Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bernika Dinda Octavianissa

Kelas : 2C. Ilmu Pemerintahan

NPM : 1610631180029

TUGAS SISTEM POLITK INDONESIA

PEMIKIRAN POLITIK SOEKARNO TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN

Kata kunci : Soekarno, Pemikiran Politik, Demokrasi Terpimpin

PENDAHULUAN
Soekarno merupakan salah satu dari empat pendiri Republik Indonesia
menurut versi Majalah Tempo, namanya disejajarkan dengan Mohammad Hatta,
Sutan Sjahrir dan tan Malaka. Karena pemikirannya tentang politik kebangsaan
Soekarno disebut sebagai pemikir besar yang pernah dimiliki Indonesia.
Saat muda pemikiran Soekarno dipenuhi oleh Idealisme revolusioner dan anti
penindasan, tapi semakin lama memipin pemikiran Soekarno mulai berubah dan
diakhir masa pemerintahannya, Soekarno menjadi sosok pemikir yang represif dan
anti demokrasi. Dengan dalih revolsi belum selesai ia mengkonsepkan demokrasi
sesuai penafsirannya, menurut Soekarno demokrasi yang dikembangkan oleh dunia
barat (parlemen) tidak sesuai dengan sifat gotong royong dan musyawarah yang
dimiliki Indonesia.

SEJARAH HIDUP SOEKARNO

Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901, anak dari pasangan Raden Sukemi
Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Garis keluarga ayah Soekarno (Sukemi)
dikenal sebagai keluarga yang patriotic, nenek dari Sukemi adalah putri kerajaan yang
merupakan pejuang perempuan yang gigih dalam melawan Belanda.
Sukemi lahir pada tahun 1899 dan termasuk golongan bangasawan Jawa seperti
ditunjukannya gelar Raden didepan namanya. Sedangkan ibu Soekarno bernama Ida
Ayu Nyoman Rai berasal dari Bali yang merupakan puteri dari salah satu keluarga
Brahmanna, salah satu kasta yang sangat dipandang dimasyarakat Bali. Karena
keduanya berasal dari latar belakang budaya, agama dan suku yang sangat berbeda,
hubungan mereka disebut sebuah hubungan cinta yang penuh rintangan dikemudian
hari.

Soekarno dilahirkan di Surabaya dan menghabiskan sebagian besar dari masa


kecilnya di Tulung Agung (Kediri) bersama kakeknya. Pada saat inilah proses
sosialisasi kesadaran politiknya terbantuk. Karena melalui media wayang Soekarno
dapat menangkap nilai-nilai kepahlawanan dari kisah para tokoh-tokoh pewayangan
yang dilakonkan sang dalang yang umumnya menceritakan tentang kisan Pandawa
Kurawa.
Soekarno pernah melalui beberapa jenjang pendidikan formal, yang pertama Soekarno
belajar di sekolah pendidikan rendah Bumiputra. Setelah menyelesaikan pendidikan
dasarnya Soekarno dikirim oleh ayahnya ke Surabaya untuk bersekolah di HBS
(Hoogere Burger School) dan selama di Surabaya beliau dititipkan kepada Haji
Oemar Said Cokrominarto yang merupakan pendiri Serikat Islam (SI). Kemudian
setelah menyelesaikan studinya di HBS pada Juni 1921 Soekarno melanjutkan
studinya ke Sekolah Teknik Tinggi (Technische hoogeschool) di Bandung, kemudian
pada tahun 1926 Soekarno menyelesaikan studinya dan meraih gelar insinyur (ir).

Di tahun yang sama dengan kelulusannya Soekarno menulis artikel yang


berjudul Nasionalisme, Islam dan Marxisme yang dimuat secara berseri di jurnal
Indonesia Muda. Dalam tulisan tersebut sikap anti kolonialisme dan imperialisme
tampak jelas ditunjukan oleh Soekarno. Ia menjelaskan motiv utama kolonialisme
Eropa datang ke negara-negara Asia Afrika. Dengan adanya penguasaan atas
kekayaan alam oleh Negara Eropa khususnya Belanda, Soekarno menyerukan
perlawanan untuk mengakhiri penindasan atas kaum pribumi.perlawanan yang harus
ditempuh menurutnya haruslah dengan jalan non-kooperasi dan persatuan dikalangan
kaum pergerakan yang tersebar pada tiga alisan kekuatan politik yang besar,
Nasionalisme, islam dan Marxisme.

Selain dilatarbelakangi oleh semangat nasionalisme dan persatuan, keinginan


Soekarno mempersatukan Nasionalisme, Islam dan Marxisme sebagai tiga kekuatan
politik melawan imperealisme, sebenarnya dipengaruhi oleh konsep kekuasaan Jawa
Tradisional. Kosep filosifis etika Jawa ini memperioritaskan perasaan diatas
perbedaan, bagi Soekarno persatuan enjadi kekuatan sejarah untuk merebut
kemerdekaan dari penjajah. Pada 7 Juli 1927, Soekarno mendirikan Partai Nasional
Indonesia (PNI) yang dibantuk oleh enam orang kawan dari Algemeene Studieclub.
Tujuannya adalah mencapai kemerdekaan secara sepenuhnya dengan non-kooperasi.
Tampilan Soekarno sebagai tokoh pergerakan nasional termuka dan kemampuan PNI
dalam melakukan mobilisasi massa, menjadikannya incaran Pemerintahan Hindia
Belanda, akibatnya rapat-rapat umum yang digelar PNI dibubarkan pemerintah.
Klimaksnya pada tanggal 29 Desember 1929 Soekarno dan beberapa tokoh PNI
ditangkap dengan tuduhan merencanakan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia
Belanda.

Tahun 1931 Soekarno dibebaskan dari penjara dengan kenyataan pahit yang
berupa pembubaran PNI, dan aktifis PNI yang berada diluar penjara mendirikan Partai
Indonesia (Partindo) sebagai pengganti PNI, Soeharto yang merasa kecewa pada
awalnya enggan untuk bergabung dengan Partindo, namun pada 28 Juli 1932
Soekarno berubah pikiran dan memutuskan masuk Partindo dan secara bulat langsung
ditunjuk sebagai ketua. Partindo dibawah kepemimpinan Soeharto menempuh jalan
yang sama dengan PNI sebelumnya.
Pendirian radikal Soeharto dengan strategi non kooperasinya berubah ketika
Indonesia dikuasai oleh Jepang, sikap lunak dan kompromis Soekarno pada Jepang ini
menjadikan dirinya bersama Mohammad Hatta dikenal sebagai tokoh kolabolator
Jepang oleh kaum pergerakan lain yang konsisten dengan taktik kooperasi.
setelah Indonesia memplokmatirkan kemerdekaannya pada taggal 17 Agustus 1945,
Soeharto diangkat sebagai presiden, bersama Mohammad Hatta sebagai wakil
Presiden, mereka menjadi dwi tunggal untuk mengemban amanat pemimpipn
Republik Indonesia yang masih muda usianya.

KONSTRUKSI POLITIK DEMOKRASI PARLEMENTER

Sistem demokrasi parlementer telah dipilih oleh para pendiri republic ini
sebagai sistem politik pemerintahan tepat pada tanggal 14 November 1945, peralihan
kekuasaan dari tangan presiden ke tangan partai politik ini tidak bisa dilepaskan dari
peran Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Sistem parlementer yang diterapkan di
Indonesia pada tahun 1945-1959, gagal mencipkatan kehidupan politik yang stabil
serta kondusif. Ada bebrapa factor yang menjadi penyebab kegagalan demokrasi
parlementer ketika diterapkan di Indonesia.

Pertama, dominannya politik aliran, saat itu di Indonesia terdapat lima aliran
politik yang dominan; Nasionalisme, Tradisionelisme, Komunisme, Islamisme dan
Sosialisme Demokrat. Kedua, basis social-ekonomi yang masih sangat lemah,
logikanya bagaimana orang-orang dapat berpolitik dengan baik dan penuh tnaggung
jawab kalau masyarakatnya masing sangat kekurangan dan tradisional.

Soekarno merasa kecewa terhadap sistem demokrasi parlementer,


kekecewaannya tidak semata-mata karena keadaan yang tidak stabil dan kondusif
tetapi karena pengalihan fungsi presiden yang hanya sebagai symbol sebuah negara
dan tidak berhak dalam urusan pemerintahan. Pada tahun 1956 dan 21 Febuari 1957
Soekarno menyerukan pentingnya demokrasi terpimpin sebagai antitesta demokrasi
liberal karena menurut Soeharto bentuk oposisi parlementer hanya melakukan kritik
sehebat-hebatnya tanpa mempertimbangkan keberhasilannya. Bentuk oposisi semacan
ini dinilai tidak sehat, untuk keluar dari krisis politik yang terjadi maka Soeharto
mengeluarkan dua konsepsi sebagai jalan keluar. Dua konsepsi tersebut adalah; (1)
membentuk dewan nasional (2) membentuk cabinet gotong royong yang memasukan
seluruh kekuatan-kekuatan politik yang ada di parlemen.

Dua konsepsi Soekarno ini lebih dikenal sebagai Konsepsi Presiden, melalui
konsepsi tersebut kemudia dibentuklah dewan nasional yang melibatkan semua partai
politik dan organisasi social kemasyarakatan. Puncak kekecewaan Soekarno pada
sistem parlementer ialah mengeluarkan dektri 5 Juli 1959 atas dukungan pihak militer
khususnya angkatan darat, dengan dikeluarkannya dekrit presiden konfigurasi politik
Indonesia berubah, moment ini merupakan titik awal munculnya otoritarianisme di
Indoensia. Karena dengan kembalinya UUD 1945, kekuasaan eksekutif menjadi
sangat kuat dengan titik beratnya pada lembaga kepresidenan.

PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG PARTAI POLITIK

Sistem kepartaian yang diajukan Soekarno untuk konteks keIndonesiaan


menurutnya haruslah sistem satu partai, bagi Soekarno demokrasi tidak harus
diterjemahkan sebagai pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk membentuk
partai sebanyak-banyaknya. Kondisi social ekonomi bangsa yang baru lahir menjadi
alasan mendasar mengapa partai tidak diberi ruang dalam kehidupan politik di
Indonesia.

Pemikiran Soekarno mengenai sistem kepartaian tunggal ini dipengaruhi oleh


pemikiran Lenin yang sukses membawa partai komunis menjadi partai pelopor
revolusi Rusia. Sikap Soekarno ini bertentangan dengan Hatta dan Sjahrir, bagi
mereka berdua hak berpolitik serta partai politik adalah suatu hal yang tidak dapat
dipisahkan. Karena UUD 1945 memberikan hak untuk berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.

PERSATUAN NASIONALIS, AGAMA DAN KOMUNIS


Konsep pemikiran Soekarno tentang Nasionalis, Agama dan Komunis
(Nasakom) pada masa demokrasi terpimpin (1959-1965) bukan pemikiran politik
yang muncul tibatiba, tapi merupakan sebuah konsep pemikiran yang telah ia
rumuskan sejak tahun 1920-an. Pada sebuah pidato Soekarno mengaku bahwa darah
nya adalah darah nasakom, pidato yang disampaikan dalam acara pembukaan
Kongres Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 16 September 1959 itu,
Soekarno secara terbuka mengatakan bahwa dirinya masih memegang ideology
campuran yang menruutnya daoat dipandang aneh oleh orang lain. Sebgai tokoh yang
mempunyai obsesi persatuan, cita-cita persatuannya selain berhubungan dengan
persatuan-persatuan ideology yang berkembang, juga manifestasi realitas sosial
masyarakat saat itu, dengan adanya pemilihan masyarakat pada tiga golongan sosial
antara santri, abangan dan priyayi.

KONSEP MARHAENISME

Marhaenisme merupakan inti dari ajaran Soekarno, pemikiran tentang marhaenisme


merupakan orginalitas pemikiran politiknya.Soekarno bertanya kepada kang marhaen
tentang kepemilikan tanah, bajak, kerbau dan cangkul, Marhaen menjawab bahwa alat
alat produksi tersebut dimiliki oleh dirinya sendiri.Kemiskinan rakyat Indonesia menurut
Soekarno disebabkan oleh adanya imperialisme dari Belanda yang telah melakukan
pencurian dan Penghisapan kekayaan alam Indonesia.Sebenarnya konsep Marhaenisme
sedikit berbeda dengan ajaran Marxisme. Perbedaan nya ialah;
1. Konsep perjuangan kelas ala Marxian tidak relevan dengan konteks masyarakat
Indonesia saat itu. Kemiskinan yang terjadi bukan murni dari kapitalisme, tapi akibat dari
penjajahan ratusan tahun lalu.

2. Dalam Marhaenisme Soekarno menyingkirkan peran monopoli kelas proletar untuk


digantikan oleh kaum Marhaen.

Pemikiran Soekarno tentang demokrasu terpimpin sangat dipengaruhi falsafah


kekuatan Jawa Tradisonal, ia menginginkan kekuasaan politik terpusat pada satu pihak
saja yaitu pada seorang pemimpin Negara, konsep ini umunya dikenal pada masa
kerajaan kerajaan Hindu Budha pada masa lalu. Demokrasi terpimpin yang lahir sebagai
antitesa dari kegagalan demokrasi liberal pada akhirnya menjadi sebuah sistem politik
yang totaliter, otoriter dan bersifat diktator, begitu juga dengan konsep nasakom yang
pada awalnya diciptakan untuk mempersatukan semua kekuatan-kekuatan politik yang
ada, menjadi paham yang memaksakan homogenitas pemikiran.

Pemikiran soekarno tentang penyatuan seluruh kekuatan politik Indonesia hampir


sama dengan pemikiran Tan Malaka, salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan yang
lebih senior dari Soekarno, Hatta maupun Sutan Sjahrir. Pemikiran Soekarno tentang
konsep politik khas Indonesia sebagai sebuah antitesis liberalisme barat akhirnya
terjebak pada sloganistik, tetapi dalam realistis politik konsep khas budaya dan identitas
Indonesia tersebut menjelma menjadi sistem yang tidak ramah terhadap perbedaan
pandangan politik,

Nasakom yang sebelumnya dianggap sebagai konsep solutif untuk mempersatukan


berbagai ideologi yang ada di Indonesia, ternyata telah gagal menjadikanya sebagai
konsep pemikiran yang humanis dan intergralistik, doktrin akan pentingnya persatuan
akhirnya hanya menjadi instrumen politik efektif untuk memberangus sikap kritis yang
bersebrangan dengan pemerintahan. Konsep integralistik beberapa aliran ideologiyang
dirumuskan oleh Soekarno terbukti telah gagal mempersatukan masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai