Kaizen berasal dari kata KAI artinya perbaikan dan ZEN artinya baik. Kaizen
diartikan sebagai perbaikan terus menerus (continous improvement). Ciri kunci
manajemen kaizen antara lain lebih memperhatikan proses dan bukan hasil, manajmen
fungsional-silang dan menggunakan lingkaran kualitas dan perlatan lain untuk
mendukung peningkatan yang terus menerus (Cane, 1998:27)
Menurut Supriyono (2002:152), pengertian kaizen costing yaitu:
“Sasaran kaizen costing yang ingin dicapai yaitu dengan berusaha secara
berkesinambungan menghasilkan produk dengan mutu yang lebih baik dengan harga
yang lebih rendah.”
Menurut Supriyono (2002:167), harapan dari penerapan kaizen costing yaitu:
a. Pemeliharaan
b. Perbaikan
3. Sasaran Kaizen
Karena konsumen tidak mau menanggung biaya-biaya yang tidak perlu tersebut.
Sasaran akhir kaizen adalah tercapainya Kualitas, Biaya, Distribusi (Quality, Cost,
Delivery -- QCD). Pada praktiknya kaizen menempatkan kualitas pada prioritas
tertinggi. Kaizen mengajarkan bahwa perusahaan tidak akan mampu bersaing jika
kualitas produk dan pelayanannya tidak memadai, sehingga komitmen manajemen
terhadap kualitas sangat dijunjung tinggi. Kualitas yang dimaksud dalam QCD bukan
sekedar kualitas produk melainkan termasuk kualitas proses yang ditempuh dalam
menghasilkan produknya.
4. Segmentasi Kaizen
Menurut konsep kaizen dalam Tazakigroup (2000:69), kaizen dibagi menjadi tiga
segmen, tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan :
Kaizen merupakan alat pemersatu filsafat, system dan alat untuk memecahkan
masalah yang dikembangkan di Jepang selama 30 tahun pada suatu perusahaan
utnuk berbuat baik lagi. Kaizen dapat dimulai dengan menyadari bahwa setiap
perusahaan mempunyai masalah. Kaizen memecahkan masalah dengan
membentuk kebudayaan perusahaan di mana setiap orang dapat mengajukan
masalahnya dengan bebas (Imai,1998:18).
Perbedaan Kaizen dan Inovasi
Aspek penting dalam kaizen adalah mengutamakan proses. Hal ini berlawanan
dengan manajemen yang digunakan di negara-negara Barat yang menilai performa
karyawan hanya atas dasar hasil yang diperolehnya dan bukan pada usaha mereka (Imai,
1998.29).
Di bawah ini adalah penjabaran dari perbedaan antara kaizen dan inovasi dilihat
dari karakteristiknya, sebagaimana tercantum pada tabel
5. Manfaat Penerapan Kaizen
a. Setiap orang akan mampu menemukan masalah dengan cepat.
b. Setiap orang akan memberikan perhatian dan penekanan pada tahap
perencanaan.
c. Mendukung cara berfikir yang berorientasi proses.
d. Setiap orang berkonsentrasi pada masalah-masalah yang lebih penting dan
mendesak untuk diselesaikan.
e. Setiap orang akan berpartisipasi dalam membangun sistem yang baru.
6. Prinsip Kaizen
Konsep Seiso
Konsep ini selalu mengutamakan kebersihan dengan menjaga kerapihan dan
kebersihan (resik). Ini adalah proses pembersihan dasar dimana suatu daerah
disapu dan kemudian di pel dengan kain pel. Karena lantai, jendela maupun
dinding harus dibersihkan, seiso setara dengan aktifitas pembersih berskala besar
yang dilakukan setiap akhir tahun dirumah tangga jepang.
Meskipun pembersihan besar-besaran diseluruh perusahaan dilakukan beberapa
kali dalam setahun, tiap tempat kerja perlu dibersihkan setiap hari. Aktifitas itu
cenderung mengurangi kerusakan mesin akibat tumpahan minyak, abu, dan
sampah. Contohnya, kalau ada pekerja yang mengeluh ada mesin yang rusak ini
tidak berarti mesin itu perlu penyetelan. Sebenarnya yang diperlukan mungkin
hanya program pembersihan ditempat kerja (Yasuhiro,1995:249)
Konsep Seiketsu
Yaitu usaha yang terus menerus untuk mempertahankan 3 S diatas, yakni Seiri,
Seiton, dan Seiso. Pada prinsipnya mengusahakan agar tempat kerja yang sudah
menjadi baik dapat selalu terpelihara. Ditempat kerja yang terawatt dengan baik,
kerawanan dan penyimpangan dapat segera dikenali, sehingga berbagai masalah
dapat dicegah sedini mungkin (Kristianto, 1995:47). Memelihara tempat kerja
tetap bersih tanpa sampah atau tetesan minyak adalah aktivitas Seiketsu, antara
seiso dengan seiketsu sangan berkaitan erat.
Konsep Shitsuke
Konsep ini adalah metode yang digunakan untuk memotivasi pekerja agar terus
menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas
perbaikan serta membuat pekerja terbiasa mentaati aturan. Hal ini di anggap
sebagai komponen yang paling sukar dari 5 S. Untuk aktivitas ini, pekerja
Jepang diharapkan melatih pengendalian diri sendiri, bukan dikendalikan
manajemen (Yasuhiro, 1995:266)
e. Menyempurnakan Kualitas Produk
Salah satunya untuk menyempurnakan kualitas produk dengan melihat prinsip
mnajemen, yaitu memelihara pengendalian proses dan membuat semua orang
bertanggungjawab terhadap tercapainya mutu, meningkatkan pandangan manajemen
terhadap mutu, terpenuhinya pengendalian mutu produk dengan tegas, memberikan
wewenang kepada karyawan untuk mengadakan pengendalian mutu produk,
menghendaki koreksi terhadap cacat produk oleh karyawan, tercapainya inspeksi
100% terhadap mutu produk dan tercapai komitmen terhadap pengedalian mutu
jangka panjang.
f. Orang-orang yang tanggap
Penerapan sistem kaizen ini tidak lagi menggunakan pilar keuangan, pemasaran,
SDM, tapi menggunakan lintas fungsi atau lintas disiplin sehingga seluruh karyawan
harus menguasai seluruh bidang dalam perusahan atau organisasi sesuai dengan
jenjang dan kedudukannya dan kesalahan dalam proses selalu ditandai dengan
menyalanya lampu andon dan proses dihentikan dan seluruh karyawan terfokus pada
perbaikan yang terkenal dengan istilah jidoka, yaitu semua karyawan bertanggung
jawab terhadap tercapainya produk yang baik dan mencegah terjadinya kesalahan.
g. Menghilangkan Ketidakpastian
Untuk menghilangkan ketidakpastian dengan pemasik dengan cara menjalin
hubungan abadi dan memiliki satu pemasok yang lokasinya berdekatan dengan
perusahaan yang masih kerabat dengan pemilik perusahaan, sedang dalam proses
produksi dengan cara menerapkan system produksi tarikdengan bantuan kartu
kanban dan produksi campur merata (Heijunka).
h. Penekanan pada Pemeliharaan Jangka Panjang
Karakteristik pemeliharaan dengan berpegan pada kontrak jangka panjang,
memperbaiki mutu, fleksibilitas dalam mengadakan pesanan barang, pemesanan
dalam jumlah kecil yang dilakukan berkali-kali, mengadakan perbaikan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Istilah lain yang bertujuan mengimbangi system
kaizen ini adalah reengineering, yaitu mengadakan perombakan proses bisnis secara
total sampai keakar-akarnya dan system ini diciptakan Aamerika untuk mengejar
ketinggalannya dari Jepang yang pernah dibantu ekonominya, baru kalau
perombakan ini telah dilakukan, maka pemeliharaan dan peningkatan secara terus
menerus dan berkesinambungan dapat dilaksanakan.
Konsep Kaizen
Konsep Kaizen meliputi beberapa hal, yakni :
a. Konsep 3M (Mud, Mura DAN Muri)
Konsep ini dibentuk untuk mengurangi banyaknya proses kerja, meningkatkan
mutu, mempersingkat waktu dan mencapai efisiensi.
Muda diartikan sebagai pengurangan pemborosan atau kesia-siaan
Mura diartikan sebagai pengurang perbedaan
Muri diartikan sebagai pengurang ketegangan
b. Gerakan 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke)
Konsep 5 S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikpa dengan
menerapkan penataan, kebersihan dan kedisiplinan ditempat kerja. Konsep 5S
merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya
secara benar. Bila tempat tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja
perorangan dapat diciptakan. Dengan kemudahan bekerja ini, empat bidang
sasaran pokok industry yang meliputi:
Efisiensi Kerja
Produktifitas Kerja
Keselamatan Kerja dapat lebih mudah dipenuhi
c. Konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action)
Langkah pertama dari kaizen adalah menerapkan siklus PDCA (plan, do,
check, action) sebagai sarana yag menjamin terlaksananya kesinambungan dari
kaizen hal ini berguna dalam mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan
memperbaiki atau meningkatkan standar. Siklus ini merupakan konsep yang
terpenting dari proses kaizen (Imai, 2005:4)
Rencana (plan) berkaitan dengan penetapan target untuk perbaikan, karena
kaizen adalah cara hidup, maka harus selalu ada perbaikan untuk semua bidang,
dan perumusan rencana guna mencapai target tersebut. Periksa (check) merujuk
pada penetapan apakah penerapan tersebut berada pada jalur yang sesuai rencana
dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Tindak (action) berkaitan
dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari terjadinya kembali masalah
yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.
d. Konsep 5W+1H
Salah satu pola piker untuk menjalankan roda PDCA dalam kegiatan kaizen
adalah dengan teknik bertanya dengan pertanyaan dasar 5W + 1H (what, who,
why, where, when dan how)
Penerapan Kaizen
Dalam menerapkan Kaizen, para pemimpin perusahaan atau organisasi di negara Jepang
berpegang pada dua prinsip, antara lain : Memerlukan proses atau cara kerja yang baik untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan proses atau cara kerja demikian, kita bisa bekerja
lebih cekatan (bukan bekerja lebih berat). Untuk mendapatkan proses yang baik, para pemimpin
perusahaan perlu mengetahui sumber masalah-masalah, kemudian meminta ide/gagasan/solusi
dari semua karyawannya. Bagaimanapun juga, merekalah yang menjalani pekerjaan sehari-
hari/dekat dengan pekerjaannya. Biasanya, solusi terbaik adalah solusi yang paling sederhana,
logis, dan mudah dilaksanakan.
Memilih gagasan-gagasan yang sekiranya bisa atau memungkinkan untuk dilaksanakan
kemudian menrapkannya dan bersabar menunggu hasilnya. Ternyata, satu perbaikan kecil yang
dilakukan dalam perusahaan atau organisasi akan dapat menghasilkan dampak yang besar,
dimana waktu dan uang dapat dihemat. Para karyawan pun semakin bersemangat kerja, karena
mereka melihat ide-ide mereka diterima dan dilaksanakan oleh perusahaan.
Langkah-langkah Pemecahan Metode Kaizen
3. Mengumpulakan dan meneliti. Meneliti semua proses yang ada lalu mencari 7
mudas yang terdiri dari proses, menunggu, inventory, transportasi, pergerakan,
produksi yang berlebihan, proses ulang.
4. Membuat peringkat sistem yang terdiri dari nama, peringkat dan nilai.
5. Memilih objek penelitian.
6. Membuat jadwal penelitian.
7. Menganalisa kondisi sekarang. Menggunakan brainstorming dengan tujuan untuk
mendapatkan ide sebanyak mungkin yang relative singkat.
8. Membuat Fishbone diagram. Menganalisa segala kemungkinan yang penting
melalui 4MIE yaitu man, machine, methods, material dan environment.
9. Mengumpulkan data. Terdiri dari menentukan parameter penelitian, menentukan
waktu pengumpulan, mendesain form-form yang dipakai, mengumpulan data
dengan jujur. Dapat pula membuat flowchart atau merekamnya dalam bentuk video.
10. Membentuk target yang specific, dapat diukur, tidak rancu, masuk akal, dapat
ditelusuri bila tidak tercapai.
11. Analisa penyebab. Pencarian penyebab permasalahan secara sistematik. Dengan
membandingkan antara teori dengan kenyataan. Menggunakan 5 Why Analisis.
12. Merencanakan cara-cara pengukuran yang sesuai dengan target. Mendesign cara
praktis dan murah untuk mencari penyebab permasalahan. Merencanakan paling
tidak satu rencana untuk setiap akar permasalahan.
13. Melakukan pengukuran. Mengumpulakan data dan memonitoring proses serta
memberikan penilaian,
14. Mengecek hasil. Membandingkan hasil pengukuran dengan target yang telah dibuat.
15. Menindak lanjuti dari hasil pengecekan.
16. Membuat standarisasi proses dan melakukan pelatihan dengan standar baru.
Dalam melakukan perbaikan secara terus menerus. Beberapa tools yang digunakan,
anatara lain:
Cause & Effect – Fish bone.
Fish bone berguna untuk menganalisa dan menemukan factor-faktor
yang berpengaruh secara signifikan didalam menentukan karakteristik
kualitas output kerja. Disamping itu untuk menentukan penyebab-penyebab
sesungguhnya dari suatu masalah.
Ada lima factor penyebab utama yang signifikan dan perlu diperhatikan, yaitu:
Manusia (man);
Metode kerja (work-method);
Mesin atau alat kerja lainnya (machine/equipment);
Bahan baku (raw materials);dan
Lingkungan kerja (work environment).
Lembar Isian (Check Sheet)
SWOT
SWOT adalah metode analisa suatu perusahaan dengan melihat 4 faktor
yaitu strength, weakness, opportunities dan threaten. Tujuan penganalisaan ini
adalah meningkatkan persaingan dengan melihat peluang untuk mendapatkan
pasar dan keuntungan. Tujuan lainnya adalah mempersiapkan perusahaan
supaya dapat menghadapi permasalahan yang akan timbul, memunculkan
rencana- rencana yang baru.
Dalam menganalisa strength dan weakness ditentukan oleh fakt0r
perusahaan, biasanya berupa data-data atau asumsi yang diberikan atau dari
survey pasar. Sedangkan opportunities dan threaten ditentukan oleh factor
luar yaitu ekonomi, trend dalam masyarakat, maupun perubahan kelakuan
dari pesaing. SWOT juga digunakan untuk menganalisa strength, weakness,
opportunities dan threaten dari suplayer. Strength adalah subject yang ahrus
digali karena mereka ahlinya. Weakness adalah subject yang mana kelemahan
dari supplier tersebut harus dikembangkan supaya menjadi strength. Threaten
adalah ketakutan yang diakibatkan oleh kelemahan dari supplier yang ada,
oleh karena itu perusahaan harus mempunyai rencana dalam menghadapi
kelemahan supplier tersebut. Opportunities adalah kesempatan yang dimiliki
perusahaan untuk dapat bekerja dengan supplier dalam meningkatkan
performance dari sistem.
5 Why Analysis
Five why analysis adalah suatu metode untuk menemukan akar dari
permasalahan. Biasanya yang Nampak adalah gejala-gejala bukan masalah
sebenarnya.Contoh metode ini adalah: mengapa ada oli tercecer dibawah
mesin? karena mesinnya bocor. Mengapa mesinnya bocor? Karena penutup
kerannya tidak rapat. Mengapa penutup kerannya tidak rapat? karena rusak.
Mengapa kerannya rusak tidak diperbaiki? karena …. dll.
Poka Yoke
Inilah yang menjadi perhatian dari Kaizen Costing, yaitu bagaimana caranya untuk
mengefisiensikan variable cost, seperti biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku
langsung. Sehingga perusahaan dapat melakukan outsource untuk kegiatan-kegiatan yang
sifatnya sebagai pendukung, memperketat jam lembur, atau mengefisiensikan biaya karyawan.
Pengurangan biaya hanya dilakukan untuk biaya-biaya yang sebenarnya tidak perlu dikeluarkan.
Secara matematis, perhitungan untuk Kaizen Costing dapat digambarkan sebagai berikut:
Target Kaizen Costing = Biaya Aktual Periode Sebelumnya x Target Rasio Pengurangan
Biaya
Sebelum mendefinisikan Life Cycle Costing (LCC), ada baiknya bila mendefinisikan
istilah product life cyle terlebih dahulu. Product Lifecycle Management (PLM) didefinisikan
sebagai sebuah proses untuk mengelola seluruh daur hidup produk mulai dari konsep, tahap
desain, produksi, servis, hingga suatu produk tidak dapat digunakan kembali (Wikipedia, 2010).
Sedangkan definisi lain menurut Mulyadi (2001), daur hidup produk (product life cycle) adalah
waktu suatu produk mampu memenuhi kebutuhan konsumen sejak lahir sampai diputuskan
dihentikan pemasarannya. Lama daur hidup produk ini akan berbeda-beda pada tiap produk
manufaktur atau jasa.
Dalam arah perkembangan akuntansi manajemen yang lebih modern serta kemajuan
teknologi, life cycle costing dianggap sebagai sebuah konsep yang dapat meningkatkan akurasi
perhitungan biaya suatu produk. Life cycle costing merupakan salah satu metode yang
ditawarkan dalam rangka penghitungan biaya yang lebih akurat dan lebih mendukung dalam
pengambilan keputusan serta dapat diaplikasikan baik pada perusahaan manufaktur ataupun
perusahaan jasa. Definisi life cycle costing (Mulyadi, 2001) adalah biaya yang bersangkutan
dengan produk selama daur hidupnya, yang meliputi biaya pengembangan (perancanaan, desain,
pengujian), biaya produksi, (aktivitas pengubahan sumber daya menjadi produk jadi), dan
biaya dukungan logistik (iklan, distribusi, maintenance, dan sebagainya). Sebesar lebih dari 80%
biaya yang bersangkutan dengan produk telah ditentukan selama tahap pengembangan dalam
daur hidup produk. Product life cycle costing adalah sistem akuntansi biaya yang menyediakan
informasi biaya produk bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen memantau biaya
produk selama daur hidup produknya. Perkembangan dalam tiap daur hidup produk mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap biaya yang terjadi.
Life cycle costing merupakan teknik manajemen yang digunakan untuk mengidentifikasi
dan memonitor biaya produk selama siklus hidupnya. Siklus hidup meliputi semua tahap, mulai
dari perancangan produk dan pembelian bahan baku hingga pengiriman dan pelayanan atas
produk yang sudah jadi.
Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan mengikuti siklus kegiatan usaha
perusahaan yang bersangkutan. Siklus akuntansi biaya untuk perusahaan manufaktur, dimulai
dengan pengolahan bahan baku dibagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi
ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan
harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta
berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke
bagian gudang.
a. Biaya hulu, terdiri dari riset dan pengembangan, desain yang membuat prototype,
pengujian, teknis dan pengembangan kualitas.
b. Biaya produksi, terdiri dari pembelian, biaya produksi langsung, biaya produksi tidak
langsung.
c. Biaya hilir, terdiri dari pemasaran dan distribusi pengemasan, pengangkutan, contoh :
promosi advertensi dan pelayanan serta garansi keluhan pelayanan, pertanggung
jawaban produk, dukungan kepada pelanggan.
1. Biaya Hulu
a. Desain
Karena manajer mempertimbangkan biaya hulu dan hilir, pengambilan
keputusan pada tahap desain merupakan sesuatu yang penting. Meskipun biaya
yang terjadi pada tahap desain mungkin hanya merupakan presentase yang kecil
dari total selama biaya siklus hidup, keputusan pada tahap desain membuat
perubahan berkomitmen pada rencana produksi, pemasaran dan layanan yang ada.
Oleh karena itu, biaya desain mempengaruhi sebagian besar lainnya yang
dikeluarkan selama siklus produk tersebut.
Factor-faktor penentuan keberhasilan pada tahap desain adalah sbb :
Mempercepat waktu peluncuran ke pasar
Menurunkan biaya layanan/perbaikan yang diharapkan
Mempermudah produksi
Merencanakan dan mendesain proses
Ada 4 metode desain yang umum sebagai berikut :
Rekayasa teknik dasar
Merupakan teknik dimana desainer produk bekerja secara terpisah
dari fungsi pemasaran dan produksi untuk mengembangkan desain
dengan rencana dan spesifikasi khusus.
Pembuatan Prototipe
Merupakan mode dimana model-model fungsional dikembangkan dan
di uji coba oleh para teknisi dan pemakaian yang dipilih untuk
percobaan.
Templating
Merupakan metode desain produk yang ada pada saat ini ditambahkan
atau dikurangi agar sesuai dengan spesifikasi produk baru yang
diharapkan.
Rekayasa Simultan
Merupakan perkembangan penting baru yang merupakan pengganti
pendekatan rekayasa dasar, sebaliknya rekayasa simultan merupakan
pendekatan yang terintegrasi, dimana proses desain/teknis dilakukan
selama siklus hidup biaya oleh tim-tim lintas fungsi.
b. Pengujian
Proses dan materi pengujian yang dipilih biasanya dilakukan dengan
menerapkan dengan teknik-tenik ekperimental secara formal dan sekaligus
dijadikan landasan untuk tahap perencanaan berikutnya yang lebih mendetail,
yang nantinya akan diuji. Pada tahap pelaksanaan masih akan dilakukan
pengujian lebih lanjut, sampai dihasilkan produk yang benar-benar optimal
hingga dapat dianggap selesai.
c. Pengembangan Kualitas
Dalam zaman quality assurance, konsep kualitas mengalami perluasan,
dari konsep yang sempit, hanya terbatas pada tahap produksi, ke tahap desain
dan koordinasi dengan departemen jasa (seperti perencanaan dan
pengendalian produksi, pergudangan).
Dalam zaman ini pula diperkenalkan konsep total quality control (TQC)
oleh armand Feigenbaum pada tahun 1956. Menurut Feigenbaum, kualitas
produk tidak hanya ditentukan oleh pekerjaan manufaktur, namun lebih luas
dari itu, keterlibatan pemasok, desain dan pengembangan produk, dan kerja
tim antar fungsi.
2. Biaya Produksi
Biaya produksi meliputi semua biaya yang berhubungan dengan fungus
produksi yaitu semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk
selesai yang siap untuk dijual. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok yaitu :
a. Biaya bahan baku
Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang diolah menjadi produk
selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan secara langsung, atau
diikuti jejaknya , atau merupakan bagian dari produk tertentu. Biaya bahan
baku adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang dipakai di
dalam kegiatan pengolahan produk.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat
diidentifikasikan atau diikuti jejak manfaatnya pada produk tertentu. Biaya
tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
kepada tenaga kerja langsung dan jejaknya manfaatnya dapat
diidentifikasikan pada produk tertentu.
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, contohnya seprti biaya reparasi dan
pemeliharaan aktiva tetap pabrik.
3. Biaya Hilir
a. Biaya Pemasaran
Biaya Pemasaran adalah meliputi semua dalam melaksanakan kegiatan
pemasaran atau kegiatan untuk menjual barang dan jasa perusahaan kepada
para pembeli sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Sesuai
dengan fungsi pemasaran, biaya pemasaran digolongkan menjadi :
Biaya untuk menimbulkan pesanan, contohnya seperti biaya promosi dll.
Biaya untuk melayani pesanan, diantaranya :
Biaya fungsi penggudangan dan penyimpanan produk selesai
Biaya fungsi pengepakan dan pengiriman
Biaya fungsi pemberian kredit dan penagihan piutang
Biaya fungsi administrasi penjualan
b. Biaya Promosi
Biaya Promosi merupakan sejumlah dana yang dikucurkan perusahaan
kedalam promosi untuk meningkatkan penjualan. Biaya Promosi dapat
dikategorikan sebagai biaya langsung apabila terkait langsung dengan suatu
produk atau proyek. Tetapi apabila Biaya Promosi ini bersifat umum untuk
seluruh kegiatan perusahaan, ia dapat dikategorikan sebagai biaya operasi.
c. Biaya Layanan Konsumen
Biaya layanan konsumen adalah sekumpulan biaya yang dikeluarkan untuk
mengevaluasi, mendapatkan dan menggunakan produk atau jasa tersebut.
Adapun pengelompokan elemen biaya dalam life cycle costing dibagi menjadi empat
bagian utama, yaitu non-recurring cost, manufacturing cost, logistic cost, dan customer’s post
purchase cost. Non-recurring cost meliputi biaya planning, designing, dan testing yang terjadi
pada tahap pengembangan suatu produk. Manufacturing cost meliputi biaya bahan, biaya tenaga
kerja langsung, serta biaya overhead pabrik yang terjadi selama proses pembuatan produk.
Logistic cost meliputi biaya advertensi, biaya distribusi yang terjadi selama proses pembuatan
produk. Sedangkan, customer’s post purchase cost meliputi biaya purna jual, garansi, dan
maintenance (perawatan) yang terjadi setelah produk ada di konsumen.
Biaya Input:
Bahan 500
Upah 400
Berdasarkan proyeksi laba rugi di atas menunjukkan bahwa laba operasi terhadap
penjualan (operating profit margin) sebesar: (Rp 300 / Rp 2.000) = 15%. Dengan demikian
produk baru tersebut ditolak, karena target laba operasi terhadap penjualan sebesar 20%.
KASUS TOYOTA
Awal keberadaan kaizen, didasari budaya leadership Jepang klasik yang bersumber dari
kredo “bushido” dari kelompok kesatria Jepang yang dikenal dengan samurai, suatu kelompok
dengan posisi semacam leader dalam masyarakat Jepang kuno yang menanamkan tujuh nilai
leluhur yang telah diterapkan sejak 1100 tahun yang lalu yaitu Chu (tugas dan kesetiaan) Gi
(adil & bermoral), Makoto (tulus ikhlas), Rei (sopan santun), Jin (kasih sayang), Yu (keberanian
heroik) dan Meiyo kehormatan).
Sebagai suatu falsafah hidup masyarakatnya, pemahaman dan implementasi kaizen tidak
saja diamalkan dalam kehidupan kerja di perusahaan maupun pemerintahan, akan tetapi juga
dalam kehidupan sosial, kehidupan rumah tangga, yang mengarahkan agar selalu berfokus pada
upaya perbaikan terus menerus secara bertahap, sekecil apapun perbaikan itu pasti akan berguna.
Kaizen untuk menghasilkan orang-orang yang dapat menganalisis metode kerja dan
membuat perbaikan (misalnya, mengutamakan kreatifitas ketimbang modal) merupakan prioritas
besar.
Toyota misalnya, sebagai nama besar dan ikon keberhasilan industri manufaktur dalam
bidang otomotif Jepang yang berawal dari industri tekstil ini mampu menjelma dan
mengembangkan produk otomotif komersialnya sebagai produsen mobil Jepang sekaligus yang
terbesar dan tersukses hingga menjangkau seluruh pelosok didunia. Keberhasilan toyota dalam
menerapkan pola perbaikan ala kaizen yang berkembang merupakan awal keberhasilan sistem
produksi mereka yang dikenal dengan Toyota Production System (TPS) atau di barat dikenal
dengan istilah "Lean Manajement', telah dianggap sebagai salah satu praktisi utama yang paling
terkenal berhasil dalam menerapkan sistem kaizen yang terintegrasi dengan budaya organisasi
yang revolusioner melalui pola 4P (Philosophy, People, Process dan Problem solving).
Penerapan kaizen di lini produksi Toyota pada awalnya sangat memungkinkan setiap
pekerja dalam mendeteksi kerusakan yang terjadi secara otomatis dengan mudah, lalu
menghentikan seluruh jalur perakitan untuk kemudian memperbaiki cacat yang terjadi, sembari
mengidentifikasi akar permasalahannya dengan menggunakan mentoda pendekatan Plan-Do-
Check-Action (PDCA) yang bersumber dari teori Deming. Pertemuan-pertemuan dalam satuan
kerja kelompok kecil di mana karyawan mengetahui masalah di tempat kerja yang sebenarnya
dapat memberikan saran kepada manajemen tentang cara meningkatkan efisiensi seperti waktu
siklus (cycle Time), waktu ancang ancang (lead time) untuk memenuhi waktu pacu (takt time)
yang telah ditentukan untuk menjamin jadwal permintaan pelanggan dalam kontek internal
(didalam jalur produksi) maupun pelanggan external (pembeli).
Sejalan dengan visinya, strategi kaizen di toyota diarahkan pada aspek apa yang paling
penting untuk meningkatkan kinerja yaitu kualitas (quality), biaya(cost) dan pengiriman
(Delivery), tidak lain hanya untuk memuaskan pelanggannya. Aspek kualitas tidak hanya
berkaitan dengan kualitas produk jadi atau jasa layanan, namum juga kualitas dari proses yang
menghasilkan produk maupun jasa layanan. Biaya terkait dengan biaya keseluruhan sejak dari
merancang, menjual, memelihara produk dan jasa layanan, sedang aspek penyerahan (delivery)
adalah menyerahkan produk atau jasa layanan dalam jumlah dan waktu yang tepat. Toyota
meyakini benar, apabila ketiga kondisi yang dirumuskan dalam hal yang menjadi sasaran kaizen
tersebut terpenuhi maka konsumen akan terpuaskan.
Untuk mewujudkan ketiga aspek diatas, metoda kerja dan sumberdaya yang meliputi
tenaga kerja, informasi, peralatan dan material harus dikelola dengan tepat yang pengelolaannya
membutuhkan standar. Untuk menjamin standar yang baik, setiap kali terjadi masalah atau
ketidakwajaran harus dilakukan identifikasi untuk mengetahui akar permasahan yang timbul dan
segera ditanggulangi dengan cepat, sekaligus mengubah standar yang ada dan selanjutnya
menerapkan standar baru serta mencegah terjadinya suatu permasalahan yang sama tidak
terulang lagi. Dengan demikian standar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kaizen
sebagai dasar dari perbaikan berkesinambunagan yang dilakukan sehari-hari.
Awal penerapan filosofi kaizen dalam mengoptimalkan kinerja TPS, peran kaizen sangat
serius mengarahkan seluruh karyawan untuk melihat bahwa tidak semua kerja bernilai tambah,
oleh sebab itu elemen kerja yang tidak memiliki nilai tambah harus diperangi karena akan
berdampak pemborosan yang dikenal dengan Mura (ketidakseimbangan proses kerja), Muri
(kelebihan beban kerja) dan Muda yang merupakan 7 pemborosan ("7 waste") yang harus
dihilangkan meliputi ; 1) produksi berlebihan (overproduction), (2) persediaan berlebihan
(excess inventory), (3) sisa bahan dan pengerjaan ulang (scrap and rework), (4) waktu tunggu
(waiting time), (5) pengangkutan berlebih (excess conveyance), (6) gerakan berlebihan (excess
motion) dan (7) pemprosesan berlebihan (overprocessing). Ketiga fenomena diatas merupakan
rintangan yang berpotensi menghambat produktifitas proses produksi dan terciptanya qualitas
produk yang baik.
Oleh karena ketujuh pemborosan diatas awalnya diterapkan di Toyota, seiring dengan
perkembangannya banyak perusahaan yang merubah atau menambahkan kemungkinan bentuk
pemborosan yang berpotensi muncul sesuai dengan kondisi masing-masing, misalnya saja
kegagalan memanfaatkan potensi sumberdaya manusia, sistem dan prosedur yang tidak efisien,
banyaknya energi yang terbuang dengan sia-sia, pelayanan yang tidak efisien, lamanya
menunggu dokumen tiba maupun diproses atau berkenaan dengan kesalahan dalam dokument
atau transaksi dan sebagainya adalah merupakan hal-hal yang sering ditemukan dan
ditambahkan.
Dalam berbagai kasus ketika seorang karyawan belum menemukan potensi perbaikan
maka memulai dengan konsep dasar kaizen yang dikenal dengan 5S adalah ide yang terbaik,
Konsep ini menggunakan 5 kata bahasa Jepang yang berawal huruf S yaitu ; seiri (ringkas),
seiton(rapih), seiso(resik), seiketsu(rawat) dan setsuke (rajin). Konsep 5S lebih sekedar
penanaman disiplin ditempat kerja yang berpotensi dapat menemukan peluang untuk melakukan
perbaikan. Konsep 5S sekarang telah menjadi benchmark yang paling populer ditatanan
perusahaan maupun pemerintahan Tatkala Toyota mengelola fasilitas produksi General Motor
perusahaan otomotif terbesar Amerika di Freemont - California yang telah tutup, tidak perlu
melakukan perombakan besar-besaran dalam mengadopsi "best practice ala Toyota", tapi justru
melakukan perubahan incremental layaknya filosofi kaizen yang keberhasilannya telah menjadi
pemicu untuk meyakinkan industri otomotif Amerika sehingga manajemen berbasis kaizen
mendapat perhatian para analis manajemen di negara itu, lebih-lebih melihat perkembangan yang
pesat ekonomi jepang yang kerap kali merepotkan hegemoni negara-negara barat dalam
percaturan ekonomi global.
Overproduction
Waiting
Transporting
Innappropiate processing
Excess inventory
Excess Motion
Defects
Unused Creativity
Toyota Way
Toyota Way adalah sebuah filosofi manajemen yang digunakan oleh korporasi Toyota,
Filosofi kerja ini terdiri dari 14 prinsip dasar, dengan ide-ide utamanya adalah agar mendasarkan
keputusan manajemen pada "pemahaman filosofis atas tujuan (perusahaan)", berpikir jangka
panjang, memiliki proses untuk memecahkan masalah, penambahan nilai bagi organisasi dengan
cara mengembangkan orang-orangnya, dan menyadari bahwa memecahan masalah secara terus-
menurus mendorong proses belajar organisasi.
Prinsip 1
Ambil keputusan manajerial berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun
mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek.
Prinsip 2
Ciptakan proses yang mengalir secara kontinyu dan memberi nilai tambah yang tinggi
untuk mengangkat permasalahan ke permukaan.
Prinsip 3
Gunakan system “tarik” untuk menghindari produksi berlebih
Prinsip 4
Ratakan beban kerja (Heijunka). (Bekerjalah seperti kura – kura dan tidak seperti kelinci)
Prinsip 5
Bangun budaya berhenti untuk memperbaiki masalah dan untuk memperoleh kualitas
yang baik sejak awal.
Prinsip 6
Standar kerja merupakan fondasi dari peningkatan berkesinambungan dan pemberdayaan
karyawan.
Prinsip 7
Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi.
Prinsip 8
Gunakan hanya teknologi handal yang sudah benar – benar teruji untuk membantu orang
– orang dan proses anda.
Prinsip 9
Kembangkan pemimpin yang benar – benar memahami pekerjaannya, menjiwai filosofi,
dan mengajarkannya kepada orang lain.
Prinsip 10
Kembangkan orang dan kelompok yang memiliki kemampuan istimewa, yang menganut
filosofi perusahaan anda.
Prinsip 11
Hormati jaringan mitra dan pemasok Anda dengan memberi tantangan dan membantu
mereka melakukan peningkatan.
Prinsip 12
Pergi dan lihat sendiri untuk memahami situasi sebenarnya (genchi genbutsu)
Prinsip 13
Buat keputusan secara perlahan-lahan melalui consensus, pertimbangkan semua pilihan
dengan seksama; kemudian implementasikan keputusan itu dengan sangat cepat.
Prinsip 14
Menjadi suatu organisasi pembelajar melalui refleksi diri tanpa kompromi (hansei) dan
peningkatan berkesinambungan (kaizen).
Toyota Production System (TPS) dan pada akhirnya ditiru oleh banyak perusahaan –
perusahaan di dunia.
Toyota Production System menjadi dasar dari puluhan buku mengenai “Lean”
Toyota menjadi acuan sebagai perusahaan yang terbaik di kelasnya oleh semua
perusahaan lain maupun pesaingnya di seluruh dunia karena reputasi kualitas yang tinggi,
kecepatan berproduksi, dan fleksibikitas.
Mobil – mobil Toyota secara konsisten memperoleh peringkat kualitas tertinggi dari J.D.
Powers and Asssociates, Consumer Report dan pihak-pihak lainnya selama bertahun-
tahun.
KESIMPULAN
Kaizen berasal dari kata KAI artinya perbaikan dan ZEN artinya baik. Kaizen
diartikan sebagai perbaikan terus menerus (continous improvement). Ciri kunci manajemen
kaizen antara lain lebih memperhatikan proses dan bukan hasil, manajmen fungsional-silang
dan menggunakan lingkaran kualitas dan perlatan lain untuk mendukung peningkatan yang
terus menerus.
Konsep Kaizen Costing terdiri atas 5 S yaitu Seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke.
Biaya proses per produk = harga cutting tool / life time tool. Cost reduction per produknya
adalah Cutting tool lama-cutting tool baru. Sedangkan untuk Cost reduction per bulan = Cost
reduction x Order per bulan dan Cost reduction per tahun = Cost reduction x Order per bulan x
12.
Life cycle costing merupakan teknik manajemen yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
memonitor biaya produk selama siklus hidupnya.
1. Biaya hulu, terdiri dari riset dan pengembangan, desain yang membuat prototype, pengujian,
teknis, dan pengembangan kualitas.
2. Biaya produksi, terdiri dari pembelian, biaya produksi langsung, biaya produksi tidak
langsung.
3. Biaya hilir, terdiri dari pemasaran dan distribusi pengemasan, pengangkutan, contoh,
promosi,
Manfaat Analisis Life Cycle Cost