Pokok-pokok Materi:
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Penggunaan Perlengkapan Pakaian Kerja (Uniform)
3. Penataan dan Persyaratan Gedung Ruang Penyimpanan, Persiapan, Pengolahan,
dan Penyajian makanan
4. Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja
Uraian materi:
A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan semua orang agar dalam
menjalankan tugasnya seseorang merasa aman, nyaman dan produktif. Keselamatan
dan kesehatan kerja mencakup suasana dan lingkungan kerja yang menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja pegawai agar tugas pekerjaannya dapat berjalan
dengan lancar. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat erat kaitannya dengan
pencegahan kecelakaan saat melaksanakan pekerjaan. Seperti yang diuraikan oleh
Rejeki, (2015, hlm. 143) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususunya, dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Suma’mur (1981:2) dalam
Rejeki (2015, hlm. 143) dijelaskan bahwa keselamatan kerja merupakan ragkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahan yang bersangkutan. K3 sangat diperhatikan terutama pada
perusahan-perusahaan yang memiliki tingkat resiko tinggi terjadinya kecelakaan,
seperti di pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan.Keadaan tersebut memiliki dasar
hukum baik berupa Undang-undang maupun Keputusan menteri, agar pekerja
terjamin keselamatan dan kesehatannya.
Undang-undang tentang Keselamatan dan kesehatan kerja sudah ada sejak
tahun 1970 yaitu: Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, yang mengatur tentang Keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara,
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum RI. Undang-undang no.23 tahun
1992 mengenai Kesehatan yaiutu perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja, serta memeriksakan kesehatan
secara berkala.Para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri dengan
tepat dan benar serta memenuhi semua syarat K3 yang diwajibkan. Rejeki (2015, hlm.
144). Alat pelindung di bidang kuliner adalah berkaitan dengan pakaian kerja pada
saat mulai dari persiapan, pengolahan dan penyajian makanan.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan dan
memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak. Peraturan perundangan
yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja adalah Undang-undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, sesuai yang dipaparkan oleh Ramli, S (2010,
hlm.11) bahwa “Undang-undang No.1 Tahun 1970 diberlakukan pada tanggal 12
Januari 1970 yang memuat sebagai persyaratan tentang Keselamatan Kerja. Dalam
undang-undang ini ditetapkan mengenai kewajiban pengusaha, kewajiban dan hak
tenaga kerja serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh
organisasi”.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2010, hlm. 17) “kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja (PAK), pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi”. Sutrisno dkk (2010, hlm.9) memaparkan
bahwa “kesehatan kerja merupakan suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang
yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga
menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya”.
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_548900.pdf
2. Celemek (apron)
Tujuan utama penggunaan apron adalah untuk melindungi tubuh bagian
bawah dari cairan seperti air, kaldu, atau saus panas yang mungkin menyiram,
seperti pada gambar 1.6 dibawah ini.
Gambar 1.6. Celemek
Sumber : https://vetementpatrick.com
3. Tutup Kepala/Topi
Topi juru masak berbentuk slinder, lurus keatas bagian atasnya tidak tertutup
sehingga sirkulasi udara dapat terjadi dengan baik. Topi juru masak ini
berfungsi untuk melindungi rambut agar tidak jatuh pada makanan yang
sedang diolah sehingga apabila rambut jatuh bisa mencemari makanan,
menghindari jatuhnya keringan pada makanan, menghindari terkena api atau
terbakar, sehingga akan terhindar dari kecelakaan kerja, contoh tutup kepala/
topi seperti seperti terlihat pada gambar dibawah ini
4. Kacu
Kacu terbuat dari kain yang tipis berbentuk segitiga sama kaki dengan panjang
90-100 cm, fungsinya untuk melindungi leher dari panas sehingga leher
terlindungi serta menghindari jatuhnya keringat dan dapat terserap dengan
adanya kacu, dibawah ini beberapa gambar kacu yang harus digunakan oleh
chef, atau yang mengolah makanan:
5. Lap
Untuk membersihkan meja kerja yang kotor dari minyak atau cairan yang dapat
membahayakan pekerja, melindungi tangan dari alat-alat panas seperti panci
dan oven kemudian dapat berfungsi sebagai pengering tangan, seperti pada
gambar 1.9 dibawah ini.
7. Masker (mask)
Berfungsi untuk mencegah terhirupnya bau yang menusuk hidung, bersin dan
penularan penyakit atau bakteri sehingga makanan yang diolah tetap aman,
seperti pada gambar dibawah ini.
http://www.pdk3mi.org/?p=download&action=go&pid=83
b) Wastafel
Tempat mencuci tangan sangat penting pada bagian dapur, biasanya tempat
mencuci tangan letaknya ada di dekat pintu masuk dapur. Maka pegawai yang
baru datang dapat terlebih dahulu mencuci tangan. Wastafel yang baik
merupakan wastafel yang tidak mampet bebas dari kotoran yang memiliki lemak
tinggi.Pegawai memeriksa apabila ada genangan air yang menggnangi lantai
hendaknya cepat dibersihkan, agar tidak ada yang terpeleset atau terjatuh akibat
genangan air tersebut. Contoh wastafel yang baik, seperti pada gambar 2.11
dibawah ini.
Gambar : 1.15. Wastafel
sumber : https://m.tokopedia.com
c) Penempatan Peralatan
Penempatan peralatan dan bahan pangan dalam dapur sangatlah berpengaruh
terhadap keselamatan kerja pegawai, karena penempatan peralatan dan bahan
pangan yang tidak rapi akan menyebabkan kecelakaan kerja terjadi. Pegawai
harus menempatkan peralatan dan bahan pangan dengan baik dan rapi dengan
memastikan penempatan peralatan mulai dari alat-alat persiapan, pengolahan,
dan penyajian juga bahan pangan kering maupun basah perlu ditata dengan baik
sesuai dengan klasifikasinya serta perlu memperhatikan FIFO yaitu first in first
out, dimana bahan pangan yang dibeli/masuk lebih dahulu harus dikeluakan atau
digunakan duluan, agar menghindari terjadinya bahan pangan yang tidak
terpakai akibat kadaluarsa, contoh rak untuk menempatan barang dan bahan
pangan seperti pada gambar dibawah ini.
f) Lantai
Menurut Fathonah, S (2005, hlm. 22) mengemukakan bahwa ”lantai adalah salah
satu aspek terpenting yang harus dijaga karena lantai merupakan faktor yang
banyak menyebabkan kecelakaan kerja terjadi”. Syarat lantai yang baik
diantaranya yaitu, lantai yang rapat dan kedap air, tahan terhadap aspek luar
yang mungkin dapat merusaknya (air panas, garam, asam, basa, dan bahan
kimia lainnya), dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan (tidak licin dan tidak
menyerap), dan membentuk sudut yang melengkung diantara lantai dan dinding
agar tidak menyerap air.
Pada saat pelaksanaan produksi makanan pegawai memperhatikan kebersihan
lantai dari genangan minyak, air, saus dan lainnya.lantai dapur merupakan
bagian yang menjadi pusat terjadinya proses alur kerja, oleh karena itu dapur
sangat penting untuk selalu dibersihkan secara teratur jangan sampai ada
kotoran atau genangan air yang berada dilantai mengganggu aktifitas kerja.
Sehingga pada saat pelaksanaan produksi makanan apabila ada tumpahan
minyak atau saus dapat segera dibersihkan dengan tujuan agar pegawai tidak
terpeleset atau terjatuh karena menginjak genangan yang belum dibersihkan.
g) Tempat Sampah
Sampah merupakan sisa-sisa bahan makanan atau hasil buangan dari mulai
panen samapai pengolahan dan penyajian makanan. Menurut Hasim dan
Hedianto (2010, hlm. 58) sampah pada umumnya terbagi menjadi 2 yaitu
sampah ornagik dan sampah anorganik :
1) Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun
tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan, atau yang lainnya.sampah ini dengan mudah diuraikan
dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik seperti: sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun basah atau kering.
Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos yang digunakan sebagai
pupuk yang aman bagi tumbuhan.
2) Sampah Anorganik
Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak bisa
diperbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri.
Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan alumunium.
Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan di alam
sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat
lama. Contoh tempat sampah organik dan anorganik, seperti gambar di bawah
ini
Gambar : 1.18.
Tempat Sampah
Sumber : bukalapak.com
Sampah sebaiknya digolongkan sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan agar
lingkungan dapur tetap terjaga kebersihannya serta memudahkan proses
distribusi sampah agar berjalan dengan efektif dan lancar sesuai dengan
penggolongannya. Ruangan dan lingkungan dapur bersih, tidak dekat dengan
pembuangan sampah, tidak dekat tumpukan barang bekas, tidak banyak lalat,
semut (serangga), tikus, hewan peliharaan. Ada pembuangan air kotor, yaitu
limbah rumah tangga dengan kasa penutup jalan tikus, penyaring lemak dan
dibersihkan secara teratur, pembuangan air lancar dan tidak ada air
tergenang, saluran air limbah harus selalu ada pada lingkungan dapur, agar
pembuangan limbah lebih terkontrol. Apabila saluran air limbah berbentuk
selokan yang tertutup jeruji besi, maka bersihkan selokan besi secara rutin
agar tidak ada kotoran yang menyumbat yang menjadikan genangan air
dilantai. Saluran limbah berfungsi sebagai pembuangan saluran air dan gas,
seperti dijelaskan Sudewi & Subekti (2014, hlm.112) “saluran air limbah dibuat
dengan desain yang mudah dibersihkan dan dibuat ( grase trap) perangkap
lemak, untuk memperlancar air ke penampungan ( septic tank).”
h) Lantai Dapur
Membersihkan lantai dapat dilaksanakan dengan menyapu dan mengepel
lantai.Dalam istilah perhotelan teknik pekerjaan menyapu dikenal dengan
istilah “sweeping”, teknik ini diterapkan untuk membersihkan lantai. Teknik ini
sangat efektif untuk membersihkan kotoran yang belum melekat/lengket pada
semua jenis lantai kecuali karpet dan permadani serta alat pembersih yang
diperlukan sapu, sodo dan tempat sampah.
Pada saat menyapu pegawai diusahakan tidak banyak perlengkapan dalam
ruangan yang menghalangi, seperti meletakkan kursi-kursi diatas meja
dengan posisi terbalik.Petugas memulai menyapu dari sudut terjauh dari pintu
masuk.Pada saat menyapu hendaknya memegang sapu dengan tangan kanan
dan sodokan dengan tangan kiri lalu mulai mengumpulkan sampah dan debu
dalam sodokan dan dibuang ke tempat sampah. Proses menyapu dilakukan
agar kebersihan di lingkungan dapur dapat terjaga kebersihannya sebelum
dan sesudah melaksanakan proses produksi makanan di dapur.
Mengepel merupakan hal yang dilakukan oleh seseorang yang bertujuan
membersihkan lantai. Mengepel adalah membersihkan kotoran dengan lap
lembab yang terdapat pada lantai. Sebelum mengepel, harus dilakukan teknik
menyapu terlebih dahulu serta alat pembersih dan bahan pembersih yang
dibutuhkan diantaranya: tangkai pel, ember, lap pel, air dan pembersih lantai.
Prosedur kerja dalam membersihkan lantai, diawali dengan mencelupkan kain
pel pada ember yang berisi air bersih, lalu peras kain pel sehingga kondisi lap
tidak terlalu basah dan pasang atau jepit lap pel pada tangkai pel, apabila ada
tumpahan lemak/minyak maka harus dibersihkan dulu dengan cara di siram
air pas atau dilap dengan lap panas agar lemak/minyaknya dapat dibersihkan
dengan baik. Proses pengepelan lantai dilakukan mulai dari sudut terjauh dari
pintu masuk dan menggosokkan lap pel maju mundur dengan langkah
mundur. Hal ini dilakukan agar lantai yang sudah di pel tidak kotor kembali
pada saat proses pengepelan lantai.
Lantai dapur sebaiknya dibersihkan sebelum proses pelaksanaan produksi
makanan berlangsung agar lantai kering dan bersih, apabila lantai licin dapat
menyebabkan kecelakaan kerja di dapur. Pada saat proses produksi makanan
petugas harus selalu memperhatikan kondisi lantai selalu dalam keadaan
kering.
i) Membersihkan kaca
Alat dan bahan pembersih yang digunakan untuk membersihkan kaca adalah
penggosok kaca (glass wiper), botol semprotan (bottle spayer), lap katun, air,
spirtus atau amoniak dan produk baru lainnya. Prosedur kerja membersihkan
kaca diawali mengisi botol semprotan dengan air dan spirtus atau amoniak,
kadar spirtus 20%. Semprotkan larutan pada kaca atau cermin dari bagian
atas, setengah dari seluruh permukaan lalu keringkan dengan lap katun dan
lakukan hingga seluruh permukaan kaca telah bersih. Pembersihan kaca
dilakukan agar kotoran yang menempel pada kaca tidak masuk ke dalam
ruangan yang dibawa oleh udara melalui kaca.Kaca merupakan satu-satunya
sumber ventilasi udara di dapur.
https://id.scribd.com/doc/307283479/PENCEGAHAN-
KECELAKAAN-KERJA