Anda di halaman 1dari 18

Penyusunan Anggaran Bahan Baku

DOSEN: Dr. Atim Djazuli, SE., MM

DISUSUN OLEH :

Yusuf Christiano

225020207111080

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia bisnis, penyusunan anggaran merupakan salah satu elemen penting dalam
perencanaan dan pengendalian keuangan perusahaan. Anggaran adalah rencana keuangan yang
memuat proyeksi pendapatan, biaya, dan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu. Salah satu
aspek yang penting dalam penyusunan anggaran adalah anggaran bahan baku. Anggaran bahan
baku adalah rencana yang mencakup estimasi penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
Penyusunan anggaran bahan baku memiliki dampak besar terhadap kelancaran produksi,
pengendalian biaya, dan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan-perusahaan, terutama yang bergerak dalam industri manufaktur atau
produksi, perlu menyusun anggaran bahan baku dengan cermat agar dapat mengendalikan
persediaan, biaya, dan produksi mereka. Keberhasilan penyusunan anggaran bahan baku akan
memungkinkan perusahaan untuk menjaga kelancaran produksi, meminimalkan pemborosan,
dan memaksimalkan profitabilitas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menghitung kuantitas standar bahan baku yang dibutuhkan untuk setiap unit
produk?
2. Bagaimana menentukan harga standar bahan baku per unit?
3. Bagaimana menyusun anggaran bahan baku berdasarkan anggaran produk dan sediaan
bahan baku?
C. Tujuan
Tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut adalah Menjelaskan konsep dan pentingnya
penyusunan anggaran bahan baku dalam perencanaan keuangan perusahaan. Membahas
langkah-langkah penyusunan anggaran bahan baku, termasuk perhitungan kuantitas standar
bahan baku, harga standar bahan baku, sediaan bahan baku awal, sediaan bahan baku akhir, dan
belian bahan baku. Memberikan contoh perhitungan dan pembuatan anggaran bahan baku
berdasarkan data anggaran produk, kuantitas standar bahan baku, dan harga standar bahan baku.
Menjelaskan pentingnya pengendalian biaya bahan baku dalam penyusunan anggaran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan langsung (direct material), yaitu bahan yang membentuk suatu
kesatuan yang tak terpisahkan dari produk jadi. Bahan baku adalah bahan utama atau bahan
pokok dan merupakan komponen utama dari suatu produk. Bahan baku biasanya, mudah
ditelusuri dalam suatu produk dan harganya relatif tinggi dibandingkan dengan bahan pembantu.
Misalnya produk kursi rotan bahan bakunya rotan. Adapun bahan pembantu dari produk kursi
rotan, seperti: paku, lem kayu, dempul, dan lain-lain. Bahan pembantu (indirect material
merupakan bahan pelengkap yang melekat pada Suatu produk Bahan pembantu (Penolong)
biasanya tidak mudah ditelusuri dalam suatu produk dan harganya relatif rendah dibandingkan
dengan bahan baku. Bahan lain yang digunakan dalam memproduksi kursi rotan, seperti:
ampelas (pelicin), masker, sarung. tangan, dan lain-lain. Bahan seperti ini disebut pernik
(supplies) pabrik, yaitu bahan (alat) yang sepele diperlukan dalam membuat suatu produk, tetapi
bahan tersebut tidak melekat
• pada produk bersangkutan. Biaya bahan pembantu dan biaya pernik pabrik termasuk unsur
biaya overhead pabrik (BOP).
Bahan baku dipakai dianggarkan dalam satuan (unit) uang disebut anggaran biaya bahan baku
(BBB). Anggaran biaya bahan baku (BBB) adalah kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt)
dikali harga standar bahan baku (HSt) per unit, atau dinyatakan dengan
rumus:

- Anggaran BBB = KSt x HSt

Anggaran BBB (biaya bahan baku) disebut juga dengan biaya bahan baku standar Bahan baku
dipakai yang dianggarkan dalam satuan (unit) barang disebut kuantitas standar bahan baku
dipakai (KSt). Kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt) adalah unit ekuivalen produk (P)
dikali kuantitas standar bahan baku per unit produk (KSBB), atau
dinyatakan dengan rumus:
- KSt = P x KSBB

Unit ekuivalen produk (P) dihitung bila dalam anggaran produk terdapat sediaan produk dalam
proses, tetapi bila tidak terdapat sediaan produk dalam proses maka unit ekuivalen produk =
produk jadi dihasilkan periode ini. S
Misalkan anggaran produk Perusahaan Kecap Asli selama tahun 2016 sebanyak 182 botol
produk jadi (P), kuantitas standar bahan baku per botol kecap asli (KSBB), yaitu sebanyak 2 ons
kedelai dan 2 ons gula merah. Harga per ons kedelai Rp 100 (HSt) dan harga per ons gula merah
R 60 (HSt).
Dari data tersebut di atas berarti kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt) atau bahan baku
dipakai dianggarkan dalam unit (satuan) barang = 182 botol x 2 ons = 364 ons. Berarti untuk
memproduksi kecap asli sebanyak 182 botol diperlukan bahan baku kedelai 364 ons dan gula
merah juga 364 ons. Bahan baku dipakai dianggarkan dalam satuan uang yang disebut dengan
anggaran biaya bahan baku yang dihitung sebagai berikut.
- Kedelai (364 ons x Rp 100 = Rp.36.400
- Gula Merah 364 ons x Rp 60 = Rp.21.840
- Jumlah Biaya Bahan Baku (BBB) = Rp.58.240

2.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku

menjaga kelancaran produksi harus dipertimbangkan secara matang mengenai tersedianya bahan
baku agar dapat memenuhi keperluan produksi jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun tujuan penyusunan anggaran bahan baku, antara lain:
a. Dengan disusun anggaran bahan baku dapat diketahui kuantitas bahan baku dipakai
maupun kuantitas bahan baku yang akan dibeli selama periode tertentu,sehingga dapat
dijadikan pedoman dalam memakai dan membeli bahan baku.
b. Dengan anggaran bahan baku dapat diketahui harga bahan baku, sehingga dapat dijadikan
pedoman harga beli bahan baku.
c. Jumlah satuan uang bahan baku yang akan dibeli terdapat pada anggaran bahan baku,
sehingga dapat diketahui kas yang disediakan untuk membeli bahan baku.
d. Dalam penyusunan anggaran bahan baku terdapat biaya bahan baku dan biaya bahan
baku merupakan salah satu unsur biaya pabrik,sehingga dapat menentukan besarnya
biaya pabrik dan biaya produksi
e. Secara keseluruhan,dengan anggaran bahan baku dimaksudkan untuk menjaga kelancaran
produksi

2.3 Penyusunan Anggaran Bahan Baku

DASAR penyusunan anggaran bahan baku bersumber dari anggaran produk, sediaan bahan
baku, dan harga standar bahan baku (HSt). Rumus yang dapat digunakan untuk menyusun
anggaran bahan baku sebagai berikut.
Belian bahan baku xx unit @ Rp xx = Rp xXx
Sediaan bahan baku awal xx unit @ Rp xx = Rp xxx +
Bahan baku tersedia xx unit @ Rp xx = Rp xxx
Sediaan bahan baku akhir xx unit @ Rp xx = Rp xxx -
Bahan baku dipakai (BBB) xx unit @ Rp xx = R xxx

Misalkan Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 bermaksud menyusun anggaran bahan baku
dengan data sebagai berikut.
Anggaran produk setahun 182 unit produk jadi (P)
Kuantitas standar bahan baku dipakai per unit produk 2 ons (KSBB)
Harga standar bahan baku per ons Rp 160 (HSt)
Anggaran sediaan bahan baku akhir 65 ons
Sediaan bahan baku awal 26 ons.

Dari data tersebut dapat dihitung kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt) atau bahan baku
dipakai yang dianggarkan setahun sebanyak = 182 unit × 2 ons = 364 ons. Setelah itu dapatlah
disusun anggaran bahan baku seperti Tabel 8-1.
Dalam penyusunan anggaran bahan baku tidak diperlukan metode penilaian sediaan,
seperti: metode FIFO (first in first out) atau masuk pertama keluar pertama (MPKP), metode
rata-rata, dan metode LIFO (last in first out) atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP).
Karena metode penilaian sediaan berkaitan dengan penentuan harga pokok bahan baku
per unit, sedangkan dalam penyusunan anggaran sudah ditentukan harga pokok standar bahan
baku per unit. Metode penilaian sediaan pada umumnya diterapkan pada akuntansi keuangan.
Akuntansi keuangan mencatat transaksi yang sudah terjadi. Biasanya harga pokok bahan baku
per unit yang dibeli pada kenyataannya (aktual) berbeda pada saat beli yang satu dengan saat beli
yang lain, sehingga dalam akuntansi keuangan perlu menentukan harga pokok bahan baku per
unit. Dalam penyusunan anggaran, harga bahan baku per unit tidak berubah pada periode
anggaran, yaitu sesuai dengan harga standar bahan baku per unit (HSt)

Anggaran bahan baku terdiri atas: anggaran bahan baku dipakai, anggaran sediaan bahan
baku, dan anggaran belian bahan baku.
Anggaran belian bahan baku disusun untuk keperluan penyusunan anggaran kas, yaitu
untuk menentukan anggaran kas keluar untuk beli bahan baku (bila bahan baku dibeli tunai) dan
untuk menentukan anggaran utang (bila bahan baku dibeli secara kredit). Anggaran belian bahan
baku disusun berdasarkan anggaran sediaan bahan baku dan anggaran bahan-baku dipakai.
Anggaran bahan baku dipakai disusun berdasarkan anggaran produk, dan biaya bahan baku
standar per unit produk.

2.4 Biaya Bahan Baku Standar per Unit Produk


Biaya bahan baku standar per unit produk (BBBSP) terdiri atas kuantitas standar bahan baku dan
harga standar bahan baku.
Kuantitas standar bahan baku (KSBB) adalah taksiran sejumlah unit bahan baku yang diperlukan
untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai
dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik
pengolahan produk, maupun mutunya. Dari spesifikasi ini kemudian dibuat kartu bahan baku
yang berisi spesifikasi dan jumlah tiap- tiap jenis bahan baku yang akan diolah menjadi produk
selesai (produk jadi). Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan:
penyelidikan teknis, analisis catatan masa lalu dalam. bentuk; menghitung rata-rata bahan baku
dipakai untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu, menghitung
rata-rata bahan baku dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling
buruk di masa lalu, menghitung rata-rata bahan baku dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan yang
paling baik Vitalkan untuk memproduksi kecap diperlukan bahan baku berupa kedelai dan gula
merah. Untuk memproduksi per botol kecap diperlukan kuantitas standar bahan baku (KSBB)
berupa kedelai dan gula merah sebagai berikut.

Kedelai Gula Merah

Kecap Sedang 2 ons 2 ons

Kecap Manis 1 ons 3 ons

Kecap Asin 2 ons 1 ons

Harga standar bahan baku (HSt) adalah taksiran harga per unit bahan baku. Harga standar ini
pada umumnya ditentukan dari daftar harga pemasok (supplier), katalog atau informasi yang
sejenis dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan
harga di masa akan datang.
Harga pokok bahan baku meliputi harga beli bahan baku dan ongkos untuk memperoleh
bahan baku, seperti: ongkos perjalanan dan angkut bahan baku, ongkos dokumen bahan baku,
ongkos bongkar muat bahan baku, dan ongkos bahan baku lainnya.

Kedelai 10.000 ons Gula Merah 8.000 ons


Harga beli bahan baku Rp.900.000 Rp.400.000

Ongkos Angkut Rp.190.000 Rp.100.000

Potongan beli bahan baku (Rp.90.000) (Rp.20.000)

Harga pokok bahan baku Rp.1.000.000 Rp.480.000

Harga standar bahan baku (HSt) kedelai = R 1.000.000 : 10.000 ons = Rp 100 per ons. Harga
standar bahan baku (HSt) gula merah = R 480.000 : 8.000 ons = Rp 60 per ons. Biaya bahan
baku standar per unit produk (BBBSP) adalah kuantitas standar bahan baku (KSBB) dikali harga
standar bahan baku (HSt), atau dinyatakan dengan rumus:

- BBBSP = KSBB x HSt

Dari contoh kuantitas standar bahan baku (KSt) dan harga standar bahan baku (HSt) seperti yang
telah dikemukakan terdahulu, maka dapat dibuat biaya bahan baku standar per unit produk
seperti Tabel 8-2.

2.5 Anggaran bahan Baku Dipakai

Anggaran bahan baku dipakai dapat disusun dalam satuan barang dan dalam satuan uang
(rupiah). Anggaran bahan baku dipakai yang disusun dalam rupiah (satuan uang) disebut dengan
anggaran biaya bahan baku. Anggaran biaya bahan baku disusun berdasarkan anggaran bahan
baku dipakai dalam unit (satuan barang) atau kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt).
Kuantitas Standar Bahan Baku Dipakai
Kuantitas standar bahan baku dipakai disusun berdasarkan anggaran produk ditambah dengan
data kuantitas standar bahan baku per unit produk (KSBB).
Misalkan pada anggaran produk Perusahaan Kecap Asli selama tahun 2016
memproduksi kecap setiap triwulan sebagai berikut.

Triwulan I Kecap Sedang 22 botol


(S)

Manis (M) 13 botol

Asin (A) 9 botol +

Jumlah I 44 botol

II Sedang (S) 23 botol

Manis (M) 13 botol

Asin (A) 10 botol +

Jumlah II 46 botol

III Sedang (S) 24 botol

Manis (M) 14 botol

Asin (A) 9 botol

Jumlah III 47 botol

Triwulan IV Sedang (S) 26 botol

Manis (M) 14 botol

Asin (A) 10 botol +

Jumlah IV 50 botol
Jumlah Triwulan 1-4 187 botol

berdasarkan anggaran produk tersebut dan ditambah data kuantitas standar bahan baku (KSBB)
Pada Tabel 8-2 dapat disusun kuantitas standar bahan baku dipakai (KS) seperti Tabel 8-3.

Kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt) pada Tabel 8-3 dapat juga dibuat seperti Tabel 8-4.
Anggaran produk pada Perusahaan Kecap Asli merupakan anggaran produk jadi, karena tidak
terdapat sediaan produk dalam proses, maka produk jadi dihasilkan sama dengan unit ekuivalen
produk (P).
Anggaran Biaya Bahan Baku
Dari data pada kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt) Tabel 8-4 ditambah data harga standar
bahan baku (HSt) pada Tabel 8-2 dapat disusun anggaran biaya bahan baku (BBB)
seperti Tabel 8-5.
Anggaran biaya bahan baku dapat juga disusun dengan cara mengalikan unit ekuivalen produk
(P) dengan biaya bahan baku standar per unit produk (BBBSP). Berdasarkan BBBSP yang
terdapat pada Tabel 8-2 dan P pada Tabel 8-4 dapat disusun anggaran biaya bahan baku seperti
tampak pada Tabel 8-6.

2.6 Anggaran Sediaan Bahan Baku

Sediaan bahan baku awal periode akan datang merupakan sediaan bahan baku akhir periode
sekarang. Jadi untuk mengetahui sediaan bahan baku awal periode akan datang dapat diketahui
dengan melihat laporan keuangan berupa neraca atau laporan laba rugi pada periode telah lalu.
Dengan demikian yang menjadi masalah adalah menentukan sediaan bahan baku akhir.
Berdasarkan data anggaran biaya bahan baku pada Tabel 8-5 dan data sediaan bahan baku awal
tahun 2016 sebagai berikut.

Kedelai 10 ons @Rp.100 Rp.1000

Gula Merah 15 ons @ Rp.60 Rp.900

Jumlah Jumlah Rp.1900

Perusahaan Kecap Asli menetapkan putaran sediaan bahan baku 8 kali. Untuk menentukan
besarnya sediaan bahan baku akhir dapat digunakan rumus sebagai berikut.

- SBBX dalam Rp = BBB / TPSBB x 2 - SBBA


a. SBBX = Sediaan Bahan Baku Akhir
b. BBB = Biaya Bahan Baku
c. SBBA = Sediaan Bahan Baku Awal
d. TPSBB = Tingkat Putaran Sediaan Bahan Baku

Dari data tersebut dapat dibuat anggaran sediaan bahan baku akhir seperti Tabel 8-7.
Sediaan bahan baku akhir (SBBX) dalam kuantitas (ons) diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut.
- SBBX dalam Rp : HSt
Misalnya kuantitas sediaan bahan baku akhir (SBBX) kedelai triwulan I = Rp 875 : Rp 100
= 8,75 ons atau
- SBBX dalam kualitas = KSt / TPSBB x 2 - SBBA
Pembahasan mengenai anggaran sediaan bahan baku lebih lanjut dijelaskan di Bab 10 dengan
bahasan pokok Penyusunan Anggaran Sediaan Bahan Baku dengan cara menetapkan putaran
sediaan bahan baku.

2.7 Anggaran Belian Bahan Baku

Untuk menyusun anggaran belian bahan baku diperlukan data anggaran biaya bahan baku dan
anggaran sediaan bahan baku dengan rumus sebagai berikut.
- Belian bahan baku = Sediaan bahan baku akhir + Biaya bahan baku - Sediaan
bahan baku awal
Berdasarkan anggaran biaya bahan baku pada Tabel 8-5 dan data anggaran sediaan bahan baku
akhir pada Tabel 8-7 ditambah data sediaan bahan baku awal, kemudian dapatlah disusun
anggaran belian bahan baku seperti Tabel 8-8.

Laporan Belian Bahan Baku

Misalkan anggaran belian bahan baku bulan Februari tahun 2016 pada Perusahaan
Kecap Asli dibandingkan dengan laporan belian bahan baku (realisasi). Bagian Pembelian
membuat laporan belian bahan baku bulan Februari 2016 seperti Tabel 8-9.
Persentase realisasi dalam ons kolom (7) dan realisasi dalam R kolom (9) yang terdapat
pada Tabel 8-9 diperoleh dengan cara data kolom (6) dibagi data kolom (2) menghasilkan
persentase realisasi dalam ons (kolom (7), sedangkan untuk memperoleh persentase realisasi
dalam R kolom (9) dengan cara data kolom (8) dibagi data kolom (3).Penyusunan Anggaran
Operasional Tampak pada Tabel 8-9 kolom (7) kedelai 66% dan kolom (9) 65%, hal in
menunjukkan terdapat penghematan harga kedelai 1%, sebaliknya gula merah kolom (7) sebesar
62% dan kolom (9) sebesar 63%, hal in berarti terdapat pemborosan harga gula merah 1%.
Pemborosan harga gula merah 1% tersebut tentu saja tidak dapat dibenarkan, terkecuali tidak
mengganggu arus kas dan dalam keadaan darurat.
2.8 Anggaran kas Keluar untuk Beli Bahan Baku

Bila beli bahan baku seluruhnya dibayar tunai, maka anggaran kas keluar untuk beli bahan baku
sama dengan anggaran belian bahan baku, sehingga tidak perlu lagi membuat anggaran kas
keluar untuk beli bahan baku. Akan tetapi bila syarat beli bahan baku sebagian tunai dan
sebagian lagi kredit atau seluruhnya kredit, maka dibuat lagi anggaran kas keluar untuk beli
bahan baku dan juga dibuat anggaran utang usaha. Misalkan syarat belian 80% tuna dan 20%
lagi dibayar triwulan berikutnya. Berdasarkan data anggaran belian bahan baku pada Tabel 8-8
dapat dibuat anggaran kas keluar untuk beli bahan baku seperti Tabel 8-10.
BAB III
KESIMPULAN

Bahan baku adalah bahan utama atau bahan pokok yang membentuk suatu kesatuan tak
terpisahkan dari produk jadi. Selain bahan baku, ada juga bahan pembantu (indirect material) dan
pernik pabrik (supplies) yang merupakan komponen lain yang diperlukan dalam produksi,
meskipun tidak selalu melekat pada produk. Untuk merencanakan dan mengendalikan
penggunaan bahan baku, perusahaan membuat anggaran biaya bahan baku (BBB). Anggaran ini
mencakup kuantitas standar bahan baku yang akan digunakan, harga standar bahan baku, serta
perhitungan biaya bahan baku standar per unit produk (BBBSP). Tujuan utama penyusunan
anggaran bahan baku adalah untuk menjaga kelancaran produksi dengan memastikan
ketersediaan bahan baku dalam jangka pendek dan panjang. Anggaran juga membantu dalam
menetapkan harga beli bahan baku, memperkirakan kas yang diperlukan untuk pembelian bahan
baku, dan menentukan biaya overhead pabrik. Dasar penyusunan anggaran bahan baku meliputi
anggaran produk, sediaan bahan baku awal, dan harga standar bahan baku. Anggaran belian
bahan baku disusun berdasarkan anggaran sediaan bahan baku dan anggaran bahan baku dipakai.
Selain itu, metode penilaian sediaan (FIFO, rata-rata, LIFO) biasanya tidak diperlukan dalam
penyusunan anggaran. Sediaan bahan baku awal dan akhir periode harus dihitung dengan cermat.
Ini membantu menentukan berapa banyak bahan baku yang diperlukan selama periode tertentu.
Tingkat putaran sediaan bahan baku (TPSBB) adalah faktor yang digunakan untuk menghitung
sediaan bahan baku akhir. Jika pembelian bahan baku sepenuhnya tunai, anggaran belian bahan
baku sama dengan anggaran kas keluar. Namun, jika sebagian atau seluruhnya pembelian
dilakukan secara kredit, anggaran kas keluar untuk beli bahan baku perlu disusun secara terpisah.
Dengan menyusun anggaran bahan baku, perusahaan dapat merencanakan penggunaan sumber
daya dengan lebih efisien, menghindari kekurangan bahan baku, dan mengidentifikasi perubahan
biaya. Ini merupakan alat penting dalam manajemen keuangan perusahaan dan membantu
menjaga kelancaran produksi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Nafarin, M. (2007). Penganggaran Perusahaan Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai