Disusun Oleh:
Kelompok 2 Kelas 3A Kebidanan
Aura Bella Gizta P07224217 1702
Ica Gini Rofi’ah P07224217 1708
Lola Pitasari P07224217 1711
Rani Apriani P07224217 1726
Tri Erliyani P07224217 1735
Segala puji kita hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Upaya Pencegahan, Upaya Penindakan, dan Strategi
Pemberantasan Korupsi di Thailand”
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk
kepentingan proses belajar. Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih
kepada dosen kami yaitu Ibu Respatiningrum M.Keb , yang telah membimbing
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, dan untuk pelajaran bagi kita semua
dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat
belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….... 3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………….. 3
1.3.1 Tujuan Umum …………………………………………………. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………………… 4
1.4 Manfaat ………………………………………….…………………... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Upaya Pencegahan Korupsi di Thailand ……….…………………… 6
2.2 Upaya Penindakan Korupsi di Thailand …...…………………….….. 6
2.3 Strategi Pemberantasan Korupsi di Thailand ...……………………… 7
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada tahun 1975 Pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai
Penanganan Korupsi dan mendirikan Kantor Penanganan Korupsi (Office of
the Commission of Counter Corruption). Sayangnya, OCCC tidak memiliki
banyak lingkup kewewenangan untuk memberantas korupsi. Tetapi
pencegahan korupsi terus berjalan. Pada tahun 1996 lembaga pembuat undang-
undang terbentuk. Anggotanya adalah anggota masyarakat yang dipilih
langsung dari masing-masing propinsi. Mereka yang terpilih dibawa ke
parlemen untuk dipilih kembali, hasilnya terpilihlah 99 anggota. Anggota
lembaga inilah yang kemudian mensyahkan UU pemberantasan korupsi di
tahun 1999. UU ini kemudian menjadi landasan bagi berdirinya NCCC
(National Counter Corruption Commision) (Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006).
NCCC, sebuah komisi independen dibentuk pada 25 April 1999 di
Thailand, meski secara resmi mulai bekerja sejak 18 November 1999. Lembaga
ini menggantikan Commision of Counter Corruption (CCC) yang telah ada
sejak tahun 1975, yang dinilai tidak independen karena berada di bahwa
otoritas Perdana Menteri dan karenanya tidak efektif membasmi korupsi.
Meskipun sudah diatur di dalam konstitusi, NCCC secara operasional diatur
melalui undang-undang organik tersendiri.
Sesuai dengan mandat konstitusi, selain dibentuk NCCC (National
Counter Corruption Commission) yang berwenang melakukan penyidikan dan
penuntutan kasus korupsi, juga perubahan dalam sistem peradilan satu tahap
untuk kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dan politisi. Bagian lainnya
dari sistem antikorupsi dan public accountability yang penting adalah Lembaga
Money Laundering (AMLO), Ombudsman, dan Mahkamah Konstitusi, Sistem
Peradilan Satu tahap untuk Korupsi Politik, Kebebasan memperoleh Informasi,
dan Perlindungan Saksi.
Perubahan radikal itu tidak bisa dilepaskan dari gerakan reformasi
konstitusi yang dimotori oleh masyarakat madani di Thailand, yang selama 5
(lima) tahun sejak awal tahun 1990-an, terus berjuang untuk mengakhiri sistem
pemerintahan otoriter menuju pemerintahan demokratis.
2
Selama 60 tahun di bawah pemerintahan otoriter, ditandai dengan
korupsi yang merajalela dan sistem perencanaan terpusat yang mengabaikan
partisipasi masyarakat dan kepentingan kebijakan publik. Sistem hukum dan
perundang-undangan yang berlaku saat itu sudah menjadi alat kekuasaan
pemerintah yang dahsyat untuk mengatur dan merepresi masyarakat.
Konstitusi baru memudahkan investigasi korupsi yang melibatkan
politisi dan pejabat tinggi. Meskipun begitu, proses reformasi tidaklah berjalan
semulus yang diharapkan gerakan sosial di sana. Kompromi politik, Koalisi
Pemerintahan yang mudah retak pasca pemerintahan otoriter, dan masih
berpengaruhnya elit-elit lama dalam pemerintahan menjadi salah satu faktor
penghambat jalannya reformasi. Namun karena tekanan terus menerus dari
media dan LSM proses reformasi terus berlanjut dan berhasil mencapai
kemajuan yang berarti (https://antikorupsi.org/id/news/sekilas-sistem-
antikorupsi-di-thailand-dan-perbandingannya-dengan-indonesia-1704, 2004).
Untuk itu, kami tertarik untuk membahas upaya pencegahan, upaya
penindakan, dan strategi pemberantasan korupsi di Thailand.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengatahuan di bidang mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi
dan menambah pemahaman tentang upaya pencegahan, upaya
penindakan, dan strategi pemberantasan korupsi.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penulisan makalah ini adalah supaya mahasiswa
dapat mengetahui tentang:
1. Upaya pencegahan korupsi di Thailand
2. Upaya penindakan korupsi di Thailand
3. Strategi pemberantasan korupsi di Thailand
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari dalam penulisan makalah ini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Hasil penulisan dari makalah ini dapat digunakan untuk memberikan
masukan dalam rangka meningkatkan kesadaran bangsa Indonesia ini
pentingnya pembelajaran tentang Pendidikan Budaya Anti Korupsi.
2. Hasil penulisan dari makalah ini dapat diharapkan untuk menambah
wawasan ilmu pengatahuan penulisan yang baik dan benar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1 Upaya Pencegahan Korupsi di Thailand
Dalam fungsi preventif, NCCC melakukan upaya-upaya penyadaran
masyarakat, dengan melibatkan media dan LSM melalui berbagai pendekatan.
Pendekatan transparansi yang ditempuh NCCC, terutama dalam pemeriksaan
kekayaan pejabat dan politisi. Untuk menjaring laporan, NCCC juga
melakukan program perlindungan saksi dan penyadaran masyarakat
antikorupsi di tiap wilayah.
NCCC mulai melakukan pendekatan dan penindakan kasus korupsi di
berbagai wilayah. Mereka diberi keleluasaan wewenang untuk mengusut dan
menuntut politisi maupun pejabat. Lembaga ini juga punya kewenangan untuk
mengajukan pemecatan terhadap politisi dan memeriksa kekayaan pejabat
(Ermansjah, 2010).
6
Dalam menunjang fungsi penyelidikannya, NCCC diberi kekuasaan yang
besar untuk mendapatkan dokumen, menangkap dan menahan tertuduh atas
permintaan pengadilan (Ermansjah, 2010).
7
Jikalau terdapat unsur korupsi maka NCCC Thailand langsung
melaporkan kepada senat supaya pejabat itu dipecat dan unsur korupsinya
diajukan ke Kejaksaan Agung untuk diajukan penuntutannya ke Pengadilan.
Pemberantasan korupsi melalu NCCC di Thailand termasuk berhasil
menurunkan tingkat korupsinya (Tumbur Ompu, 2012)
Sebagaimana yang disebutkan di upaya pencegahan, lembaga ini juga
punya kewenangan untuk mengajukan pemecatan terhadap politisi dan
memeriksa kekayaan pejabat. Pemeriksaan Kekayaan. Pasal 291 UUD 1997
mewajibkan kepada pejabat tinggi atau birokrat senior dan mereka yang
menduduki jabatan-jabatan politik untuk menyampaikan laporan kekayaan
kepada NCCC. Yaitu meliputi Perdana Menteri, anggota parlemen, Senator,
gubernur dan anggota eksekutif pemerintahan lokal. Selain politisi, pejabat
negara seperti Ketua MA dan wakilnya, Ketua Pengadilan Administrasi Negara
dan wakilnya, Jaksa Agung, Ombudsman dan direktur jenderal dan yang
selevelnya, juga terkena ketentuan yang sama. Laporan kekayaan tersebut,
tidak saja menyangkut dirinya, juga istri dan anaknya, dan harus dikirimkan 30
hari setelah menduduki jabatannya dan setelah meninggalkan jabatannya, dan
setiap tiga tahun bagi pejabat yang masih menduduki jabatannya.
Fungsi pemeriksaan kekayaan itu membuat NCCC menjadi lembaga
yang sangat ditakuti para politisi dan pejabat. Dalam mengundang partisipasi
masyarakat dalam pemeriksaan kekayaan pejabat, NCCC selain membuka
akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dan
menyebarluaskan laporan kekayaan tersebut. Strategi itu cukup membuahkan
hasil.
NCCC Thailand memiliki dua hal yang sangat baik yang tidak terdapat
pada komisi pemberantasan korupsi di negara lain. Dua hal tersebut yaitu
tentang pengangkatan dan tanggung jawab NCCC Thailand yang sangat rapi
dan terperinci. Pengangkatannya melalui penjaringan yang sangat ketat oleh
Komisi Seleksi Anggota NCCC Thailand yang sangat independen, sehingga
secara formil, yang paling baik dalam sistem pengangkatan dan rekrutmen
pejabat komisi pemberantasan korupsi adalah Thailand.
8
Pertanggungjawaban NCCC Thailand juga sangat independen, yaitu
langsung kepada Raja, karena berbeda dengan BPR Malaysia yang
bertanggung jawab kepada Perdana Menteri (Ermansjah, 2010).
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
NCCC, sebuah komisi independen dibentuk pada 25 April 1999 di
Thailand, meski secara resmi mulai bekerja sejak 18 November 1999. Lembaga
ini menggantikan Commision of Counter Corruption (CCC). Sesuai dengan
mandat konstitusi, selain dibentuk NCCC (National Counter Corruption
Commission) yang berwenang melakukan penyidikan dan penuntutan kasus
korupsi, juga perubahan dalam sistem peradilan satu tahap untuk kasus korupsi
yang melibatkan pejabat tinggi dan politisi.
Dalam fungsi preventif, NCCC melakukan upaya-upaya penyadaran
masyarakat, dengan melibatkan media dan LSM melalui berbagai pendekatan.
NCCC mulai melakukan pendekatan dan penindakan kasus korupsi di berbagai
wilayah. Mereka diberi keleluasaan wewenang untuk mengusut dan menuntut
politisi maupun pejabat.
Pada 1970-an, kasus korupsi di Thailand masih di bawah wewenang
kepolisian. Mereka melakukan penindakan sesuai dengan hukum pidana.
Dalam menunjang fungsi penyelidikannya, NCCC diberi kekuasaan yang besar
untuk mendapatkan dokumen, menangkap dan menahan tertuduh atas
permintaan pengadilan
Tugas dan kewenangan NCCC di Thailand mempunyai beberapa
persamaan dan perbedaan dengan tugas dan kewenangan KPK di Indonesia.
Persamaan tugas dan kewenangan NCCC Thailand dengan KPK di Indonesia
yaitu mengambil tindakan untuk mencegah korupsi dan membangun sikap
berkaitan dengan integritas dan kejujuran dalam mengambil tindakan untuk
memberantas korupsi.
10
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita diharapkan dapat mengerti dan lebih
memahami materi tentang “Upaya Pencegahan, Upaya Penindakan dan
Strategi Pemberantasan Korupsi di Thailand” dan sebaiknya mahasiswa lebih
banyak mencari referensi pelengkap sehingga menjadi lebih mengerti dan
paham akan materi tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anita Carolina. 2012. Sistem Anti Korupsi: Suatu Studi Komparatif di Indonesia,
Hongkong, Singapura dan Thailand. Diakses melalui Jurnal
InFestasi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Trunojoyo Madura Vol. 8 No.1 Juni 2012