100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
60 tayangan3 halaman
Buku ini membahas dua pendekatan untuk melakukan perubahan organisasi, yaitu pendekatan rasional dan emosional. Pendekatan rasional berfokus pada analisis lingkungan dan menentukan target baru, sedangkan pendekatan emosional menekankan pada kepemimpinan karismatik dan transformasional untuk membangun hubungan emosional antara pemimpin dan pengikut. Tidak ada pendekatan yang paling ideal dan harus disesuaikan dengan kondisi organisasi.
Buku ini membahas dua pendekatan untuk melakukan perubahan organisasi, yaitu pendekatan rasional dan emosional. Pendekatan rasional berfokus pada analisis lingkungan dan menentukan target baru, sedangkan pendekatan emosional menekankan pada kepemimpinan karismatik dan transformasional untuk membangun hubungan emosional antara pemimpin dan pengikut. Tidak ada pendekatan yang paling ideal dan harus disesuaikan dengan kondisi organisasi.
Buku ini membahas dua pendekatan untuk melakukan perubahan organisasi, yaitu pendekatan rasional dan emosional. Pendekatan rasional berfokus pada analisis lingkungan dan menentukan target baru, sedangkan pendekatan emosional menekankan pada kepemimpinan karismatik dan transformasional untuk membangun hubungan emosional antara pemimpin dan pengikut. Tidak ada pendekatan yang paling ideal dan harus disesuaikan dengan kondisi organisasi.
Organisasi merupakan seperangkat pengaturan yang sistematik, terdiri dari
sekumpulan orang-orang yang memiliki tujuan bersama. Pertumbuhan organisasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan organisasi, yaitu semua pihak yang berada di dalam dan luar organisasi. General enviromenmental atau lingkungan eksternal dapat dikatakan sebagai lingkungan yang sulit untuk dikendalikan karena berada di luar organisasi dan sifatnya dinamis, sehingga organisasi harus cepat tanggap terhadap perubahan. Sebab, seiring dengan perkembangan zaman, kondisi sosial- budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pun turut berubah ke arah yang lebih baik dan maju dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Apabila organisasi berada dalam kondisi stagnan, hal ini akan berdampak buruk kepada organisasi.
Namun, dalam melakukan perubahan organisasi pasti menemukan
hambatan. Perubahan terhambat karena ada tendensi untuk mempertahankan status quo, yang kemudian cenderung adanya resistensi terhadap perubahan organisasi. Hal ini disebabkan oleh anggota organisasi yang khawatir tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang dapat mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaannya. Maka, untuk menjaga kondisi organisasi agar dapat bertahan melewati arus perubahan, dibutuhkannya pemimpin yang cakap dalam mengelola organisasi dan metode pendekatan yang tepat. Buku ini menyebutkan dua metode pendekatan untuk melakukan perubahan organisasi, yaitu pendekatan rasional dan pendekatan emosional. Dalam dua pendekatan ini, penulis pun memberikan arahan apa yang seharusnya dilakukan oleh pemimpin sesuai dengan pendekatan yang dipilih.
PENDEKATAN RASIONAL
Pendekatan rasional berusaha meningkatkan rasa kurang puas seluruh
anggota organisasi sehingga dapat timbul keinginan untuk berubah. Namun, pemimpin perlu menciptakan model yang mampu menganalisis lingkungan internal dan eksternal organisasi, visi, menentukan target baru yang menyesuaikan visi, serta mengidentifikasi perubahan sistem yang diperlukan. Upaya preventif bertujuan mencegah munculnya rasa jenuh dalam diri anggota organisasi akibat rasa kurang puas terhadap kondisi organisasi.
Perubahan organisasi dimulai dari menyusun visi dan menetapkan target.
Seorang pemimpin perlu memahami perbedaan dari visi organisasi dan target organisasi. Sebuah visi memberikan panduan untuk menjalankan organisasi. Panduan membantu organisasi dalam mengambil keputusan tentang apa yang seharusnya dilakukan, termasuk pegawai seperti apa yang perlu direkrut atau dipertahankan, menyusun satuan operasional kerja, dan lain sebagainya. Namun, saat melakukan perubahan visi pun pemimpin perlu memperhatikan struktur organisasi, budaya organisasi, sistem yang berlaku dalam organisasi, kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin itu sendiri dan jajaran bawahannya. Untuk memastikan anggota organisasi mampu mencapai visi yang telah dibentuk, dalam penyusunannya turut mengikutsertakan anggota organisasi. Sehingga, ekspetasi yang ingin digapai pun tergolong realistis, dalam arti lain tidak jauh melampaui kapabilitas para anggota organisasi. Sebab apabila tidak, yang terjadi adalah pegawai akan kembali kepada kebiasaan semula dan sistem pun turut bergerak mundur.
Berdasarkan pendekatan rasional, pemimpin yang ideal ialah pemimpin
yang memiliki leadership skill dan management skill. Leadership skill lebih berfokus kepada pemberdayaan sumber daya manusia dan merancang desain organisasi, sedangkan management skill dibutuhkan untuk mengelola dan mengimplementasikan gagasan-gagasan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
PENDEKATAN EMOSIONAL
Meskipun pendekatan rasional kerap dijadikan acuan sebagai model
pendekatan ideal dalam melakukan perubahan organisasi, faktanya pendekatan emosional digunakan oleh pemimpin-pemimpin dunia yang kemudian mampu membuat perubahan besar dan bersifat fundamental. Sebut saja Vladimir Lenin, Mahatma Gandhi, Mao Zedong, Adolf Hitler, Nelson Mandela, dan Martin Luther King, Jr.
Tipe kepemimpinan dalam pendekatan emosional terbagi menjadi dua,
yaitu charismatic leadership dan transformasional leadership. Kepemimpinan karismatik pada dasarnya adalah suatu metode untuk mendorong perilaku tertentu kepada orang lain dengan cara komunikasi yang fasih, persuasi dan kekuatan kepribadian sehingga dapat terjalin hubungan emosional yang baik antara pemimpin dengan pengikutnya. Para pemimpin yang karismatik memotivasi para pengikut untuk menyelesaikan sesuatu atau meningkatkan cara dengan melakukan hal-hal tertentu. Sedangkan kepemimpinan transformasional memiliki kemampuan manajemen yang baik, memiliki visi yang baik, dan retoris. Tipe kepemimpinan ini dianggap akan lebih berhasil dalam melakukan perubahan organisasi, karena pada dasarnya perbedaan antara kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan transformasional ialah terletak pada fokus. Kepemimpinan karismatik memilih untuk membuat status quo menjadi lebih baik, sedangkan kepemimpinan transformasional berusaha mentrasformasi organisasi sebagaimana visi yang dibentuk oleh pemimpin.
Perbedaan mendasar diantara kedua tipe kepemimpinan tersebut dapat
dilihat mulai dari visi. Pemimpin kharismatik menciptakan visi dengan membawa nilai-nilai yang dianut oleh mereka sendiri, sedangkan pemimpin transformasional mencerminkan nilai-nilai para pengikutnya sehingga elemen-elemen dalam perubahan organisasi menyesuaikan kondisi jajaran bawahannya. Kedua, perbedaannya terletak pada personalized leadership. Kepemimpinan kharismatik lebih pandai dalam memahami isyarat sosial (emosi para pengikutnya), kemudian menyesuaikan pesan yang akan disampaikan. Lain halnya dengan kepemimpinan transformasional memilih untuk memberdayakan jajaran bawahannya dengan memberikan mereka tantangan berupa tugas-tugas baru dan mendorong untuk meningkatkan kemampuan mereka.
Model pendekatan dalam perubahan organisasi serta gaya kepemimpinan
tidak ada yang bisa sebut paling ideal, karena pada dasarnya seluruh teori dapat digunakan, menyesuaikan kondisi serta kebutuhan suatu organisasi.