II.I.
atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau
unik.. (Sarwono, 2010)
II.2 Macam-macam kehamilan risiko tinggi
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,
namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
(Sarwono, 2010)
Risiko
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya
suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian,
kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.
(Sarwono, 2010)
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka
bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko
yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga
kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang
memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko
kegawatan tetapi tidak darurat.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12
1. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran
dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu
mental ibu belum cukup dewasa. (Sarwono, 2010)
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
a.Bayi lahir belum cukup umur
b. Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
c. Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir.
2. Primi tua
a. Lama perkawinan 4 tahun
b. Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:
c. Suami istri tinggal serumah
d. Suami atau istri tidak sering keluar kota
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain:
a. Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur
relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.
b. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya
lebih dari 45 tahun
c. Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin
mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.
Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam
midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma
yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai
selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua
salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir dengan
cacat bawaan sindrom down. (Sarwono, 2010)
d. Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan
rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu
anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:
e. Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah
f. Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu
g. Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr.
e. Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka
kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
f. Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
g. Kekendoran pada dinding perut
h. Tampak ibu dengan perut menggantung
i. Kekendoran dinding rahim
Bahaya yang dapat terjadi:
a. Kelainan letak, persalinan letak lintang
b. Robekan rahim pada kelainan letak lintang
c. Persalinan lama
d. Perdarahan pasca persalinan. (Sarwono, 2010)
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau
mati. (Sarwono, 2010)
a.
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi
perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang
baik, seperti: (Sarwono, 2010)
1. Kematian mudigah
2. Kematian perinatal
3. Prematuritas
4. Dapat terjadi cacat bawaan
5. Cadangan besi kurang.
(Sarwono, 2010)
Malaria
Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:
1. Panas tinggi
2. Menggigil, keluar keringat
3. Sakit kepala
4. Muntah-muntah
(Sarwono, 2010)
Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan
mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.
Bahaya yang dapat terjadi:
A. Abortus
B. IUFD
C. Persalinan premature..
Tuberculosa paru
Keluhan yang dirasakan:
1. Batuk lama tak sembuh-sembuh
2. Tidak suka makan
3. Badan lemah dan semakin kurus
4. Batuk darah
(Sarwono, 2010)
Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah
dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang.
Bahaya yang dapat terjadi:
a. Keguguran
b. Bayi lahir belum cukup umur
c. Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
(Sarwono, 2010)
Payah jantung
Keluhan yang dirasakan:
a. Sesak napas
b. Jantung berdebar
c. Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri
d. Nadi cepat
e. Kaki bengkak
(Sarwono, 2010)
Dalam persalinan:
a. BBLR
b. Bayi dapat lahir mati.
c. Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam
kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula
dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus.
(Sarwono, 2010)
Diabetes mellitus
a. Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:
b. Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar
c. Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir
d. Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)
(Sarwono, 2010)
HIV / AIDS
Bahaya yang dapat terjadi:
a. Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi
b. Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah
pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko
prematur
c. Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Sarwono, 2010)
Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar
kotoran kucing yang terinfeksi.
Bahaya yang dapat terjadi:
a. Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus
b. Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus..
(Sarwono, 2010)
Pre-Eklamsia ringan
Tanda-tanda:
a. Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh
Hamil kembar
Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim. Rahim
ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:
a. Sesak napas
a. Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
b. Varises
c. Hemorrhoid
Bahaya yang dapat terjadi:
A .Keracunan kehamilan
B. Hidramnion
C. Anemia
D. Persalinan prematur
E. Kelainan letak
F. Persalinan sukar
G. Perdarahan saat persalinan.
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan
membawa risiko bagi janin dan ibu. (Sarwono, 2010)
a. Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zatzat lainnya.
b. Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
c. Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering
d. Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat edema
dan varises pada tungkai dan vulva
e. Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak
pertama lahir.
(Sarwono, 2010)
Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan
kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:
a. Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
b. Bayi dapat mati.
(Sarwono, 2010)
Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan):
kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir
melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.
(Sarwono, 2010)
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan
alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati
masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa. (Sarwono, 2010)
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di
tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
Bahaya bagi ibu
a. Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
b. Infeksi
c. Ibu syok dan dapat mati
(Sarwono, 2010)
Perdarahan antepartum
(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu,
disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya
yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
A. Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
B. Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun.
(Sarwono, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Penerbit Sarwono: Jakarta