1. Strength (kekuatan).
MNC Life Insurance merupakan salah satu perusahaan asuransi yang dapat mencakup
masyarakat kelas menengah ke bawah dengan hadirnya layanan HARIO SIAGA. Selain itu
MNC Life Insurance juga menggunakan beragai media dalam pemasarannya. Tenaga kerjan
yang dipekerjakan juga merupakan tenaga kerja yang profesional yang mana sudah dilakukan
training sebelumnya. Dan pelayanan yang diberikan juga memuaskan pelanggannya.
Dari segi unit bisnis, MNC Life Insurance merupakan unit bisnis yang
berpengalaman. Dikatakan berpengalaman karena MNC Life Insurance telah berdiri sejak
tahun 1989 dan telah melakukan tiga kali penggantian nama. Bisa dilihat performa MNC Life
Insurance yang bertumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun. Hal itu terlihat dari jumlah
polis MNC Life Insurance yang terus bertambah.
2. Weakness (kelemahan).
Unit usaha kecil.
Investasi dalam penelitian dan pengembangan.
Kondisi persaingan perusahaan dalam bidang pelayanan jasa asuransi
sedemikian ketat memaksa MNC Life AXA mandiri untuk lebih fokus
terhadap segmentasi produknya dan meningkatkan pelayanan yang selangkah
lebih maju dibandingkan dengan kompetitornya, sehingga mampu menjadi
keunggulan bersaing MNC Life Insurance.
3. Opportunity (peluang).
Pasar global.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Outlook positif untuk segmen asuransi jiwa di Indonesia.
4. Threat (ancaman).
Kemampuan keuangan.
Peraturan Pemerintah.
Dengan adanya perubahan peraturan pemerintah mengenai asuransi, maka
sedikit banyaknya itu akan berpengaruh pada kebijakan MNC Life Insurance.
Disamping itu, MNC Life Insurance selalu memonitor perubahan tersebut dan
melakukan penindakan secepatnya. Masalah yang tak terduga.
Perubahan pajak.
Meningkatnya biaya bahan baku.
Risiko usaha eksternal.
ASPEK PEMASARAN
MNC Life Insurance sebagai anak perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi
memiliki pangsa pasar yang luas yaitu seluruh perusahaan aliansinya yang terus tumbuh dari
tahun ke tahun. MNC Life Insurance pada tahun 2014 telah menyiapkan beberapa rencana
strategis guna meningkatkan program pemasaran yang berkesinambungan, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pencapaian laba maksimal.
MNC Life Insurance) terus memperluas jangkauan layanan dengan target segmen
korporasi (business-to-business / B2B) sampai segmen ritel (seperti asuransi kendaraan,
properti dana suransi perjalanan pembayaran preminya berfokus di segmen usaha kecil dan
mikro, dapat menciptakan nilai tambah yang besar bagi Bank Mandiri dari bisnis aurasnsi
kerugian.
STRATEGI PEMASARAN
MNC Life memasarkan serangkaian lengkap produk asuransi jiwa melalui sistem
multi-jalur distribusi dengan jajaran agen mandiri sebagai unit usaha utama. Untuk
memperluas dan memperbesar distribusi produknya, MNC Life memperkenalkan kanal
distribusi Mediassurance, yaitu pemasaran produk-produk asuransi jiwa melalui media.
Konsep ini memberikan keunggulan tersendiri, karena MNC Life adalah satu-satunya pemain
di industri asuransi yang didukung langsung oleh media grup terbesar dan terintegrasi di
Indonesia, sehingga memiliki potensi pasar yang sangat luas.
Tidak hanya itu MNC Life Insurance dalam memperluas dan memperbesar
distribusinya produknya, juga menggunakan jalur distribusi alternatif, khsusnya pemasaran
digital. Saat ini, kontribusi alternative channel untuk 100 nasabah perseroan baru mencapai
45 persen. Untuk itu MNC Life Insurance memiliki dua jenis distribusi, yaitu financial
advisor dan alternative channel.
Adapun financial advisor memasarkan produk asuransi melalui kantor cabang yang
terletak dibebbagai kota di Indonesia. Sementara alternative channel terdiri dari beberapa
jenis pemasaran, antara lain telemarketing dan digital. Namun, MNC Life Insurance
mengungkapkan untuk segmen yang dituju yang mana kali ini berfokus juga pada
masyarakat yang memiliki karakaterik seperti baru pertama kali bekerja, anak muda, dan
perempuan.
ANGGARAN PEMASARAN
Dengan kontribusi 27% dari total pendapatan konsolidasian Perseroan, PT MNC Life
Assurance mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 41% menjadi Rp283,3 miliar dari
Rp200,2 miliar di tahun 2013 dan sekarang berada di posisi nomor 5 di industrinya menurut
laporan Infobank untuk perusahaan asuransi jiwa dengan premi bruto antara Rp250 miliar –
Rp500 miliar.
ANALISIS AXA MANDIRI
PEMBAHASAN KASUS
- Bagaimana pengaruh AXA mandiri express claim terhadap minat asuransi konsumen?
- Bagaimana implikasi penerapan kebijakan AXA mandiri express claim?
- Bagaimana mekanisme dalam menangani resiko kerugian yang mungkin timbul dari AXA
mandiri express claim?
- Bagaimana eksistensi kompetitor dan cara AXA mandiri dalam membangun sustainability
competitive advantage?
Kebutuhan nasabah tersebut menjadi peluang bagi AXA Mandiri untuk memberikan
diversifikasi produk dengan memberikan layanan yang satu langkah lebih baik dibandingkan
dengan pesaingnya. Namun peluang tersebut tentunya juga diikuti oleh resiko yang perlu
dipertimbangkan oleh AXA Mandiri. Penyediaan layanan klaim yang cepat harus diimbangi
dengan kemampuan perusahaan dalam menyediakan pembiayaan yang cepat pula. Maka dari
itu diperlukan likuiditas keuangan yang baik sebagai konsekuensi penyediaan layanan
express claim.
Express klaim yang menjadi diversifikasi produk layanan dari AXA Mandiri mampu
berkorelasi positif terhadap preferensi nasabah dalam berasuransi. Kemudahan dalam
pencairan klaim tentunya menjadi daya tarik tersendiri sehingga meningkatkan minat
konsumen untuk berasuransi. Jika ditinjau dari preferensi konsumen, express claim
sebenarnya menunjukkan niat dan komitmen perusahaan, yaitu AXA Mandiri dalam
melayani kebutuhan urgent dari nasabahnya. Hal ini menimbulkan respon positif terhadap
animo masyarakat dalam menggunakan jasa asuransi, terutama asuransi kesehatan yang
notabene adalah asuransi yang paling sering digunakan sebagai pertanggungan. Sehingga
nasabah tidak perlu khawatir mengenai pencairan klaim dana pertanggungan.
- Jika terdapat penutupan polis dengan kuantitas yang besar dan dengan jangkauan yang
menyebar, maka perusahaan akan kesulitan dalam menjangkau pemberian pelayanan pada
nasabah. Konfirmasi penutupan asuransi juga lebih sulit dilakukan, sehingga diperlukan
kesigapan dari operator asuransi dan pihak pendukung pertanggungan. Express claim hanya
untuk asuransi kesehatan, sehingga pihak yang berkaitan adalah beberapa rumah sakit baik
BUMN maupun swasta yang berkoordinasi dengan pihak AXA Mandiri. Penutupan asuransi
yang mungkin terjadi secara bersamaan bisa diminimalisir resikonya dengan memberikan
limit maksimum atas pertanggungan yang dapat dicairkan melalui express claim, hal ini
sudah diperhitungkan dengan baik oleh AXA Mandiri, karena AXA mandiri memberikan
limit bahwa penutupan asuransi kesehatan melalui express claim maksimal hanya Rp.
5.000.000,-Selain itu terdapat beberapa ketentuan dalam menikmati layanan express claim
seperti pembayaran premi aktif nasabah atau pembayaran premi yang tidak bermasalah
(menunggak). Hal ini menjadi dasar pertimbangan pengabulan pengajuan pertanggungan
polis kesehatan.
- Jika pelayanan tidak sesuai dengan janji yang telah diberikan kepada nasabah, dalam artian
pelayanan tidak dilakukan secara prima, maka peluncuran layanan express claim juga tidak
akan memberikan impuls positif terhadap preferensi minat konsumen dalam berasuransi.
Selanjutnya, hal ini akan berimplikasi pada kredibelitas pelayanan dan produk dari AXA
mandiri sendiri sehingga sulit memperoleh kepercayaan kembali nasabah ketika akan
launching produk selanjutnya.
Estimasi dampak negatif tersebut tentunya juga menimbulkan beberapa dampak positif
atau peluang keuntungan. Dengan estimasi peluang kejadian yang sama, maka dapat
dianalisis beberapa keuntungan diantaranya adalah sebagai berikut:
- Jika terdapat penutupan polis dengan kuantitas yang besar dan dengan jangkauan yang
menyebar, berarti mengindikasikan bahwa pelayanan express claim mampu menimbulkan
animo masyarakat dalam melakukan asuransi. Hal ini menjadi aset dan peluang bagi AXA
mandiri untuk lebih meningkatkan pelayanan dan diversifikasi produk sehingga mampu
membuat segmen yang semakin luas.
- Ketika pelayanan yang diberikan satu langkah lebih baik dibanding pesaing, dan
kepercayaan serta preferensi masyarakat mengenai asuransi sudah terbentuk, maka penetrasi
produk di pasar akan lebih mudah dan citra atau kredibelitas perusahaan dalam memberikan
pelayanan prima pada nasabah juga akan meningkat.
Jika dianalisis lebih dalam, timbul suatu pertanyaan dasar mengenai kasus diatas, yaitu
mengapa perusahaan memilih kebijakan express claim diantara kebijakan alternatif yang
lain?
Jawabannya akan nampak jelas terhadap suatu anggapan bahwa “Perusahaan Jasa adalah
menjual layanan”. Pelayanan merupakan item vital dan strategis dari sebuah bisnis. Jika
dibandingkan dengan kompetitor lainnya, maka produk yang ditawarkan oleh perusahaan
sejenis hampir memiliki spesifikasi yang sama, namun yang menjadi competitive advantage
adalah pelayanan yang ditawarkan.
Tingkat kepuasan konsumen atau nasabah terhadap jasa yang ditawarkan dapat dibentuk
berdasarkan pengalaman dan saran yang mereka peroleh. Konsumen memilih pemberi jasa
berdasarkan peringkat kepentingan dan menikmati jasa tersebut. Mereka cenderung akan
membandingkannya dengan layanan yang diekspetasikan konsumen.
Tingkat kualitas pelayanan tidak hanya dinilai berdasarkan sudut pandang perusahaan
tetapi juga harus dipandang dari sudut pandangan penilaian konsumen. Karena itu, dalam
merumuskan strategi dan program pelayanan, perusahaan harus berorientasi pada
kepentingan pelanggan dengan memperhatikan komponen kualitas pelayanan karena faktor
tersebut lebih efektif peranannya dalam meningkatkan volume penjualan (target polis terjual)
dan laba, ketimbang faktor promosi ataupun periklanan. Jadi dapat dimengerti jika pelayanan
semakin besar fungsinya dalam keseluruhan strategi pemasaran yang ditetapkan.
Beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam melakukan pelayanan kepada konsumen
atau nasabah diantaranya adalah sebagai berikut:
c. Keramahan adalah wujud dari budaya kerja untuk memberikan kenyamanan dan keakraban
dalam kemitraan
d. Efisiensi akan menjamin nilai produk yang ditawarkan serta layanan yang diberikan setara
dengan kualitas yang diharapkan.
Pelayanan inilah yang harus lebih diperhatikan dan ditingkatkan dalam menangani
kepuasan pelanggan yang memiliki persoalan dan pemikiran yang beragam dengan
menekankan pada pentingnya penanganan secara adil, efisien dan ramah melalui penerapan
kualitas pelayanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, asurance dan
emphaty.
Jika ditinjau dari segi teoritikal manajemen asuransi, maka resiko yang timbul tersebut
diatasi dengan berbagai cara diantaranya:
1. Risk avoidance (Menghindari resiko), berkaitan dengan cara menghindari resiko itu sendiri
dalam rangka mencegah kerugian yang dapat terjadi.
2. Risk reduction (Mengurangi resiko), yaitu tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi
resiko kerugian yang mungkin timbul yaitu dengan mengurangi peluang terjadinya kerugian
atau dengan mengurangi jumlah kerugian yang mungkin terjadi.
3. Risk retention (Retensi resiko), berarti perusahaan tidak melakukan apa-apa terhadap resiko
tersebut karena biasanya menimbulkan kerugian yang sangat kecil, atau bahkan tidak
bernilai.
4. Risk sharing (Membagi resiko), berarti resiko dibagi kepada pihak-pihak lain sehingga
potensi kerugian dapat dibagi dengan pihak yang bersangkutan.
5. Risk transfer (Mentransfer resiko), berarti memindahkan resiko kerugian kepada pihak lain,
biasanya kepada perusahaan asuransi yang bersedia dan mampu memikul beban resiko.
Selain menggunakan cara diatas, sebenarnya resiko dapat diatasi dengan mengidentifikasi
karakteristik resiko yang dapat diasuransikan. Tujuan dari identifikasi karakteristik resiko
adalah sebagai pertimbangan dalam membuat estimasi profit-loss dan sebagai dasar untuk
menerima atau menolak asuransi. Beberapa syarat dari resiko tersebut adalah:
Selain cara diatas, untuk mengatasi resiko yang timbul dari layanan express claim adalah
dengan menggunakan reasuransi. Alternatif ini dapat dilaksanakan ketika perusahaan
memang benar-benar mengestimasikan bahwa pertanggungan yang dikeluarkan tidak mampu
dicukupi oleh keuangan perusahaan. Reasuransi adalah proses dimana satu perusahaan
asuransi, dalam konteks ini disebut reasurader, menyetujui untuk mengganti kerugian
perusahaan asuransi lain yang disebut ceding, terhadap seluruh atau sebagian kerugian yang
timbul atas suatu polis yang diterbitkan ceding company. Prinsip dasar dari reasuransi adalah
mengalihkan resiko yang terjadi. Resiko yang dialihkan dapat berupa resiko tunggal atau
kombinasi dari resiko atas polis-polis yang diterbitkan.
Mengutip pendapat Marbun (1998) yang merumuskan bahwa reasuransi adalah salah satu
alat utama manajemen resiko yang tersedia bagi perusahaan asuransi perlindungan terhadap
fluktuasi-fluktuasi yang merugikan perusahaan. Reasuransi juga merupakan alat yang sangat
berguna sebagai alat perencanaan keuangan yang dapat digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan statuory earnings dan surplus bagi ceding company atau reasurader pada suatu
periode tertentu.
Namun secara teknis, terdapat langkah-langkah umum mengenai penanganan resiko yang
mungkin terjadi pada perusahaan asuransi yaitu diantaranya adalah:
3. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, dimana yang dievaluasi dan diukur
adalah :
- Besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang akan terjadi selama suatu periode
tertentu
- Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan perusahaan/keluarga
- Kemampuan meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan timbul.
4. Mencari cara atau kombinasi cara-cara yang paling baik, paling tepat, dan paling ekonomis
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat terjadinya suatu peril. Upaya-
upaya tersebut antara lain :
Kondisi persaingan perusahaan dalam bidang pelayanan jasa asuransi sedemikian ketat
memaksa AXA mandiri untuk lebih fokus terhadap segmentasi produknya dan meningkatkan
pelayanan yang selangkah lebih maju dibandingkan dengan kompetitornya, sehingga mampu
menjadi keunggulan bersaing AXA Mandiri.
Produk bank yang menawarkan bunga tinggi dengan menabung dibank bisa mendapatkan
cover asuransi.
Poin-poin diatas merupakan barang substitusi dari asuransi yang ada, sehingga perlu
dipertimbangkan perusahaan asuransi sebelum meluncurkan produk dan segmentasinya.
Modal investasi termasuk bisnis dengan kapital tinggi, maka pendiriannya pun juga lebih
sulit.
Akses distribusi produk maupun layanan relatif sulit, karena Indonesia termasuk Negara
kepulauan maka harus menginvestasi modal besar dengan membuka banyak cabang.
Masyarkat Indonesia merupakan termasuk rakyat yang brand loyalty jika bisa
mencipkatakan brand image yang bagus maka pasti mempunyai pangsa pangsar tersendiri
yang loyal.
1. Perusahaan asing yang sudah mempunyai nama, brand name, dan historical yang
kredibel antara lain adalah : prudential, AIA, Manulife, sequislife, sunlife, AIG, dan Allianz.
2. perusahaan modal kuat dari investor dalam negeri yaitu : PT Asuransi Sinar Mas, PT
Asuransi Jasa Indonesa, PT Tugu Pratama Indonesia, PT Asuransi Astra Buana, PT Asuransi
Central Asia, dan bumiputera.
POLIS MNC LIFE
PASAL 3 : mengenai masa tunggu jika yang tertanggung di rawat inap akibat penyakit, namun
dalam hal kecelakaan tidak ada masa tunggu.
PASAL 4 : mengenai masa pertanggungan yang berlaku dan untuk memperpanjang masa
tanggungan.
PASAL 5 : mengenai pembayaran premi, perubahan tarif premi, dan kewajiban pembayaran
premi.
PASAL 7 : mengenai masa bebas lihat atau di sebut cooling off yaitu jangka waktunya, periode
berlakunya, dan pembatalan pertanggungan cooling off.
PASAL 8 : mengenai masa berakhirnya pertanggungan yaitu saat polis ini di batalkan baik oleh
pemegang polis maupun oleh penanggung, saat premi tidak di bayarkan, saat masa asuransi berakhir,
tertanggung meninggal dunia, tertanggung mencapai usia 77 tahun.
PASAL 10 :