NPM : 1610631180029
PENDAHULUAN
Soekarno merupakan salah satu dari empat pendiri Republik Indonesia
menurut versi Majalah Tempo, namanya disejajarkan dengan Mohammad Hatta,
Sutan Sjahrir dan tan Malaka. Karena pemikirannya tentang politik kebangsaan
Soekarno disebut sebagai pemikir besar yang pernah dimiliki Indonesia.
Saat muda pemikiran Soekarno dipenuhi oleh Idealisme revolusioner dan anti
penindasan, tapi semakin lama memipin pemikiran Soekarno mulai berubah dan
diakhir masa pemerintahannya, Soekarno menjadi sosok pemikir yang represif dan
anti demokrasi. Dengan dalih revolsi belum selesai ia mengkonsepkan demokrasi
sesuai penafsirannya, menurut Soekarno demokrasi yang dikembangkan oleh dunia
barat (parlemen) tidak sesuai dengan sifat gotong royong dan musyawarah yang
dimiliki Indonesia.
Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901, anak dari pasangan Raden Sukemi
Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Garis keluarga ayah Soekarno (Sukemi)
dikenal sebagai keluarga yang patriotic, nenek dari Sukemi adalah putri kerajaan yang
merupakan pejuang perempuan yang gigih dalam melawan Belanda.
Sukemi lahir pada tahun 1899 dan termasuk golongan bangasawan Jawa seperti
ditunjukannya gelar Raden didepan namanya. Sedangkan ibu Soekarno bernama Ida
Ayu Nyoman Rai berasal dari Bali yang merupakan puteri dari salah satu keluarga
Brahmanna, salah satu kasta yang sangat dipandang dimasyarakat Bali. Karena
keduanya berasal dari latar belakang budaya, agama dan suku yang sangat berbeda,
hubungan mereka disebut sebuah hubungan cinta yang penuh rintangan dikemudian
hari.
Tahun 1931 Soekarno dibebaskan dari penjara dengan kenyataan pahit yang
berupa pembubaran PNI, dan aktifis PNI yang berada diluar penjara mendirikan Partai
Indonesia (Partindo) sebagai pengganti PNI, Soeharto yang merasa kecewa pada
awalnya enggan untuk bergabung dengan Partindo, namun pada 28 Juli 1932
Soekarno berubah pikiran dan memutuskan masuk Partindo dan secara bulat langsung
ditunjuk sebagai ketua. Partindo dibawah kepemimpinan Soeharto menempuh jalan
yang sama dengan PNI sebelumnya.
Pendirian radikal Soeharto dengan strategi non kooperasinya berubah ketika
Indonesia dikuasai oleh Jepang, sikap lunak dan kompromis Soekarno pada Jepang ini
menjadikan dirinya bersama Mohammad Hatta dikenal sebagai tokoh kolabolator
Jepang oleh kaum pergerakan lain yang konsisten dengan taktik kooperasi.
setelah Indonesia memplokmatirkan kemerdekaannya pada taggal 17 Agustus 1945,
Soeharto diangkat sebagai presiden, bersama Mohammad Hatta sebagai wakil
Presiden, mereka menjadi dwi tunggal untuk mengemban amanat pemimpipn
Republik Indonesia yang masih muda usianya.
Sistem demokrasi parlementer telah dipilih oleh para pendiri republic ini
sebagai sistem politik pemerintahan tepat pada tanggal 14 November 1945, peralihan
kekuasaan dari tangan presiden ke tangan partai politik ini tidak bisa dilepaskan dari
peran Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Sistem parlementer yang diterapkan di
Indonesia pada tahun 1945-1959, gagal mencipkatan kehidupan politik yang stabil
serta kondusif. Ada bebrapa factor yang menjadi penyebab kegagalan demokrasi
parlementer ketika diterapkan di Indonesia.
Pertama, dominannya politik aliran, saat itu di Indonesia terdapat lima aliran
politik yang dominan; Nasionalisme, Tradisionelisme, Komunisme, Islamisme dan
Sosialisme Demokrat. Kedua, basis social-ekonomi yang masih sangat lemah,
logikanya bagaimana orang-orang dapat berpolitik dengan baik dan penuh tnaggung
jawab kalau masyarakatnya masing sangat kekurangan dan tradisional.
Dua konsepsi Soekarno ini lebih dikenal sebagai Konsepsi Presiden, melalui
konsepsi tersebut kemudia dibentuklah dewan nasional yang melibatkan semua partai
politik dan organisasi social kemasyarakatan. Puncak kekecewaan Soekarno pada
sistem parlementer ialah mengeluarkan dektri 5 Juli 1959 atas dukungan pihak militer
khususnya angkatan darat, dengan dikeluarkannya dekrit presiden konfigurasi politik
Indonesia berubah, moment ini merupakan titik awal munculnya otoritarianisme di
Indoensia. Karena dengan kembalinya UUD 1945, kekuasaan eksekutif menjadi
sangat kuat dengan titik beratnya pada lembaga kepresidenan.
KONSEP MARHAENISME