Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA

NY. S G3P2A0H2 USIA KEHAMILAN 28 MINGGU


DENGAN FAKTOR RESIKO TERLALU TUA
DI POLINDES TELUK SASAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh:
Aura Bella Gizta NIM. PO7224217 1702
Miah Novri Sari Lubis NIM. PO7224217 1718
Tassya Pratiwi NIM. PO7224217 1776

Dosen Pengampu:
Sabtini Ika Putri, Amd. Keb, SKM NIP. 19881118 201012 2 002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI DIII KEBIDANAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL LAPORAN : Laporan Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada


Ny. S G3P2A0H2 Usia Kehamilan 28 Minggu
Dengan Faktor Resiko Terlalu Tua Di
Polindes Teluk Sasah

JURUSAN : DIII Kebidanan

Teluk Sasah, 24 Februari 2019

Disetujui oleh :

PEMBIMBING CI LAPANGAN

Sabtini Ika Putri, Amd. Keb, SKM Martha Christiani M., Amd. Keb
NIP. 19881118 201012 2 002 NIP. 19870426 201704 2 004

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji kita hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
PADA NY. S G3P2A0H2 USIA KEHAMILAN 28 MINGGU DENGAN FAKTOR
RESIKO TERLALU TUA DI POLINDES TELUK SASAH”
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Novian Aldo, SST, MM, selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang.
2. Ibu Sabtini Ika Putri, Amd. Keb, SKM, selaku dosen pembimbing kami yang
memberikan ilmunya untuk penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
3. CI di lapangan Polindes Teluk Sasah, Bd. Martha Christiani M., Amd. Keb
4. Rekan penulis di rumah dinas teluk sasah yang juga telah banyak memberikan
banyak dukungan ketika penulis dinas, dan menyelesaikan laporan ini.
5. Ny. S yang bersedia menjadi klien dalam pembuatan laporan tugas ini.
Melalui kata pengantar ini, penulis mengharapkan segala kritik dan saran
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, dan untuk pelajaran bagi kita
semua dalam pembuatan di masa mendatang. Akhir kata semoga hasil laporan ini
memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Teluk Sasah, 24 Februari 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 3
1.3 Manfaat ....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................. 5


2.1 Konsep Dasar Kehamilan Trismester III ..................................... 5
2.2 Perubahan Fisik dan Psikologis Pada Ibu Hamil Trimester III ... 6
2.3 Kebutuhan Fisik dan Psikologis Pada Ibu Hamil Trimester III .. 8
2.4 Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III .............................. 17
2.5 Tanda Bahaya Trimester III ...................................................... 18
2.6 Pemeriksaan Anternatal Care .................................................... 19
2.7 Faktor Resiko Kehamilan .......................................................... 24
2.8 Skrining Ibu Hamil .................................................................... 31
2.9 Konseling KB ............................................................................ 37

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................. 39

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................... 48

BAB V PENUTUP ................................................................................ 49


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 49
5.2 Saran .......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan kehamilan merupakan suatu pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan kepada wanita selama hamil, misalnya dengan
pemantauan kepada wanita selama hamil, misalnya dengan pemantauan
kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan
janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap
menghadapi peran baru sebagai orang tua (Wagiyo, 2016). Pemeriksaan
kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pada hakikatnya
pemeriksaan kehamilan bersifat preventif dan bertujuan mencegah hal yang
tidak diinginkan bagi ibu dan janin (Purwaningsih, 2010).
Manfaat antenatal care bagi ibu diantaranya mengurangi dan
menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengurangi penyulit masa
kehamilan, dan meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan dan untuk dapat
memberikan ASI. Sedangkan untuk janin adalah dapat memelihara kesehatan
ibu sehingga mengurangi kejadian prematuritas, kelahiran mati dan berat bayi
lahir rendah (Purwaningsih, 2010).
Kunjungan awal ibu hamil adalah kunjungan K1/pertama kali ibu
hamil melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan. Tujuan K1 adalah
memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dan
mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Kunjungan ulang ke
empat atau K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke
empat selama masa kehamilan. Berdasarkan sasaran desa teluk sasah tahun
2017-2018, dengan jumlah penduduk desa teluk sasah tahun 2017 yaitu 6.890
dengan 158 ibu hamil, serta sasaran K1 158 dan sasaran K4 158, cakupan
yang didapat pada tahun 2017 adalah K1 158 dan K4 158. Pada tahun 2018

1
2

dengan 158 ibu hamil, serta sasaran K1 158 dan sasaran K4 158, cakupan
yang didapat pada tahun 2018 adalah K1 160 dan K4 150 (Polindes Teluk
Sasah, 2018).
Berdasarkan data data diatas, dapat dilihat terjadi peningkatan ibu
hamil yang melakukan K1, karena jumlah penduduk pada tahun 2018 terjadi
peningkatan, hal ini disebabkan oleh banyaknya warga pendatang yang
tinggal di desa teluk sasah. Dan berdasarkan kunjungan K4 pada tahun 2018,
terjadi penurunan karena adanya perubahan indikator K4 yaitu ibu hamil
harus melakukan kunjungan empat kali (satu kali pada trimester I, satu kali
pada trimester II, dan dua kali pada trimester III) dan dilakukan 10T oleh
tenaga kesehatan.
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan
ibu hamil dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran
berlangsung (Indrawati, 2016). Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa
faktor penting penyebab resiko tinggi pada kehamilan terjadi pada kelompok
usia 35 tahun dikatakan usia tidak aman karena saat bereproduksi pada usia
35 tahun dimana kondisi organ reproduksi wanita sudah mengalami
penurunan kemampuan untuk bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145 cm,
berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang
kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4. Faktor penyebab resiko
kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat mengancam
keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu
dan bayi (Hapsari, 2014).
Faktor-faktor penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia
adalah perdarahan ekslampsia, aborsi tidak aman, partus lama, infeksi,
rendahnya tingkat pendidikan ibu, keadaan sosial ekonomi yang rendah,
terbatasnya akses ibu yang tinggal di pedesaan memperoleh pelayanan
kesehatan (Aeni, 2013). Seringnya terjadi kematian pada saat persalinan,
disebabkan karena perdarahan, terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan
terlalu banyak, dan terlambat mengenali tanda- tanda, terlambat mencapai
tempat pelayanan dan terlambat mendapat pertolongan (Hapsari, 2014).
3

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk


membuat laporan dengan judul “Laporan Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada
Ny. S G3P2A0H2 Usia Kehamilan 28 Minggu Dengan Faktor Resiko Terlalu
Tua Di Polindes Teluk Sasah”.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan
pada Ny. S G3P2A0H2 usia kehamilan 28 minggu dengan faktor resiko
terlalu tua di Polindes Teluk Sasah.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dalam asuhan kebidanan berupa
metode SOAP pada ibu hamil, Ny. S, usia 37 tahun, G3P2A0H2, usia
kehamilan 28 minggu dengan faktor resiko terlalu tua di polindes teluk
sasah.
b. Melakukan pengkajian data objektif dalam asuhan kebidanan berupa
SOAP pada ibu hamil, Ny. S, usia 37 tahun, G3P2A0H2, usia kehamilan
28 minggu dengan faktor resiko terlalu tua di polindes teluk sasah.
c. Melakukan penegakan diagnosa kehamilan pada ibu hamil, Ny. S, usia
37 tahun, G3P2A0H2, usia kehamilan 28 minggu dengan faktor resiko
terlalu tua di polindes teluk sasah.
d. Melakukan perencanaan tindakan asuhan kebidanan berupa metode
SOAP pada ibu hamil, Ny. S, usia 37 tahun, G3P2A0H2, usia kehamilan
28 minggu dengan faktor resiko terlalu tua di polindes teluk sasah.
4

1.3 Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang kehamilan trimester III, pelayanan
antenatal serta standart kunjungannya, perubahan fisik dan psikologis,
kebutuhan fisik dan psikologis trimester III, serta ketidaknyamanan
pada kehamilan trimester III
b. Menambah pengetahuan tentang faktor resiko pada kehamilan,
skrining ibu hamil, dan konseling KB
2. Untuk Institusi
Melengkapi bahan ajar mengenai kehamilan trimester III dan faktor resiko
terlalu tua pada ibu hamil
3. Untuk Lahan Praktik
Masukan untuk perencanaan program skrining dan pendataan ibu hamil
dengan faktor resiko dalam penyusunan kebijakan program skrining dan
pendataan ibu hamil dengan faktor resiko yang akan datang.
4. Untuk Klien
Mengetahui perkembangan kehamilannya, mengetahui keadaan umum diri
pasien dan janinnya, dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menjaga kehamilannya tetap sehat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Kehamilan Trimester III


Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Kehamilan trimester III yaitu periode 3 bulan terakhir
kehamilan yang dimulai pada minggu ke-28 sampai minggu ke-40 (Saifuddin,
2009). Trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu, mulai dari minggu ke
28 sampai minggu ke 40. Pada trimester ketiga, organ tubuh janin sudah
terbentuk. Hingga pada minggu ke – 40 pertumbuhan dan perkembangan utuh
telah dicapai (Manuaba, 2010)
Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40
minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan kedudukan
sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi,
sehingga disebut juga sebagai periode penantian. Pada wanita hamil trimester
III akan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis. Menanti kehadiran
bayinya sebagai bagian dari dirinya, wanita hamil tidak sabar untuk segera
melihat bayinya. Saat ini juga merupakan waktu untuk mempersiapkan
kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya perhatian pada
kelahiran bayi (Pantikawati, 2010)
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ke
tiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu
mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil, pada trimester tiga ini
sejumlah ketakutan muncul, wanita mungkin merasa cemas dengan
kehidupan bayi dan kehidupan sendiri, seperti : apakah nantinya bayinya akan
lahir abnormal, terkait kelahiran dan persalinan (nyeri saat persalinan) inilah
ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan
(Varney, 2010).

5
6

2.2 Perubahan Fisik Dan Psikologis Kehamilan Trimester III


Menurut Sulistyawati (2009), perubahan fisik pada trimester III adalah :
1. Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada tubuh bagian belakang karena meningkatnya beban
berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh
sehingga menyebabkan tekanan ke arah tulang tekanan belakang.
2. Payudara
Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan
makanan bayi pertama yang kaya akan protein. Biasanya, pada
trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal itu, keluarnya colostrum.
3. Konstipasi
Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan
rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormone
progesteron.
4. Pernafasan
Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran
darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil
akan meras a susah bernapas. Ini juga di dukung oleh adanya tekanan
rahim yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang
membatasi perut dan dada).
Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini biasanya 2-3
minggu sebelum persalinan pada ibu yang baru pertama kali hamil akan
merasakan lega dan bernapas lebih mudah, dan rasa panas diperut
biasanya juga ikut hilang, karena berkurangnya tekanan bagian tubuh
bayi dibawah diafragma / tulang iga ibu.
5. Sering kencing
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga
panggul akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil.
6. Masalah tidur
Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari
sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.
7

7. Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan
menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena
menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina.
Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena
daerah panggul yang akan memperburuk varises.
8. Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian
perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk
atau istirahat.
9. Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan
meningkatkan tekanan padadaerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil,
dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang
disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi
cairan.
10. Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun,atau
karena kekurangan kalsium.
11. Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.
Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak
kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan
lebih cair.

Menurut Sulistyawati (2009), perubahan psikologis pada trimester III adalah :


1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya
8

4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi


yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya
5. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya
6. Merasa kehilangan perhatian, perasaan mudah terluka (sensitif)
7. Libido (gairah seksual) menurun

2.3 Kebutuhan Fisik Dan Psikologis Kehamilan Trimester III


Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester III, menurut Sutisna, 2009 , yaitu:
1. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu
hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat hamil sehingga
akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan
berpengaruh pada bayi yang dikandung. Untuk mencegah hal tersebut
diatas dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu :
a. Latihan nafas melalui senam hamil
b. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
c. Makan tidak terlalu banyak
d. Kurangi atau hentikan merokok
e. Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan seperti
asma dan lain-lain
f. Posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus dan
oksigenasi fetoplasenta dengan mengurangi tekanan pada vena
asenden (hipotensi supine)
2. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan-makanan yang mengandung nilai
gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang harganya. Gizi
pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil
seharunya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi,
dan minum cukup cairan (menu seimbang).
9

Kalori dipergunakan untuk produksi energi. Bila kurang energi


akan diambil dari pembakaran protein yang mestinya dipakai untuk
pertumbuhan. Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan janin yang pesat ini
terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu makan sangat
baik dan ibu sangat merasa lapar.
Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah kehamilan
yaitu untuk pertumbuhan janin, uterus, plasenta, selain itu untuk ibu
penting untuk perumbuhan payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (protein
plasma, hemoglobin dll). Selama kehamilan dibutuhkan tambahan protein
hingga 30 gram/hari. Protein yang dianjurkan adalah protein hewani
seperti daging, susu, telur, keju dan ikan karena mereka mengandung
komposisi asam amino yang lengkap. Susu dan produk susu disamping
sebagai sumber protein adalah juga kaya dengan kalsium.
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan-
makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran, dan susu. Hanya
besi yang tidak bisa terpenuhi dengan makan sehari-hari. Kebutuhan akan
besi pada pertengahan kedua kehamilan kira-kira 17 mg/hari. Untuk
memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplement besi 30 mg sebagai
ferosus, ferofumarat atau feroglukonat perhari pada kehamilan kembar
atau pada wanita yang sedikit anemik, dibutuhkan 60-100 mg/hari.
Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi dengan minum susu. Satu liter
susu sapi mengandung kira-kira 0,9 gr kalsium. Bila ibu hamil tidak dapat
minum susu, suplement kalsium dapat diberikan dengan dosis 1 gr per
hari. Pada umumnya dokter selalu memberi suplement mineral dan
vitamin prenatal untuk mencegah kemungkinan terjadinya defisiensi.
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah-
buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat
terbukti mencegah kecacatan bayi.
10

3. Personal Hygiene
Kebersihan diri harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan
banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak,
bawah buah dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air
dan dikeringkan. Kebersihan gigi berlubang dan mulut perlu mendapat
perhatian karena sering kali terjadi gig berlubang, terutama pada ibu yang
kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibatkan
perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.
4. Pakaian Selama Kehamilan
Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya yang
longgar dan mudah dipakai serta bahan yang mudah menyerap keringat.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dan dihindari yaitu sabuk dan stoking
yang terlalu ketat, karena akan mengganggu aliran balik, dan sepatu
dengan hak tinggi, akan menambah lordosis sehingga sakit pinggang akan
bertambah. Payudara perlu ditopang dengan BH yang memadai untuk
mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran.
5. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup
lancar. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah
kelamin menjadi lebih basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur
(trikomonas) tumbuh sehingga wanita hamil mengeluh gatal dan
mengeluarkan keputihan. Rasa gatal yang sangat mengganggu, sehingga
sering digaruk dan menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa) yang
memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi
infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan
sekitar alat kelamin. Wanita perlu mempelajari membersihkan alat kelamin
yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang setiap kali selesai berkemih
atau buang air besar dan harus menggunakan lap atau tissu atau handuk
yang bersih setiap kali melakukannya. Membersihkan dan mengelap dari
belakang ke depan akan membawa bakteri dari rektum ke muara uretra dan
11

meningkatkan resiko resiko infeksi. Sebaiknya gunakan tissu yang lembut


dan menyerap air, lebih disukai yang berwarna putih dan tidak diberi
wewangian, karena tissu yang kasar diberi wewangian atau bergambar
dapat menimbulkan iritasi. Wanita harus sering mengganti pelapis atau
pelindung celana dalam.
Dianjurkan minum 8-12 gelas cairan setiap hari. Mereka harus
cukup minum agar produksi air kemihnya cukup dan jangan sengaja
mengurangi minum untuk menjarangkan berkemih. Apabila perasaan ingin
berkemih muncul jangan diabaikan, menahan berkemih akan
menyebabkan bakteri dalam kandung kemih berlipat ganda. Ia harus selalu
berkemih sebelum berangkat tidur dimalam hari. Bakteri bisa masuk
sewaktu melakukan hubungan seksual. Oleh karena itu ibu hamil
dianjurkan untuk berkemih sebelum dan sesudah hubungan seksual dan
minum banyak untuk meningkatkan produksi kandung kemihnya.
6. Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai
akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi
berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran.
7. Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan / aktifitas biasa selama tidak
terlalu melelahkan. Secara anatomi, ligamen sendi putar dapat
meningkatkan pelebaran/pembesaran rahim pada ruang abdoment. Nyeri
pada ligamen ini terjadi karena pelebaran dan tekanan pada ligamen
karena adanya pembesaran rahim. Nyeri pada ligamen ini merupakan
suatu ketidaknyaman pada ibu hamil. Sikap tubuh yang perlu diperhatikan
oleh ibu hamil :
a. Duduk
Tempatkan tangan dilutut dan tarik tubuh keposisi tegak. Atur dagu
ibu dan tarik bagian atas kepala seperti ketika ibu berdiri.
b. Berdiri
Jangan berdiri untuk jangka waktu yang lama.
12

c. Berjalan
Ibu hamil sebaiknya tidak memakai sepatu berhak tinggi atau tanpa
hak. Hindari sepatu bertumit runcing karena mudah menghilangkan
keseimbangan.
d. Tidur
Ibu boleh tidur tengkurap, namun tekuk sebelah kaki dan pakai guling,
supaya ada ruang untuk bayi. Posisi miring dengan memakai guling
untuk menopang berat rahim anda. Setelah usia kehamilan 6 bulan,
hindari tidur telentang, karena tekanan rahim pada pembuluh darah
utama dapat menyebabkan pingsan. Tidur dengan kedua tungkai kaki
lebih tinggi dari badan dapat mengurangi rasa lelah.
e. Bangun dan berbaring
Untuk bangun dari tempat tidur, geser dulu tubuh ibu ke tepi tempat
tidur, miringkan badan dan kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu
perlahan dengan kedua tangan, putar tubuh lalu perlahan turunkan kaki
ibu. Diam dalam posisi duduk beberapa saat sebelum berdiri.
f. Membungkuk dan mengangkat.
Hindari membungkuk yang dapat membuat punggung tegang,
termasuk untuk mengambil sesuatu yang ringan sekalipun.
8. Exercise
Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara berjalan-
jalan dari pagi hari, renang, olahraga ringan dan senam hamil. Berjalan
pagi yang banyak dianjurkan adalah jalan-jalan waktu pagi hari untuk
ketenangan dan mendapatkan udara segar. Jalan-jalan saat hamil terutama
pagi hari mempunyai arti penting untuk dapat menghirup udara pagi yang
bersih dan segar, menguatkan otot dasar panggul, dapat mempercepat
turunnya kepala bayi ke dalam posisi optimal atau normal, dan
mempersiapkan mental menghadapi persalinan. Berjalan juga dapat
dengan lembut sehingga walaupun anda belum pernah mengerjakannya
anda dapat memulainya pada waktu hamil.
13

9. Senam Hamil
Senam hamil dimulai pada umur kehamilan setelah 22 minggu.
Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan normal serta
mengimbangi perubahan titik berat tubuh. Senam hamil ditujukan bagi ibu
hamil tanpa kelainan, atau tidak terdapat penyakit yang menyertai
kehamilan yaitu penyakit jantung, ginjal, penyulit dalam kehamilan (hamil
dengan perdarahan, kelainan letak, dan kehamilan yang disertai dengan
anemia).
10. Istirahat
Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istarahat yang
teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Istirahat yang cukup
dapat meningkatkan kesehatan janin, tidur pada malam hari selama kurang
lebih 8 jam dan pada siang hari 1 jam secara rileks. Ibu hamil harus
menghindari posisi duduk dan berdiri menggunakan kedua ibu jari,
dilakukan 2 kai sehari selama 5 menit.
11. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi.
Persiapan wanita untuk melahirkan dikaji. Penyuluhan
pramelahirkan membantu orang tua melakukan transisi dari peran sebagai
orang tua yang bertanggung jawab atas kelahiran bayinya. Definisi ini
mengandung makna pendidikan tentang persiapan persalinan dan
melahirkan, yang secara tradisional telah menjadi fokus pendidikan
tentang melahirkan bayi.

Kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III menurut Sutisna, 2009, yaitu
1. Support Keluarga
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang
wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu
yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan
nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang – orang
terdekat.
14

a. Suami
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti
meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan
proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Suami sebagai
seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat
hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas
penting suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik
dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat dan setiap
masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama
mengalami kehamilan.
Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita,
jadi sebisa mungkin seorang suami memberikan suasana yang
mendukung perasaan istri. Diperoleh tidaknya dukungan suami
tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang
bermakna, dan ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya.
b. Keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat
tinggal yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu
hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai ketergantungan terhadap
orang lain disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga harus
menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.

2. Support Bidan
Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikologi adalah dengan
memberi support atau dukungan moral bagi klien, meyakinkan bahwa
klien dapat menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya
adalah sesuatu yang normal. Bidan harus bekerjasama dan membangun
hubungan yang baik dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka
antara bidan dan klien.
15

Bidan juga berfungsi sebagai fasilitator bagi kliennya. Bidan dapat


membagi pengalaman yang pernah dirasakan bidan itu sendiri, misalnya
jika bidan tersebut juga pernah merasakan kehamilan, hal ini akan
membuat klien mengerti akan fungsi bidan yang disatu sisi sebagai
seorang bidan dan disisi lain sebagai manusia biasa yang juga merasakan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam siklus kehidupan.
Bidan juga berperan sebagai seorang pendidik, bidan yang
memutuskan apa yang harus di beritahukan kepada klien dalam
menghadapi kehamilannya agar selalu waspada terhadap perubahan yang
terjadi, perilakunya dan bagaimana menghadapi permasalahnnya yang
timbul akibat kehamilannya.
Dalam memberikan informasi dan pendidikan kesehatan, bidan
mengurangi pengaruh yang negatif misalnya kecemasan dan ketakutan
yang sering ditimbulkan oleh cerita cerita yang menakutkan mengenai
kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau
karena kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan
persalinan. Bidan mengajarkan dan menganjurkan latihan fisik seperi
senam hamil untuk memperkuat otot otot dasar panggul.
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Kewaspadaan ibu terhadap timbulnya tanda dan gejala terjadinya
persalinan meningkat .Pada trimester ini, petugas kesehatan dapat
memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang
dirasakan ibu adalah normal, Membicarakan lagi dengan ibu bagaimana
tanda tanda persalinan yang sebenarnya dan menenangkan ibu.
3. Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya
ialah ayah sang anak. Semakin banyak bukti menunjukan bahwa wanita
yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan
menunjukan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi
persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selam masa nifas.
16

Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama ia hamil,


kebutuhan pertama ialah menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan
pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut kadalam
keluarga.
Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang
wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada
kehamilan akan mempererat hubungan antara ayah anak dan suami istri.
Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang
dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan
yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan
mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil
yang ngidam, mengingatkan minum tablet besi, maupun membantu ibu
malakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil. Walaupun suami
melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinggi dalam
meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.
4. Persiapan Menjadi Orang Tua
Suami akan mengalami perubahan menjadi orang tua, seperti
bertambahnya tanggung jawab. Selama periode prenatal, ibu ialah satu-
satunya pihak yang membentuk lingkungan tempat janin tumbuh dan
berkembang.
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan
menjadi seorang ayah maka timbulnya kebanggaan atas kemampuannya
mempunyai keturunan bercampur dan keprihatinan akan persiapannya
menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang
calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang
hamil dan menghindari se ks karena takut akan mencederai bayinya.
Disamping respon yang diperhatikannya, seorang ayah perlu dapat
memahami keadaan ini dan menerimanya.
17

2.4 Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III


1. Peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis) dan konstipasi.
Frekuensi berkemih pada trimester ketiga sering dialami pada
kehamilan primi setelah terjadi lightening. Efek lightening adalah bagian
presentasi akan menurun masuk ke dalam panggul dan menimbulkan
tekanan langsung pada kandung kemih, sehingga merangsang keinginan
untuk berkemih. Terjadi perubahan pola berkemih dari diurnal menjadi
nokturia karena edema dependen yang terakumulasi sepanjang hari
diekskresi. Dan cara mengatasinya dengan menjelaskan mengapa hal
tersebut bisa terjadi dan menyarankan untuk mengurangi asupan cairan
menjelang tidur sehingga tidak mengganggu kenyamanan tidur malam.
Konstipasi diduga akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi
otot polos pada usus besar ketika terjadi penurunan jumlah progesterone.
Akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi menyebabkan pergeseran
dan tekanan pada usus dan penurunan motilitas pada saluran
gastrointestinal. Dan bisa juga akibat efek mengkonsumsi zat besi.
Konstipasi dapat memacu hemoroid (Irianti dkk, 2013).
2. Edema devenden dan Varises
Kedua hal ini disebabkan oleh gangguan sirkulasi vena dan
meningkatnya tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Perubahan ini
akibat penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita
tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat
berbaring (Varney, 2010).
3. Nyeri Ligamen
Ligament teres uteri melekat di sisi-sisi tepat dibawah uterus.
Secara anatomis memiliki kemampuan memanjang saat uterus meninggi
masuk kedalam abdomen. Nyeri punggung bawah tepatnya pada
lumbosakral yang diakibatkan terjadinya pergeseran pusat gravitasi dan
postur tubuh ibu hamil, yang semakin berat seiring semakin membesarnya
uterus (Irianti dkk, 2013).
18

2.5 Tanda Bahaya Trimester III


Menurut Romauli (2011) tanda bahaya trimester III, yaitu:
1. Pendarahan Pervaginam
Pendarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum
bayi dilahirkan disebut sebagai pendarahan pada kehamilan lanjut atau
pendarahan antepartum
2. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester
ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Bila
plasenta yang terlepas seluruhnya disebut plasenta previa totalis. Bila
hanya sebagian disebut solusio plasenta parsialis atau bisa juga hanya
sebagian kecil pinggir plasenta yang lepas disebut rupture sinus marginalis
3. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya
pembukaan jalan lahir
4. Gerakan Janin Tidak Terasa
Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia
kehailan 22 minggu atau selama persalinan, maka waspada terhadap
kemungkiann gawat janin atau bahkan kematian janin dalam uterus.
Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang dapat terjadi pada solusio
plasenta dan rupture uteri
5. Keluar Cairan Pervaginam
Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan
kemngkinan mulainya persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa
mucus bercampur darah dan mungkin disertai mules, kemungkinan
persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran berupa cairan perlu
dicurigai ketuban pecah dini
19

6. Nyeri Perut yang Hebat


Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm, rupture uteri,
solusio plasenta. Nyeri perut hebat yang terjadi karena rupture uteri dapat
disertai shock , pendarahan intra abdomen atau pervaginam, kontur uterus
yang abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada

2.6 Pemeriksaan Antenatal Care


Asuhan antenatal care merupakan serangkaian kegiatan pemantauan
kehamilan rutin yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Kunjungan antenatal
care dilakukan sedini mungkin semenjak ibu hamil merasa dirinya hamil
untuk mencegah adanya komplikasi obstetri dan memastikan bahwa
komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
Kunjungan antenatal care bagi ibu hamil normal direkomendasikan untuk
mendapat pelayanan antenatal minimal empat kali kunjungan selama
kehamilan. Satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua
dan dua kali pada trimester ketiga. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara
ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal
standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan kunjungan ibu hamil yaitu pengetahuan,
sikap negatif. Peran bidan saat kunjungan, kepercayaan dan dukungan dari
keluarga, dukungan dari petugas kesehatan, keterjangkauan, media informasi
dan penerapan standar (E. Norma, 2012).
1. Kunjungan Awal (K1)
Asuhan kehamilan kunjungan awalan (K1) adalah kontak ibu hamil
pertama kali dengan petugas kesehatan. Tujuannya yaitu untuk
mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan kesehatan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama kali oleh ibu hamil dengan
tenaga kesehatan harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama,
sebaiknya sebelum minggu ke 8. Cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal care oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu (E. Norma, 2012).
20

Angka kematian ibu yang masih tinggi dapat diturunkan dengan


peran ibu dalam melakukan kunjungan pertama (K1) yang berkaitan dalam
mewujudkan sasaran pembanguan kesehatan, sehingga perlu terjalin
hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Cara yang tepat dalam
mementukan tingkat kesehatan ibu dengan melakukan pengkajian riwayat
lengkap dan uji skrining. Adapun indikator yang digunakan sebagai
standar pembanding sesuai kemajuan kehamilan diantaranya adalah
catatan dasar tentang tekanan darah, nilai darah, urinalisis, dan data-data
yang menunjang mengenai pertumbuhan serta perkembangan janin (E.
Norma, 2012).
2. Kunjungan Ulang ke-Empat (K4)
Asuhan kehamilan kunjungan ulang (K4) adalah kontak ibu hamil
dengan petugas kesehatan pada trimester III untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan atau pelayanan kesehatan sesuai dengan standar.
Cakupan K4 berpengaruh terhadap deteksi dini kehamilan berisiko yang
berarti semakin baik cakupan K4 bidan maka semakin baik pula deteksi
dini kehamilan berisiko tinggi yang dilakukan oleh bidan. Kunjungan
antenatal dapat dilakukan lebih dari empat kali sesuai dengan kebutuhan
ibu hamil seperti adanya keluhan, penyakit lainya dan gangguan
kehamilan dan kunjungan ini termasuk dalam K4. Menurut hasil penelitian
ada pengaruh antara cakupan K4 dengan deteksi dini risiko tinggi
kehamilan. Masalah kesehatan ibu selama kehamilan dapat dideteksi
melalui kunjungan K1 maupun K4, masalah kesehatan selama kehamilan
yang mempengaruhi ibu dan bayi biasanya disebabkan oleh komplikasi
kehamilan itu sendiri, kondisi yang memburuk selama kehamilan, dan efek
gaya hidup tidak sehat (E. Norma, 2012).
3. Standar Kunjungan Antenatal Care
Kebijakan program dalam pelayanan antenatal yaitu kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
Satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, serta dua
kali pada trimester ketiga.
21

Penerapan operasionalnya dikenal standar minimal (10 T) yang


terdiri atas:
a. (Timbang) Berat Badan Dan Pengukuran Tinggi Badan
Pertambahan berat badan yang normalpada ibu hamilyaitu
berdasarkan massa tubuh (BMI: Body Mass Index) dimana metode ini
untuk pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan,
karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI wanita hamil.
Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5 – 16
kg atau pertambahan berat badan setiap minggunya adalah 0,4 – 0,5 kg.
(Kusmiyati, 2008).
b. Ukur (Tekanan) Darah
Pada saat kehamilan, tekanan darah seorang ibu hamil
merupakan faktor penting dalam memberikan makanan pada janin
pengaturan tekanan darah selama kehamilan sangat tergantung pada
hubungan antara curah jantung dan tekanan atau resistensi pada
pembuluh darah, yang keduanya berubah selama kehamilan. Tekanan
darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebih 140/90 mmHg
perlu diwaspadai adanya preeklamsia (Jannah, 2012).
c. Ukur (Tinggi) Fundus Uteri
Pemeriksaan kehamilan untuk menentukan usia kehamilan dan
berat badan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi fundur uteri
yang dapat dihitung dari tanggal haid terakhir yang menggunakan
rumus. Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran
dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu
memakai pengukuran mc.Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi
fundus uteri memakai centimeter dari atas simfisis kefundus uteri
kemudian ditentukan sesuai rumunya. Cara menghitungnya adalah
modifikasi spegelberg yaitu jarak fundus – sisfisis dalam centimeter
dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan (Kusmiyati, 2008).
22

b. Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxoid) / TT lengkap


Imunisasi terutama pada ibu hamil bertujuan untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorium, dengan cara pemberian suntik tetanus
toksoid pada ibu hamil. Pemberian imunisasi TT pada kehamilan
umumnya diberikan 2 kali saja, imunisasi pertama diberikan pada usia
kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian
(selang waktu 4 minggu). Apabila pernah menerima TT dua kali pada
kehamilan terdahulu dengan jarak kehamilan tidak lebih dari dua tahun,
maka hanya diberikan satu kali TT saja (Jannah, 2012).

Interval (selang Lama %


Antigen
waktu minimal) Perlindungan Pelindungan
Pada kunjungan
TT₁ - -
antenatal pertama
4 minggu setelah
TT₂ 3 tahun 80
TT₁
TT₃ 6 bulan seelah TT₂ 5 tahun 95

TT₄ 1 tahun setelah TT₃ 10 tahun 99


25
Satu tahun setelah
TT₅ tahun/seumur 99
TT₄
hidup

c. Pemberian (Tablet Besi), minimal 90 tablet selama kehamilan


Di mulai dengan memberikan 1 tablet zat besi sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet besi mengandung FeSO4
320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mikrogram. Minimal
masing – masing 90 tablet besi yang berfungsi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan
plasenta. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil (<11 gr%), berikan
tablet zat besi 2 atau 3 kali sehari.
23

Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet


zat besi yang cukup. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh
atau kopi karena akan menggangu penyerapan. Anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C karena vitamin C
dapat membantu penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang
dikonsumsi dapat terserap sempurna oleh tubuh (Kusmiyati, 2008).
f. (Tes) laboratorium sederhana (Haemoglobin (HB) dan protein urine)
Wanita yang sedang hamil merupakan kelompok resiko tinggi
terhadap PMS. PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas
terhadap ibu dan janin yang dikandungannya (Kusmiyati, 2008).
g. (Temu) wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling)
Temu wicara penting dilakukan sebagai media komunikasi antar
sesama ibu hamil dengan bidan yang membina, temu wicara ini di
koordinir oleh kepala desa/kelurahan dan dilaksanakan oleh kader
posyandu bersama puskesmas dan dilakukan pada saat hari posyandu.
Temu wicara ini dilakukan setiap pasien pada saat melakukan
kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan.
Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas (Kusmiyati, 2008).
h. (Tentukan) presentasi janin dan hitung DJJ
Tujuan pemantauan janin itu adalah mendeteksi dini ada atau
tidaknya faktor – faktor resiko kematian prenatal tersebut
(hipoksia/aspeksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi).
Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk
memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan
pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16 minggu/4 bulanan.
Gambar DJJ :
1) Takikardi berat : detak jantung diatas 180x/menit
2) Takikardi ringan : antar 160 – 180x/menit
3) Normal :120 – 160x/menit
24

4) Bradikardi ringan : antara 100 – 119x/menit


5) Bradikardi sedang : antara 80 – 100x/menit
6) Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit (Kusmiyati, 2008)
i. (Tetapkan) Status Gizi
Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke
janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR
berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Disebut KEK
apabila ukuran LILA <23,5 cm, yang menggambarkan kekurangan
pangan dalam jangka baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
Cara melakukan pengukuran LILA :
1) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan meteran.
2) Lingkarkan dan memasukkan ujung pita dilubang yang ada pada
pita LILA, baca menurut tanda panah.
3) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan pita LILA (Kristiyanasari, 2010).
j. (Tatalaksana) Kasus
Bila dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan penyakit,
ibu perlu dilakukan perawatan khusus. (Kusmiyati, 2008)

2.7 Faktor Resiko Kehamilan


Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun
pada janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan,
kecacatan, ketidak nyamanan dan ketidak puasan. Dengan demikian untuk
mengahadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus diambil sikap proaktif,
berencana dengan upaya promotif dan preventif. Sampai pada waktunya,
harus diambil sikap tepat dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya
atau hanya dipilih ibunya saja (Rochjati, 2009).
25

Keadaan yang dapat meningkatkan risiko kematian ibu secara tidak


langsung disebut sebagai faktor risiko, semakin banyak faktor risiko yang
ditemukan pada kehamilan maka semakin tinggi pula risikonya. Komplikasi
pada saat kehamilan dapat dikategorikan dalam risiko kehamilan, sebanyak
90% penyebab kematian terjadi karena komplikasi obstetric yang tidak
terduga saat kehamilan, saat persalinan atau pasca persalinan dan 15%
kehamilan diperkirakan berisiko tinggi dan dapat membahayakan ibu dan
janin (Rochjati, 2009).

1. Kriteria Kehamilan Beresiko


Kehamilan berisiko terbagi menjadi tiga kriteria yang dituangkan
dalam bentuk angka atau skor. Angka bulat yang digunakan dalam
penilaian yaitu 2, 4 dan 8 pada setiap variabel dan kemudian dijumlahkan
menjadi total skor akhir (Rochjati, 2011).
a. Kehamilan risiko rendah (KRR) dimana ibu seluruh ibu hamil
berisiko terhadap kehamilanya untuk ibu hamil dengan kehamilan
risiko rendah jumlah skor 2 yaitu tanpa adanya masalah atau faktor
risiko. Masih dapat ditolong bidan.
b. Kehamilan risiko tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6 - 10, adanya
satu atau lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari pihak ibu
maupun bayi dalam kandungan yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT
memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
c. Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu
hamil dengan dua atau lebih faktor risiko meningkat dan memerlukan
ketepatan waktu dalam melakukan tidakan rujukan serta pertolongan
persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditangani oleh Dokter
spesialis.
26
27

2. Batasan Faktor Resiko


a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor atau
kriteria – kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda (hamil
pertama kali pada usia ≤ 16 tahun), primi tua (kehamilan pertama ≥ 4
tahun dari perkawnan ibu tanpa menggunakan KB, atau umur ibu ≥
35 tahun dan mengalami kehamilan), primi tua sekunder (jarak
persalinan sebelumnya adalah ≥ 10 tahun), anak terkecil ≤ 2 tahun,
Tinggi Badan (TB) ≤ 145 cm, riwayat penyakit, kehamilan
hidramnion dan riwayat tindakan ini merupakan faktor fisik pertama
yang menyebabkan ibu hamil berisiko.
b. Ada Gawat Obstetri tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan,
dan nifas. Beberapa penyakit ibu hamil yang dikategorikan sebagai
gawat obstetri yaitu: anemia, malaria pada ibu hamil, penyakit TBC,
payah jantung, diabetes militus, HIV/AIDS, toksoplasmosis.
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu
dan bayi yaitu perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi
(Sarwono, 2015).

3. Faktor Penyebab Terjadinya Resiko Tinggi


a. Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu
kemiskinan, ketidaktahuan, pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi,
kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi yang rendah, kebersihan
lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur,
fasilitas dan saranan kesehatan yang serba kekurangan
b. Faktor medis yaitu penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik,
gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi janin, penyakit
neonatus dan kelainan genetik (N. Kusumawardani, 2014)
28

4. Kehamilan dengan Faktor Terlalu Tua


Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu yang hamil pertama pada
umur ≥ 35 tahun pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan
organ kandungan menua. Jalan lahir juga tambah kaku ada kemungkinan
lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet
dan perdarahan (Rochjati, 2011).
Semua kehamilan memiliki risiko, dan risiko-risiko tersebut
semakin meningkat pada kehamilan di usia tua. Kehamilan di usia tua
ialah kehamilan yang terjadi pada wanita berusia lebih dari atau sama
dengan 35 tahun, baik primi maupun multigravida. Berbagai faktor risiko
ini berkumpul pada satu kelompok yang dinamakan penyulit kehamilan
atau kehamilan risiko tinggi, dimana hal tersebut mengancam mortalitas
dan morbiditas tidak hanya pada janin namun juga pada ibu (Rochjati,
2011).
a. Penyulit Kehamilan
1) Preeklampsia/Eklampsia, salah satu faktor risiko yang berpengaruh
dalam kejadian preeklampsia ialah usia maternal. Penelitian di
Finland menyatakan bahwa insiden preeklampsia meningkat 1,6x
lebih banyak pada ibu hamil di usia tua dibanding ibu hamil yang
berusia lebih muda. Mekanisme terjadinya hal ini belum banyak
dibicarakan, namun dipercaya berhubungan dengan proses penuaan
pada pembuluh darah pada uterus. Seiring dengan tingginya angka
kejadian pada ibu hamil di usia tua, maka angka terjadinya
komplikasi akan meningkat. Komplikasi komplikasi yang
umumnya menyertai ibu hamil dengan preeklampsia antara lain
prematuritas, berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir asfiksi.
Sementara komplikasi pada ibu antara lain peningkatan kebutuhan
persalinan dengan induksi, sectio caesaria, serta peningkatan
kebutuhan transfusi darah (N. Kusumawardani, 2014).
29

2) Diabetes Gestasional, seiring bertambahnya usia kehamilan,


jaringan yang mengalami resistensi terhadap insulin semakin
meningkat, sehingga menciptakan peningkatan kebutuhan insulin.
Jolly et al menyebutkan kejadian diabetes gestasional pada ibu usia
tua berhubungan dengan penurunan sensitifitas insulin (N.
Kusumawardani, 2014).
3) Ketuban Pecah Dini (KPD), infeksi intrauterin asimptomatik
merupakan prekusor tersering terjadinya KPD. Usia tua merupakan
faktor risiko terjadinya bakteriuria asimptomatik pada kehamilan,
hal ini didasarkan bahwa pada ibu usia tua umumnya telah terjadi
beberapa kehamilan sebelumnya (multiparitas), dan multiparitas
adalah salah satu faktor risiko dari bekteriuria asimptomatik yang
dapat mengakibatkan melemahnya selaput ketuban (N.
Kusumawardani, 2014).
4) Kelainan letak atau malposisi janin merupakan salah satu penyebab
utama terjadinya partus macet, Kelainan letak disebabkan semakin
memburuknya fungsi uterus seiring bertambahnya usia ibu yang
menyebabkan uterus menjadi lebih tidak elastis untuk
mengakomodir pergerakan janin seiring bertambahnya usia
kehamilan (N. Kusumawardani, 2014).
b. Dampak Maternal
1) Persalinan dengan Sectio Caesarea, usia ibu yang tua merupakan
faktor risiko tunggal dilakukannya sectio caesaria, baik tindakan
sectio secara langsung maupun yang didahului oleh persalinan
spontan atau persalinan menggunakan induksi lainnya. Hal ini
dikarenakan parturien yang lebih tua memiliki kecenderungan yang
lebih tinggi untuk terjadinya persalinan nonprogresif dan lebih
sering membutuhkan oksitosin dalam dosis lebih tinggi, serta
membutuhkan waktu lebih panjang untuk melahirkan pervaginam
dibandingkan mereka yang berusia lebih muda (N.
Kusumawardani, 2014).
30

2) Persalinan Lama, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh


Greenberg et al, ditemukan bahwa lamanya suatu persalinan atau
kejadian partus lama meningkat 17 seiring bertambahnya usia. Hal
ini disertai dengan meningkatnya jumlah persalinan dengan
tindakan, dimana salah satu predisposisi terjadinya persalinan
dengan tindakan ialah partus lama yang disebabkan oleh disfungsi
uterus akibat proses penuaan, serta adanya malposisi janin, yakni
breech presentation yang insidennya meningkat pada ibu usia tua.
c. Dampak Perinatal
1) Prematuritas, berdasarkan berbagai penelitian, ibu dengan usia tua
secara signifikan memiliki kecenderungan untuk melahirkan
sebelum minggu ke 34 dan 37 serta memiliki kecenderungan
insiden Kecil Massa Kehamilan (KMK). Dimana, risiko janin
dilahirkan sebelum minggu ke 34 meningkat mencapai 70% pada
ibu berusia tua. Hal ini dapat dikarenakan ibu yang berusia tua
memiliki risiko 1.5x menderita preeklampsia, dimana salah satu
komplikasi dari penyakit ini ialah prematuritas (N.
Kusumawardani, 2014).
2) Hipoksia bayi, penelitian yang dilakukan Awad et al menunjukkan
data bahwa skor APGAR pada ibu kelompok usia ≥35 tahun
sebesar 5.8%, sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat
lahir akan memperlihatkan angka kematian yang lebih tinggi yaitu
1.8% dibanding kelompok usia 20-25 tahun (N. Kusumawardani,
2014).
3) Kelainan kongenital, penyebab terjadinya kelainan kongenital pada
bayi masih banyak yang belum diketahui. Namun umumnya
dipengaruhi oleh faktor instrinsik, ekstrinsik, maupun gabungan
keduanya. Faktor intrinsik ialah faktor genetik dan kromosom.
Sementara faktor ekstrinsik ialah infeksi, usia ibu, radiasi, obat-
obatan, nutrisi, maupun social ekonomi. Kelainan kongenital parah
yang paling sering terjadi ialah defek jantung, defek pada neural
31

tube, serta Sindrom Down. Telah diketahui bahwa Sindrom Down


lebih sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh wanita yang
mendekati masa menopause. Frekuensi kelahiran ini akan
meningkat pada ibu yang berusia >30 tahun. Hal ini diduga akibat
kegagalan pemisahan sel terutama pada fase awal miosis (N.
Kusumawardani, 2014).
4) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), Joseph et al menyebutkan
bahwa ibu berusia tua memiliki risiko 1.29 x lebih tinggi untuk
melahirkan bayi BBLR. Hal ini dapat dihubungkan dengan
semakin buruknya perfusi plasenta atau aliran nutrisi transplasenta
pada ibu berusia tua (N. Kusumawardani, 2014).
d. Penanganan Yang Dapat Diberikan Oleh Bidan
1) Komunikasi, Informasi, Edukasi/KIE agar melakukan perawatan
kehamilan yang teratur.
2) Melakukan rujukan kehamilan kepada bidan atau Puskesmas.
3) Membantu menemukan sejak dini adanya penyakit ibu maupun
dari kehamilan dan segera merujuk ke Puskesmas.
4) Memberikan Komunikasi, Informasi, Edukasi/KIE untuk
melahirkan di Puskesmas melalu rujukan terencana (N.
Kusumawardani, 2014).

2.8 Skrining Ibu Hamil


1. Skrining HIV, Hepatitis B, dan Sifilis
Sesuai dengan pasal 7, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak,
Penyelenggaraan Eliminasi Penularan dapat dilakukan melalui deteksi
dini. Deteksi dini dilakukan oleh tenaga kesehatan di setiap fasilitas
pelayanan kesehatan melalui pemeriksaan darah pada ibu hamil paling
sedikit 1 (satu) kali pada masa kehamilan.
32

Beberapa penyakit menular seperti infeksi HIV, Sifilis, dan


Hepatitis B adalah penyakit yang dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi
ke anaknya selama kehamilan, persalinan, dan menyusui, serta
menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian, sehingga berdampak
buruk pada kelangsungan dan kualitas hidup anak. Namun demikian, hal
ini dapat dicegah dengan intervensi sederhana dan efektif berupa deteksi
dini (skrining) pada saat pelayanan antenatal, penanganan dini, dan
imunisasi (Pedoman Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B
dari Ibu ke Anak, 2017).
Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90%
tertular dari ibunya. Prevalensi infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada
ibu hamil berturut-turut 0,3%, 1,7% dan 2,5%. Risiko penularan dari ibu
ke anak untuk HIV adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan
untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90% (Pedoman Eliminasi Penularan
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak, 2017).
Sebagai bentuk tanggung jawab negara dalam menjamin
kelangsungan hidup anak, upaya eliminasi penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dilakukan secara bersama-sama karena infeksi HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B memiliki pola penularan yang relatif sama, yaitu
ditularkan melalui hubungan seksual, pertukaran/kontaminasi darah, dan
secara vertikal dari ibu ke anak. Eliminasi penularan HIV, Sifilis, dan
Hepatitis B bersama-sama atau yang sering disebut “triple eliminasi” ini
dilakukan untuk memastikan bahwa sekalipun ibu terinfeksi HIV, Sifilis,
dan/atau Hepatitis B sedapat mungkin tidak menular ke anaknya. Oleh
karena itu, diperlukan suatu pedoman untuk mencapai eliminasi
penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak sebagai acuan
bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan sesuai
kompetensi dan kewenangannya, masyarakat, dan pemangku kepentingan
terkait (Pedoman Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari
Ibu ke Anak, 2017).
33

Penyelenggaraan eliminasi penularan dilakukan salah satunya


melalui deteksi dini. Deteksi dini adalah upaya untuk mengenali secepat
mungkin gejala, tanda, atau ciri dari risiko, ancaman, atau kondisi yang
membahayakan. Deteksi dini, skrining, atau penapisan kesehatan pada ibu
hamil dilaksanakan pada saat pelayanan antenatal agar seorang ibu hamil
mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, serta
melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Deteksi dini dilakukan sejak
masa konsepsi hingga sebelum mulainya proses persalinan, sifatnya wajib
melalui pelayanan antenatal terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pedoman Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan
Hepatitis B dari Ibu ke Anak, 2017).
Untuk mewujukan deteksi dini yang paripurna maka dilakukan:
a. Deteksi dini kehamilan dalam pelayanan antenatal terpadu berkualitas
dan lengkap dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di setiap fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Deteksi dini risiko infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dilakukan
melalui pemeriksaan darah paling sedikit 1 (satu) kali pada masa
kehamilan (Pedoman Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis
B dari Ibu ke Anak, 2017).
Pemeriksaan laboratorium selama kehamilan, persalinan, dan
nifas merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan antenatal
untuk identifikasi risiko dan komplikasi. Deteksi dini HIV, Sifilis, dan
Hepatitis B dilaksanakan dengan tes cepat (rapid diagnostic test). Untuk
menjamin hasil pemeriksaan yang akurat, setiap hasil yang reaktif pada
deteksi dini wajib dirujuk kepada dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) untuk penegakan diagnosis. Puskesmas dengan sarananya
harus melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap
bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang berpengaruh
pada kesehatan perorangan dan masyarakat (Pedoman Eliminasi
Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak, 2017).
34

Hasil yang diharapkan pada deteksi dini eliminasi penularan


adalah hasil yang negatif sehingga upaya lanjut yang dilakukan adalah
mempertahankan ibu hamil tersebut tetap negatif. Deteksi dini pada
kehamilan ini dapat diulang pada ibu hamil dan pasangan seksualnya
minimal 3 bulan kemudian atau menjelang persalinan, atau apabila
ditemukan indikasi atau kecurigaan (Pedoman Eliminasi Penularan HIV,
Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak, 2017).
2. Skrining Anemia
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan besi (Fe) yang
dinamakan konjugasi protein. Sebagai intinya, besi (Fe) dengan rangka
protoporpyrin dan globulin (tetra phirin). Warna darah merah disebabkan
karena adanya besi (Fe). Oleh karena itu hemoglobin dinamakan juga zat
warna darah. Bersama-sama dengan eritrosit hemoglobin dengan
karbondioksida menjadi karboksihemoglobin dan warnanya merah tua.
Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung
karbondioksida (Hoffbrand, 2006). Hemoglobin adalah protein yang kaya
akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan
dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah.
Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Penurunan ringan kadar hemoglobin selama kehamilan dijumpai
pada wanita normal yang tidak mengalami defisiensi zat besi atau asam
folat. Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume plasma yang lebih besar
dari pada peningkatan massa hemoglobin dan volume sel darah merah
yang terjadi pada kehamilan normal. Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin
yang lebih rendah dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan ketiga dan
kurang dari 10.5 gr/dl pada trimester kedua. Nilai hemoglobin yang
rendah berhubungan dengan masalah klinis seperti anemia. Anemia
adalah kondisi dengan kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 12
gr/dl (Baharutan dkk, 2014)
35

Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil


dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu : (Manuaba 2010)
1. Hb > 11 gr/dl Tidak anemia (normal)
2. Hb 9-10 gr/dl Anemia ringan
3. Hb 7-8 gr/dl Anemia sedang
4. Hb <7 gr/dl Anemia berat
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah,
pucat dan mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas
normal (Sarwono, 2009).
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel maupun tubuh maupun sel otak. Kadar
Hb yang tidak normal dapat mengakibatkan kematian janin dalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, Berat Badan Lahir Rendah, kadar Hb
tidak normal pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.
Pemeriksaan kadar Hb pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pada trimester
I/ ke III. Pada ibu hamil yang kadar hemoglobinnya tidak normal dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi
kemungkinan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dan
premature juga lebih besar (Kristyanasari, 2010).
3. Skrining Kesehatan Gigi
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut bermanfaat untuk
menjaga kondisi janin agar tetap tumbuh dan berkembang secara sehat
dan sempurna, serta mencegah terjadinya kelahiran bayi dengan berat
badan tidak normal atau kelahiran prematur. Pemeriksaan gigi sebaiknya
dilakukan pada trimester ke II/ke III. Selama kehamilan sangat penting
untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga fungsi pengunyahan
tetap baik dan asupan gizi tetap baik dan ibu hamil tetap sehat, serta
mencegah penyakit gigi dan mulut menjadi lebih parah. Makanan yang
baik untuk kesehatan gigi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan ialah
makanan yang banyak mengandung serat, seperti buah-buahan dan
36

sayuran. (Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil


dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di Fasyankes, 2012).
Untuk mencegah timbulnya ganguan di rongga mulut selama
masa kehamilan, perlu diciptakan tingkat kebersihan mulut yang optimal.
(Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak
Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di Fasyankes, 2012).
Ada beberapa hal yang perlu ditekankan kepada ibu hamil dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi
dan mulut selama masa kehamilan, yaitu:
1. Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, segera bersihkan mulut
dengan berkumur-kumur dengan secangkur air ditambah 1 sendok teh
soda kue (sodium bicarbonat) dan menyikat gigi 1 jam setelah
muntah.
2. Mengatur pola makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang atau
angka kecukupan gizi dan membatasi makanan yang mengandung
gula.
3. Menyikat gigi secara teratur dan benar minimal 2x sehari, pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur.
4. Memeriksakan keadaan rongga mulut ke dokter gigi karena kunjungan
ke dokter gigi pada masa kehamilan bukanlah merupakan hal yang
kontra indikasi (Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Ibu Hamil dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di
Fasyankes, 2012).
Penyakit gigi dan mulut yang tidak dirawat dapat menjadi
sumber infeksi dan bisa menyebar melalui peredaran darah ke organ-
organ tubuh yang lain, misalnya ke jantung, ginjal, saluran pencernaan,
kulit, mata. Hal ini juga dapat membahayakan janin pada seorang ibu
hamil berupa kelahiran prematur (lahir sebelum waktunya) dan bayi lahir
dengan berat badan rendah (Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di
Fasyankes, 2012).
37

2.9 Konseling KB
Sesuai dengan pasal 18 Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual, Pelayanan kontrasepsi dilakukan melalui pergerakan pelayanan
kontrasepsi, pemberian atau pemasangan kontrasepsi, dan penanganan
terhadap efek samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi. Pemberian
atau pemasangan kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam harus didahului
oleh konseling dan persetujuan tindakan medik (Informed Consent).
Konseling dapat berupa komunikasi, informasi, dan edukasi tentang metode
kontrasepsi yang harus dilakukan secara lengkap dan cukup sehingga pasien
dapat memutuskan untuk memilih metoda kontrasepsi yang akan digunakan
(informed choise).
Pada pasal 22 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 97 Tahun 2014, pilihan metode kontrasepsi yang dilakukan oleh
pasangan suami istri harus mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak,
kondisi kesehatan, dan norma agama. Pilihan mengikuti metode kontrasepsi
rasional sesuai dengan fase yang dihadapi pasangan suami istri meliputi
menunda kehamilan pada pasangan muda atau ibu yang belum berusia 20
(dua puluh) tahun, menjarangkan kehamilan pada pasangan suami istri yang
berusia antara 20 (dua puluh) sampai 35 (tiga puluh lima) tahun, atau tidak
menginginkan kehamilan pada pasangan suami istri yang berusia lebih dari
35 (tiga puluh lima) tahun.
Metode kontrasepsi dapat berupa metode jangan panjang dan jangka
pendek. Metode kontrasepsi jangka pendek meliputi suntik, pil, dan
kondom. Metode kontrasepsi jangka panjang meliputi Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR), Alat Kontrasepsi Bawah Kulit atau implan, Metode
Kontap/Metode Operasi Pria (MOP), dan Metode Kontap/ Metode Operasi
Wanita (MOW) (Tim Idtesis, 2014).
38

Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi


keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang dilakukan terhadap
salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan,
secara mantap dan sukarela. Yang dimaksud dengan kontrasepsi mantap
ialah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan atau dengan
kata lain setiap tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau saluran
mani yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak
akan memperoleh keturunan lagi (Tim Idtesis, 2014).
Secara umum yang hasrus dipenuhi calon peserta kontrasepsi mantap
yaitu sukarela, dimana calon peserta kontrasepsi mantap harus secara
sukarela menerima pelayanan kontrasepsi mantap, artinya calon peserta KB
tersebut tidak dipaksa atau ditekan untuk menjadi peserta kontrasepsi
mantap. Bahagia, dimana setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus
memenuhi syarat kebahagiaan artinya calon peserta tersebut terikat dalam
perkawinan yang syah dan harmonis, telah dianugerahi sekurang-kurangnya
2 orang anak dengan umur anak terkecil 2 tahun, dan dengan
mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun. Dan
kesehatan, dimana setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus memenuhi
syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan kontra indikasi kesehatan jika
kepada calon peserta tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi mantap (Tim
Idtesis, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Kunjungan : 22 Februari 2019 Jam : 18.40 WIB


Tempat pengkajian : Polindes Teluk Sasah Pengkaji : Penulis

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “S”
Umur : 38 th Umur : 43 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Buruh Harian
Lepas
Alamat : Gg. Mawar No. 4 RT.004/RW.002, Kec. Seri Kuala
Lobam
Gol.darah :O Gol.darah :-

2. Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang

3. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun f. Masalah : Tidak ada
b. Siklus hari : 28 hari g. Disminorhea : Ada
c. Teratur/tidak : teratur h. HPHT : 13 08 2018
d. Lama hari : 7 hari i. TP : 20 05 2019
e. Banyak ganti pembalut : 2x /duk

39
40

5. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu


Komplikasi Bayi Nifas
Anak Tgl Jenis Tempat Peno-
Uk
ke- lahir persalinan persalinan long Bayi Ibu BB/JK Keadaan Keadaan

30
40 Apotik Bd. Tidak Tidak 3.500 gr
Pertama Juni Normal Baik Baik
mg Bersalin Yeni ada ada / lk
2003
24
40 Apotik Bd. Tidak Tidak 3.500 gr
Kedua April Normal Baik Baik
mg Bersalin Yeni ada ada / pr
2010

Hamil Ini

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


G3P2A0 H2
a. HPHT : 13 08 2018
b. TP : 20 05 2019
c. UK : 28 mg
d. Kunjungan ANC : K4
e. Frekuensi : Teratur
f. Obat yang biasa dikonsumsi selama kehamilan : Calviplex
g. Gerakan janin : 10 x sehari
h. Pergerakan janin pertama kali : 16 mg
i. Keluhan-keluhan pada
TM I : Mual, muntah
TM II : Sakit tenggorokan
TM III : -
j. Riwayat pemeriksaan lab

Kebersihan
Hb HBsAg Sifilis HIV
Gigi

Belum
Hasil 14 g/dL Negatif Negatif Negatif
dilakukan
41

7. Riwayat Imunisasi
TT I : Ada, usia ibu 3 bulan TT IV : Ada, usia ibu 21 tahun (hamil 6
(bayi) bulan)
TT II : Ada, usia ibu 7 tahun TT V : Ada, usia ibu 37 tahun (hamil
(SD) ini, 22 Februari 2019)
TT III : Ada, usia ibu 21
tahun (pra nikah)

8. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita Sekarang / Yang Lalu


Jantung : Tidak ada TBC : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Pre eklampsia : Tidak ada
Diabetes mellitus : Tidak ada Eklampsia : Tidak ada
Malaria : Tidak ada PMS : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada Riwayat operasi
Asma : Tidak ada abdomen/SC : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada

9. Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi : Tidak ada Ginjal : Tidak ada
Diabetes mellitus : Tidak ada PMS : Tidak ada
Asma : Tidak ada TBC : Tidak ada
Jantung : Tidak ada

10. Riwayat Kontrasepsi


Rencana penggunaan alat KB : Ada
Jenis KB yang akan digunakan : Belum tahu
Jenis KB yang pernah digunakan : Suntik 3 bulan
Masalah dalam penggunaan KB : Tidak ada
Alasan berhenti menjadi akseptor : Hamil ini
42

11. Riwayat Sosial Ekonomi dan Psikologi


a. Status perkawinan : Sah
b. Kawin : 1 kali
c. Lama nikah : 17 tahun
d. Menikah pertama pada umur : 21 tahun
e. Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Bahagia
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah : Kepala keluarga
g. Tempat dan petugas yang diinginkan
untuk membantu persalinan : Polindes Teluk
Sasah
h. Tempat rujukan jika terjadi komplikasi : RSUP Tengku
Haji Daud

12. Activity Daily Living


a. Pola makan & minum
Makan
Jenis : Nasi, lauk, sayur, air mineral
Frekuensi : 3 kali sehari
Minum
Jenis : Air Putih
Frekuensi : 7-8 kali sehari
b. Pola istirahat
Tidur siang : 30 menit
Tidur malam : 8 jam
c. Pola eliminasi
BAK : 8 x /hari Warna : Putih
BAB : 1 x /hari Konsistensi : Lunak Warna : Coklat
Lendir darah : Tidak ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2 x /hari
Ganti pakaian dan pakaian dalam : 2 x /hari
43

e. Aktivitas
Pekerjaan sehari-hari : Membersihkan rumah
Keluhan : Tidak ada
f. Kebiasaan hidup
Merokok : Tidak ada
Minum-minuman keras : Tidak ada
Obat terlarang : Tidak ada
Minum jamu : Tidak ada

13. Rencana Persiapan Persalinan


Tempat akan bersalin : Polindes Teluk Sasah
Penolong persalinan : Bd. Martha Christiani M., Amd, Keb
Transportasi : Motor
Nama calon pendonor : Belum tahu
Pendamping persalinan : Suami
Penjaga anak lainnya dirumah : Anak pertama (SMK)
44

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Respirasi : 22 x
Kesadaran : Compos /menit
mentis BB sebelum hamil : 49 kg
Tekanan darah : 110/70 BB sekarang : 57 kg
mmHg Tinggi badan : 146 cm
Nadi : 82 x /menit LILA : 25 cm
Suhu : 36,5 ºC

2. Pemeriksaan Fisik
a. Postur tubuh : Baik
b. Kepala
1.) Rambut : Hitam 3.) Bentuk rambut : Keriting
2.) Kebersihan : Bersih
c. Mata
1.) Conjungtiva : Merah 2.) Sclera : Putih
muda
d. Muka
1.) Oedema : Tidak ada
e. Mulut
1.) Stomatitis : Tidak 2.) Gigi berlubang : Tidak ada
ada 3.) Carries : Tidak ada
f.Telinga
1.) Bentuk : Simetris 2.) Pengeluaran : Tidak ada
g. Leher
1.) Kelenjar tyroid : Tidak 2.) Vena jugularis : Tidak ada
ada pembesaran
h. Payudara
1.) Bentuk : Simetris 2.) Keadaan puting susu :
Tidak ada pengeluaran
45

3.) Aerola mamae: Kehitaman 5.) Kebersihan : Bersih


4.) Pembesaran mamae : Ada
i. Paru-paru
1.) Bunyi nafas : Teratur
j. Jantung
1.) Bunyi : Teratur
k. Abdomen
1.) Pembesaran perut : Ada
2.) Luka bekas operasi : Tidak ada
l. Inspeksi
1.) Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan/tidak : Sesuai
2.) Linea nigra : Tidak ada
3.) Bekas luka/operasi : Tidak ada
4.) Striae grafidarum : Ada
m. Palpasi
1.) TFU : 27 cm
2.) Leopold I : 2 jari diatas pusat
Teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
3.) Leopold II : Disisi kiri teraba memapan (punggung)
Disisi kanan teraba tonjolan kecil (ekskremitas)
4.) Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Kepala dapat digoyangkan, belum masuk PAP
5.) Leopold IV : Tidak dilakukan
6.) TBJ : 2.170 gr
n. Auskultrasi
1.) DJJ : Ada (doppler)
2.) Irama : Teratur
3.) Frekuensi : 140x/i
4.) Punctum maximum : perut ibu sisi kanan, disebelah pusar
46

o. Genetalia
1.) Varises : Tidak dilakukan
2.) Odema : Tidak dilakukan
3.) Pembesaran kelenjar bartolini : Tidak dilakukan
4.) Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan
5.) Bekas luka/jahitan perineum : Tidak dilakukan
6.) Anus : Tidak dilakukan
p. Tangan dan kaki
1.) Oedema pada tungkai bawah : Tidak ada
2.) Varises : Tidak ada
3.) Pergerakan : Normal
q. Perkusi : (+/+)
r. Pemeriksaan Panggul
1.) Lingkar panggul : 80 cm (normal 80-90 cm)
2.) Distansia cristarum : 28 cm (normal 26-29 cm)
3.) Distansia spinarum : 24 cm (normal 23-26 cm)
4.) Conjungata externa : 22 cm (normal 18-20 cm)
s. Pemeriksaan dalam
1.) Dinding vagina : Tidak dilakukan
2.) Portio : Tidak dilakukan
3.) Pembukaan serviks : Tidak dilakukan
4.) Konsistensi Portio : Tidak dilakukan
5.) Ketuban : Tidak dilakukan
6.) Presentasi fetus : Tidak dilakukan
7.) Posisi : Tidak dilakukan
t. Pemeriksaan penunjang
1.) Tanggal : Tidak dilakukan
2.) Jenis pemeriksaan : Tidak dilakukan
3.) Hasil : Tidak dilakukan
47

C. ASSESMENT
Diagnosa : Ny. S G3P2A0H2 Usia Kehamilan 28 Minggu dengan
keadaan ibu dan janin baik
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
Diagnosa Potensial : Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), Bayi
Lahir Asfiksia, Persalinan dengan Induksi, Sectio
Caesaria, dan Transfusi Darah
D. PLANNING
1. Menginformasikan ibu bahwa keadaannya dan janin baik Ibu mengerti
keadaan umum diri ibu dan janin baik.
2. Menginformasikan ibu bahwa kehamilannya termasuk kedalam kehamilan
dengan faktor resiko terlalu tua, dimana dapat berakibat peningkatan
kebutuhan persalinan dengan induksi, sectio caesaria, serta peningkatan
kebutuhan transfusi darah. untuk ibu dan prematuritas, berat bayi lahir
rendah (BBLR), bayi lahir asfiksi untuk janin. Ibu mengerti keadaan
kehamilannya.
3. Memberikan ibu konseling KB jangka panjang. Ibu mengerti dan bersedia
menggunakan KB jangka panjang yaitu MOW setelah melahirkan.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan skrining kebersihan gigi pada
kunjungan selanjutnya di puskesmas (trimester II dan III)
5. Menginformasikan ibu untuk mempersiapkan yang dibutuhkan untuk
menghadapi persalinan, khususnya pendonor darah, ibu mengerti dan
bersedia mempersiapkan kebutuhan persalinan.
6. Memberikan ibu therapy caviplex (vitamin) dan sf (penambah darah). Ibu
mengerti , bersedia meminum dan paham cara mengkonsumsi obat.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau
jika ada keluhan, ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang.
8. Mendokumentasikan hasil tindakan yang dilakukan
48

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. S, didapatkan usia ibu 37 tahun. Usia ibu termasuk
kedalam kategori kehamilan dengan faktor resiko terlalu tua, dimana dapat
berakibat peningkatan kebutuhan persalinan dengan induksi, sectio caesaria, serta
peningkatan kebutuhan transfusi darah. untuk ibu dan prematuritas, berat bayi
lahir rendah (BBLR), bayi lahir asfiksi untuk janin.
Sebagaimana yang disebutkan di bab pembahasaan mengenai konseling
kontrasepsi, pilihan metode kontrasepsi yang dilakukan oleh pasangan suami istri
harus mempertimbangkan diantaranya usia, paritas, jumlah anak, kondisi
kesehatan, dan norma agama. Disebutkan pasangan suami istri yang berusia lebih
dari 35, termasuk kategori tidak menginginkan kehamilan. Serta disebutkan juga
syarat untuk kontrasepsi mantap diantaranya adalah syarat kebahagiaan artinya
calon peserta tersebut terikat dalam perkawinan yang syah dan harmonis, telah
dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak dengan umur anak terkecil 2 tahun,
dan dengan mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun. Karena
kehamilan ibu termasuk dalam resiko terlalu tua, maka penulis menyarankan ibu
untuk memilih KB jangka panjang.
Penulis menyarankan Ny. S untuk melakukan skrining kesehatan gigi,
yang bertujuan untuk memeriksakan apakah kalsium yang di butuhkan janin
tercukupi, melihat dari ada atau tidaknya caries/gigi berlubang pada ibu. Penulis
juga menyarankan ibu untuk mencari pendonor darah karena kehamilan dengan
faktor resiko terlalu tua dapat menyebabkan pendarahan saat persalinan.
49

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang
diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pada
hakikatnya pemeriksaan kehamilan bersifat preventif dan bertujuan
mencegah hal yang tidak diinginkan bagi ibu dan janin.
Tujuan utama asuhan kebidanan adalah untuk memfasilitasi kasih
yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina
hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi
yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan.
Adapun pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara
lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.
1. Data Subjektif
Pada tanggal 22 Februari 2019, pukul 18.40 WIB, Ny. S datang ke
Polindes Teluk Sasah dengan alasan ingin melakukan pemeriksaan
kehamilannya. Dalam pemeriksaan ini juga tidak terdapat riwayat penyakit
yang menyertai kehamilan saat ini, tidak terdapat riwayat operasi yang
berhubungan dengan kandungan, tidak terdapat riwayat operasi yang tidak
berhubungan dengan kandungan dan juga tidak memiliki riwayat alergi
makanan dan obat-obatan. Keadaan emosi ibu stabil dan pandangan
terhadap kehamilan juga ibu, suami, keluarga merasa sangat senang untuk
menanti kelahiran anak pertama mereka tersebut. Kebutuhan sehari-hari
ibu juga normal.
50

2. Data Objektif
Pada pemeriksaan ini Ny. S melakukan pemeriksaan umum yang
didapat yaitu KU: baik. TD: 110/70 / mmHg, suhu: 36,5°C, respirasi 22
x/i, dan nadi 82 x/i. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan kepala
yaitu: rambut hitam, keriting dan bersih, mata: konjugtiva tidak pucat dan
sclera tidak ikterik. muka: tidak ada oedema dan ibu tidak terlihat pucat,
hidung : bentuk simetris dan tidak ada polip, mulut: tidak ada stomatitis,
gigi tidak berlubang, carries tidak dialami oleh Ny. S, leher : tidak ada
pembengkakan pada kelenjar thyroid, abdomen : adanya pembesaran perut
,tidak terdapat luka bekas operasi.
3. Penegakan Diagnosa Kehamilan
Dari pengkajian yang dilakukan terdapat diagnosa Ny. S G3P2A0H2
usia kehamilan 28 minggu dengan kehamilan normal.
4. Perencanaan dilakukan dengan asuhan kebidanan terhadap Ny. S berupa
menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan keadaan umum
dan tanda vital ibu baik, memberitahu faktor faktor resiko kehamilan,
ketidak nyamanan pada trimester III, tanda bahaya kehamilan trimester III,
mengajurkan ibu untuk melakukan skrining dan mengingkatkan ibu untuk
mengosumsi obat dari bidan serta mengingatkan informasi waktu
kunjungan ulang ibu.
51

5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu dalam melakukan asuhan kebidanan pada
ibu hamil normal
2. Bagi Intitusi
Diharapkan bagi institusi selalu memberikan bimbingan dan arahan
kepada mahasiswi dalam menjalani praktik kebidanan terutama mengenai
hal-hal baru yang ditemui mahasiswi dilahan praktik yang belum
didapatkan di pendidikan, sehingga kualitas pendidikan pun dapat
diangkat khususnya program studi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang.
3. Bagi Lahan Praktik
Petugas kesehatan khususnya bidan dapat mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
menggunakan langkah-langkah yang sesuai dengan teori.
4. Bagi Klien
Diharapkan klien mampu menjaga kehamilannya setelah mengetahui
kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA

Aeni. 2013. Faktor Resiko Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 7
No. 10
Awad et al. 2013. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 di
Poliklinik Endokrin RSU Prof Dr.R.D. Kandou Manado. Jurnal e-
Biomedik
Baharutan et al. 2014. Gambaran Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayan Kota Manado. SKRIPSI.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado
E. Norma. 2012. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil Pada Pelayanan Antenatal Care
(Diakses melalui
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jim/artikel/download/10742/
8519 tanggal 24 Februari 2019 Jam 14.10 WIB)
Evelyn. 2009. Anatomi dan Fsiologis untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Greenberg et al. 2009. Clinical Neurology 7 Edition. San Fransisco:McGraw-Hill
Hapsari. 2014. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Alkautsar Group
Helena. 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan
Pola Makan dalam pemenuhan Gizi (Diakses melalui
https://www.e-jurnal.com/2015/05/gambaran-pengetahuan-gizi-
ibu-hamil.html tanggal 24 Februari 2019 Jam 15.00 WIB)
Hoffbrand. 2006. Selekta Hematologi Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Indrawati. 2016. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Resiko Tinggi
dengan Penyuluhan Berbasis Media (diakses melalui
http://media.neliti.com tanggal 24 Februari pukul 13.40 WIB)
Irianti, Bayu, dkk. 2013. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta:Sagung Seto
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: CV
Andi Offset
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu Ke Anak.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Modul Pedoman Pemeliharaan
Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Usia Anak Balita
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 97
Kristyanasari. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika
Kusmiyati, Yuni. 2008. Perawatan Ibu Hamil : Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta :
Fitramaya. Maulana, 2008. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC
N. Kusumawardani, dkk. 2010. Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Resiko Kehamilan “4 Terlalu” Pada Wanita Usia 10-59 Tahun
(Diakses melalui https://media.neliti.com/media/publication/2078-
ID-faktor-faktor-yang-berpengaruh-terhadap-resiko-kehamilan-4-
terlalu-4-T-pada -wani.pdf tanggal 24 Februari 2019 Jam 15.40
WIB)
Pantikawati I, Saryono. 2010. Asuhan kebidanan I (Kehamilan). Jogjakarta: Nuha
Medika
Purwaningsih, W, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Polindes Teluk Sasah. 2018. Data KIA Desa Polindes Teluk Sasah. Polindes
Teluk Sasah
Rochjati, Poeedji. 2008. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya:
Airlangga Universitas Press
Romauli, Suryati. 2011. Buku Ajar ASKEB I: “Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan”. Yogyakarta: Nuha Medika
Saifuddin, A B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sarwono. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
Sutisna. 2009. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester I, II, dan III ((Diakses melalui
https://www.academia.edu/4951487/kebutuhan_bumil_trimester_1
_2_3 tanggal 24 Februari 2019 Jam 13.20 WIB)
Tim Idtesis.com. 2014. Pengertian Kontrasepsi Mantap (Diakses melalui
https://idtesis.com/pengertian-kontrasepsi-mantap/ tanggal 24
Februari 2019 Jam 13.40 WIB)
Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta, EGC
Wagiyo & Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan Bayi
Baru Lahir Fisiologi dan Patologis. Yogyakarta: CV Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai