Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL BEST PRACTICE
Djoko Setiyono
Muhamad Dwi Sarwono
Djoko Setiyono
Muhamad Dwi Sarwono
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya, Modul Best Practice berjudul “Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan
dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur Potensi Gangguan Keamanan dan
Ketertiban” telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali para pembaca
agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
Modul Best Practice pada artinya dapat menjadi sumber belajar guna
memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit dua puluh
jam pelajaran (JP) bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN).
v
Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian
modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas
publikasi ini. Semoga modul ini dapat berkontribusi positif bagi para pembacanya
dan para pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
Hantor Situmorang
NIP 196703171992031001
vii
viii Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN........................................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
BAB 1
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat....................................................................................... 2
C. Manfaat...................................................................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran................................................................................. 3
E. Materi Pokok.............................................................................................. 3
F. Petunjuk Belajar......................................................................................... 3
BAB 2
KONSEP DASAR INTELIJEN PEMASYARAKATAN
DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI............................................................ 5
A. Pengertian/Definisi..................................................................................... 5
B. Peran dan Fungsi Intelijen ........................................................................ 7
C. Instrumen Deteksi Dini............................................................................... 10
BAB 3
PENTINGNYA PEMAHAMAN TENTANG PERAN INTELIJEN
PEMASYARAKATAN DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI.......................... 15
A. Sistem Deteksi Dini Intelejen Pemasyarakatan......................................... 15
B. Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan............................................. 17
BAB 4
IMPLEMENTASI PERAN INTELIJEN PEMASYARAKATAN
DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI............................................................ 21
A. Implementasi Peran Intelijen Pemasyarakatan.......................................... 21
B. Sumber Daya Manusia Dalam Melakukan Fungsi Intelijen....................... 22
ix
C. Sarana dan Prasarana .............................................................................. 23
D. Identifikasi Intelijen Pemasyarakatan......................................................... 24
E. Strategi Intelijen Pemasyarakatan............................................................. 26
F. Produk Intelijen Pemasyarakatan.............................................................. 36
G. Sifat Intelijen Pemasyarakatan.................................................................. 39
H. Kewenangan dan Kode Etik Petugas Intelijen Pemasyarakatan............... 40
I. Bisnis Proses Intelijen Pemasyarakatan.................................................... 40
J. Prosedur.................................................................................................... 43
BAB 5
PENUTUP....................................................................................................... 45
A. Simpulan.................................................................................................... 45
B. Saran dan Rekomendasi........................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 49
LAMPIRAN...................................................................................................... 51
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan proses penerimaan, pemeliharaan, dan perawatan
tahanan sampai dengan proses pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) maupun proses pembimbingan klien Pemasyarakatan bukanlah hal yang
mudah. Penyelenggaraan proses ini juga harus mempertimbangkan ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam ataupun dari luar yang
dapat menggagalkan penyelenggaraan proses dimaksud sehingga dibutuhkan
serangkaian tindakan yang efektif, efisien dengan mengedepankan nilai-nilai
penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.
1
B. Deskripsi Singkat
Mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2011 Tentang Intelijen Negara, bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial sebagaimana diamanatkan di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penting dilakukan
deteksi dini dan peringatan dini yang mampu mendukung upaya menangkal segala
bentuk ancaman yang membahayakan eksistensi dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari materi ini adalah:
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, para pembelajar diharapkan mampu
menjelaskan serta mengaplikasikan instrumen deteksi dini dalam
rangka memberikan saran serta rekomendasi.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari materi ini, para pembelajar diharapkan mampu:
1. Menjelaskan Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan.
2. Menjelaskan Empat Elemen Instrumen Deteksi Dini.
E. Materi Pokok
Materi pokok yang dibahas dalam materi ini adalah:
F. Petunjuk Belajar
Sebagai pembelajar, agar dalam proses pembelajaran maupun internalisasi
“Strategi Belajar Mandiri” dapat berjalan lebih lancar, dan indikator hasil belajar
tercapai secara baik, Anda kami sarankan untuk mempelajari secara urut,
menambah referensi lain yang terkait, serta berdiskusi dengan beberapa pihak
untuk mendapatkan gambaran pengetahuan lain sekaligus penguatan tentang
model pembelajaran dengan pendekatan strategi Corporate University atau
pembelajaran terintegrasi dan lebih baik lagi bila membuat kelompok pembelajar
(learning community) yang merupakan komunitas yang rutin dan intensif
mengadakan pertemuan untuk mendalami pengetahuan ini, sehingga dalam
A. Pengertian/Definisi
Dalam Standar Pelaksanaan Intelijen Pemasyarakatan ini yang dimaksud
dengan:
5
5. Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan adalah serangkaian
aktifitas mempertahankan kemampuan intelijen Pemasyarakatan,
cipta kondisi dan penguatan jejaring intelijen internal dan eksternal;
6. Verifikasi adalah suatu kegiatan dalam rangka konfirmasi melalui
bukti objektif bahwa persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi;
7. Analisis Intelijen adalah suatu kegiatan dalam rangka menghimpun
dan mengolah data informasi yang selanjutnya disajikan dalam bentuk
laporan yang digunakan sebagai bahan keputusan pimpinan;
8. Unit Intelijen Pemasyarakatan yang selanjutnya di sebut UIP adalah
unit yang melakukan kegiatan intelijen sesuai dengan surat keputusan
Direktur Jenderal Pemasyarakatan;
9. Petugas Intelijen adalah Petugas Pemasyarakatan yang ditunjuk dan
diangkat sebagai agen intelijen berdasarkan surat keputusan Direktur
Jenderal Pemasyarakatan;
10. Pemetaan Potensi Gangguan Kamtib adalah serangkaian kegiatan
dalam rangka melakukan deteksi dini rawan gangguan kamtib di UPT
Pemasyarakatan dengan menggunakan instrumen/alat ukur yang
berfungsi mengukur tingkat kerawanan gangguan kamtib di UPT
Pemasyarakatan;
11. Bahan Keterangan adalah tanda-tanda, gejala-gejala, fakta, masalah,
atau peristiwa sebagai hasil usaha mempelajari, mengetahui, dan
menghayati dengan menggunakan panca indera tentang suatu situasi
dan kondisi;
12. Informasi adalah bahan keterangan yang masih mentah dan
memerlukan pengolahan lebih lanjut;
13. Operasi Intelijen Pemasyarakatan adalah serangkaian kegiatan
Penyelidikan, pengalangan dan Pengamanan yang dilakukan dalam
upaya cipta kondisi di UPT Pemasyarakatan;
14. Laporan Informasi adalah laporan /informasi yang diterima baik oleh
Masyarakat maupun Petugas intelijen;
1. Pengumpulan Bahan/Data
Bahan/data dikumpulkan dari sumber data terbuka dan tertutup yang
sudah direncanakan dalam analisis sumber. Pengumpulan ini bertujuan
menilai kualitas dan kuantitas data yang dapat digunakan. Apabila ada
kekurangan/kekosongan data perlu diminta kepada badan pengumpul
di lapangan, hal ini tentu memerlukan waktu dan analisis terikat pada
waktu penyerahan tulisan Intelijen kepada pengguna.
2. Pembuatan Hipotesa
Setelah data terkumpul dibuat hipotesa. Hipotesa adalah pernyataan
yang membimbing analisis dalam pencarian data yang mendukung
atau menolak pernyataan tersebut. Dalam pengertian umum hipotesa
adalah pernyataan sementara yang dianggap benar, yang kemudian
peneliti berusaha membuktikan apakah benar atau tidak benar.
3. Pengumpulan Data Tambahan
Langkah ini digunakan apabila hipotesa menghendaki data tambahan
untuk meningkatkan mutu data yang mendukung hipotesa
4. Analisis
Dalam langkah ini, analisis harus memberi arti dari semua data dan
berusaha menempatkan semua kepingan data bersama-sama,
sehingga tergambar mosaik dan menguji keabsahan hipotesa yang
dibuat. Keabsahan Hipotesa tersebut diterima melalui percobaan, dan
Dari hasil deteksi dini apabila didapatkan kondisi secara umum cenderung
stabil dan terkendali. Situasi tersebut memberikan suasana kondusif dalam
kehidupan masyarakat dan aktifitas pemerintahan. Meskipun dalam kurun waktu
tertentu terjadi berbagai gangguan kamtibmas dalam berbagai bentuk dengan
intensitas yang meningkat namun dengan deteksi dini maka secara umum
dapat tertangani. Jumlah gangguan kamtib dalam bentuk pelarian, perkelahian,
kerusuhan, pembakaran dan penyelundupan narkoba yang berimplikasi kontinjensi
juga dapat diselasaikan secara optimal dengan deteksi dini, sehingga secara
umum tidak dirasakan sebagai gangguan dalam kehidupan masyarakat sehingga
tercipta suasana yang kondusif, sesuai dengan visi Intelijen Pemasyarakatan yakni
memberikan informasi yang akurat kepada pimpinan tentang potensi gangguan
keamanan dan ketertiban UPT Pemasyarakatan di wilayah Indonesia.
1. Subjek
Deteksi dini diselenggarakan melalui jaringan Intelijen Pemasyarakatan
di atas permukaan (jaringan Intelijen Pemasyarakatan struktural formal)
15
mulai dari tingkat Unit Pelaksana Teknis, Kantor Wilayah sampai
dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan menetapkan
Unit Pelaksana Teknis sebagai Basis Deteksi dini, Kantor Wilayah
sebagai Basis Operasional dan direktorat Jenderal Pemasyarakatan
memberikan Back Up Operasional.
2. Metode
Metode yang dipergunakan dalam penyelenggaraan deteksi dini
dengan mempergunakan Instrumen yang berlaku, dan dilakukan
secara Vertikal, Horizontal, Diagonal dan Lintas Sektoral serta
dalam kaitan komunitas Intelijen dimana dalam pengumpulan bahan
keterangan dilakukan melalui 3 jalur yaitu jalur struktural formal, jalur
operasional dan jalur jaringan bawah permukaan.
3. Objek
Hal yang dijadikan objek sebagai sasaran deteksi bertitik tolak kepada
3 dimensi yang meliputi dimensi:Rangking bobot ancaman, Rangking
derajat kemungkinan terjadinya dan Rangking kerawanan Unit
Pelaksana Teknis.
Sistem Deteksi dini yang berajalan di tingkat Unit Pelaksana Teknis akan
menghasilkan infotmasi Intelijen yang diperoleh melalui suatu proses pengolahan
dari bahan keterangan yang didapat. Bahan keterangan merupakan bahan dasar
yang masih mentah. Bahan mentah ada yang memenuhi syarat dan ada yang tidak
memenuhi syarat untuk dijadikan data intelijen. Bahan mentah yang memenuhi
syarat untuk dijadikan data intelijen adalah bahan – bahan yang berkaitan dengan
masalah keamanan, yang dapat dipercaya sumbernya dan relevan dengan masalah
yang dicari atau dibutuhkan. Intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah
diolah adalah merupakan hasil terakhir atau produk daripada pengolahan yang
selanjutnya disampaikan kepada pihak – pihak pemakai (user) untuk dipergunakan
sebagai bahan penyusunan rencana dan kebijaksanaan yang akan ditempuh dan
yang memungkinkan untuk bahan mengambil keputusan. Dalam hal ini initelijen
juga merupakan suatu pengetahuan yang perlu diketahui sebelumnya, dalam
rangka untuk menentukan langkah – langkah dengan resiko yang diperhitungkan.
21
5) Menjamin konsistensi pelaksanaan tugas intelijen, baik dari sisi mutu,
waktu dan prosedur;
6) Mengevaluasi proses pelaksanaan intelijen Pemasyarakatan.
Standar
No Jenis Tenaga Uraian Pekerjaan Ket
kompetensi
1. 1 (satu)Orang Menerima dan minimal tingkat
Petugas mencatat serta Pendidikan SMA /
Administrasi dan mengumpulkan D3;
pelapor informasi/laporan mampu meng-
Intelijen; operasikan
Melakukan verifikasi komputer
lapo-ran intelijen;
2. 1(satu) Orang Melakukan klasifikasi Minimal tingkat
Petugas Ana-lis sasaran intelijen; pendidikan S1
Intelijen Melakukan atau sederajat; Unit Intelijen
Analisis terhadap Pernah Pemasyarakatan
laporan/informasi mendapatkan bersifat adhoc
intelijen yang telah pelatihan intelijen dan di pimpin
diverifikasi; oleh seorang
Melakukan pemetaan Kepala Unit
terhadap hasil dari berdasar-kan
analisis intelijen surat keputusan
3. 4 (Empat) Orang Melakukan Minimal tingkat
petugas Intelijen investigasi dan Pendidikan D3; Direktur Jenderal
Pemasyarakatan penyelidikan; Memiliki Pemasyarakatan
Melakukan kemampuan
pengamanan; anaisis, verifikasi
Melakukan dan investigasi;
penggalangan/ Pernah
jejaring; mendapatkan
Menyusun produk diklat intelijen;
intelijen Mempunyai
kemampuan agen
handling
Handphone khusus
4 Handphone 6
(smartphone)
Rompi anti peluru, Sarung
5 Sarana perlindungan diri 6
Tangan, Masker
Senjata khusus jenis walther
6 Senjata dan perijinannya 6
ppk kaliber 32
B. Unit Intelijen Pemasyarakatan Wilayah
1 set meja rapat
Air Conditioning: 1 buah
1 Ruang kendali intelijen 1 unit
Seperangkat Komputer: 1 buah
Monitor CCTV: 1 buah
Unit Intelijen
No. Tugas dan Fungsi Keterangan
Pemasyarakatan
1. Penyelidikan
Penyelidikan Intelijen Pemasyarakatan adalah upaya penelitian,
penyelidikan, penyusupan, pencarian, pemeriksaan dan pengumpulan
data, informasi, dan temuan lainnya untuk mengetahui/membuktikan
kebenaran atau kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan
kesimpulan atau rangkaian temuan dan susunan kejadian
a) Kegunaan Penyelidikan Intelijen Pemasyarakatan
Kegunaan penyelidikan intelijen Pemasyarakatan adalah untuk
memperoleh bahan keterangan tentang segala hal dari pada
objek sasaran yang diperlukan untuk menunjang perencanaan,
pelaksanaan dan administrasi intelijen Pemasyarakatan.
Bahan keterangan yang diperoleh dalam penyelidikan intelijen
Pemasyarakatan yang bersifat strategis maupun taktis dapat
dipergunakan secara timbal balik antara lain dalam kegiatan:
(1) Operasi intelijen Pemasyarakatan;
(2) Ungkap jaringan;
(3) Pengambilan keputusan;
(4) Mendukung kegiatan tugas pokok Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan
1. Taktis
Mencari, mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan keterangan
untuk digunakan bagi kepentingan taktis yaitu menentukan tindakan-
tindakan yang akan diambil dengan memperhitungkan resiko dan
pemberdayaan sarana-sarana yang ada secara efektif dan efisien
dalam batas waktu tertentu;
2. Strategis
Mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan keterangan untuk
dipergunakan bagi kepentingan cipta kondisi dalam rangka membangun
rasa aman dan tertib di UPT Pemasyarakatan.
ANALISA DAN
PENGOLAHAN
PENGUMPULAN PENGAMATAN
DATA
PENYAJIAN
PRODUK
INTELIJEN
1. Laporan rutin;
Adalah laporan intelijen yang bersifat biasa dan melalui tahapan/
mekanisme pelaporan yang diterima oleh petugas administrasi dan
pelaporan, selanjutnya dilakukan verifikasi dan analisis kemudian
dilaporkan kepada pimpinan melalui kepala Unit Intelijen secara
berjenjang dan dilaporkan setiap hari;
2. Laporan instidentil
Adalah Laporan yang bersifat penting dan segera dan dapat dilaporkan
secara langsung/seketika oleh petugas intelijen kepada pimpinan
tanpa melalui tahapan pelaporan. Bahwa dalam setiap pelaksanaan
intelijen Pemasyarakatan perlu dilakukan evaluasi dalam rangka
mengetahui dan mengukur sejauh mana tujuan yang telah dirumuskan
sudah dapat dilaksanakan.
A. Simpulan
Dari pemaparan tersebut diatas bisa diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
45
4. Dalam upaya meningkatkan kemampuan deteksi dini sebagai
implementasi peran dan fungsi satuan Intelijen pemasyarakatan
direktorat Jenderal Pemasyarakatan telah melakukan berbagai
terobosan dengan memberikan penguatan melalui capacity building
satuan intelijen pemasyarakatan yang bekerja sama dengan UNODC.
Namun, upaya ini baru terlaksana sebagian saja, terutama di kota-
kota besar, sementara kebutuhan peningkatan kemampuan, terutama
dalam konteks untuk memberikan “wawasan intelijen” yang memadai,
diperlukan bagi seluruh satuan intelijen pemasyarakatan.
5. Bahwa peran Intelijen Pemasyarakatan dalam melakukan deteksi dini
adalah sangat strategis, dimana produk Intelijen yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan oleh pimpinan untuk membuat kebijakan. Oleh karena
itu dalam pelaksanaan deteksi dini melalui instrument deteksi dini
yang ditetapkan dituntut untuk dilakukan secara benar, agar output
yang dihasilkanpun dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga
dalam pengambilan keputusan, pimpinan tidak salah dalam penetapan
kebijakannya.
6. Keberadaan Intelijen Pemasyarakatan masih lemah mengingat secara
organisasi, struktur Intelijen Pemasyarakatan hanya berada pada
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (pusat). Sedangkan unit Intelijen
Pemasyarakatan di wilayah dan Unit Pelaksana Teknis Keberadaannya
masih belum nyata dan samar artinya ada namun tidak berfungsi.
7. Instrumen deteksi dini yang terdiri dari 4 elemen pemasyarakatan
dianggap sudah mampu menggambarkan tentang potensi gangguan
kamtib yang menilai dari hal-hal yang bersifat dinamis, yakni penilaian
yang dilakukan berdasarkan bentuk-bentuk pelayanan yang diberikan
kepada warga binaan pemasyarakatan.
Buku
Aziz, dkk (1999), Panduan Manajemen Intelijen Kepolisian , PTIK, Bandung 1999
Bayley, David H. 1998. Police for The Future – Polisi Masa Depan. Terjemahan
Kunarto dan Khobibah M. Arief Dimyati. Jakarta: Cipta Manunggal. Ipong
Sumpena, KBP, Kumpulan Ajar Intelkam, Buku I Mega Mendung, Maret
2003.
Johnson, Doyle Paul. 1989. Teori Sosiologi Klasik dan Moden. Terjemahan.
Jakarta: Gramedia.
Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
49
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia republik Indonesia Nomor
M.HH16.KP.05.02 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 29 tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI;
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 33 tahun 2015 tentang
Pengamanan pada Lapas dan Rutan;