Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS SWOT MNC LIFE

1. Strength (kekuatan).

MNC Life Insurance merupakan salah satu perusahaan asuransi yang dapat mencakup
masyarakat kelas menengah ke bawah dengan hadirnya layanan HARIO SIAGA. Selain itu
MNC Life Insurance juga menggunakan beragai media dalam pemasarannya. Tenaga kerjan
yang dipekerjakan juga merupakan tenaga kerja yang profesional yang mana sudah dilakukan
training sebelumnya. Dan pelayanan yang diberikan juga memuaskan pelanggannya.

Dari segi unit bisnis, MNC Life Insurance merupakan unit bisnis yang
berpengalaman. Dikatakan berpengalaman karena MNC Life Insurance telah berdiri sejak
tahun 1989 dan telah melakukan tiga kali penggantian nama. Bisa dilihat performa MNC Life
Insurance yang bertumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun. Hal itu terlihat dari jumlah
polis MNC Life Insurance yang terus bertambah.

 Tenaga kerja terampil.


 Unit bisnis berpengalaman.
 Tingkat pertumbuhan yang tinggi.
 Kinerja keuangan yang kuat.

2. Weakness (kelemahan).
 Unit usaha kecil.
 Investasi dalam penelitian dan pengembangan.
Kondisi persaingan perusahaan dalam bidang pelayanan jasa asuransi
sedemikian ketat memaksa MNC Life AXA mandiri untuk lebih fokus
terhadap segmentasi produknya dan meningkatkan pelayanan yang selangkah
lebih maju dibandingkan dengan kompetitornya, sehingga mampu menjadi
keunggulan bersaing MNC Life Insurance.

3. Opportunity (peluang).
 Pasar global.
 Pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
 Outlook positif untuk segmen asuransi jiwa di Indonesia.
4. Threat (ancaman).
 Kemampuan keuangan.
 Peraturan Pemerintah.
Dengan adanya perubahan peraturan pemerintah mengenai asuransi, maka
sedikit banyaknya itu akan berpengaruh pada kebijakan MNC Life Insurance.
Disamping itu, MNC Life Insurance selalu memonitor perubahan tersebut dan
melakukan penindakan secepatnya. Masalah yang tak terduga.
 Perubahan pajak.
 Meningkatnya biaya bahan baku.
 Risiko usaha eksternal.

ASPEK PEMASARAN

MNC Life Insurance sebagai anak perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi
memiliki pangsa pasar yang luas yaitu seluruh perusahaan aliansinya yang terus tumbuh dari
tahun ke tahun. MNC Life Insurance pada tahun 2014 telah menyiapkan beberapa rencana
strategis guna meningkatkan program pemasaran yang berkesinambungan, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pencapaian laba maksimal.

MNC Life Insurance) terus memperluas jangkauan layanan dengan target segmen
korporasi (business-to-business / B2B) sampai segmen ritel (seperti asuransi kendaraan,
properti dana suransi perjalanan pembayaran preminya berfokus di segmen usaha kecil dan
mikro, dapat menciptakan nilai tambah yang besar bagi Bank Mandiri dari bisnis aurasnsi
kerugian.

STRATEGI PEMASARAN

MNC Life memasarkan serangkaian lengkap produk asuransi jiwa melalui sistem
multi-jalur distribusi dengan jajaran agen mandiri sebagai unit usaha utama. Untuk
memperluas dan memperbesar distribusi produknya, MNC Life memperkenalkan kanal
distribusi Mediassurance, yaitu pemasaran produk-produk asuransi jiwa melalui media.
Konsep ini memberikan keunggulan tersendiri, karena MNC Life adalah satu-satunya pemain
di industri asuransi yang didukung langsung oleh media grup terbesar dan terintegrasi di
Indonesia, sehingga memiliki potensi pasar yang sangat luas.

Tidak hanya itu MNC Life Insurance dalam memperluas dan memperbesar
distribusinya produknya, juga menggunakan jalur distribusi alternatif, khsusnya pemasaran
digital. Saat ini, kontribusi alternative channel untuk 100 nasabah perseroan baru mencapai
45 persen. Untuk itu MNC Life Insurance memiliki dua jenis distribusi, yaitu financial
advisor dan alternative channel.

Adapun financial advisor memasarkan produk asuransi melalui kantor cabang yang
terletak dibebbagai kota di Indonesia. Sementara alternative channel terdiri dari beberapa
jenis pemasaran, antara lain telemarketing dan digital. Namun, MNC Life Insurance
mengungkapkan untuk segmen yang dituju yang mana kali ini berfokus juga pada
masyarakat yang memiliki karakaterik seperti baru pertama kali bekerja, anak muda, dan
perempuan.

ANGGARAN PEMASARAN

Dengan kontribusi 27% dari total pendapatan konsolidasian Perseroan, PT MNC Life
Assurance mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 41% menjadi Rp283,3 miliar dari
Rp200,2 miliar di tahun 2013 dan sekarang berada di posisi nomor 5 di industrinya menurut
laporan Infobank untuk perusahaan asuransi jiwa dengan premi bruto antara Rp250 miliar –
Rp500 miliar.
ANALISIS AXA MANDIRI

PEMBAHASAN KASUS

Rumusan masalah untuk analisis

- Bagaimana pengaruh AXA mandiri express claim terhadap minat asuransi konsumen?
- Bagaimana implikasi penerapan kebijakan AXA mandiri express claim?
- Bagaimana mekanisme dalam menangani resiko kerugian yang mungkin timbul dari AXA
mandiri express claim?
- Bagaimana eksistensi kompetitor dan cara AXA mandiri dalam membangun sustainability
competitive advantage?

a. Pengaruh Express Claim Dan Preferensi Asuransi Nasabah


Terdapat beberapa macam cara perusahaan asuransi dalam meningkatkan pendapatan
premi asuransi yang diperoleh dari pembayaran wajib nasabah. Salah satu cara yang
digunakan dalam kasus asuransi AXA Mandiri adalah dengan menerapkan layanan express
claim yang dilengkapi dengan layanan quick response dan advance payment. Express claim
adalah Sebuah permintaan resmi kepada perusahaan asuransi, untuk meminta pembayaran
berdasarkan ketentuan perjanjian yang dilakukan secara cepat dan mudah. Express claim
AXA mandiri berlaku pada polis asuransi kesehatan saja, karena memang sifat dari kesehatan
sendiri adalah pokok. Dikatakan pokok sebab penanganannya harus disegerakan dari pada
peristiwa lain, sehingga diperlukan layanan yang cepat, mudah, dan kredibel.

Kebutuhan nasabah tersebut menjadi peluang bagi AXA Mandiri untuk memberikan
diversifikasi produk dengan memberikan layanan yang satu langkah lebih baik dibandingkan
dengan pesaingnya. Namun peluang tersebut tentunya juga diikuti oleh resiko yang perlu
dipertimbangkan oleh AXA Mandiri. Penyediaan layanan klaim yang cepat harus diimbangi
dengan kemampuan perusahaan dalam menyediakan pembiayaan yang cepat pula. Maka dari
itu diperlukan likuiditas keuangan yang baik sebagai konsekuensi penyediaan layanan
express claim.

Express klaim yang menjadi diversifikasi produk layanan dari AXA Mandiri mampu
berkorelasi positif terhadap preferensi nasabah dalam berasuransi. Kemudahan dalam
pencairan klaim tentunya menjadi daya tarik tersendiri sehingga meningkatkan minat
konsumen untuk berasuransi. Jika ditinjau dari preferensi konsumen, express claim
sebenarnya menunjukkan niat dan komitmen perusahaan, yaitu AXA Mandiri dalam
melayani kebutuhan urgent dari nasabahnya. Hal ini menimbulkan respon positif terhadap
animo masyarakat dalam menggunakan jasa asuransi, terutama asuransi kesehatan yang
notabene adalah asuransi yang paling sering digunakan sebagai pertanggungan. Sehingga
nasabah tidak perlu khawatir mengenai pencairan klaim dana pertanggungan.

b. Implikasi Penerapan Express Claim AXA Mandiri


Implikasi penerapan express claim menciptakan peluang kerugian dan keuntungan. Jika
ditinjau dari sudut pandang perusahaan, maka peluang kerugian tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:

- Jika terdapat penutupan polis dengan kuantitas yang besar dan dengan jangkauan yang
menyebar, maka perusahaan akan kesulitan dalam menjangkau pemberian pelayanan pada
nasabah. Konfirmasi penutupan asuransi juga lebih sulit dilakukan, sehingga diperlukan
kesigapan dari operator asuransi dan pihak pendukung pertanggungan. Express claim hanya
untuk asuransi kesehatan, sehingga pihak yang berkaitan adalah beberapa rumah sakit baik
BUMN maupun swasta yang berkoordinasi dengan pihak AXA Mandiri. Penutupan asuransi
yang mungkin terjadi secara bersamaan bisa diminimalisir resikonya dengan memberikan
limit maksimum atas pertanggungan yang dapat dicairkan melalui express claim, hal ini
sudah diperhitungkan dengan baik oleh AXA Mandiri, karena AXA mandiri memberikan
limit bahwa penutupan asuransi kesehatan melalui express claim maksimal hanya Rp.
5.000.000,-Selain itu terdapat beberapa ketentuan dalam menikmati layanan express claim
seperti pembayaran premi aktif nasabah atau pembayaran premi yang tidak bermasalah
(menunggak). Hal ini menjadi dasar pertimbangan pengabulan pengajuan pertanggungan
polis kesehatan.
- Jika pelayanan tidak sesuai dengan janji yang telah diberikan kepada nasabah, dalam artian
pelayanan tidak dilakukan secara prima, maka peluncuran layanan express claim juga tidak
akan memberikan impuls positif terhadap preferensi minat konsumen dalam berasuransi.
Selanjutnya, hal ini akan berimplikasi pada kredibelitas pelayanan dan produk dari AXA
mandiri sendiri sehingga sulit memperoleh kepercayaan kembali nasabah ketika akan
launching produk selanjutnya.
Estimasi dampak negatif tersebut tentunya juga menimbulkan beberapa dampak positif
atau peluang keuntungan. Dengan estimasi peluang kejadian yang sama, maka dapat
dianalisis beberapa keuntungan diantaranya adalah sebagai berikut:
- Jika terdapat penutupan polis dengan kuantitas yang besar dan dengan jangkauan yang
menyebar, berarti mengindikasikan bahwa pelayanan express claim mampu menimbulkan
animo masyarakat dalam melakukan asuransi. Hal ini menjadi aset dan peluang bagi AXA
mandiri untuk lebih meningkatkan pelayanan dan diversifikasi produk sehingga mampu
membuat segmen yang semakin luas.
- Ketika pelayanan yang diberikan satu langkah lebih baik dibanding pesaing, dan
kepercayaan serta preferensi masyarakat mengenai asuransi sudah terbentuk, maka penetrasi
produk di pasar akan lebih mudah dan citra atau kredibelitas perusahaan dalam memberikan
pelayanan prima pada nasabah juga akan meningkat.
Jika dianalisis lebih dalam, timbul suatu pertanyaan dasar mengenai kasus diatas, yaitu
mengapa perusahaan memilih kebijakan express claim diantara kebijakan alternatif yang
lain?

Jawabannya akan nampak jelas terhadap suatu anggapan bahwa “Perusahaan Jasa adalah
menjual layanan”. Pelayanan merupakan item vital dan strategis dari sebuah bisnis. Jika
dibandingkan dengan kompetitor lainnya, maka produk yang ditawarkan oleh perusahaan
sejenis hampir memiliki spesifikasi yang sama, namun yang menjadi competitive advantage
adalah pelayanan yang ditawarkan.

Tingkat kepuasan konsumen atau nasabah terhadap jasa yang ditawarkan dapat dibentuk
berdasarkan pengalaman dan saran yang mereka peroleh. Konsumen memilih pemberi jasa
berdasarkan peringkat kepentingan dan menikmati jasa tersebut. Mereka cenderung akan
membandingkannya dengan layanan yang diekspetasikan konsumen.

Tingkat kualitas pelayanan tidak hanya dinilai berdasarkan sudut pandang perusahaan
tetapi juga harus dipandang dari sudut pandangan penilaian konsumen. Karena itu, dalam
merumuskan strategi dan program pelayanan, perusahaan harus berorientasi pada
kepentingan pelanggan dengan memperhatikan komponen kualitas pelayanan karena faktor
tersebut lebih efektif peranannya dalam meningkatkan volume penjualan (target polis terjual)
dan laba, ketimbang faktor promosi ataupun periklanan. Jadi dapat dimengerti jika pelayanan
semakin besar fungsinya dalam keseluruhan strategi pemasaran yang ditetapkan.

Beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam melakukan pelayanan kepada konsumen
atau nasabah diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kecepatan pelayanan akan memberikan kepastian dan ketenangan pelanggan


b. Keakurasian menjamin kepuasan pelanggan dalam memperoleh kepastian berasuransi

c. Keramahan adalah wujud dari budaya kerja untuk memberikan kenyamanan dan keakraban
dalam kemitraan

d. Efisiensi akan menjamin nilai produk yang ditawarkan serta layanan yang diberikan setara
dengan kualitas yang diharapkan.

Pelayanan inilah yang harus lebih diperhatikan dan ditingkatkan dalam menangani
kepuasan pelanggan yang memiliki persoalan dan pemikiran yang beragam dengan
menekankan pada pentingnya penanganan secara adil, efisien dan ramah melalui penerapan
kualitas pelayanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, asurance dan
emphaty.

c. Mekanisme Penanganan Resiko Kerugian Dari AXA Mandiri Express Claim


Axa mandiri Express claim tentu disamping memiliki dampak positif untuk meningkatkan
minat nasabah baru untuk berasuransi, namun juga memiliki pertimbangan resiko yang besar.
Terkait dengan masalah diatas, maka timbul suatu preferensi resiko yaitu berupa likuiditas
keuangan pada AXA mandiri.

Jika ditinjau dari segi teoritikal manajemen asuransi, maka resiko yang timbul tersebut
diatasi dengan berbagai cara diantaranya:

1. Risk avoidance (Menghindari resiko), berkaitan dengan cara menghindari resiko itu sendiri
dalam rangka mencegah kerugian yang dapat terjadi.
2. Risk reduction (Mengurangi resiko), yaitu tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi
resiko kerugian yang mungkin timbul yaitu dengan mengurangi peluang terjadinya kerugian
atau dengan mengurangi jumlah kerugian yang mungkin terjadi.
3. Risk retention (Retensi resiko), berarti perusahaan tidak melakukan apa-apa terhadap resiko
tersebut karena biasanya menimbulkan kerugian yang sangat kecil, atau bahkan tidak
bernilai.
4. Risk sharing (Membagi resiko), berarti resiko dibagi kepada pihak-pihak lain sehingga
potensi kerugian dapat dibagi dengan pihak yang bersangkutan.
5. Risk transfer (Mentransfer resiko), berarti memindahkan resiko kerugian kepada pihak lain,
biasanya kepada perusahaan asuransi yang bersedia dan mampu memikul beban resiko.
Selain menggunakan cara diatas, sebenarnya resiko dapat diatasi dengan mengidentifikasi
karakteristik resiko yang dapat diasuransikan. Tujuan dari identifikasi karakteristik resiko
adalah sebagai pertimbangan dalam membuat estimasi profit-loss dan sebagai dasar untuk
menerima atau menolak asuransi. Beberapa syarat dari resiko tersebut adalah:

- Dapat dinilai dengan uang


- Serupa dan dalam jumlah yang memadai
- Harus bersifat murni
- Kerugian terjadi dengan kebetulan dan tidak direncanakan
- Tidak bertentangan dengan kepentingan umum
- Premi asuransi yang dikenakan cukup wajar
- Pihak yang mengasuransikan harus memiliki insurable interest
Selain cara antisipatif diatas, sebenarnya perusahaan asuransi dapat menjadikan kegiatan
pokok bisnisnya sebagai sarana manajemen resiko likuiditas perusahaan yang mungkin
terjadi. Sebagai lembaga intermediasi resiko ketidakpastian yang memanfaatkan dan
mengembangkan dana dari uang premi, maka investasi menjadi salah satu instrumen penting
yang digunakan oleh perusahaan asuransi. Investasi yang dilakukan, dapat berupa komponen
admitted assets yang terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito, saham, obligasi, SBI,
SBPU, bangunan atau tanah, pinjaman hipotek, dll. Hasil investasi yang maksimal dapat
menjamin seluruh pembayaran-pembayaran klaim yang dijanjikan kepada tertanggung
maupun memberikan kontribusi yang baik bagi keuntungan perusahaan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Sehingga resiko likuiditas perusahaan dapat diminimalisir.

Kegiatan-kegiatan tersebut diatas, merupakan salah satu penerapan trilogi asuransi


(Sutamto, 1984). Prinsip trilogi asuransi adalah keseimbangan dalam mangatur (manajemen)
kegiatan-kegiatan pemasaran, maintenance portofolio, dan pengolahan dana. Pemasaran
dimaksudkan untuk terus menambah besarnya portofolio (polis, uang pertanggungan dan
premi); Maintenance adalah kegiatan aktif yang menjaga dan mempertahankan hasil
pemasaran agar portofolio selalu meningkat; kemudian yang terakhir Pengolahan Dana
adalah tingkat terakhir yang menentukan kelangsungan usaha asuransi.

Selain cara diatas, untuk mengatasi resiko yang timbul dari layanan express claim adalah
dengan menggunakan reasuransi. Alternatif ini dapat dilaksanakan ketika perusahaan
memang benar-benar mengestimasikan bahwa pertanggungan yang dikeluarkan tidak mampu
dicukupi oleh keuangan perusahaan. Reasuransi adalah proses dimana satu perusahaan
asuransi, dalam konteks ini disebut reasurader, menyetujui untuk mengganti kerugian
perusahaan asuransi lain yang disebut ceding, terhadap seluruh atau sebagian kerugian yang
timbul atas suatu polis yang diterbitkan ceding company. Prinsip dasar dari reasuransi adalah
mengalihkan resiko yang terjadi. Resiko yang dialihkan dapat berupa resiko tunggal atau
kombinasi dari resiko atas polis-polis yang diterbitkan.

Mengutip pendapat Marbun (1998) yang merumuskan bahwa reasuransi adalah salah satu
alat utama manajemen resiko yang tersedia bagi perusahaan asuransi perlindungan terhadap
fluktuasi-fluktuasi yang merugikan perusahaan. Reasuransi juga merupakan alat yang sangat
berguna sebagai alat perencanaan keuangan yang dapat digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan statuory earnings dan surplus bagi ceding company atau reasurader pada suatu
periode tertentu.

Keuntungan yang diperoleh AXA Mandiri ketika menerapkan reasuransi adalah


penanggung dapat meningkatkan akseptasi sehingga pemasukan asuransi tersebut dapat
memperbesar jumlah nilai pertanggungan melampaui batas kemampuannya. Dalam
praktiknya, perusahaan asuransi menetapkan jumlah retensi sendiri (own retention), yaitu
jumlah kemampuan finansial perusahaan untuk memenuhi klaim dari setiap penutupan
asuransi, dan jumlah retensi sendiri biasanya jauh lebih kecil dibanding jumlah klaim yang
harus ditanggulangi untuk setiap penutupan asuransi. Untuk dapat menampung setiap resiko
yang diminta oleh calon tertanggung, maka perusahaan asuransi akan menyebarkan resiko
tersebut sejumlah kelebihan retensi sendiri.

Namun secara teknis, terdapat langkah-langkah umum mengenai penanganan resiko yang
mungkin terjadi pada perusahaan asuransi yaitu diantaranya adalah:

1. Mengidentifikasi terlebih dahulu objektif/tujuan yang ingin dicapai melalui pengelolaan


risiko.

2.Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian/ peril atau mengidentifikasi


risiko-risiko yang dihadapi.

3. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, dimana yang dievaluasi dan diukur
adalah :

- Besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang akan terjadi selama suatu periode
tertentu
- Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan perusahaan/keluarga
- Kemampuan meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan timbul.
4. Mencari cara atau kombinasi cara-cara yang paling baik, paling tepat, dan paling ekonomis
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat terjadinya suatu peril. Upaya-
upaya tersebut antara lain :

- Menghindari kemungkinan terjadinya peril


- Mengurangi kesempatan terjadinya peril
- Memindahkan kerugian potensial kepada pihak lain
- Menerima dan memikul kerugian yang timbul
5. Mengkoordinir dan mengimplementasikan keputusan-keputusan yang telah diambil untuk
menanggulangi risiko.

6. Mengadministrasi, memonitor, dan mengevaluasi semua langkah-langkah atau strategi yang


telah diambil dalam menanggulangi risiko. Hal ini sangat penting terutama untuk dasar
kebijaksanaan pengelolaan risiko di masa mendatang.

d. Eksistensi Kompetitor Sebagai Retensi Perusahaan Jasa Di Bidang Sejenis


Di Indonesia, pelayanan jasa asuransi dilakukan oleh perusahaan baik secara khusus
maupun hanya dalam unit pelayanan perusahaan tertentu saja. Seperti halnya dengan yang
dilakukan oleh AXA Mandiri. AXA Mandiri merupakan unit layanan joint venture yang
dimiliki oleh Bank mandiri dan PT AXA dalam melakukan ekspansi pelayanan pada berbagai
jenis jasa keuangan. Maka dari itu sesuai dengan subjek studi kasus ini, AXA mandiri
tentunya harus memiliki competitive advantage untuk memenangkan persaingan di bidang
usaha sejenis, misalnya melalui express claim. Implikasi yang sudah dijelaskan pada poin
analisis sebelumnya, menimbulkan suatu preferensi bahwa AXA mandiri merupakan
perusahaan jasa yang berorientasi pada customer loyalty and comformity.

Kondisi persaingan perusahaan dalam bidang pelayanan jasa asuransi sedemikian ketat
memaksa AXA mandiri untuk lebih fokus terhadap segmentasi produknya dan meningkatkan
pelayanan yang selangkah lebih maju dibandingkan dengan kompetitornya, sehingga mampu
menjadi keunggulan bersaing AXA Mandiri.

Menurut Direktur Asuransi Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Departemen


Keuangan, Firdaus Djaelani, menyatakan bahwa kondisi persaingan perusahaan asuransi di
Tanah Air saat ini telah menjurus ke arah tidak sehat. Menurut Djaelani, hal ini terjadi karena
adanya persaingan yang sangat ketat akibat sudah terlalu banyak pemain di industri asuransi
nasional. Sehingga terdapat resiko yang justru akan menyebabkan kondisi kesehatan
perusahaan asuransi menurun.

Memiliki keunggulan bersaing yang berkelanjutan merupakan salah satu kunci


keberlangsungan suatu bisnis. Maka sebaiknya AXA mandiri mempertimbangkan betul
mengenai faktor-faktor kekuatan kompetitif yang dapat digunakan –yang dinamakan dengan
Five force model. Five force model adalah strategi bisnis yang digunakan untuk melakukan
analisis dari sebuah struktur industri. Analisis tersebut dibuat berdasarkan 5 kekuatan
kompetitif yaitu :

a. The threat of a substitute product


Force ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya switching cost, kecenderungan untuk
substitusi, diferensiasi produk, dan lainnya. Subtitusi dari asuransi di Indonesia adalah:
Ketatnya persaingan bank yang menawarkan berbagai macam produk seperti, deposito
dengan bunga tinggi.

Produk bank yang menawarkan bunga tinggi dengan menabung dibank bisa mendapatkan
cover asuransi.

Investasi Obligasi pemerintah yang menggiurkan

Banyaknya investasi- investasi yang mengakibatkan asuransi jadi tidak tertarik di


antaranya adalah saham, reksadana, index, forex dan produk derivatif walaupun sekarang
pemerintah mulai melarang instrumen investasi ini.

Semakin banyaknya broker-broker berdiri di Indonesia.

Poin-poin diatas merupakan barang substitusi dari asuransi yang ada, sehingga perlu
dipertimbangkan perusahaan asuransi sebelum meluncurkan produk dan segmentasinya.

b. The threat of the entry of new competitors


Bagaimana tingkat kesulitan atau kemudahan bagi pesaing baru untuk masuk ke dalam
industri Anda? Force ini antara lain dipengaruhi oleh brand equity, hambatan masuk seperti
paten, distribusi, skill atau core competence tertentu, economies of scope, cost advantage, dan
lainnya.
Berdasakan pangsa pasar asuransi Indonesia yang masih luas dengan perbandingan PDB
adalah 1% saja yang dibandingkan Singapore dibagian asuransi bisa menyumbangkan 5%
dari PDB. Maka Indonesia merupakan salah satu pangsa pasar yang bagus dan menggiurkan
untuk 5 tahun kedepan untuk merupakan suatu data yang sangat menarik untuk investasi
membangun perusahaan asuransi baru di indonesia maupun dari investor asing atau investor
local untuk mencoba mencari keuntungan dalam bidang asuransi

Modal investasi termasuk bisnis dengan kapital tinggi, maka pendiriannya pun juga lebih
sulit.

Akses distribusi produk maupun layanan relatif sulit, karena Indonesia termasuk Negara
kepulauan maka harus menginvestasi modal besar dengan membuka banyak cabang.

Masyarkat Indonesia merupakan termasuk rakyat yang brand loyalty jika bisa
mencipkatakan brand image yang bagus maka pasti mempunyai pangsa pangsar tersendiri
yang loyal.

Mengenai peraturan pemerintah yang dikeluarkan Nomor 39 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. .PP No 39/2008 mewajibkan semua perusahaan
asuransi memiliki modal minimal Rp 40 miliar pada akhir 2008 dan Rp 100 miliar pada akhir
2010. Ini akan menyebabkan persaingan lebih berkualitas dengan setiap perusahaan
mempunyai modal minimal. Makanya dengan peraturan ini asuransi di Indonesia menarik
masuknya competitor modal besar.

c. The bargaining power of customers


Bagaimana kekuatan yang dimiliki pelanggan Anda? Force ini antara lain dipengaruhi oleh:
jumlah pembeli, konsentrasi pembeli, switching cost pembeli, ketersediaan barang, besar
order pembeli, sensitivitas harga, tingkat diferensiasi, dan sebagainya.
Dengan taktik marketing dan penetrasi pasar yang banyak dipasar asuransi di Indonesia,
maka customer bisa mendapat banyak pilihan membeli asuransi selain perusahaan kita, jika
tim akuisisi atau marketing tidak cermat dalam mengambil pasar maka akan kalah bersaing.

d. The bargaining power of suppliers


Supplier merupakan tempat dimana kita membeli input yang digunakan untuk bahan
produksi. Force ini ditentukan oleh beberapa factor diantaranya: switching cost ke supplier
lain, jumlah supplier, konsentrasi supplier, ketersediaan substitusi input, tingkat diferensiasi
input, hingga tingkat hubungan dengan supplier.
1. supplier dari perusahaan asuransi lebih ke custodian bank. Jika jumlah custodian bank lebih
banyak, maka semakin banyak pula alternative dalam memilih bank dan bisa memilih
custodian bank dengan suku bunga tinggi, biaya rendah dan service yang lebih bagus.
2. Pemilihan produk investasi yang lebih banyak seperti return dalam obligasi, mutual fund,
money market, equity yang bisa menjadi pilihan alternative investasi dari perusahaan yang
bisa memberi return yang lebih tinggi.

e. The intensity of competitive rivalry


Bagaimana intensitas persaingan dalam perusahaan asuransi? Semakin banyak jumlah
pesaing, dengan produk yang berkualitas dan harga bersaing, maka semakin tinggi tingkat
persaingan. Force ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: jumlah pesaing, perbedaan
kualitas, loyalitas pelanggan, diferensiasi produk, perbedaan harga, exit barriers, dan
sebagainya.

1. Perusahaan asing yang sudah mempunyai nama, brand name, dan historical yang
kredibel antara lain adalah : prudential, AIA, Manulife, sequislife, sunlife, AIG, dan Allianz.

2. perusahaan modal kuat dari investor dalam negeri yaitu : PT Asuransi Sinar Mas, PT
Asuransi Jasa Indonesa, PT Tugu Pratama Indonesia, PT Asuransi Astra Buana, PT Asuransi
Central Asia, dan bumiputera.
POLIS MNC LIFE

PASAL 1 : mengenai definisi-definisi mengenai ketentuan-ketentuan yang ada dalam polis


asuransi MNC LIFE.

PASAL 2 : mengenai manfaat yang ada dalam asuransi MNC LIFE.

PASAL 3 : mengenai masa tunggu jika yang tertanggung di rawat inap akibat penyakit, namun
dalam hal kecelakaan tidak ada masa tunggu.

PASAL 4 : mengenai masa pertanggungan yang berlaku dan untuk memperpanjang masa
tanggungan.

PASAL 5 : mengenai pembayaran premi, perubahan tarif premi, dan kewajiban pembayaran
premi.

PASAL 6 : mengenai masa tenggang waktu yang menyangkut premi.

PASAL 7 : mengenai masa bebas lihat atau di sebut cooling off yaitu jangka waktunya, periode
berlakunya, dan pembatalan pertanggungan cooling off.

PASAL 8 : mengenai masa berakhirnya pertanggungan yaitu saat polis ini di batalkan baik oleh
pemegang polis maupun oleh penanggung, saat premi tidak di bayarkan, saat masa asuransi berakhir,
tertanggung meninggal dunia, tertanggung mencapai usia 77 tahun.

PASAL 9 : mengenai syarat-syarat kepersertaan untuk mengikuti polis asuransi ini.

PASAL 10 :

Anda mungkin juga menyukai