.000.

4.2 Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear berganda dengan variabel mediasi. Untuk memberikan kepastian
bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak
bias, dan konsisten, maka diperlukan uji asumsi klasik.

4.2.1 Uji Asumsi Klasik


4.2.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
semua variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas
menggunakan teknik analisis Kolmogorov-Smirnov dan untuk perhitungannya
menggunakan program SPSS 23.00 for Windows. Data dikatakan berdistribusi
normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada taraf signifikansi α =
0,05. Hasil uji normalitas untuk masing-masing variabel penelitian disajikan pada
Tabel 4.21.
62

Tabel 4.21
Uji Normalitas
Variabel Signifikansi Keterangan
Perilaku Kewirausahaan (X) 0,086 Normal
Modal Kerja (M) 0,078 Normal
Laba(Y) 0,200 Normal
Sumber : Lampiran 12
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa semua variabel dan variabel
penelitian mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada signifikansi 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua data variabel penelitian berdistribusi
normal.
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan uji statistik untuk melihat adanya korelasi
atau hubungan yang hampir sempurna antara variabel bebas yang seharusnya tidak
boleh ada hubungan antar variabel bebas pada model regresi yang baik. Hasil uji
multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4. 22
Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
1 (Constant)
Perilaku Kewirausahaan 0,286 3,498
Modal Kerja 0,286 3,498
Sumber : Lampiran 12
Berdasarkan Tabel 4.22 , hasil uji multikolinearitas tersebut menunjukan
bahwa seluruh variabel penelitian terbebas dari masalah multikolinearitas. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan melihat VIF setiap variabel eksogen harus lebih
kecil dari 10. Dari semua variabel penelitian terlihat bahwa nilai VIF sebesar 3,498
< 10, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian terbebas dari
masalah multikolinearitas.

4.2.2 Causal Step Strategy: Baron & Kenny


Pada tahap ini, analisis regresi dibagi menjadi 3 persamaan regresi yaitu:
63

4.2.2.1 Pengujian Persamaan Regresi 1: Pengaruh Perilaku Kewirausahaan


(X) terhadap Laba (Y)
Analisis persamaan regresi 1 ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perilaku kewirausahaan terhadap laba. Adapun persamaan regresinya yaitu:
𝑌 = 𝑖1 + 𝑐𝑋
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh model koefisien regresi variabel
X terhadap Y sebagai berikut:
Tabel 4.23
Hasil Analisis Persamaan Regresi 1
F
Model R R2 B Std. Eror Βeta ρ
(t)
Model 1 0.848 0.719 260,818 0.000
Constant -2858672,950 354374,997 (-8,067) 0.000
Perilaku 34987,426 2166,421 0.848 (16,150) 0.000
Kewirausahaan
(X)
Sumber : Lampiran 12
Berdasarkan Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = -2858672,950 + 34987,426X
Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa:
1. Konstanta sebesar -2858672,950 artinya jika skor perilaku kewirausahaan
sebesar 0, maka pengusaha akan rugi sebesar Rp2.858.672,950.
2. Koefisien regresi untuk variabel perilaku kewirausahaan yaitu sebesar
34987,426. Artinya ketika perilaku kewirausahaan meningkat sebesar satu
skor maka laba pengusaha meningkat sebesar Rp34.987,426.
4.2.2.1.1 Pengujian Hipotesis
4.2.2.1.2.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
besarnya pengaruh secara bersama-sama variabel eksogen dalam model yang
dianalisis. Berdasarkan Tabel 4.23, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,719. Artinya bahwa dalam model penelitian
ini variabel perilaku kewirausahaan berpengaruh terhadap variabel laba sebesar
64

71,9% dan sisanya sebesar 28,1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian
ini.
4.2.2.1.2.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis digunakan untuk memverifikasi kebenaran atau
kesalahan hipotesis. Uji t dikenal dengan uji parsial yaitu untuk menguji hipotesis
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian
hipotesis secara parsial pada penelitian ini memiliki α = 0,05 dengan degree of
freedom (df) = n – k = 104 – 3 = 101 maka diperoleh t tabel 1,660. Berdasarkan
hasil perhitungan pada Tabel 4.23, dapat diketahui nilai thitung sebesar 16,150 > ttabel
sebesar 1,660 dengan nilai signifikasinya 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya koefisien variabel perilaku kewirausahaan (X) terhadap variabel
laba(Y) dapat dinyatakan signifikan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
perilaku kewirausahaan berpengaruh terhadap variabel laba pengusaha serta
memiliki hubungan yang positif.
Setelah model persamaan regresi 1 diuji, selanjutnya dapat dibuat diagram
yang menjelaskan analisis model persamaan regresi 1 yang dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Y = -2858672,950 + 34987,426 X e

X c = 34987,426 *** Y

Gambar 4.2
Diagram Analisis Persamaan Regresi 1
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa koefisien c = 34987,426 signifikan
(ρ = 0,000 < 0,05).

4.2.2.2 Pengujian Persamaan Regresi 2: Pengaruh Perilaku kewirausahaan


(X) terhadap Modal Kerja (M)
Analisis persamaan regresi 2 ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perilaku kewirausahaan terhadap modal kerja. Adapun persamaan regresinya yaitu:
𝑀 = 𝑖2 + 𝑎𝑋
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh model koefisien regresi variabel
X terhadap M sebagai berikut:
65

Tabel 4. 24
Hasil Analisis Persamaan Regresi 2
F
Model R R2 B Std. Eror Βeta ρ
(t)
Model 2 0,845 0,714 254,757 0,000
Constant -34723349,6 4326327,359 (-8,026) 0,000
Perilaku 422145,192 26448,387 0,845 (15,961) 0,000
kewirausahaan
(X)
Sumber : Lampiran 12
Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
M = -34723349,6+ 422145,192X
Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa:
1. Konstanta sebesar -34723349,6 artinya bahwa ketika skor perilaku
kewirausahaan sebesar 0, maka modal kerja akan berkurang Rp34.723.349,6.
2. Koefisien regresi untuk variabel perilaku kewirausahaan yaitu sebesar
422145,192 artinya ketika skor perilaku kewirausahaan meningkat sebesar
satu skor maka modal kerja meningkat sebesar Rp422.145,192.

4.2.2.2.1 Pengujian Hipotesis


4.2.2.2.1.1 Koefisien Determinasi (R2)
Hasil yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan Tabel 4.24 diketahui
koefisien determinasi sebesar sebesar 0,714. Artinya bahwa dalam model penelitian
ini variabel perilaku kewirausahaan berpengaruh terhadap variabel modal kerja
sebesar 71,40% dan sisanya 28,60% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam model penelitian ini.

4.2.2.2.1.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)


Berdasarkan Tabel 4.24 diketahui bahwa nilai thitung sebesar 15,961 > ttabel
sebesar 1,660 dengan nilai signifikasinya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya koefisien regresi variabel perilaku kewirausahaan terhadap
variabel modal kerja dapat dinyatakan signifikan. Jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa variabel perilaku kewirausahaan berpengaruh terhadap variabel modal kerja
serta memiliki hubungan yang positif.
66

Setelah model persamaan regresi 2 diuji, selanjutnya dapat dibuat diagram


yang menjelaskan analisis model persamaan regresi 2 yang dapat dilihat pada
gambar berikut.
M = -34723349,6+ 422145,192 X
e

a = 422145,192 ***

X
Gambar 4.24
Diagram Analisis Persamaan Regresi 2
Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa koefisien a = 422145,192 signifikan (ρ
= 0,000 < 0,05).

4.2.2.3 Pengujian Persamaan Regresi 3: Pengaruh Perilaku Kewirausahaan


(X) dan Modal kerja (M) terhadap Laba (Y)
Analisis persamaan regresi 3 ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perilaku kewirausahaan dan modal kerja terhadap laba pengusaha. Adapun
persamaan regresinya yaitu: 𝑌 = 𝑖3 + 𝑏𝑀 + 𝑐 ′ 𝑋
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh model koefisien regresi variabel
X dan M terhadap Y sebagaimana terdapat pada Tabel 4.25.
Tabel 4. 25
Hasil Analisis Persamaan Regresi 3
F
Model R R2 B Std. Eror Βeta ρ
(t)
Model 3 0,997 0,994 8697,857 0,000
Constant -43790,944 65182,198 (-0,672) 0,503
Perilaku
765,817 583,439 0,19 (1,313) 0,192
kewirausahaan(X)
Modal Kerja (M) 0,81 0,001 0,981 (69,411) 0,000
Sumber : Lampiran 12
Berdasarkan Tabel 4.25, dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = -43790,944 + 0,81M + 765,817X
67

Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa:


1. Konstanta sebesar -43790,944 menyatakan bahwa ketika skor perilaku
kewirausahaan sebesar 0 dan modal kerja sebesar Rp0, maka pengusaha
akan memperoleh kerugian sebesar Rp43.790,944
2. Koefisien regresi untuk variabel modal kerja adalah sebesar 0,81. Artinya
ketika modal kerja meningkat sebesar Rp1, maka laba pengusaha akan naik
sebesar Rp0,81.
3. Koefisien regresi untuk variabel perilaku kewirausahaan adalah sebesar
765,817. Artinya ketika skor perilaku kewirausahaan meningkat sebesar
satu skor maka laba pengusaha akan naik sebesar Rp765,817.

4.2.2.3.1 Pengujian Hipotesis


4.2.2.3.1.1 Koefisien Determinasi (R2)
Hasil yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan Tabel 4.25 diketahui
koefisien determinasi sebesar 0,994. Artinya bahwa dalam model penelitian ini
variabel perilaku kewirausahaan dan modal kerja secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel laba sebesar 99,4% dan sisanya 0,6% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini.

4.2.2.3.1.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)


Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.25 diketahui bahwa nilai F
hitung dalam model penelitian ini sebesar 8697,857 lebih besar dari F tabel yang
sebesar 3,09 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Kesimpulannya adalah menolak
H0 dan menerima Ha , artinya variabel perilaku kewirausahaan dan modal kerja
secara bersama-sama berpengaruh terhadap laba.

4.2.2.3.1.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)


Berdasarkan Tabel 4.25 diketahui bahwa variabel perilaku kewirausahaan
memiliki thitung = 1,313< ttabel = 1,660 dengan nilai signifikansi 0,192 > 0,05 maka
menerima Ho dan menolak Ha, artinya variabel perilaku kewirausahaan dinyatakan
tidak signifikan. Jadi, perilaku kewirausahaan tidak berpengaruh terhadap laba
pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen. Sementara itu, variabel modal kerja
memiliki thitung = 69,411> ttabel = 1,660 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka
menolak Ho dan menerima Ha, artinya variabel modal kerja dinyatakan signifikan.
68

Jadi, modal kerja berpengaruh terhadap laba pengusaha lanting di Kabupaten


Kebumen.
Setelah model persamaan regresi 3 diuji, selanjutnya dapat dibuat diagram
yang menjelaskan analisis model persamaan regresi 3 yang dapat dilihat pada
Gambar 4.4.

Y = -43.790,944 + 0,81M + 765,817X


e1 M

a b = 0,81***

X c’ = 765,817*** Y

Gambar 4.4
e2
Diagram Analisis Persamaan Regresi 3
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa:
 Koefisien b = 0,81 signifikan (ρ = 0,000 < 0,05)
 Koefisien c’ = 583,439 tidak signifikan (ρ = 0,192 > 0,05)
Setelah seluruh uji persamaan regresi telah dihitung, selanjutnya dapat
dibuat ringkasan hasil analisis seperti dijelaskan pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.26
Ringkasan Hasil Analisis
Simple Mediation Model
Consequent
M (Modal Kerja) Y (Laba)
Antecedent Coeff. SE ρ Coeff. SE ρ
X(Perilaku a 422145,192 26448,387 0,000 c’ 765,817 583,439 .000
Kewirausahaan
M (Modal - - - b 0,81 0.001 0,00
Kerja)
Constant i1 -34723349,6 4326327,359 0,000 i2 -43790,944 65182,198 0,503
2 2
R = 0.714 R = 0,994

F(3,09) =254,757, ρ < .05 F(3,09) = 8697,857, ρ < .05

Sumber : Lampiran 12
69

X c = 34987,426 *** Y

e1 M

a = 422145,192*** b = 0,81***

X c’ =765,817*** Y

e2
Gambar 4.5
Simple Mediation Model
Berdasarkan Gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa:
1. Karena c’ nilainya turun (c’ = 765,817 < c = 34.987,426) dan menjadi tidak
signifikan, maka diindikasikan terjadi mediasi penuh (full mediation).
Artinya, modal kerja (M) secara penuh memediasi pengaruh perilaku
kewirausahaan (X) terhadap laba(Y). Pengaruh perilaku kewirausahaan (X)
terhadap laba (Y) terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui modal kerja
(M).
2. Besarnya indirect effect X (perilaku kewirausahaan) terhadap Y (laba) = ab =
(422145,192)( 0,81) = 341,937 (ρ < 0,05)
3. Besarnya total effect X (perilaku kewirausahaan) terhadap Y (laba) yaitu
sebesar 34987,426.

4.2.3 Product of Coefficient Strategy


4.2.3.1 Normal Theory Approach
Tabel 4.27
The Normal Theory Test
Input: Test statistic: Std. Error: Ρ-value:
a 422145,192 Sobel test: 15,95799618 21427,352263 0,00000000
b 0,81 Aroian test: 15,95798402 21427,368586 0,00000000
sa 26448,387 Goodman test: 15,95800833 21427,335940 0,00000000
sb 0,001
Sumber : Lampiran 11
70

Berdasarkan Tabel 4.27 diketahui bahwa seluruh test statistic > 1,96 dan Ρ-
value < 0,05, artinya ab (indirect effect) atau pengaruh tidak langsung variabel
perilaku kewirausahaan terhadap variabel laba melalui modal kerja sebagai variabel
mediator dinyatakan signifikan.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Laba
Perilaku kewirausahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pendapatan. Dengan adanya perilaku kewirausahaan maka seorang
pengusaha dapat membaca peluang yang sekiranya akan mendapatkan pendapatan
yang lebih besar baginya. Oleh karena itu perilaku kewirausahaan sangat
berpengaruh apabila para pengusaha akan lebih tangguh dalam menghadapi risiko
karena para pengusaha akan lebih tangguh dalam menghadapi berbagai risiko
karena kreatifitas, inovasi, dan dinamisnya usaha yang dijalankan akan menjadi
seorang pengusaha yang profesional.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan uji hipotesis dapat disimpulkan
bahwa variabel perilaku kewirausahaan mempengaruhi laba pengusaha lanting di
Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba pengusaha. Hal ini
dibuktikan dengan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel. Artinya, semakin
tinggi perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh pengusaha, maka laba yang
diperoleh akan semakin besar. Dan sebaliknya, jika perilaku kewirausahaan rendah
maka akan menurunkan laba yang diperoleh pengusaha.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Irawan dalam Putri (2018,
hlm. 71) bahwa keterampilan wirausaha memiliki pengaruh positif terhadap
keberhasilan usaha. Artinya semakin baik perilaku kewirausahaan dalam
menjalankan usaha, maka usaha yang dijalankan akan semakin baik pula dan laba
yang diperoleh akan semakin tinggi. Selain itu, penelitian ini juga diperkuat oleh
penelitian Putri (2018, hlm. 71) bahwa perilaku kewirausahaan berpengaruh positif
terhadap laba.
71

4.3.2 Pengaruh Perilaku kewirausahaan terhadap Modal Kerja


Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif antara
perilaku kewirausahaan terhadap modal kerja. Hal ini dibuktikan dengan hasil
t hitung lebih besar dari t tabel artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
kata lain variabel perilaku kewirausahaan mempengaruhi secara positif modal
kerja, sehingga semakin tinggi perilaku kewirausahaan maka akan semakin tinggi
pula modal kerja.
Dalam penelitian ini perilaku kewirausahaan meliputi beberapa aspek yaitu
kepercayaan diri dan optimis, berorientasi laba dan ketekunan, kemampuan
mengambil resiko, kepemimpinan, kemampuan bergaul, dan menanggapi
kritik/saran, serta kreatif dan inovatif. Jika pengusaha memiliki perilaku
kewirausahaan yang baik, maka pengusaha akan senantiasa berusaha untuk
meningkatkan volume penjualan. Pengusaha akan berpikir bagaimana mereka akan
mengembangkan skala usahanya tersebut. Sementara itu, tingkat ketekunan seorang
pengusaha akan menentukan bagaimana aktivitas perusahaan. Semakin tekun
seseorang maka akan semakin sering aktivitas produksinya. Hal ini jelas akan
mempengaruhi kebutuhan modal kerja yang digunakan.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Suryana dalam Yuliandi (2016,
hlm.75) yang menyatakan bahwa jika seorang memiliki perilaku kewirausahaan
maka individu akan memiliki perspektif kedepan terhadap usahanya. Memiliki
perspektif kedepan artinya memiliki pandangan terhadap perkembangan usahanya
di masa depan agar selalu meningkat dengan upaya menggunakan modal kerja
secara lebih efektif dan produktif. Hal ini dapat ditandai pula dengan hasil perilaku
kewirausahaan yang meningkat maka individu akan mengerahkan modal usaha
yang dimiliki demi keberlangsungan usaha dan produksinya. Hasil ini
menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan memiliki pengaruh terhadap modal
kerja.

4.3.3 Pengaruh Modal kerja terhadap Laba


Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa
variabel modal kerja mempengaruhi laba pengusaha lanting dan hubungannya
positif. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Hal ini
72

berarti jika modal kerja yang digunakan pengusaha lanting meningkat, maka laba
yang akan diperoleh juga akan meningkat.
Diterimanya hipotesis yang menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap laba pengusaha lanting membuktikan bahwa modal
kerja sangat mempengaruhi laba pengusaha. Hal tersebut menunjukkan kesesuaian
dengan teori Harrod Dommar yang mengungkapkan bahwa akumulasi modal
mempunyai peranan ganda, yaitu menimbulkan pendapatan dan kenaikan kapasitas
produksi. Selain itu juga didukung oleh Makarti (2012, hlm.21) yang menyatakan
bahwa semakin besar modal yang digunakan dan semakin mudah untuk
mendapatkan modal akan mengakibatkan meningkatnya perkembangan usaha serta
meningkatkan pendapatan usaha.
Modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap laba. Hal ini dikarenakan
modal kerja merupakan salah satu sumber pembiayaan dalam menjalankan usaha
atau dengan kata lain modal kerja merupakan biaya produksi yang digunakan oleh
pengusaha lanting.
Hasil penelitian yang menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap laba didukung oleh penelitian Putri (2018, hlm. 69) yang
menyebutkan bahwa apabila modal kerja digunakan dengan efektif dan efisien
maka akan meningkatkan kapasitas produksi serta menghasilkan produk yang
berkualitas, jika demikian akan mampu meningkatkan laba yang diperoleh. Hal ini
sejalan dengan penelitian laba dari Bambang dalam Budiwati dan Susanti (2010,
hlm. 37), menurut pernyataan Bambang Riyanti tersebut bahwa modal kerja
merupakan tolak ukur dari langkah awal seorang produsen yang akan menjalankan
kegiatan usahanya, hal ini dilihat dari kelancaran usaha sebagai imbas dari besar
kecilnya modal kerja yang dimiliki. Modal kerja harus selalu ada dan bertambah
agar laba yang diperoleh juga akan bertambah.
Pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen memiliki modal yang sedang
seperti yang terdapat pada Tabel 4.22 dimana dapat disimpulkan bahwa sebesar
46,15% pengusaha mempunyai modal sedangkan sedangkan 28,85% pengusaha
masih memiliki modal yang rendah. Hal tersebut dikarenakan usaha mereka masih
relatif kecil dan terkadang masih menyesuaikan dengan ketersediaan bahan baku
73

dan harga yang tidak menentu, sehingga mereka cenderung ragu untuk menambah
modal kerja.

4.3.4 Pengaruh Tidak Langsung Perilaku kewirausahaan terhadap Laba


Melalui Modal Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi mediasi penuh (full mediation).
Hal ini dibuktikan dengan besarnya koefisien c’ kurang dari koefisien c, dan
menjadi tidak signifikan. Artinya bahwa modal kerja (M) secara penuh memediasi
pengaruh perilaku kewirausahaan (X) terhadap laba (Y). Selain itu, ab (indirect
effect) atau pengaruh tidak langsung variabel perilaku kewirausahaan terhadap
variabel laba melalui modal kerja sebagai variabel mediator dinyatakan signifikan.
Hal tersebut dibuktikan dengan seluruh test statistik pada normal theory test > 1,96
dan P-value < 0,05, maka menolak Ho dan menerima Ha. Dapat disimpulkan bahwa
modal kerja dipengaruhi oleh perilaku kewirausahaan dan mempengaruhi laba.
Semakin tinggi perilaku kewirausahaan maka semakin tinggi laba seiring dengan
meningkatnya modal kerja yang digunakan oleh pengusaha. Dalam penelitian ini,
modal kerja diindikasikan memediasi secara penuh. Artinya bahwa variabel
perilaku kewirausahaan tidak mampu mempengaruhi laba secara signifikan tanpa
melalui variabel modal kerja.
Perilaku kewirausahaan memberikan sumbangan terhadap laba melalui
modal kerja. Modal kerja yang dimaksud disini adalah biaya roduksi yang
digunakan dalam usaha yang meliputi bahan baku singkong, kayu bakar, minyak
goreng, dan upah tenaga kerja. Hal ini berarti, pengusaha yang memiliki perilaku
kewirausaahan yang baik dan ditunjang dengan modal kerja yang tinggi akan
menghasilkan laba yang tinggi pula. Dengan kata lain, pengusaha yang mempunyai
perilaku kewirausahaan yang baik akan mempunyai tingkat kepercayaan diri dan
optimis yang baik, ketekunan yang baik, kemampuan mengambil resiko yang baik,
kepemimpinan yang baik, serta mempunyai daya inovasi dan kreatif yang baik akan
menghasilkan laba yang tinggi. Sehingga perilaku kewirausahaan yang baik serta
modal kerja yang tinggi akan menghasilkan perolehan laba yang tinggi.
Laba yang diperoleh pengusaha akan meningkat ketika modal kerja yang
dimiliki pengusaha meningkat. Peningkatan modal kerja tersebut diperoleh dengan
adanya peningkatan pada perilaku kewirausahaan. Karena dengan memiliki
74

perilaku kewirausahaan yang tinggi, maka modal kerjapun akan meningkat. Laba
pengusaha akan meningkat jika perilaku kewirausahaan yang meningkat.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliandi
(2016, hlm. 77) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung perilaku
kewirausahaan terhadap pendapatan melalui mediasi modal kerja. Pendapatan akan
meningkat jika perilaku kewirausahaan meningkat, ada pengaruh langsung antara
perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan, akan tetapi laba akan mengalami
peningkatan yang lebih baik jika pengusaha dengan perilaku kewirausahaan yang
dimiliki dapat meningkatkan modal kerja.
75

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai
pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap dengan mediasi modal kerja, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku kewirausahaan, modal kerja, dan laba pada umumnya berada pada
kategori sedang.
2. Modal kerja secara penuh memediasi pengaruh perilaku kewirausahaan
terhadap laba pengusaha lanting di Kabupaten Kebumen. Artinya, modal kerja
dipengaruhi oleh perilaku kewirausahaan dan mempengaruhi laba. Semakin
tinggi perilaku kewirausahaan maka laba pengusaha akan meningkat seiring
dengan meningkatnya modal kerja.

5.2 Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa implikasi yang perlu mendapat
perhatian yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis dengan uraian sebagai
berikut.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perilaku kewirausahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap laba secara langsung, namun maupun secara tidak
langsung yaitu melalui modal kerja sebagai variabel mediasi diperoleh hasil yang
tidak signifikan. Artinya, modal kerja memediasi penuh pengaruh perilaku
kewirausahaan terhadap laba.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini mengungkapkan bahwa perilaku kewirausahaan memberikan
pengaruh terhadap laba yang akan diperoleh. Kontribusi perilaku kewirausahaan
membawa implikasi bahwa upaya untuk meningkatkan laba pengusaha yaitu jika
perilaku kewirausahaan tersebut baik, ada pengaruh langsung antara perilaku
kewirausahaan terhadap laba, dan laba akan mengalami peningkatan lebih tinggi
lagi jika pengusaha dengan perilaku kewirausahaab yang dimilikinya dapat
meningkatkan modal kerja, sehingga laba pengusaha akan lebih meningkat.
76

5.3 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Pengusaha Lanting
Pengusaha hendaknya lebih meningkatkan modal kerja agar laba yang diperoleh
akan semakin meningkat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai gambaran atau acuan dalam
penelitian selanjutnya mengenai laba dengan menggunakan variabel perilaku
kewirausahaan dan modal kerja. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambah variabel lain yang mempengaruhi laba selain variabel yang telah
diteliti penulis baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.
77

DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari Buku :
Agustina, T. (2015). Kewirausahaan Teori dan Penerapan pada Wirausaha dan
UKM di Indonesia. Jakarta : Mitra Wacana Media
Ahman, Eeng & Yana Rohmana. (2009). Teori Ekonomi Mikro. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta
Asra, Abuzar ,dkk. (2015). Metode Penelitian Survey. Bogor : In Media
Astamoen, Moko P. (2008). Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa
Indonesia. Bandung : Alfabeta
Budiwati, N & Suzanti, L. (2007). Manajemen Keuangan Koperasi, Konsep, dan
Aplikasi. Bandung : Laboratorium Koperasi Universitas Pendidikan
Indonesia
Case K.E & Fair R.C. (2007). Prinsip Prinsip Ekonomi, Jilid 1. Jakarta : Erlanggga
Frinces, Z.H. (2011). Be An Entrepreneur. Yogyakarta : Graha Ilmu
Ghazali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program ISM SPSS
21, Semarang. Universitas Diponegoro
Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta : Erlangga
Jaya, Wihana Kirana. (2005). Ekonomi Industri Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE
Joesron & Fathorrazi. (2012). Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta : Graha Ilmu
Kasmir. (2006). Kewirausahaan . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kusnendi (2008). Model-model Persamaan Struktural. Bandung : Alfabeta
Rahardja, Pratama & Mandala Manurung (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makroekonomi). Jakarta : Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia.
Riduwan. (2013). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung :
Alfabeta
Riduwan & Akdon. (2013). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung :
Alfabeta

Salvatore, Dominick. (2005). Managerial Economics. Jakarta : Salemba Empat

Setiawan, Toni. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia Kinerja, Motivasi,


Kepuasan Kerja dan Produktivitas. Jakarta: Platinum.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
78

Sukirno, Sadono (2005). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persaja
Sukirno, Sadono (2013). Mikroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga.Jakarta: PT
Raja Grafindo Persaja

Suryana, Yuyus & Kartib Bayu. (2010). Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik


Wirausahawan Sukses. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Thoha, M. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Implikasinya. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Zimmerer, T. (2008). Essentials of Entrepeneurship and Small Bussniness
Management. Prentice Hall : Upper Sadleriver.

Sumber dari Jurnal :.


Jamaika, dkk (2014). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha
Mebel di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember.

Laodesyamri. (2011). Konsep Operasional Perilaku. Jurnal Ilmiah Teknik Industri,


4 (2); 66-77

Ma’arif. (2013). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan


Pedagang Pasar Bandarjo Unggaran Kabupaten Semarang. Economics
Development Analysis Journal, 2(2); 1-8

Makarti,A. (2012). Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi


Pemasaran terhadap Perkambangan UMKM di Desa Dayaan dan
Kalilondo Salatiga. Jurnal Ekonomi, 5 (9), hlm. 13-28.

Munadi. (2017). Urgensi Proteksi Pemerintah Terhadap Usaha Kecil dan


Menengah (Studi kasus di Desa Pledikan Kecamatan Sumowono Kabupaten
Kebumen Semarang Jawa Tengah). Jurnal Ilmu Politik Vol. 8 No. 2 Oktober
2017; 30-41.

Puspitasari, Atika Tri & Widiyanto (2015). Strategi Pengembangan Industri Kecil
Lanting di Kabupaten Kebumen. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika
Pendidikan Vol X No. 2 Desember 2015; 117-135.
79

Sesetyowati & Kurniawati. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pendapatan Pedagang Sembako (Studi Pada Pasar Pananjung). Jurnal
Sains dan Terapan.

Utami, Setyaningsih Sri & Edi Wibowo (2013). Pengaruh Modal Kerja Terhadap
Pendapatan dengan Lama Usaha Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.13, No.2 Oktober 2013; 171-180
Wulandari, A.A.R & Ida Bagus Darsana. (2017). Pengaruh Modal, Tenaga Kerja,
dan Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pengrajin Industri Kerajinan
Anyaman Di Desa Bona Kecamatan Blahmanah Kabupaten Gianyar. E-
Jurnal EP Unud, 6[4] : 564-596

Sumber dari Skripsi :


Utami, D.P. (2013). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk dan
Lingkungan Persaingan terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil dan
Menengah (Survey pada Pengusaha Industri Kerupuk di Kota
Cimahi).FPEB, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Yuliandi, C.D. (2016). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Pendapatan
Melalui Mediasi Modal Usaha (Survey Pada Petani Tanaman Hias di
Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat).
FPEB.Universitas Pendidikan Indonesia

Website :
Badan Pusat Statistik Kebumen (2017). Kabupaten Kebumen Dalam Angka 2017. [Online].
Diakses dari :
https://kebumenkab.bps.go.id/publication/2017/09/16/25038c38a50e3f12
fd68b69c/kecamatan-kebumen-dalam-angka-2017.html

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) [Online]. Diakses dari


https://kbbi.web.id/modal

Anda mungkin juga menyukai