Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Folikulogenesis merupakan suatu proses pembentukan dan perkembangan

folikel yang ditandai dengan proliferasi sel-sel dan sitodifferensiasi. Proses

folikulogenesis terjadi di dalam kotreks ovarium. Proses ini terdiri dari empat

tingkatan perkembangan utama yaitu: 1) pengambilan folikel dominan, 2)

perkembangan folikel preantral, 3) penyeleksian dan pertumbuhan folikel Graaf, dan

4) atresia folikel.1

Folikulogenesis dimulai dengan diambilnya folikel primordial ke dalam suatu

kumpulan yang berisi folikel-folikel yang sedang tumbuh berkembang dan dapat

diakhiri baik dengan ovulasi atau mati menjadi atresia. Pada wanita, folikulogenesis

merupakan proses yang sangat panjang, membutuhkan waktu kira-kira 1 tahun untuk

folikel primordial tumbuh dan berkembang mencapai stadium ovulasi.

Folikulogenesis dapat dibagi menjadi dua fase. 1

Fase yang pertama, disebut juga preantral atau fase gonadotropin-

independen, ditandai dengan pertumbuhan dan diferensiasi dari oosit. Fase yang

kedua, disebut antral (Graaf) atau fase gonadotropin-dependen, ditandai dengan

peningkatan pesat dari ukuran folikel itu sendiri (sampai kira-kira 25 mm). Fase

preantral dipengaruhi oleh faktor-faktor pertumbuhan yang diproduksi secara lokal

melalui mekanisme autokrin/parakrin. Fase yang kedua diatur oleh Follicle

Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) serta faktor-faktor

pertumbuhan lainnya. Faktor-faktor pertumbuhan ini akan merangsang proliferasi sel

dan mempengaruhi aktivitas gonadotropin. 1,2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sejak saat lahir, terdapat banyak folikel primordial di bawah kapsul ovarium.

Masing-masing Folikel primodial mengandung sebuah ovum yang dikelilingi oleh

selapis sel-sel granulose . Pada masa anak-anak ovum akan tetap dipertahankan

dalam keadaan primordial dalam fase profase pembelahan miosis, hal ini di yakini

sebagai akibat dari sel-sel granulose yang menyelubungi ovum tersebut, dimana

dengan adanya sel-sel granulose ini akan memberikankan asupan untuk ovum dan

ada faktor yang disekresikan sebagai faktor penghambat pematangan oosit.3

Selanjutnya, saat usia 9 sampai 12 tahun, dimana hipofisis secara progresif

menyekresikan FSH dan LH dalam jumlah yang cukup, seluruh ovarium bersama

dengan folikelnya akan mulai tumbuh. Pertumbuhan ini diawali dengan peningkatan

diameter ukuran ovum dua sampai tiga kali lipat dan diikuti dengan pertumbuhan

lapisan sel-sel granulose tambahan didalalm beberapa folikel. Folikel-folikel ini

dikenal sebagai folikel primer. (Pada permulaan setiap siklus) Selama siklus bulanan

wanita, khususnya beberapa hari pertama akan terjadi peningkatan kecepatan

pertumbuhan 6 sampai 12 folikel primer setiap bulannya. Hal ini terjadi karena

adanya peningkatan konsentrasi FSH dan LH yang disekresikan kelenjar hipofisi

anterior secara gradual (bertahap) dari sedikit menjadi sedang, khususnya pengaruh

dari peningkatan konsentrasi FSH, karena peningatan FSH sedikit lebih besar dari

LH dan lebih awal beberapa hari. Dengan peningkatan konsetrasi FSH, ternyata juga

member pengaruh pada kecepatan proliferasi sel-sel granulose yang juga

berlangsung dengan cepat sehingga mengakibatkan lebih banyak lapisan pada sel-sel

2
tersebut. Sel-sel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari intertisium ovarium

berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel granulose, membentuk massa sel

kedua yang disebut dengan teka. 3

Gambar 2.1 Struktur mikroskopis dari ovarium. Tampak bagian korteks dan medulla

serta folikel-folikel ovarium.

Pertumbuhan awal folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH

sendiri. Kemudian peningkatan pertumbuhan secara besar-besaran terjadi, menuju ke

arah folikel vesicular. Peningkatan pertumbuhan terjadi sebagai berikut : 4

1. Estrogen di sekresikan ke dalam folikel sehingga menyebabkan sel-sel granulose

membentuk reseptor FSH dalam jumlah yang banyak; keadaan ini menyebabkan

umpan balik positif karena estrogen membuat sel-sel granulose jadi jauh lebih

sensitive terhadap FSH.

2. FSH dari hipofisi dan estrogen bergabung untuk memacu reseptor LH sel sel

granulose sebenarnya,sehingga terjadi rangsangan LH sebagai tambahana terhadap

rangsangan oleh FSH dan membentuk peningkatan sekresi folikular yang lebih

cepat.

3
3. Peningkatan jumlah estrogen dari folikel ditembah dengan peningkatan LH dari

hipofisis anterior bersama-sama bekerja untuk menyebabkan proliferasi sel-sel teka

folikular dan juga meningkatkan sekresi folikular4

Gambar 2.2 Proses Folikulogenesis dan Ovulasi di ovarium

Sekali folikel antral mulai tumbuh, pertumbuhan folikel folllikel tersebut

terjadi sangat cepat. diameter ovum juga membesar tiga samapai empat kali lipat

lagi, menghasil peningkatan diameter ovum total menjadi 10 kali lipat atau

peningkatan massa 100 kali lipat. Ketika folikel membesar ovum sndiri tetep

tertanam didalam massa sel granulose yang terletak pada sebuah kutub folikel. 5

Setelah tahap awal proliferasi, terjadi pengumpulan cairan folikular yang

disekresikan oleh massa sel graulosa sehingga terbentuklah antrum di dalam massa

jaringan.

4
Pada setiap menstruasi, folikel dominan yang berovulasi berasal dari folikel

primordial yang disiapkan dari satu tahun sebelumnya. Fase preantral atau fase kelas

1 dibagi menjadi 3 stadium utama: stadium folikel primordial, primer, dan sekunder.

Secara keseluruhan, perkembangan folikel primordial menjadi folikel sekunder yang

tumbuh sempurna memerlukan 290 hari atau sekitar 10 siklus menstruasi yang

teratur. Fase antral umumnya dibagi menjadi empat stadium: folikel kecil (kelas 2, 3,

4, 5), sedang (kelas 6), besar (kelas 7), dan preovulasi (kelas 8) stadium folikel

Graaf. Setelah pembentukan antrum pada saat stadium kelas 3 (diameter ~0.4mm),

laju pertumbuhan folikuler meningkat cepat. Waktu interval diantara pembentukan

antrum dan perkembangan folikel preovulasi yang berukuran 20 mm berkisar antara

60 hari atau 2 siklus menstruasi. Folikel dominan dipilih dari sekelompok folikel

kelas 5 pada akhir dari fase luteal dari siklus. Sekitar 15-20 hari yang diperlukan

folikel dominan untuk tumbuh menjadi stadium preovulasi. 5

Atresia dapat muncul setelah stadium folikel kelas 1 atau folikel sekunder,

dengan angka kejadian tertinggi pada saat berkumpulnya folikel kecil, sedang (kelas

5, 6, dan 7) dan folikel Graaf. Sampai memasuki stadium preovulasi, folikel akan

mengandung oosit primer yang tertahan pada profase dari meiosis I. Pada saat

stadium lanjut preovulasi, oosit akan melanjutkan meiosis dan menjadi oosit

sekunder yang tertahan dalam metafase II.

Didapatkan bahwa: kelas 1 merupakan periode preantral atau gonadotropin-

independen. Dibutuhkan kira-kira 290 hari untuk mengambil folikel dominan dan

tumbuh menjadi folikel sekunder yang tumbuh sempurna. Kelas 3-8 merupakan

periode antral (Graaf) atau gonadotropin-dependen. Dari mulai kavitasi atau

permulaan pembentukan antrum, dibutuhkan waktu kira-kira 60 hari untuk melewati

5
stadium-stadium folikel kecil (kelas 2-4), medium (kelas 5, 6) dan besar (kelas 7)

dan preovulasi (kelas 8) stadium folikel Graaf. Setelah terseleksi, biasanya

dibutuhkan waktu kira-kira 20 hari untuk folikel dominan dalam mencapai stadium

ovulasi. Atresia dapat ditemukan pada perkembangan folikel setelah stadium

kedua.5

Transisi Folikel Primordial menjadi Folikel Primer

Folikel primordial merupakan unit dasar terpenting reproduksi dari ovarium

oleh karena dari folikel ini akan berkembang menjadi folikel dominan dan nantinya

akan memasuki siklus menstruasi. Masuknya suatu folikel primordial yang telah

tersedia ke kumpulan folikel-folikel yang sedang tumbuh dikatakan sebagai proses

pengambilan atau transisi folikel primordial menjadi folikel primer. Untuk

memahami proses ini, perlu juga dipahami hubungan struktur dan fungsi dari folikel

primordial. 6

Folikel Primordial

Secara histologis, folikel primordial mengandung satu oosit primer berukuran

kecil (diameter ~ 25μm) yang tertahan dalam stadium profase dari meiosis I, satu

lapis sel granulosa gepeng atau skuamous, dan lamina basalis. Dengan adanya

lamina basalis, maka akan tercipta suatu lingkungan mikro yang mendukung

pertumbuhan dari sel granulosa dan oosit, yang mana lamina basalis ini berfungsi

agar kontak langsung dengan sel-sel lain tidak terjadi. Folikel primordial tidak

memiliki suplai darah sendiri dan oleh karena itu hubungan dengan sistem endokrin

pun menjadi terbatas. 7

6
Gambar 2.3 Folikel primordal di bawah mikroskop elektron. Sel granulosa

(GC), oosit dengan vesikel germinal (GV) atau nukleusnya, Balbiani body (BB),

dengan semua organel oosit berkumpul di satu kutub GV, dan lamina basal (BL).8

Seluruh folikel primordial (oosit) dibentuk pada saat masa fetus diantara

umur gestasi bulan ke-6 dan ke-9. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa semua

oosit yang berpartisipasi dalam siklus reproduksi wanita selama hidupnya telah ada

dalam ovarium sejak lahir. Jumlah folikel primordial atau sel telur dalam ovarium

wanita berhubungan dengan masa reproduksi wanita atau ovary reserve (OR). 7,8

Sebagian dari folikel primordial akan diambil dan tumbuh langsung setelah

pembentukannya dalam masa fetus. Proses pengambilan akan terus berlangsung

sampai kumpulan folikel primordial tidak dapat aktif lagi setelah masa menopause.

Pengambilan dari folikel primordial berlangsung dalam kecepatan yang konstan

dalam tiga dekade pertama dalam kehidupan wanita, namun ketika jumlah folikel

7
primordial dalam ovarium berada dalam jumlah kitris sebanyak ~25,000 pada usia

37.5 ± 1.2 tahun, maka kecepatan hilangnya folikel primordial akan meningkat kira-

kira dua kali lipat. Penurunan kesuburan berlangsung bersamaan dengan semakin

meningkatnya pengambilan folikel primordial dari ovarium. Peningkatan monotropik

kadar FSH plasma yang berhubungan dengan bertambahnya usia yang muncul

setelah usia 36 tahun dipercaya turut memegang peranan dalam peningkatan

pengambilan dan mengurangi kesuburan wanita menjelang masa menopause. 8

Gambar 2.4 Perubahan jumlah folikel primordial (oocytes) bergantung usia pada

ovarium manusia. Panel kiri: Jumlah telur menurun dari 6 bulan masa gestasi sampai

usia 50 tahun. 9

Perubahan bentuk sel dari skuamous menjadi kuboid, dan perubahan

kandungan potensial mitotik pada sel granulosa merupakan penanda histologis

terjadinya proses pengambilan. Kejadian ini diikuti dengan aktivasi gen dan

pertumbuhan dari oosit. 9

8
Folikel Primer

Gambar 2.5 Pembekuan folikel primer yang berkembang yang tertanam di jaringan

ikat atau stroma korteks ovarium. Kromosom nukleolus dan meiosis tampak jelas di

inti oosit. Mitokondria muncul pada satu kutub nukleus oosit (yaitu tubuh Balbinni).

Sebanyak 19 sel granulosa cuboidal terlihat, salah satunya memberi penebalan pada

lapisan sel kedua.

Folikel primer terdiri dari satu atau lebih sel granulosa cuboidal yang disusun

dalam satu lapisan di sekitar oosit. Bersamaan dengan perubahan bentuk dan

aktivitas mitosis yang menyertai perekrutan, sel granulosa cuboidal mulai

mengekspresikan reseptor FSH. Mekanisme yang mendasari peristiwa kritis ini

dalam folikulogenesis masih tidak pasti, namun ada bukti pada hewan pengerat,

activin granulosa dapat memainkan peran penting dalam ekspresi reseptor FSH oleh

mekanisme autokrin/paracrine.10

9
Gambar 2.6 Diagram mekanisme yang diusulkan untuk pengendalian

autokrin terhadap ekspresi reseptor hormon follicle-stimulating pada sel granulosa

folikel preantral. 10

Meskipun sel granulosa mengekspresikan reseptor FSH pada tahap awal

folikulogenesis ini, diyakini bahwa tingkat fisiologis FSH plasma selama siklus

menstruasi normal tidak mempengaruhi respons granulosa karena folikel primer

tidak memiliki sistem vaskular yang independen. Meskipun demikian, karena ada

pembuluh darah di sekitarnya, perubahan FSH yang disebabkan oleh fungsi folikel

primer dapat terjadi sebagai respons terhadap kadar FSH plasma yang abnormal,

seperti yang terjadi selama induksi ovulasi atau penuaan. 10,11

Mulai kira-kira pada saat perekrutan, oosit mulai tumbuh dan berdiferensiasi.

Periode ini ditandai dengan peningkatan progresif pada tingkat sintesis RNA oosit.

10
Sejumlah gen oosit penting dinyalakan saat ini. Sebagai contoh, gen yang

mengkodekan protein zona pellucida (ZP) (yaitu ZP-1, ZP-2, dan ZP-3) ditranskrip

dan diterjemahkan. Protein ZP yang disekresikan mulai dipolimerisasi di dekat

permukaan oosit, membentuk matriks ekstraselular. mantel (zona pellucida) yang

akhirnya menguraikan telurnya. Pentingnya zona pellucida ditekankan oleh fakta

bahwa kandungan karbohidrat ZP-3 adalah molekul pengikat sperma spesifik. Hal

ini bertanggung jawab untuk memulai reaksi akrosom pada sperma yang berhasil

mencapainya. 10,11

Selama perkembangan folikel primer, sel granulosa mengirim proses melalui

zona lapisan, di mana mereka membentuk persimpangan gap dengan membran sel

oosit, atau oolemma. Persimpangan adalah saluran antar sel yang terdiri dari protein

yang disebut connexins. Setidaknya ada 13 connexin yang secara langsung

menggabungkan sel-sel yang berdekatan untuk memungkinkan difusi ion, metabolit,

dan pensinyalan molekul dengan molekul rendah lainnya seperti cAMP dan kalsium.

Connexin 37 (C × 37) adalah connexin yang diturunkan dari oosit yang membentuk

persimpangan gap antara sel oosit dan sel granulosa sekitarnya. 10,11

Bukti dari tikus defisien C × 37 memberi C × 37 peran wajib untuk

folikulogenesis, ovulasi, dan kesuburan. Sambungan gap besar juga ada di antara sel

granulosa itu sendiri. C × 43 adalah gap junction protein utama yang dinyatakan

dalam sel granulosa.23 Sebagai konsekuensi dari gap junction, folikel primer

menjadi unit yang digabungkan secara metabolik dan elektrik. Komunikasi antara

granulosa dan oocyte ini tetap ada selama folikulogenesis dan bertanggung jawab

atas ekspresi sinkron aktivitas penting (positif dan negatif). 10,11

11
Gambar 2.7 Elektron mikrograf dari sel oosit-korona radiata granulosa dalam

folikel preantral. Proses sel granulosa yang melintasi zona pellucida (ZP) membuat

persimpangan celah kecil (panah) dengan membran plasma oosit. Persimpangan gap

yang lebih besar (panah) terlihat antara sel radiata radiata. 10,11

Ekspresi reseptor FSH

Pada saat perkembangan folikel primer, sel-sel granulosa akan

mengekspresikan reseptor FSH. Aktivin yang diproduksi oleh sel granulosa diduga

memiliki peranan dalam merangsang ekspresi reseptor FSH melalui mekanisme

autokrin/parakrin dan juga diduga bahwa peningkatan dari kadar FSH plasma akan

meningkatkan perkembangan folikel primer.9

Pertumbuhan dan Differensiasi Oosit

Perkembangan folikel primer juga diikuti dengan perubahan yang nyata pada

oosit. Pada saat periode preantral, diameter oosit akan meningkat dari ~ 25μm

menjadi ~ 120μm. Pertumbuhan pesat ini terjadi oleh karena adanya reaktivasi dari

genom oosit. Faktor-faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh oosit memiliki

12
peranan yang penting dalam mengatur folikulogenesis preantral termasuk dalam

merangsang proliferasi sel granulosa dan perkembangan sel theca. 9

Folikel Sekunder

Folikel sekunder adalah folikel preantral dengan 2 sampai 10 lapisan sel

koloid cuboidal rendah yang membentuk epitel berlapis. Seperti yang terlihat pada,

transisi dari primer ke folikel sekunder melibatkan lapisan kedua sel granulosa.

Transisi ini dilakukan oleh proliferasi terus oleh sel granulosa. Mekanisme yang

mengatur mitosis granulosa kurang dipahami. Namun, penelitian menarik pada

hewan pengerat telah memberikan bukti kuat untuk keterlibatan faktor pertumbuhan

oosit, yang disebut growth differentiation factor-9 (GDF-9). 12

GDF-9 adalah anggota baru dari superfamili growth factor-β (TGF-β)

transformasi. GDF-9 sangat dikemukakan di indung telur; itu dilokalisasi hanya pada

oosit folikel yang direkrut.8 Pada tikus defisien GDF-9, pertumbuhan folikel dan

perkembangan berhenti di tahap primer; akibatnya tidak ada bentuk folikel dominan,

dan betina tidak subur. Dengan demikian, GDF-9 wajib dilakukan pada

folikulogenesis setelah tahap primer, mungkin karena ini adalah mitogen wajib untuk

sel granulosa. Konsep mendasar yang muncul dari penelitian ini adalah bahwa oosit

memainkan peran penting dalam mengatur folikulogenesis melalui kemampuannya

untuk menghasilkan ligan peraturan baru (misalnya GDF-9), yang sangat penting

untuk folikulogenesis.9

13
Gambar 2.8 Folikel sekunder sehat mengandung oosit utuh yang dikelilingi

oleh zona pelusida, lima sampai delapan lapisan sel granulosa, lamina basal, dan

jaringan tanduk yang berkembang dengan banyak pembuluh darah.

Salah satu perubahan terpenting yang terjadi dalam pengembangan folikel

sekunder adalah perolehan lapisan theca. Jaringan ini, yang terdiri dari lapisan sel

mirip stroma di sekitar lamina basal, kemudian berdiferensiasi ke dalam theca

interna dan bagian luar theca externa. Perkembangan theca disertai oleh

neoformation sejumlah pembuluh darah kecil, mungkin melalui angiogenesis. Ini

adalah peristiwa penting karena darah beredar di sekitar folikel, membawa nutrisi

dan hormon (misalnya FSH, LH) ke dan produk limbah dan sekretori dari folikel

sekunder. Dalam hal ini, beberapa sel stroma di lapisan dalam mengekspresikan

reseptor LH. 12

14
Sel-sel ini kemudian berdiferensiasi menjadi sel steroidogenik yang disebut

sel interstisial theca (TIC), kemungkinan besar menanggapi LH plasma yang

disampaikan oleh sistem vaskular theca.27 Semua granulosa sel di folikel sekunder

mengekspresikan reseptor FSH.13 Tampaknya difusi FSH plasma ke dalam folikel

sekunder dapat menimbulkan respons granulosa yang bergantung FSH. Lapisan luar

sel stroma kemudian berdiferensiasi menjadi sel otot polos yang disebut theca

externa. Sel otot polos ini diinervasi oleh sistem saraf otonom.10

Pada folikel sekunder, oosit menyelesaikan pertumbuhannya. Bila folikel

berdiameter 200 μm, oosit telah mencapai ukuran maksimal dan tidak bertambah

lagi, terlepas dari fakta bahwa folikel manusia membesar berdiameter 2 cm atau

lebih (Gambar 14). Ini didokumentasikan dengan baik pada hewan pengerat bahwa

sel granulosa memainkan peran wajib dalam pertumbuhan dan diferensiasi oosit.

Peristiwa diferensiasi penting yang terjadi saat oosit menyelesaikan pertumbuhannya

adalah perolehan kemampuan untuk melanjutkan meiosis.30 Oosit biasanya

dilakukan. tidak melanjutkan meiosis selama folikulogenesis, dan mekanisme harus

beroperasi untuk menghambat proses ini (yaitu germinal vesicle breakdown

[GVBD]) dan dimulainya kembali meiosis. Mekanisme yang mendasari

penghambatan tetap tidak diketahui; Namun, ada bukti untuk mendukung konsep

bahwa cAMP granulosa dapat memainkan peran penting dalam menghambat

dimulainya kembali meiosis.30 Dalam mekanisme semacam itu, FSH menginduksi

cAMP di sel granulosa, yang berdifusi ke dalam oosit melalui C × 37 gap junction,

dimana ia mulai menghambat GVBD.10

Dengan berlanjutnya folikulogenesis preantral, struktur folikel mulai

mengalami perubahan. Perubahan yang utama selama perkembangan folikel

15
sekunder yaitu peningkatan jumlah sel granulosa dan penambahan sel theca.

Perkembangan folikel primer menjadi folikel sekunder yang berkembang sempurna

merupakan hasil dari proses aktif pengaturan autokrin/parakrin termasuk faktor-

faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh oosit.

Transisi Folikel Primer menjadi Folikel Sekunder

Perkembangan folikel sekunder dimulai dengan bertambahnya sel granulosa

lapisan kedua. Tahapan ini disebut sebagai transisi folikel primer menjadi sekunder.

Hal ini diikuti dengan perubahan sel granulosa dari epitel selapis kuboid menjadi

epitel berlapis kolumner.

Perkembangan Theca

Perkembangan folikel sekunder juga ditandai dengan perkembangan theca.

Pada saat transisi folikel primer menjadi sekunder, beberapa lapisan dari sel-sel yang

menyerupai jaringan ikat dibentuk di sekitar lamina basalis yang nantinya disebut

sebagai lapisan theca. Dengan berlanjutnya perkembangan folikel sekunder, maka

akan terbentuk dua lapisan sel theca yaitu lapisan dalam theca interna yang

berdifferensiasi di dalam sel theca interstitial dan lapisan luar theca eksterna yang

berdifferensiasi menjadi sel otot polos. Perkembangan theca juga diikuti dengan

neoformasi dari sejumlah pembuluh-pembuluh darah kecil, yang diduga melalui

proses angiogenesis. Darah akan bersirkulasi mengelilingi folikel, membawa nutrien

dan gonadotropin ke dalam, serta sisa dan hasil sekresi dari folikel yang sedang

berkembang. Saat fase preantral dari folikulogenesis hampir selesai, folikel sekunder

yang telah tumbuh sempurna akan mengandung lima struktur utama yang terdiri dari

oosit yang tumbuh sempurna dikelilingi oleh zona pelusdia, sekitar 9 lapis sel

16
granulosa, lamina basalis, theca interna, theca eksterna dan jalinan kapiler dalam

jaringan theca. 12

Folikel Graaf

Gambar 2.9 Gambaran khas folikel graaf.

Folikel Graaf ditandai dengan munculnya suatu ruang (kavitas) atau antrum

yang mengandung cairan yang disebut cairan folikuler atau liquor folliculi. Folikel

Graaf dapat juga disebut sebagai folikel antral. Cairan folikuler adalah eksudat dari

plasma yang merupakan hasil sekresi dari oosit dan sel granulosa. Cairan tersebut

merupakan medium yang mana residu sel granulosa dan oosit serta molekul-molekul

regulator harus melewatinya untuk keluar dari dan melalui membran folikel.3,12

Ada enam komponen histologis yang berbeda dalam folikel graaf, termasuk

theca externa, theca interna, lamina basal, sel granulosa, oosit, dan cairan folikular .

Folikel graaf tidak mengubah kompleksitas morfologisnya seiring pertumbuhan.

Semua folikel graaf memiliki arsitektur dasar yang sama; Meskipun ada perubahan

dramatis dalam ukuran folikel graaf penampilan mereka tetap kurang lebih sama. 3,12

17
Gambar 2.10 dinding folikel graaf

Theca externa ditandai oleh adanya sel otot polos, yang diinervasi oleh saraf

otonom. Meskipun signifikansi fisiologis eksterna theca tetap tidak jelas, ada bukti

bahwa ia berkontraksi selama ovulasi dan atresia. Perubahan aktivitas kontraktil dari

theca externa mungkin terlibat dalam atresia dan ovulasi; Namun, ini belum terbukti

secara pasti. Korpus luteum mempertahankan eksterna theca selama hidupnya,

namun signifikansi selama luteinisasi dan luteolisis tidak diketahui. 3,12

Theca interna terdiri dari TIC yang berbeda yang terletak di dalam matriks

jaringan ikat dan pembuluh darah yang longgar. Dalam semua folikel graaf, LH

adalah hormon pengatur utama untuk fungsi TIC, dan pentingnya mengatur produksi

TIC androgen in vivo dan in vitro telah ditetapkan. Dimulai pada tahap awal

pengembangan folikel graaf, TIC mengekspresikan keadaan terdiferensiasi mereka.

sebagai androgen (yaitu sel penghasil androstenedion) . The theca interna kaya akan

vaskularisasi dan berfungsi untuk memberikan hormon (misalnya FSH, LH),

18
molekul nutrisi, vitamin, dan kofaktor yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

diferensiasi sel oosit dan granulosa. 3,12

Kita hanya tahu sedikit tentang elemen peraturan yang mengendalikan theca

vasculature. Hubungan fungsional antara pengembangan folat vaskuler dan graaf

disarankan oleh bukti43 bahwa semua folikel graaf monyet mengekspresikan kadar

FSH dan reseptor LH yang tinggi terlepas dari ukurannya, namun ketika 125I-human

chorionic gonadotropin (hCG) disuntikkan secara sistemik, hanya graaf dominan.

folikel nampaknya mampu mengakumulasi 125I-hCG di theca interna. Hasil ini

menunjukkan bahwa folikel graaf yang dominan menunjukkan peningkatan

vaskularisasi, yang berperan penting dalam pematangan yang dipilih. Dalam hal ini,

faktor pertumbuhan endotel vaskular yang diturunkan folikeldan faktor angiogenik

lainnya seperti endothelin sedang diselidiki secara intensif. 12,13

Setelah kavitasi, tujuan dari pembentukan folikel Graaf yang diinginkan telah

tercapai, dan keseluruhan tipe sel telah ada dalam posisi yang sesuai menunggu

datangnya stimulus yang akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan secara

bertahap. Ukuran dari folikel Graaf ditentukan dari besarnya antrum yang juga

dipengaruhi oleh volume cairan folikuler yang berkisar antara 0,02 sampai 7 ml.

Proliferasi dari sel-sel folikel juga berperan dalam menentukan ukuran folikel. Pada

folikel yang dominan, sel-sel granulosa dan theca akan berproliferasi dengan sangat

cepat diikuti oleh berkembangnya antrum yang dipenuhi oleh cairan folikuler.

Peningkatan akumulasi cairan folikuler dan proliferasi sel bertanggung jawab atas

pertumbuhan yang pesat dari folikel dominan saat fase folikuler dari siklus. Ukuran

dari folikel atretik dipengaruhi oleh terbatasnya pembentukan cairan folikuler dan

19
mitosis sel granulosa dan theca. Theca eksterna terdiri dari sel otot polos yang

tersusun secara konsentris, yang mana dipersarafi oleh saraf otonom. 12,13

Theca interna mengandung kumpulan dari sel-sel epitel besar yang disebut

sel theca interstitial. Sel theca interstitial memiliki reseptor sel untuk LH dan insulin.

Sebagai respon terhadap stimulasi LH dan insulin, sel tersebut akan menghasilkan

kadar androgen tinggi, umumnya androstenedion. Theca interna banyak menerima

vaskularisasi yang berasal dari jalinan kapiler longgar yang mengelilingi folikel

Graaf saat proses pertumbuhan. 12,13

Di dalam folikel Graaf, sel granulosa dan oosit didistribusikan sebagai suatu

massa dengan bentuk dan posisi yang tertentu yang tepat. Sel granulosa dibagi

menjadi empat subtipe yaitu membran, area periantral, cumulus oophorus dan sel

granulosa corona radiata. Seluruh sel granulosa ini akan mengekspresikan reseptor

FSH saat perkembangan folikel Graaf, namun setiap grup dari sel granulosa

dipengaruhi oleh posisinya masing-masing untuk mengekspresikan stadium spesifik

yang berlainan sebagai respon terhadap stimulasi FSH. Sebagai contoh, sel

membrana granulosa akan mengekspresikan P450arom dan reseptor LH yang mana

area periantral, cumulus dan sel granulosa corona radiata tidak. 12,13

Kavitasi

Dimulainya perkembangan folikel Graaf ditandai dengan munculnya kavitas

yang berisi cairan pada salah satu kutub dari oosit. Proses ini disebut kavitasi atau

merupakan awal terbentuknya antrum.14

Klasifikasi Folikel Graaf

Pertumbuhan dan perkembangan Folikel Graaf dapat dibagi menjadi empat

stadium berdasarkan ukurannya. Setiap folikel dominan memiliki kewajiban untuk

20
menyelesaikan tahapan perkembangan mulai dari stadium kecil (1-6 mm), sedang (7-

11 mm), besar (12-17 mm) sampai pada tingkat preovulasi (18-23 mm) pada wanita.

Folikel yang atretik umumnya akan gagal untuk berkembang mulai dari stadium

kecil sampai sedang (1-10 mm). Banyaknya folikel Graaf dan ukurannya bervariasi

menurut usia dan siklus menstruasi.4

Gambar 2.11 Diagram siklus hidup folikel graaf pada ovarium manusia.

Penyeleksian

Pada wanita dengan siklus normal, folikel dominan dipilih dari sekumpulan

folikel kelas 5 pada akhir dari fase luteal siklus menstruasi. Indikasi awal yang

menunjukan telah terjadi seleksi adalah sel granulosa akan terus menerus membelah

relatif lebih cepat pada satu folikel sedangkan proliferasi sel granulosa akan

melambat pada folikel lainnya. Mekanisme yang mendasari terjadinya seleksi

21
meliputi peningkatan yang kedua dari kadar FSH plasma yang dipercaya disebabkan

oleh penurunan produksi estradiol dan inhibin A oleh corpus luteum.12

Kerja FSH pada sel Granulosa

FSH memiliki peranan yang sangat penting dalam terjadinya mekanisme

seleksi dan perkembangan folikel yang dominan, dan tidak ada ikatan lain yang

dapat mempengaruhi aktivitasnya. Mekanisme utama dari kontrol FSH adalah

dengan merangsang jalur transduksi reseptor FSH pada sel-sel granulosa. Meskipun

LH tidak terlalu memegang peranan penting pada proses ini, tapi LH sangat berguna

dalam mengatur formasi folikel dominan sampai akhirnya folikel dominan

mempunyai kapasitas merangsang ekspresi dari substrat aromatase dan

androstenedion. Untuk memahami perkembangan folikel dominan selama siklus,

maka harus dipahami terlebih dahulu mengenai kerja dari FSH dan LH pada sel-sel

granulosa dan sel interstitial theca. FSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior

pada pertengahan siklus reproduktif. Pada sel-sel granulosa, FSH berfungsi

meningkatkan aktivitas enzimatik yang berguna mengkatalisa aromatisasi androgen

atau sejenisnya untuk menghasilkan estrogen. Aktivitas ini diduga diatur diatur

dengan peningkatan kerja adenilatsiklase dan androgen. Estrogen (estradiol) yang

disintesa oleh folikel dominan berperan juga meningkatkan kerja sel folikuler FSH

guna meningkatkan respon LH. 12,13

22
Gambar 2.12 Diagram jalur transduksi sinyal follicle-stimulating hormone

(FSH) pada sel granulosa dari folikel dominan. FSH berinteraksi dengan protein

reseptor yang memiliki tujuh domain yang membentang transmembran. Peristiwa

pengikatan ditransduksi menjadi sinyal intraselular oleh protein G heterotrimer.

Protein aktif & Gstimulating (Gs -GTP) berinteraksi dengan protein efektor, adenilat

siklase, untuk memulai pembentukan cAMP. cAMP mengikat dan mengaktifkan

protein kinase A, yang memfosforilasi protein substrat yang merangsang transkripsi

gen yang mengkodekan P450AROM, 17β-hydroxysteroid dehydrogenase, dan

hormon luteinizing dan yang mengaktifkan mitosis dan pembentukan cairan

folikular.

Selain menghasilkan estrogen, FSH berperan juga dalam pematangan telur

khususnya pada tahap-tahap perubahan folikel. Perlu dipahami bahwa FSH pada

suatu siklus dapat memegang peranan yang lebih penting dibandingkan hormon

23
reproduktif lainnya tapi pada siklus tertentu peranan FSH dapat lebih rendah

dibandnigkan hormon reproduktif lainnya. 12,13

Kerja LH pada sel Theca Interstitial

Pada sel theca, LH berperan untuk meningkatkan aktivitas enzim pembelah

rantai kolesterol (yang diduga merupakan tahap penghambatan kecepatan

steroidogenesis pada berbagai jaringan penghasil steroid) dan untuk meningkatkan

aktivitas 17 alfa hidroksilase yang merupakan suatu enzim untuk pembentukan

steroid andreong seperti dehidroisoandrosteron, androstedion dan testosteron.

Androstenedion yang dibentuk dalam sel theca berdifusi ke dalam cairan folikuler

dan setelah itu memungkinkan sel granulosa untuk melakukan aromatisasi

membentuk estron yang kemudian menjadi estradiol. 12,13

Gambar 2.13 Diagram yang menunjukkan mekanisme regulasi produksi

androgen oleh sel interstisial theca. Regulator endokrin utama produksi

24
androstenedion adalah hormon luteinizing (LH), insulin, dan lipoprotein. Jalur

pensinyalan cyt / protein kinase A (PKA) LH mengarah pada induksi gen spesifik

(garis putus-putus) di jalur biosintesis androstenedion. Pemberian insulin receptor /

protein tirosin kinase (PTK) dapat menyebabkan peningkatan yang ditandai pada

respon ini. Lipoprotein adalah stimulator poten produksi androgen androgen

berdasarkan kemampuan mereka untuk meningkatkan kolesterol intraselular, yang

ditransfer ke P450C22 dengan menggunakan steroid acute regulatory protein (StAR).

Konsep ”Dua sel-Dua gonadotropin”

Mekanisme fisiologis dimana folikel dominan akan menghasilkan estradiol

disebut sebagai konsep ”dua sel-dua gonadotropin”. Masuknya LH ke dalam sel

theca interstitial akan merangsang terjadinya sintesis dan sekresi dari

androstenedion. Jumlah dari sekresi androgen akan mencerminkan kandungan dalam

theca atau molekul regulator lainnya termasuk insulin, IGF-I, lipoprotein, aktivin dan

inhibin. Sebagian dari androstenedion berdifusi menjadi cairan folikuler yang

terakumulasi pada konsentrasi yang sangat tinggi. Sebagai respon terhadap induksi

P450 dalam sel granulosa oleh stimulasi FSH, androstenedion akan mengalami

proses aromatisasi menjadi estrone, yang nantinya akan dikonversikan menjadi

estradiol. 12,13,14

25
Gambar 2.14 Diagram menunjukkan Dua sel-Dua gonadotropin dari produksi

estrogen folikel.

Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu :

Fase menstruasi Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus

dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-

rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase

menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau

pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)

baru mulai meningkat.

Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus

26
24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium

secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan

berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar

8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi

tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum

periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius

yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan

halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari

setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang

mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen

dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke

endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah

dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat

pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).

Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel

primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu

sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan

estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih.

27
Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong

memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak

aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen

maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan

kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat

bertahan dan akhirnya luruh.

Gambar 2.15 Fotomikrograf ovulasi menunjukkan kompleks telur-cumulus yang

melebar sehingga meninggalkan folikel melalui stigma

Siklus Hipofisis-hipotalamus Menjelang akhir siklus menstruasi yang

normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium

yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi

gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi

folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de

graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH

hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone

28
(LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari.

Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum

menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi

menstruasi.

Gambar 2.16 Kronologi folikulogenesis pada ovarium manusia.

Faktor-faktor yang Berperan, ada beberapa faktor yang memegang peranan

dalam siklus menstruasi antara lain:

Faktor enzim Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya

enzimenzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen

dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam

pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian

bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang

berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah

29
berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat

makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum

apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya

kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan

dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan

perdarahan.15

Faktor vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-

arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta

saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi

nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari

vena.15

Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya

miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid. 15

Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung

ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder

memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder,

pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di

sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus

menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida

30
merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang

membungkus oosit sekunder. 15

Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit

sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi

aktivitas yang saling mendukung. 15

Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:

Hialuronidase

Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.

Akrosin

Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.

Antifertilizin

Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit

sekunder.

Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang

tersusun dari glikoprotein dengan fungsi : 16

 Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.

 Menarik sperma secara kemotaksis positif.

 Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian

korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona

pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga

merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh

proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu

ovum yang disebut inti oosit sekunder. 16

31
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala

sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian,

inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang

mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23

pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom. 16

Gestasi (Kehamilan)

Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam

perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan

tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah

arbei yang disebut tahap morula.

Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut

blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit

terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam. 16,17

Sel-sel bagian luar blastosit

Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu

implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke

arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan

enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel

endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara

aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas

beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat

membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.16,17

Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses

transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio

32
hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio

terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.

Sakus vitelinus

Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang

pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada

blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan

pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan

trofoblas membentuk korion. 16,17

Korion

Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion

membentuk vili korion (jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion berisi

pembuluh darah emrbrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang

banyak terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan endometrium

uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi embrio. 16,17

Amnion

Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu

ruang yang berisi cairan amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran

amnion. Cairan amnion berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan

bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis serta guncangan

dari luar. 16,17

Alantois

Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar

menghubungkan embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam

alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen

33
dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk

dibuang oleh ibu. 16,17

Sel-sel bagian dalam blastosit

Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio

(embrioblas). Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari

lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm

melekuk ke dalam sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya,

ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis)

pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8. 16,17

Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan

membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar

kelamin. Endoderm akan membentuk organ-organ yang berhubungan langsung

dengan sistem pencernaan dan pernapasan. 16,17

Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran,

terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini

disebut masa janin atau masa fetus. 16,17

Persalinan

Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara

perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga

bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus sehingga terjadi

kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen,

oksitosin, prostaglandin dan relaksin. 16,17

34
BAB III

KESIMPULAN

Folikulogenesis (pertumbuhan folikel) merupakan  proses dimana folikel

direkrut dan berkembang lebih jauh sesuai dengan kapasitasnya untuk merespon

gonadotropin, yang dimulai dengan pengambilan (recruitment) dari folikel

primordial menuju kelompok (pool) yang akan tumbuh menjadi folikel masak atau

mengalami atresia yang terjadi di setiap siklus haid.

Dampak stimulus gonadotropin pada ovarium salah satunya adalah pertumbuhan

folikel atau folikulogenesis. Selama satu siklus pertumbuhan folikel secara berurutan

mulai dari awal siklus dibagi menjadi tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan

fase luteal.

Fase folikular merupakan fase ketika ovarium beraktivitas membentuk dan

mematangkan folikel-folikelnya. Fase luteal ditandai dengan adanya korpus luteum.

Fase luteal merupakan fase ketika ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum

dari sisa-sisa folikel matangnya (folikel graaf) yang sudah mengeluarkan sel

ovumnya pada saat terjadinya ovulasi dan menghasilkan hormon progesteron yang

akan digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium untuk bersiap-siap

menerima hasil konsepsi (jka terjadik ehamilan) atau melakukan proses deskuamasi

dan penghambatan masuknya sel sperma (jika tidak terjadi kehamilan).

35

Anda mungkin juga menyukai