Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Upaya Pencegahan, Upaya Penindakan, dan Strategi


Pemberantasan Korupsi di Thailand

Disusun Oleh:
Kelompok 2 Kelas 3A Kebidanan
Aura Bella Gizta P07224217 1702
Ica Gini Rofi’ah P07224217 1708
Lola Pitasari P07224217 1711
Rani Apriani P07224217 1726
Tri Erliyani P07224217 1735

Dosen Pengampu: Respatiningrum, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI DIII KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kita hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Upaya Pencegahan, Upaya Penindakan, dan Strategi
Pemberantasan Korupsi di Thailand”
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk
kepentingan proses belajar. Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih
kepada dosen kami yaitu Ibu Respatiningrum M.Keb , yang telah membimbing
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, dan untuk pelajaran bagi kita semua
dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat
belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Tanjungpinang, 29 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….... 3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………….. 3
1.3.1 Tujuan Umum …………………………………………………. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………………… 4
1.4 Manfaat ………………………………………….…………………... 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Upaya Pencegahan Korupsi di Thailand ……….…………………… 6
2.2 Upaya Penindakan Korupsi di Thailand …...…………………….….. 6
2.3 Strategi Pemberantasan Korupsi di Thailand ...……………………… 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .…………………….……..………………...………….. 10
3.2 Saran ………………………………………………………………... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum tahun 1975 penanganan kasus korupsi di Thailand sepenuhnya
menjadi wewenang kepolisian dengan mengandalkan undang-undang hukum
pidana dan undang-undang lain yang mengatur tentang pejabat publik. Namun
kinerja kepolisian dalam menanggulangi korupsi dianggap sebagian besar
masyarakat jauh dari mencukupi.
Korupsi semakin merajalela di Thailand, walaupun setiap pemerintahan
yang berkuasa selalu berjanji untuk menangani, namun korupsi justru semakin
menjadi. Korupsi juga menjadi salah satu pemicu jatuhnya pemerintahan di
Thailand, baik itu melalui kudeta militer maupun melalui parlemen. Keinginan
untuk memecahkan masalah korupsi semakin memuncak, tepatnya pada
tanggal 14 Oktober 1973 para pelajar dan mahasiswa menggelar aksi
demonstrasi sambil memaparkan fakta kepada masyarakat dan media bahwa
banyak pejabat dan penyelenggara negara yang menyalahgunakan jabatan dan
tugasnya untuk keuntungan pribadi. Beberapa diantara mereka yang mencoba
untuk menentang korupsi tidak mampu berbuat apa-apa, hal ini sebagai akibat
dari tidak adanya hukum yang mengatur secara khusus mengenai korupsi dan
juga sebagai akibat dari banyak tekanan dan ancaman yang diterima aparat
ketika memberantas korupsi. Kesimpulannya adalah bahwa korupsi adalah
suatu masalah besar yang telah mempengaruhi seluruh sendi kehidupan seperti
pembangunan nasional, ekonomi, politik, dan terutama keamanan negara.
Kesadaran akan bahayanya korupsi pun mulai muncul dalam bentuk
kebijaksanaan negara. Konstitusi Kerajaan Thailand 1974, pasal 66
menyebutkan bahwa: “Negara harus menyusun suatu sistem yang efisien dalam
hal pelayanan publik dan pelayanan lainnya dan harus mengambil langkah-
langkah guna mencegah dan menekan semua perilaku korup”.

1
Pada tahun 1975 Pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai
Penanganan Korupsi dan mendirikan Kantor Penanganan Korupsi (Office of
the Commission of Counter Corruption). Sayangnya, OCCC tidak memiliki
banyak lingkup kewewenangan untuk memberantas korupsi. Tetapi
pencegahan korupsi terus berjalan. Pada tahun 1996 lembaga pembuat undang-
undang terbentuk. Anggotanya adalah anggota masyarakat yang dipilih
langsung dari masing-masing propinsi. Mereka yang terpilih dibawa ke
parlemen untuk dipilih kembali, hasilnya terpilihlah 99 anggota. Anggota
lembaga inilah yang kemudian mensyahkan UU pemberantasan korupsi di
tahun 1999. UU ini kemudian menjadi landasan bagi berdirinya NCCC
(National Counter Corruption Commision) (Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006).
NCCC, sebuah komisi independen dibentuk pada 25 April 1999 di
Thailand, meski secara resmi mulai bekerja sejak 18 November 1999. Lembaga
ini menggantikan Commision of Counter Corruption (CCC) yang telah ada
sejak tahun 1975, yang dinilai tidak independen karena berada di bahwa
otoritas Perdana Menteri dan karenanya tidak efektif membasmi korupsi.
Meskipun sudah diatur di dalam konstitusi, NCCC secara operasional diatur
melalui undang-undang organik tersendiri.
Sesuai dengan mandat konstitusi, selain dibentuk NCCC (National
Counter Corruption Commission) yang berwenang melakukan penyidikan dan
penuntutan kasus korupsi, juga perubahan dalam sistem peradilan satu tahap
untuk kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dan politisi. Bagian lainnya
dari sistem antikorupsi dan public accountability yang penting adalah Lembaga
Money Laundering (AMLO), Ombudsman, dan Mahkamah Konstitusi, Sistem
Peradilan Satu tahap untuk Korupsi Politik, Kebebasan memperoleh Informasi,
dan Perlindungan Saksi.
Perubahan radikal itu tidak bisa dilepaskan dari gerakan reformasi
konstitusi yang dimotori oleh masyarakat madani di Thailand, yang selama 5
(lima) tahun sejak awal tahun 1990-an, terus berjuang untuk mengakhiri sistem
pemerintahan otoriter menuju pemerintahan demokratis.

2
Selama 60 tahun di bawah pemerintahan otoriter, ditandai dengan
korupsi yang merajalela dan sistem perencanaan terpusat yang mengabaikan
partisipasi masyarakat dan kepentingan kebijakan publik. Sistem hukum dan
perundang-undangan yang berlaku saat itu sudah menjadi alat kekuasaan
pemerintah yang dahsyat untuk mengatur dan merepresi masyarakat.
Konstitusi baru memudahkan investigasi korupsi yang melibatkan
politisi dan pejabat tinggi. Meskipun begitu, proses reformasi tidaklah berjalan
semulus yang diharapkan gerakan sosial di sana. Kompromi politik, Koalisi
Pemerintahan yang mudah retak pasca pemerintahan otoriter, dan masih
berpengaruhnya elit-elit lama dalam pemerintahan menjadi salah satu faktor
penghambat jalannya reformasi. Namun karena tekanan terus menerus dari
media dan LSM proses reformasi terus berlanjut dan berhasil mencapai
kemajuan yang berarti (https://antikorupsi.org/id/news/sekilas-sistem-
antikorupsi-di-thailand-dan-perbandingannya-dengan-indonesia-1704, 2004).
Untuk itu, kami tertarik untuk membahas upaya pencegahan, upaya
penindakan, dan strategi pemberantasan korupsi di Thailand.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka masalah yang
dapatlah rumusan masalah tersebut selanjutnya dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Apa saja upaya pencegahan korupsi di Thailand?
2. Apa saja upaya penindakan korupsi di Thailand?
3. Apa saja strategi pemberantasan korupsi di Thailand?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengatahuan di bidang mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi
dan menambah pemahaman tentang upaya pencegahan, upaya
penindakan, dan strategi pemberantasan korupsi.

3
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penulisan makalah ini adalah supaya mahasiswa
dapat mengetahui tentang:
1. Upaya pencegahan korupsi di Thailand
2. Upaya penindakan korupsi di Thailand
3. Strategi pemberantasan korupsi di Thailand

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari dalam penulisan makalah ini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Hasil penulisan dari makalah ini dapat digunakan untuk memberikan
masukan dalam rangka meningkatkan kesadaran bangsa Indonesia ini
pentingnya pembelajaran tentang Pendidikan Budaya Anti Korupsi.
2. Hasil penulisan dari makalah ini dapat diharapkan untuk menambah
wawasan ilmu pengatahuan penulisan yang baik dan benar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Korupsi di Thailand menjadi masalah krusial yang harus diselesaikan dan


karakteristiknya konsisten dengan situasi korupsi di beberapa negara di Asia.
Secara umum, tingkat pemberantasan korupsi di Thailand masih lebih baik jika
dibandingkan dengan beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Di Thailand
korupsi dikenal dengan istilah gin muong, yang berarti nation eating. Istilah ini
mengandung pengertian yang sangat mendalam yang menunjukkan betapa besar
dampak dari korupsi sehingga mampu merusak kehidupan berbangsa dan bernegara
(Carolina, 2012).

Pasuk, dkk (1997), mengemukakan 4 alasan utama penyebab korupsi di Thailand,


yaitu:
1) Banyaknya pengusaha yang berusaha untuk menghindari pajak dengan cara
bekerjasama dengan pejabat publik untuk memalsukan dokumen.
2) Pejabat publik tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk mengendalikan
praktik-praktik korupsi yang dilakukan oleh pengusaha.
3) Banyak lembaga-lembaga publik yang terlibat dalam budaya korupsi.
4) Perubahan dalam bidang hukum dan peraturan sering menimbulkan
kebingungan di kalangan pejabat publik di tingkat operasional (Carolina,
2012).

Lebih lanjut, Pasuk (1997), menegaskan bahwa rendahnya tingkat kejujuran


atau loyalitas anggota parlemen dan kepolisian Royal Thai juga merupakan faktor
yang dapat menyebabkan korupsi semakin merajalela. Selain itu, banyak pengusaha
merasa bahwa suap kepada pegawai sektor publik merupakan kunci dari
keberhasilan bisnis mereka (Carolina, 2012).

5
2.1 Upaya Pencegahan Korupsi di Thailand
Dalam fungsi preventif, NCCC melakukan upaya-upaya penyadaran
masyarakat, dengan melibatkan media dan LSM melalui berbagai pendekatan.
Pendekatan transparansi yang ditempuh NCCC, terutama dalam pemeriksaan
kekayaan pejabat dan politisi. Untuk menjaring laporan, NCCC juga
melakukan program perlindungan saksi dan penyadaran masyarakat
antikorupsi di tiap wilayah.
NCCC mulai melakukan pendekatan dan penindakan kasus korupsi di
berbagai wilayah. Mereka diberi keleluasaan wewenang untuk mengusut dan
menuntut politisi maupun pejabat. Lembaga ini juga punya kewenangan untuk
mengajukan pemecatan terhadap politisi dan memeriksa kekayaan pejabat
(Ermansjah, 2010).

2.2 Upaya Penindakan Korupsi di Thailand


Pada 1970-an, kasus korupsi di Thailand masih di bawah wewenang
kepolisian. Mereka melakukan penindakan sesuai dengan hukum pidana.
Namun, dalam praktiknya korupsi semakin masif dan kepolisian tak bisa
mengendalikannya secara maksimal. Pada 1975, muncul lembaga yang
menangani masalah ini, yaitu Office of the Commission of Counter Corruption.
Lembaga ini dinilai bekerja tak maksimal, dan masih marak praktik korupsi.
Akhirnya, pada 1999 dibentuklah lembaga National Counter Corruption
Commision atau NCCC.
Adanya NCCC membuka lembaran baru bagi Thailand dalam
penanganan kasus korupsi. Korupsi tidak ditangani secara biasa namun lebih
modern dan komprehensif oleh super body dengan pendekatan yang “extra
ordinary”. NCCC disebut super body karena diberi keleluasaan wewenang
untuk mengusut dan menuntut politisi maupun pejabat. NCCC tidak hanya
melakukan pendekatan represif melalui penuntutan namun juga punya
kewenangan untuk mengajukan pemecatan terhadap politisi dan memeriksa
kekayaan pejabat.

6
Dalam menunjang fungsi penyelidikannya, NCCC diberi kekuasaan yang
besar untuk mendapatkan dokumen, menangkap dan menahan tertuduh atas
permintaan pengadilan (Ermansjah, 2010).

2.3 Strategi Pemberantasan Korupsi di Thailand


Setelah terjadinya coup d’stat yang berhasil menggulingkan kerajaan
absolut pada tahun 1932 yang dilakukan oleh militer, sampai tahun tujuh
puluhan Thailand di bawah kekuasaan rezim militer. Pada akhirnya pada tahun
1973 dengan demonstrasi besar-besarnya yang dilakukannya oleh mahasiswa
dan pelajar Thailand, berhasil membawa Thailand ke sistem pemerintahan
demokrasi.
Pembangunan di Thailand terus berlanjut dengan disertai upaya keras
untuk memberantas korupsi yang telah merajalela sejak kediktatoran rezim
militer. Sebelum tahun 1975, penyidikan dan pemberantasan korupsi dilakukan
oleh penegak hukum kepolisian, dan pengawasan dilakukan di dalam badan
badan secara sistem pengawasan dilakukan oleh inspektorat jenderal pada
masing-masing departemen. Adapun undang-undang yang diterapkan adalah
undang-undang hukum pidana umum dan peraturan kepegawaian yang
ditambah dengan beberapa delik-delik korupsi yang berkaitan dengan
penegakan hukum bidang pemberantasan korupsi (Ermansjah, 2010).
Tugas dan kewenangan NCCC di Thailand mempunyai beberapa
persamaan dan perbedaan dengan tugas dan kewenangan KPK di Indonesia.
Persamaan tugas dan kewenangan NCCC Thailand dengan KPK di Indonesia
yaitu mengambil tindakan untuk mencegah korupsi dan membangun sikap
berkaitan dengan integritas dan kejujuran dalam mengambil tindakan untuk
memberantas korupsi. Selain persamaan itu, NCCC Thailand melakukan
pemeriksaan fakta fakta kasus yang di Indonesia disebut dengan penyelidikan.
Dalam melakukan penyelidikan maupun penyidikan, NCCC Thailand masih
melibatkan kepolisian dan kejaksaan sama seperti KPK di Indonesia.

7
Jikalau terdapat unsur korupsi maka NCCC Thailand langsung
melaporkan kepada senat supaya pejabat itu dipecat dan unsur korupsinya
diajukan ke Kejaksaan Agung untuk diajukan penuntutannya ke Pengadilan.
Pemberantasan korupsi melalu NCCC di Thailand termasuk berhasil
menurunkan tingkat korupsinya (Tumbur Ompu, 2012)
Sebagaimana yang disebutkan di upaya pencegahan, lembaga ini juga
punya kewenangan untuk mengajukan pemecatan terhadap politisi dan
memeriksa kekayaan pejabat. Pemeriksaan Kekayaan. Pasal 291 UUD 1997
mewajibkan kepada pejabat tinggi atau birokrat senior dan mereka yang
menduduki jabatan-jabatan politik untuk menyampaikan laporan kekayaan
kepada NCCC. Yaitu meliputi Perdana Menteri, anggota parlemen, Senator,
gubernur dan anggota eksekutif pemerintahan lokal. Selain politisi, pejabat
negara seperti Ketua MA dan wakilnya, Ketua Pengadilan Administrasi Negara
dan wakilnya, Jaksa Agung, Ombudsman dan direktur jenderal dan yang
selevelnya, juga terkena ketentuan yang sama. Laporan kekayaan tersebut,
tidak saja menyangkut dirinya, juga istri dan anaknya, dan harus dikirimkan 30
hari setelah menduduki jabatannya dan setelah meninggalkan jabatannya, dan
setiap tiga tahun bagi pejabat yang masih menduduki jabatannya.
Fungsi pemeriksaan kekayaan itu membuat NCCC menjadi lembaga
yang sangat ditakuti para politisi dan pejabat. Dalam mengundang partisipasi
masyarakat dalam pemeriksaan kekayaan pejabat, NCCC selain membuka
akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dan
menyebarluaskan laporan kekayaan tersebut. Strategi itu cukup membuahkan
hasil.
NCCC Thailand memiliki dua hal yang sangat baik yang tidak terdapat
pada komisi pemberantasan korupsi di negara lain. Dua hal tersebut yaitu
tentang pengangkatan dan tanggung jawab NCCC Thailand yang sangat rapi
dan terperinci. Pengangkatannya melalui penjaringan yang sangat ketat oleh
Komisi Seleksi Anggota NCCC Thailand yang sangat independen, sehingga
secara formil, yang paling baik dalam sistem pengangkatan dan rekrutmen
pejabat komisi pemberantasan korupsi adalah Thailand.

8
Pertanggungjawaban NCCC Thailand juga sangat independen, yaitu
langsung kepada Raja, karena berbeda dengan BPR Malaysia yang
bertanggung jawab kepada Perdana Menteri (Ermansjah, 2010).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
NCCC, sebuah komisi independen dibentuk pada 25 April 1999 di
Thailand, meski secara resmi mulai bekerja sejak 18 November 1999. Lembaga
ini menggantikan Commision of Counter Corruption (CCC). Sesuai dengan
mandat konstitusi, selain dibentuk NCCC (National Counter Corruption
Commission) yang berwenang melakukan penyidikan dan penuntutan kasus
korupsi, juga perubahan dalam sistem peradilan satu tahap untuk kasus korupsi
yang melibatkan pejabat tinggi dan politisi.
Dalam fungsi preventif, NCCC melakukan upaya-upaya penyadaran
masyarakat, dengan melibatkan media dan LSM melalui berbagai pendekatan.
NCCC mulai melakukan pendekatan dan penindakan kasus korupsi di berbagai
wilayah. Mereka diberi keleluasaan wewenang untuk mengusut dan menuntut
politisi maupun pejabat.
Pada 1970-an, kasus korupsi di Thailand masih di bawah wewenang
kepolisian. Mereka melakukan penindakan sesuai dengan hukum pidana.
Dalam menunjang fungsi penyelidikannya, NCCC diberi kekuasaan yang besar
untuk mendapatkan dokumen, menangkap dan menahan tertuduh atas
permintaan pengadilan
Tugas dan kewenangan NCCC di Thailand mempunyai beberapa
persamaan dan perbedaan dengan tugas dan kewenangan KPK di Indonesia.
Persamaan tugas dan kewenangan NCCC Thailand dengan KPK di Indonesia
yaitu mengambil tindakan untuk mencegah korupsi dan membangun sikap
berkaitan dengan integritas dan kejujuran dalam mengambil tindakan untuk
memberantas korupsi.

10
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita diharapkan dapat mengerti dan lebih
memahami materi tentang “Upaya Pencegahan, Upaya Penindakan dan
Strategi Pemberantasan Korupsi di Thailand” dan sebaiknya mahasiswa lebih
banyak mencari referensi pelengkap sehingga menjadi lebih mengerti dan
paham akan materi tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anita Carolina. 2012. Sistem Anti Korupsi: Suatu Studi Komparatif di Indonesia,
Hongkong, Singapura dan Thailand. Diakses melalui Jurnal
InFestasi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Trunojoyo Madura Vol. 8 No.1 Juni 2012

Direktorat Penelitian dan Pengembangan Deputi Pencegahan Komisi


Pemberantasan Korupsi. 2006. Komisi Anti Korupsi di Luar Negeri
(Deskripsi Singapura, Hongkong, Thailand, Madagascar, Zambia,
Kenya dan Tanzania). Jakarta

Ermansjah Djaja. 2010. Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi


Pemberantasan Korupsi). Sinar Grafika, Jakarta.

Sungu, Tumbur Ompu. 2012. Keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam


Penegakan Hukum Di Indonesia. Yogyakarta: Total Media

Tim Indonesia Corruption Watch. 2004. Sekilas Sistem Antikorupsi di Thailand;


dan Perbandingannya dengan Indonesia (Diakses melalui web
https://antikorupsi.org/id/news/sekilas-sistem-antikorupsi-di-
thailand-dan-perbandingannya-dengan-indonesia-170604 Tanggal
29 Oktober 2019 Jam 11.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai