Disusun oleh:
Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Issu Feminisme di Indonesia” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Issu Feminisme di Indonesia”.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar .................................................................................................
Daftar isi ............................................................................................................
BAB I .................................................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................
BAB II ...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Feminisme sangat erat kaitannya dengan emansipasi wanita, dimana
kesetaraan haklah yang diperjuangkan. Bukan suatu hal yang baru, karena gerakan
ini sudah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka. Penyebabnya karena wanita tak
memiliki hak yang sama dengan pria.
Sejak gerakan feminisme dan isu ketidakadilan gender pertama kali masuk ke
Indonesia pada awal 1960-an hingga saat ini, dimana isu ini telah menjadi bagian dari
fenomena dan dinamika sosial masyarakat Indonesia posisi perempuan semakin
membaik. Kesempatan bagi mereka untuk aktualisasi diri juga semakin terbuka. Namun
hal ini tidak berarti telah terkikis dan sinarnya persoalan kegenderan yang dihadapi oleh
mereka. Persoalan tersebut pada umumnya berasal dari dua arah; dari luar(eksternal)
dan dari dalam (internal). Problem eksternal, misalnya berupa masih kuatnya untuk
tidak mengatakan masih ada reaksi kontra yang berbasis pada budaya patriarkis dari
sebagian unsure masyarakat. Sementara problem internalnya adalah munculnya
kegalauan dan kegamangan psikologis pada diri kaum perempuan itu sendiri ketika
mereka mengaktualisasikan peran publiknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana reaksi masyarakat menanggapi tes keperawanan khususnya
wanita?
2. Apakah tes keperawanan termasuk bentuk diskriminasi terhadap perempuan?
3. Bagaimana tanggapan dari instansi yang menggunakan tes tersebut yaitu Polri
dan TNI?
C. TUJUAN
1. Mengetahui reaksi masyarakat menanggapi tes keperawanan khususnya
wanita
2. Mengetahui tes keperawanan termasuk bentuk diskriminasi terhadap
perempuan
3. Mengetahui tanggapan dari instansi yang menggunakan tes tersebut yaitu Polri
dan TNI
BAB II
LANDASAN TEORI
Banyak pihak setuju dengan usulan Human Rights Watch agar Presiden
Joko Widodo turun tangan menyelesaikan isu ini dengan memerintahkan
penghentian tes keperawanan di militer dan kepolisian.
Nihayatul Wafiroh, yang duduk di Komisi IX DPR RI, mengatakan setuju
karena ia menyayangkan ketidaktegasan banyak pihak untuk menghentikan pratek
ini. “Beberapa tahun lalu saya menyampaikan kepada menteri kesehatan supaya
mendesak kepolisian dan TNI menghentikan hal ini, tapi sampai sekarang belum
juga berhenti.”
Pensiunan polisi, Sri Rumiati, bahkan mengusulkan kepada HRW
membuat class action guna menghentikan praktik ini secara serentak di kepolisian
dan TNI. “Sulit bagi perempuan di Polri dan TNI menyuarakan ketidakadilan ini.
Terlalu mahal untuk mempertaruhkan karir mereka,” ujar mantan petinggi Polri
ini.
Human Rights Watch mengatakan dengan mengakhiri tes keperawanan
semacam ini, pemerintah Indonesia berarti mematuhi kewajiban HAM
internasionalnya dan sekaligus menghormati tujuan Hari Pemberantasan
Kekerasan terhadap Perempuan Internasional yang diperingati setiap 25
November. Tema besar peringatan tahun ini adalah “leave no one behind : end
violence against women dan girls.”