Anda di halaman 1dari 74

MODUL BEST PRACTICE

PERAN DAN FUNGSI INTELIJEN PEMASYARAKATAN


DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI UNTUK MENGUKUR POTENSI
GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN

Teknis Substantif Bidang Keamanan dan Ketertiban


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL BEST PRACTICE

PERAN DAN FUNGSI INTELIJEN PEMASYARAKATAN


DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI UNTUK MENGUKUR POTENSI
GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN

Teknis Substantif Bidang Keamanan dan Ketertiban

Djoko Setiyono
Muhamad Dwi Sarwono

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2020
MODUL BEST PRACTICE

PERAN DAN FUNGSI INTELIJEN PEMASYARAKATAN


DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI UNTUK MENGUKUR
POTENSI GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN

Teknis Substantif Bidang Keamanan dan Ketertiban

Djoko Setiyono
Muhamad Dwi Sarwono

BPSDM KUMHAM Press


Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere-Depok 16512
Telepon (021) 7540077, 754124;
Faksimili (021) 7543709, 7546120
Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id

Cetakan I : Oktober 2020


Penata Letak : Hastin Munawaroh
Perancang Sampul : Hastin Munawaroh
Ilustrasi : pixabay.com, freepik.com
x+62 hlm; 18x25 cm
ISBN: 978-623-6869-21-5

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip dan mempublikasikan
sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari penerbit.
Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA

Isi di luar tanggung jawab percetakan


KATA SAMBUTAN

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya, Modul Best Practice berjudul “Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan
dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur Potensi Gangguan Keamanan dan
Ketertiban” telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali para pembaca
agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia.

Modul Best Practice merupakan strategi pendokumentasian pengetahuan


tacit yang masih tersembunyi dan tersebar di banyak pihak, untuk menjadi bagian
dari aset intelektual organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber-
sumber pengetahuan yang dapat disebarluaskan sekaligus dipindahtempatkan
atau replikasi guna peningkatan kinerja individu maupun organisasi. Keberadaan
Modul Best Practice dapat mendukung proses pembelajaran mandiri, pengayaan
materi pelatihan, dan peningkatan kemampuan organisasi dalam konteks
pengembangan kompetensi yang terintegrasi (Corporate University) dengan
pengembangan karir.

Modul Best Practice pada artinya dapat menjadi sumber belajar guna
memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit dua puluh
jam pelajaran (JP) bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN).

v
Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian
modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas
publikasi ini. Semoga modul ini dapat berkontribusi positif bagi para pembacanya
dan para pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.

Selamat Membaca… Salam Pembelajar…

Jakarta, Agustus 2020

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Dr. Asep Kurnia

vi Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, karena atas
kehendak dan perkenanan-Nya, kita masih diberi kesempatan dan kesehatan
dalam rangka penyusunan Modul Best Practice berjudul “Peran dan Fungsi
Intelijen Pemasyarakatan dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur Potensi
Gangguan Keamanan dan Ketertiban”.

Modul Best Practice “Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan dalam


Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur Potensi Gangguan Keamanan dan
Ketertiban” menjadi sumber pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman
dan pengetahuan terhadap keberagaman bidang tugas dan fungsi serta kinerja
organisasi Kemenkumham. Selain itu modul ini juga menjadi upaya untuk
memperkuat dan mengoptimalkan kegiatan pengabadian aset intelektual dari
pengetahuan tacit individu menjadi pengetahuan organisasi. Pengetahuan tacit
yang berhasil didokumentasikan akan sangat membantu sebuah organisasi dalam
merumuskan rencana strategis pengembangan kompetensi baik melalui pelatihan
maupun belajar mandiri, serta implementasi Kemenkumham Corporate University
(CorpU).

Demikian Modul Best Practice “Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur Potensi Gangguan Keamanan
dan Ketertiban” ini disusun, dengan harapan modul ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan kompetensi para pembaca khususnya pegawai di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Depok, 26 Oktober 2020


Kepala Pusat Pengembangan Diklat Teknis
dan Kepemimpinan,

Hantor Situmorang
NIP 196703171992031001

vii
viii Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN........................................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
BAB 1
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat....................................................................................... 2
C. Manfaat...................................................................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran................................................................................. 3
E. Materi Pokok.............................................................................................. 3
F. Petunjuk Belajar......................................................................................... 3
BAB 2
KONSEP DASAR INTELIJEN PEMASYARAKATAN
DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI............................................................ 5
A. Pengertian/Definisi..................................................................................... 5
B. Peran dan Fungsi Intelijen ........................................................................ 7
C. Instrumen Deteksi Dini............................................................................... 10
BAB 3
PENTINGNYA PEMAHAMAN TENTANG PERAN INTELIJEN
PEMASYARAKATAN DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI.......................... 15
A. Sistem Deteksi Dini Intelejen Pemasyarakatan......................................... 15
B. Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan............................................. 17
BAB 4
IMPLEMENTASI PERAN INTELIJEN PEMASYARAKATAN
DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI............................................................ 21
A. Implementasi Peran Intelijen Pemasyarakatan.......................................... 21
B. Sumber Daya Manusia Dalam Melakukan Fungsi Intelijen....................... 22

ix
C. Sarana dan Prasarana .............................................................................. 23
D. Identifikasi Intelijen Pemasyarakatan......................................................... 24
E. Strategi Intelijen Pemasyarakatan............................................................. 26
F. Produk Intelijen Pemasyarakatan.............................................................. 36
G. Sifat Intelijen Pemasyarakatan.................................................................. 39
H. Kewenangan dan Kode Etik Petugas Intelijen Pemasyarakatan............... 40
I. Bisnis Proses Intelijen Pemasyarakatan.................................................... 40
J. Prosedur.................................................................................................... 43
BAB 5
PENUTUP....................................................................................................... 45
A. Simpulan.................................................................................................... 45
B. Saran dan Rekomendasi........................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 49
LAMPIRAN...................................................................................................... 51

x Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan proses penerimaan, pemeliharaan, dan perawatan
tahanan sampai dengan proses pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) maupun proses pembimbingan klien Pemasyarakatan bukanlah hal yang
mudah. Penyelenggaraan proses ini juga harus mempertimbangkan ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam ataupun dari luar yang
dapat menggagalkan penyelenggaraan proses dimaksud sehingga dibutuhkan
serangkaian tindakan yang efektif, efisien dengan mengedepankan nilai-nilai
penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.

Tindakan dimaksud adalah tindakan yang dilakukan dengan metode-metode


tertentu dan secara terorganisasi untuk mendapatkan atau menghasilkan produk
berupa pengetahuan tentang masalah-masalah yang mudah, sedang dan yang
akan terjadi. Selanjutnya produk ini disajikan kepada pimpinan atau unsur sebagai
bahan pengambilan keputusan atau kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi pelaksanaan pemantauan, evaluasi serta pelaporan di bidang Intelijen
Pemasyarakatan.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. 29 tahun


2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (Orta 2015) berpengaruh pada pelaksanaan
kewenangan Pemasyarakatan khususnya hubungan vertical Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan dengan Divisi Pemasyarakatan dan Unit Pelaksanaan Teknis
Pemasyarakatan sebagai pelaku core bisnis Pemasyarakatan, diharapkan mampu
melaksanakan seluruh kegiatan dimaksud.

1
B. Deskripsi Singkat
Mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2011 Tentang Intelijen Negara, bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial sebagaimana diamanatkan di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penting dilakukan
deteksi dini dan peringatan dini yang mampu mendukung upaya menangkal segala
bentuk ancaman yang membahayakan eksistensi dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Sejalan dengan perubahan, perkembangan situasi, dan kondisi lingkungan


strategis, perlu melakukan deteksi dini dan peringatan dini terhadap berbagai
bentuk dan sifat ancaman yang bersifat kompleks serta memiliki spektrum yang
sangat luas. Intelijen berperan melakukan upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan
untuk deteksi dini dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan,
dan penanggulangan terhadap setiap hakikat ancaman yang mungkin timbul dan
mengancam kepentingan dan keamanan nasional.

Upaya untuk melakukan penilaian terhadap ancaman tersebut dapat terwujud


dengan baik apabila Intelijen mampu melakukan deteksi dini dan peringatan
dini terhadap berbagai bentuk dan sifat ancaman, baik yang potensial maupun
aktual. Guna mewujudkan hal tersebut, Personel Intelijen harus mempunyai sikap
dan tindakan yang profesional, objektif, dan netral. Sikap dan tindakan tersebut
mencerminkan personel intelijen yang independen dan imparsial karena segala
tindakan didasarkan pada fakta dan tidak terpengaruh pada kepentingan pribadi
atau golongan serta tidak bergantung pada pihak lain, tetapi semata-mata hanya
untuk kepentingan bangsa dan negara.

C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari materi ini adalah:

1. Dapat menemukan indikasi atau tanda-tanda peristiwa/permasalahan


berdasarkan identifikasi calon pelaku atau tersangka dan korbannya.

2 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


2. Dapat memberikan informasi dan rekomendasi hasil deteksi dini
kepada pimpinan atau organisasi intelijen yang lebih tinggi secara
cepat, tepat dan akurat.
3. Dapat melaksanakan kegiatan intelijen untuk menggagalkan,
menghambat terjadinya potensi gangguan dan atau meminimalisir
korban/dampak yang ditimbulkan.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, para pembelajar diharapkan mampu
menjelaskan serta mengaplikasikan instrumen deteksi dini dalam
rangka memberikan saran serta rekomendasi.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari materi ini, para pembelajar diharapkan mampu:
1. Menjelaskan Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan.
2. Menjelaskan Empat Elemen Instrumen Deteksi Dini.

E. Materi Pokok
Materi pokok yang dibahas dalam materi ini adalah:

1. Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


2. Empat Elemen Instrumen Deteksi Dini

F. Petunjuk Belajar
Sebagai pembelajar, agar dalam proses pembelajaran maupun internalisasi
“Strategi Belajar Mandiri” dapat berjalan lebih lancar, dan indikator hasil belajar
tercapai secara baik, Anda kami sarankan untuk mempelajari secara urut,
menambah referensi lain yang terkait, serta berdiskusi dengan beberapa pihak
untuk mendapatkan gambaran pengetahuan lain sekaligus penguatan tentang
model pembelajaran dengan pendekatan strategi Corporate University atau
pembelajaran terintegrasi dan lebih baik lagi bila membuat kelompok pembelajar
(learning community) yang merupakan komunitas yang rutin dan intensif
mengadakan pertemuan untuk mendalami pengetahuan ini, sehingga dalam

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 3
prosesnya, seluruh peserta yang terlibat dalam pembelajaran dapat menjelaskan
dengan seksama seluruh materi yang dijabarkan. Hasil dari pembelajaran ini
diharapkan Anda sebagai pembelajar dapat menjelaskan dan mengaplikasikan
ilmu tersebut ke dalam kegiatan sehari-hari, khususnya para pembelajar yang
bertugas di Unit Pelaksana Teknis.

4 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


BAB 2
KONSEP DASAR INTELIJEN PEMASYARAKATAN
DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI

Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan


dapat menjelaskan tentang beberapa pengertian terkait peran
Intelijen Pemasyarakatan dalam deteksi dini.

A. Pengertian/Definisi
Dalam Standar Pelaksanaan Intelijen Pemasyarakatan ini yang dimaksud
dengan:

1. Intelijen adalah pengetahuan, organisasi, dan kegiatan yang terkait


dengan perumusan kebijakan, strategi nasional, dan pengambilan
keputusan berdasarkan analisis dari informasi dan fakta yang
terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian dan peringatan
dini dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan
setiap ancaman terhadap keamanan nasional;
2. Intelijen Pemasyarakatan adalah disiplin fungsional yang melakukan
pendekatan dengan sejumlah kemampuan pendekatan pengumpulan
dan analisis informasi dalam rangka penyelidikan, pengamanan dan
penggalangan dilingkungan Pemasyarakatan yang digunakan sebagai
proses pengambilan keputusan/kebijakan Pimpinan;
3. Standar Intelijen Pemasyarakatan adalah pedoman atau ukuran
yang terdiri dari peraturan, definisi, petunjuk, proses dan kriteria dalam
melaksanakan Intelijen di lingkungan Pemasyarakatan;
4. Penyelidikan Intelijen Pemasyarakatan adalah upaya penelitian,
penyusupan, pencarian, pemeriksaan dan pengumpulan data,
informasi, dan temuan lainnya untuk mengetahui/membuktikan
kebenaran atau kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan
kesimpulan atau rangkaian temuan dan susunan kejadian;

5
5. Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan adalah serangkaian
aktifitas mempertahankan kemampuan intelijen Pemasyarakatan,
cipta kondisi dan penguatan jejaring intelijen internal dan eksternal;
6. Verifikasi adalah suatu kegiatan dalam rangka konfirmasi melalui
bukti objektif bahwa persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi;
7. Analisis Intelijen adalah suatu kegiatan dalam rangka menghimpun
dan mengolah data informasi yang selanjutnya disajikan dalam bentuk
laporan yang digunakan sebagai bahan keputusan pimpinan;
8. Unit Intelijen Pemasyarakatan yang selanjutnya di sebut UIP adalah
unit yang melakukan kegiatan intelijen sesuai dengan surat keputusan
Direktur Jenderal Pemasyarakatan;
9. Petugas Intelijen adalah Petugas Pemasyarakatan yang ditunjuk dan
diangkat sebagai agen intelijen berdasarkan surat keputusan Direktur
Jenderal Pemasyarakatan;
10. Pemetaan Potensi Gangguan Kamtib adalah serangkaian kegiatan
dalam rangka melakukan deteksi dini rawan gangguan kamtib di UPT
Pemasyarakatan dengan menggunakan instrumen/alat ukur yang
berfungsi mengukur tingkat kerawanan gangguan kamtib di UPT
Pemasyarakatan;
11. Bahan Keterangan adalah tanda-tanda, gejala-gejala, fakta, masalah,
atau peristiwa sebagai hasil usaha mempelajari, mengetahui, dan
menghayati dengan menggunakan panca indera tentang suatu situasi
dan kondisi;
12. Informasi adalah bahan keterangan yang masih mentah dan
memerlukan pengolahan lebih lanjut;
13. Operasi Intelijen Pemasyarakatan adalah serangkaian kegiatan
Penyelidikan, pengalangan dan Pengamanan yang dilakukan dalam
upaya cipta kondisi di UPT Pemasyarakatan;
14. Laporan Informasi adalah laporan /informasi yang diterima baik oleh
Masyarakat maupun Petugas intelijen;

6 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


15. Cipta Kondisi adalah kegiatan dalam rangka pemulihan atau recovery
suatu kondisi UPT Pemasyarakatan menjadi lebih baik.

B. Peran dan Fungsi Intelijen


Dalam menjalankan fungsi Pemasyarakatan, tentunya terdapat banyak
rintangan, hambatan, dan gangguan yang pada pelaksanaannya perlu disikapi
dengan bijak oleh seluruh petugas Pemasyarakatan. Sudah sejak lama para
pendahulu petugas Pemasyarakatan mencari solusi ringkas untuk menanggulangi
seluruh permasalahan di Unit Pelaksana Teknis (UPT). Seperti halnya berbagai
isu yang merebak saat ini diantaranya isu peredaran narkoba di Lapas/Rutan,
penyelundupan alat komunikasi (HP) ke dalam Lapas/Rutan, dan juga kerusuhan
serta kebakaran di UPT.

Kondisi tersebut tentunya memaksa para petugas Pemasyarakatan


untuk mencari solusi cepat dalam menangani berbagai permasalahan tersebut.
Diperparah dengan kondisi sebagian besar Lapas/Rutan yang over crowded dan
membuat situasi kondisi di dalam Lapas/Rutan mudah sekali menjadi tidak kondusif
dan tidak terkontrol. Dalam pembelajaran ini, penulis berupaya untuk memberikan
materi pembelajaran berupa penerapan deteksi dini guna dapat mengukur potensi
kerawanan gangguan keamanan dan ketertiban di Lapas/Rutan, sehingga para
petugas di UPT mempunyai bahan acuan untuk dapat dijadikan standar dan
indikator keamanan Lapas/Rutan. Oleh sebab itu, dalam modul best practices
ini akan dijelaskan peran dan fungsi intelijen Pemasyarakatan serta penggunaan
instrumen deteksi dini guna dapat mengukur tingkat kerawanan dan potensi
gangguan keamanan dan ketertiban.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011, Intelijen adalah


pengetahuan, organisasi, dan kegiatan yang terkait dengan perumusan kebijakan,
strategi nasional, dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi
dan fakta yang terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian setiap ancaman
terhadap keamanan nasional.

Maka dari itu intelijen Pemasyarakatan merupakan disiplin fungsional yang


melakukan pendekatan dengan sejumlah kemampuan pendekatan pengumpulan

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 7
dan anlisa informasi dalam rangka penyelidikan, pengamanan dan penggalangan
dilingkungan Pemasyarakatan yang digunakan sebagai proses pengambilan
keputansan/kebijakan pimpinan. Serta mempunyai fungsi untuk memberikan
informasi yang akurat kepada pimpinan dan memberikan ramalan serta dampak
dari kejadian yang akan ditimbulkan dengan menggunakan instrumen deteksi dini.

Setiap informasi yang diberikan anggota intelijen Pemasyarakatan yang


bertujuan memberikan masukan kepada pimpinan untuk melakukan deteksi dini
tidak semata-mata diberikan secara mentah, tetapi melalui tahapan-tahapan
pengolahan dengan analisis yang tinggi. Proses Analisis Intelijen meliputi:

1. Pengumpulan Bahan/Data
Bahan/data dikumpulkan dari sumber data terbuka dan tertutup yang
sudah direncanakan dalam analisis sumber. Pengumpulan ini bertujuan
menilai kualitas dan kuantitas data yang dapat digunakan. Apabila ada
kekurangan/kekosongan data perlu diminta kepada badan pengumpul
di lapangan, hal ini tentu memerlukan waktu dan analisis terikat pada
waktu penyerahan tulisan Intelijen kepada pengguna.
2. Pembuatan Hipotesa
Setelah data terkumpul dibuat hipotesa. Hipotesa adalah pernyataan
yang membimbing analisis dalam pencarian data yang mendukung
atau menolak pernyataan tersebut. Dalam pengertian umum hipotesa
adalah pernyataan sementara yang dianggap benar, yang kemudian
peneliti berusaha membuktikan apakah benar atau tidak benar.
3. Pengumpulan Data Tambahan
Langkah ini digunakan apabila hipotesa menghendaki data tambahan
untuk meningkatkan mutu data yang mendukung hipotesa
4. Analisis
Dalam langkah ini, analisis harus memberi arti dari semua data dan
berusaha menempatkan semua kepingan data bersama-sama,
sehingga tergambar mosaik dan menguji keabsahan hipotesa yang
dibuat. Keabsahan Hipotesa tersebut diterima melalui percobaan, dan

8 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


keyakinan tentang kebenarannya bertambah ketika implikasi yang
ditelusuri sesuai dengan kenyataan. Proses analisis mempunyai dua
tujuan langsung yaitu:
a) Untuk mencari kebenaran faktual;
b) Untuk menciptakan hubungan diantara masalah tersebut.
Dalam praktiknya perbedaan antara analisis dan integrasi tidak selalu
jelas. Biasanya kedua proses berjalan bersama-sama. Analisis dan
integrasi saling melengkapi dalam menghasilkan perubahan tersebut.
Keduanya merupakan gabungan dari pemikiran induktif dan deduktif
yang berjalan secara terus-menerus dari fakta asli sampai konklusi
akhir. Logika induktif berangkat dari hal-hal khusus ke umum, logika
deduktif berangkat dari hal umum ke hal yang bersifat khusus.
5. Konklusi
Konklusi adalah bagian paling penting dalam proses analisis. Analisis
harus mencapai konklusi, yaitu bagian akhir dalam penulisan.
Konklusi memuat sebuah ringkasan yang singkat yang ditarik dari inti
pembahasan (analisis), kemudian diproyeksikan ke masa depan dalam
jangka dekat atau jangka panjang. Hal ini serupa dengan “Perkiraan”
mengenai tema pokok tulisan.
Setelah malalui analisis yang panjang maka akan menghasilkan produk
intelijen yang akurat. Disinilah peran intelijen memberi masukan kepada pimpinan
untuk mengetahui perkembangan kondisi Lapas/Rutan yang terjadi terutama
di era globalisasi, dimana demokratisasi, keterbukaan dan hak asasi manusia
menjadi issue sentral yang merambat dunia, menyebabkan tuntutan begitu
tinggi terhadap peran petugas pemasyarakatan sebagai penegak hukum yang
memberikan pengayoman kepada warga binaan pemasyarakatan. Maka intelijen
menjadi komponen terdepan dalam merespon terhadap berbagai tuntutan
tersebut. Intelijen akan berfungsi bagi satuan apabila organisasi intelijen cukup
solid, sistem dan metodenya berkembang sesuai dengan hakekat ancaman yang
dihadapinya. Namun yang lebih penting adalah pelaksanaan tugas intelijen, baik
perorangan maupun unit harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap intelijen,

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 9
maupun mengimplementasikan dan mengembangkan teori intelijen dalam kondisi
lapangan yang berubah-ubah, serta menghasilkan produk intelijen yang tajam,
akurat dan terpercaya sesuai kebutuhan satuannya dalam mencegah gangguan
kamtibmas yang mungkin bisa terjadi.

Dari hasil deteksi dini apabila didapatkan kondisi secara umum cenderung
stabil dan terkendali. Situasi tersebut memberikan suasana kondusif dalam
kehidupan masyarakat dan aktifitas pemerintahan. Meskipun dalam kurun waktu
tertentu terjadi berbagai gangguan kamtibmas dalam berbagai bentuk dengan
intensitas yang meningkat namun dengan deteksi dini maka secara umum
dapat tertangani. Jumlah gangguan kamtib dalam bentuk pelarian, perkelahian,
kerusuhan, pembakaran dan penyelundupan narkoba yang berimplikasi kontinjensi
juga dapat diselasaikan secara optimal dengan deteksi dini, sehingga secara
umum tidak dirasakan sebagai gangguan dalam kehidupan masyarakat sehingga
tercipta suasana yang kondusif, sesuai dengan visi Intelijen Pemasyarakatan yakni
memberikan informasi yang akurat kepada pimpinan tentang potensi gangguan
keamanan dan ketertiban UPT Pemasyarakatan di wilayah Indonesia.

C. Instrumen Deteksi Dini


Deteksi dini mempunyaI tujuan untuk menurunkan atau mereduksi kerugian
baik harta benda maupun jiwa, melalui pengumpulan data, keterangan, dan fakta
serta assessment deteksi dini yang akan menghasilkan laporan deteksi dini. 4
Elemen Instrumen Deteksi Dini:

1. Registrasi dan Klasifikasi, meliputi ;


a. Pencatatan/Registrasi;
b. Titipan barang narapidana/tahanan;
c. Sistem klasifikasi;
d. Penempatan hunian;
e. Peraturan kebijakan (Standar Operasional Prosedur).
2. Perawatan, meliputi ;
a. Akomodasi dan sanitasi;
b. Pemberitahuan sakit dan kematian;

10 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


c. Pelayanan Kesehatan;
d. Pelayanan makanan dan minuman.
3. Pembinaan Narapidana dan Pelayanan Tahanan, meliputi ;
a. Program kepribadian dan kemandirian;
b. Program integrasi dan asimilasi;
c. Program pendidikan dan sarana perpustakaan;
d. Agama;
e. Rehanbilitasi;
f. Program kemasyarakatan dan kunjungan.
4. Keamanan dan Ketertiban, meliputi ;
a. Kedisiplinan WBP;
b. Pengaduan;
c. Alat pembatas gerak;
d. Pemindahan WBP;
e. Inspeksi;
f. Pengamanan dan pengawalan;
g. Penggunaan kekuatan;
h. Personalia.
Empat elemen dasar dari instrumen yang digunakan untuk deteksi dini
adalah elemen yang diungkap secara detail, melalui penilaian bobot yang sudah
ditentukan. Terdapat 290 pertanyaan/questioner yang harus diisi untuk memetakan
tingkat kerawanan suatu Lapas/Rutan terhadap potensi gangguan kamtib. Hasil
akhir penilaian dari instrument deteksi dini tersebut, akan dapat kita peroleh
deskripsi terkait tingkat kerawanan dari potensi gangguan kamtib.

Adapun cara melakukan penilaiaan adalah dengan memberikan score angka


0-1-2 pada kolom bobot nilai yang sudah disiapkan. Untuk pertanyaan absolut
yang berwarna merah wajib diisi dengan nilai score 0 atau 2. Sedangkan nilai
satu adalah untuk kondisi yang secara real ada, namun belum optimal dengan
memberikan deskripsi atau penjelasan hal-hal yang masih kurang (lampiran I:

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 11
Instrumen deteksi dini). Di bawah ini adalah draft hasil akhir penilaian yang di
paparkan dalam range nilai yang sudah ditentukan:

Potensi gangguan keamanan kamtib di seluruh wilayah Indonesia telah


dilakukan assesmen secara mandiri oleh masing-masing unit Intelijen wilayah dan
Unit Pelaksana Teknis. Dari beberapa laporan yang telah disampaikan, terdapat
berbagai variasi kondisi gangguan kamtib yang merupakan pemetaan dari seluruh
wilayah Indonesia.

Berikut merupakan data prediksi potensi terjadinya gangguan kamtib di 33


propinsi tahun 2020 (sumber: subdit Intelijen direktorat Kamtib):

12 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


Berdasarkan pemetaan potensi gangguan kamtib di seluruh Indonesia, secara
umum kondisi Lapas/ Rutan, dalam keadaan kondusif. Namun ada beberapa UPT
yang memerlukan langkah-langkah tindak lanjut untuk supervise dan pengamatan
mendalam agar secara preventif dapat segera diatasi potensi gangguan kamtib
tersebut, mengingat masih berwarna kuning, orange, bahkan merah.

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 13
BAB 3
PENTINGNYA PEMAHAMAN TENTANG PERAN INTELIJEN
PEMASYARAKATAN DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI

Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan


dapat menjelaskan pentingnya memiliki pemahamam tentang
deteksi dini dalam fungsi dan peran intelijen pemasyarakatan
dan hubungannya dengan pelaksanaan tugas

A. Sistem Deteksi Dini Intelejen Pemasyarakatan


Salah satu tugas intelijen pemasyarakatan adalah Sebagai Mata dan Telinga
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan cq Direktorat Keamanan dan Ketertiban yang
berkewajiban melaksanakan deteksi dini dan memberikan peringatan masalah
dan perkembangan perubahan kehidupan di dalam Lapas dan Rutan, serta dapat
mengidentifikasi ancaman, gangguan, atau hambatan yang ada dalam Lapas
dan Rutan tersebut. Di dalam intelijen pemasyarakatan terdapat sistem deteksi
dini, sistem ini sebagai bagian dari Sistem Operasional Intelijen Pemasyarakatan
dalam rangka mewujudkan kemampuan Intelijen Pemasyarakatan sebagaimana
yang ditetapkan. Pada hakekatnya system deteksi dini ini bertitik tolak dari dasar-
dasar pelaksanaan tugas Intelijen Pemasyarakatan. Dasar-dasar pelaksanaan
tugas Intelijen Pemasyarakatan bermula dari pengertian bahwa Intelejen itu adalah
untuk Pimpinan dalam kualifikasinya Sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknis,
secara struktural formal dengan didukung oleh adanya jaringan Intelijen di bawah
permukaan.

Sistem Deteksi dini dapat dilihat dari subjek penyelenggaranya, metode


yang dipakai serta objek sasarannya

1. Subjek
Deteksi dini diselenggarakan melalui jaringan Intelijen Pemasyarakatan
di atas permukaan (jaringan Intelijen Pemasyarakatan struktural formal)

15
mulai dari tingkat Unit Pelaksana Teknis, Kantor Wilayah sampai
dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan menetapkan
Unit Pelaksana Teknis sebagai Basis Deteksi dini, Kantor Wilayah
sebagai Basis Operasional dan direktorat Jenderal Pemasyarakatan
memberikan Back Up Operasional.
2. Metode
Metode yang dipergunakan dalam penyelenggaraan deteksi dini
dengan mempergunakan Instrumen yang berlaku, dan dilakukan
secara Vertikal, Horizontal, Diagonal dan Lintas Sektoral serta
dalam kaitan komunitas Intelijen dimana dalam pengumpulan bahan
keterangan dilakukan melalui 3 jalur yaitu jalur struktural formal, jalur
operasional dan jalur jaringan bawah permukaan.
3. Objek
Hal yang dijadikan objek sebagai sasaran deteksi bertitik tolak kepada
3 dimensi yang meliputi dimensi:Rangking bobot ancaman, Rangking
derajat kemungkinan terjadinya dan Rangking kerawanan Unit
Pelaksana Teknis.
Sistem Deteksi dini yang berajalan di tingkat Unit Pelaksana Teknis akan
menghasilkan infotmasi Intelijen yang diperoleh melalui suatu proses pengolahan
dari bahan keterangan yang didapat. Bahan keterangan merupakan bahan dasar
yang masih mentah. Bahan mentah ada yang memenuhi syarat dan ada yang tidak
memenuhi syarat untuk dijadikan data intelijen. Bahan mentah yang memenuhi
syarat untuk dijadikan data intelijen adalah bahan – bahan yang berkaitan dengan
masalah keamanan, yang dapat dipercaya sumbernya dan relevan dengan masalah
yang dicari atau dibutuhkan. Intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah
diolah adalah merupakan hasil terakhir atau produk daripada pengolahan yang
selanjutnya disampaikan kepada pihak – pihak pemakai (user) untuk dipergunakan
sebagai bahan penyusunan rencana dan kebijaksanaan yang akan ditempuh dan
yang memungkinkan untuk bahan mengambil keputusan. Dalam hal ini initelijen
juga merupakan suatu pengetahuan yang perlu diketahui sebelumnya, dalam
rangka untuk menentukan langkah – langkah dengan resiko yang diperhitungkan.

16 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


Dengan kata lain, intelijen diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat dalam
tiga aspek, yaitu perencanaan, kebijaksanaan dan cara bertindak (cover of action).

Intelijen yang diramalkan (Forecasting): Intelijen yang diramalkan mempunyai


peranan penting bagi intelijen. Karena perkembangan yang lampau dan
perkembangan yang sedang terjadi dicerminkan oleh Intelijen Dasar Diskriptif dan
Intelijen Aktual, sedangkan intelijen yang diramalkan meramalkan perkembangan
yang akan terjadi di masa datang sebagai lanjutan proses perkembangan yang
sedang terjadi. Dengan kata lain sebagai bentuk gambaran spekulatif tentang
apa yang akan terjadi. Dengan demikian intelijen yang diramalkan mempunyai
arti sebagai “peringatan dini” (early warning) bagi pihak yang bertanggung jawab
untuk menentukan rencana – rencana dan langkah – langkahnya.

B. Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


Menurut Alexandra (2006 ; 17) intelijen negara setidaknya berkaitan dengan
dua hal. Intelijen sebagai sebuah fungsi dan intelijen sebagai sebuah organisasi
dalam struktur ketatanegaraan. Sebagai sebuah fungsi, berkaitan dengan
penginderaan awal atau yang lebih dikenal dengan early warning system. Intelijen
berasal dari kata intel yang secara etimologi berasal dari kata intelligere (Latin),
intelligence (Inggris), dan intelligt/intelgentie (Belanda) yang berarti cerdas atau
pandai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 ; 335), istilah intelijen
dipersonifikasikan sebagai orang yang bertugas mencari keterangan (mengamat-
amati) seseorang. Sedang dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1989 ; 189)
intelijen dijelaskan sebagai hasil rangkaian kegiatan, suatu proses pentahapan
kerja sistematis yang terdiri atas pengumpulan informasi, evaluasi, integrasi dari
semua tahapan proses kerja sebelumnya dan interpretasi dari seluruh informasi
yang didapatkan, serta perkiraan yang kemudian dibuat berdasarkan interpretasi
yang diperoleh. Sistem Deteksi dini yang berajalan di tingkat kewilayahan akan
menghasilkan informasi Intelijen yang diperoleh melalui suatu proses pengolahan
dari bahan keterangan yang didapat. Bahan keterangan merupakan bahan dasar
yang masih mentah. Bahan mentah ada yang memenuhi syarat dan ada yang
tidak memenuhi syarat untuk dijadikan intelijen. Bahan mentah yang memenuhi
syarat untuk dijadikan intelijen adalah bahan – bahan yang berkaitan dengan
masalah keamanan, yang dapat dipercaya sumbernya dan relevan dengan

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 17
masalah yang dicari atau dibutuhkan. Intelijen sebagai bahan keterangan yang
sudah diolah adalah merupakan hasil terakhir atau produk daripada pengolahan
yang selanjutnya disampaikan kepada pihak – pihak pemakai untuk dipergunakan
sebagai bahan penyusunan rencana dan kebijaksanaan yang akan ditempuh dan
yang memungkinkan untuk bahan mengambil keputusan.

1. Arah Kebijakan Intelijen Pemasyarakatan


a. Mengintegrasikan fungsi lintas Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan/Divisi Pemasyarakatan/UPT Pemasyarakatan
dalam rangka membangun sinergitas, mengamankan kebijakan
pimpinan dalam upaya membangun rasa aman dan tertib melalui
cara-cara yang kreatif dan efisien;
b. Meningkatkan kualitas dan kesadaran sumber daya manusia
Pemasyarakatan terhadap nilai-nilai dan norma bidang
keamanan;
c. Peningkatan kapasitas organisasi intelijen Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan/Divisi Pemasyarakatan/UPT Pemasyarakatan
dalam upaya mewujudkan kondisi aman dan tertib di UPT
Pemasyarakatan serta secara tidak langsung memberi pengaruh
terhadap kondisi keamanan dan ketertiban di Masyarakat dan
Negara;
d. Melakukan koordinasi dengan komunitas intelijen lainnya.
2. Visi dan Misi Intelijen Pemasyarakatan.
a. Visi
Memberikan informasi yang akurat kepada pimpinan tentang
potensi gangguan keamanan dan ketertiban UPT Pemasyaratan
di wilayah Indonesia;
b. Misi
Memperkuat pengaruh kepemimpinan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan melalui kebijakan dibidang Intelijen
Pemasyarakatan secara terencana, sistematis, efektif, efesien

18 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


dan menjunjung tinggi etika dan norma - norma keamanan
sebagai garda terdepan pengamanan negara dalam bidang
Pemasyarakatan.
3. Asas, Prinsip dan Peran Intelijen Pemasyarakatan
a. Asas Intelijen Pemasyarakatan
1) Menjunjung tinggi hak asasi manusia;
2) Kelangsungan proses intelijen;
3) Kecepatan dan ketepatan dalam penyajian;
4) Kegunaan atau manfaat;
5) Keamanan dan kerahasiaan;
6) Mengutamakan pencegahan;
7) Keterpaduan fungsi;
8) Integritas sesuai kode etik Pegawai Pemasyarakatan.
b. Prinsip Intelijen Pemasyarakatan
1) Dalam rangka pelaksanaan tugas, intelijen Pemasyarakatan
senantiasa mendukung dan mengamankan semua
kebijakan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;
2) Dalam menyelenggarakan kegiatan Intelijen
Pemasyarakatan selalu mendahului, menyertai dan
mengakhiri kegiatan dengan mempertimbangkan kondisi
dan situasi keamanan;
3) Intelijen Pemasyarakatan merupakan bagian dari Intelijen
Nasional yang dalam pelaksanaan tugasnya di bidang
Pemasyarakatan dapat memberikan kontribusi/bantuan
kepada komunitas Intelijen lainnya dalam kerja sama di
bidang intelijen;
4) Dalam rangka pembinaan karir personil pengemban fungsi
intelijen harus memiliki latar belakang pendidikan dan
pengalaman serta kualifikasi kemampuan intelijen.

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 19
c. Peran Intelijen Pemasyarakatan
1) Intelijen sebagai organisasi
Intelijen sebagai organisasi merupakan suatu kegiatan
yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan organisasi,
beroperasi di bidang keamanan dan ketertiban serta
dilaksanakan secara komprehensif dan terukur untuk
mewujudkan tujuan sistem Pemasyarakatan;
2) Intelijen sebagai kegiatan
Intelijen sebagai kegiatan adalah semua upaya, pekerjaan,
kegiatan, dan tindakan yang dilaksanakan dalam rangka
penyelenggaraan atau operasi intelijen yakni: investigasi,
pengamanan dan penggalangan baik untuk kepentingan
taktis maupun strategis. Kegiatan intelijen adalah segala
usaha yang dilaksanakan secara rutin dan terus menerus
berdasarkan tata cara kerja tetap baik secara terbuka
maupun secara tertutup dalam rangka pengamanan
terhadap kepentingan nasional;
3) Intelijen sebagai produk, pengetahuan dan informasi
Intelijen sebagai pengetahuan, produk dan informasi
adalah bahan keterangan yang telah diolah melalui proses
pengolahan sehingga bermakna sebagai pengetahuan
untuk bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana,
perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.

20 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


BAB 4
IMPLEMENTASI PERAN INTELIJEN PEMASYARAKATAN
DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI

Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan


dapat mengimplementasikan peran intelijen dengan melakukan
deteksi dini sesuai standar yang telah ditetapkan
dengan menggunakan instrumen 4 elemen dasar pemasyarakatan.

A. Implementasi Peran Intelijen Pemasyarakatan


Peran dan fungsi intelijen sebagai upaya pendalaman yang sah dan
bertanggungjawab yang dilakukan oleh badan pengumpul (Bapul) dalam rangka
pengumpulan fakta yang relevan dengan sasaran tugas. Sumber informasi
bisa didapatkan dari berbagai sumber seperti orang, barang, rencana kegiatan,
kejadian, media, dan lain-lain. Oleh karena itu untuk melakukan peran dan
fungsi Intelijen pemasyarakatan sebagai wujud implementasinya adalah dengan
melakukan deteksi dini yang menjadi standar pengumpulan data Intelijen. Standar
deteksi dini yang telah dibuat ini mempunyai maksud dan tujuan antara lain:

1) Sebagai pedoman bagi petugas Pemasyarakatan dalam melakukan


kegiatan intelijen Pemasyarakatan;
2) Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan
oleh petugas Pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas intelijen;
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas intelijen oleh
petugas Pemasyarakatan;
4) Meningkatkan akuntabilitas dengan cara menyediakan ukuran standar
kinerja yang membantu mengevaluasi upaya yang telah dilakukan di
dalam melaksanakan tugas intelijen;

21
5) Menjamin konsistensi pelaksanaan tugas intelijen, baik dari sisi mutu,
waktu dan prosedur;
6) Mengevaluasi proses pelaksanaan intelijen Pemasyarakatan.

B. Sumber Daya Manusia Dalam Melakukan Fungsi Intelijen


Dalam mendukung kegiatan intelijen, kualitas personil sangat penting dalam
penyelenggaraan intelijen Pemasyarakatan. Tujuannya untuk mempercepat
proses penyajian data dan informasi yang akan digunakan pimpinan dalam
pengambilan keputusan agar tepat waktu dan berkualitas. Pengadaan SDM harus
sesuai kebutuhan dan kompetensi dalam penyelenggaraan intelijen sesuai dengan
standar kompetensi dasar. Kebutuhan petugas pada Unit Intelijen Pemasyarakatan
minimal sebanyak 6 (enam) orang anggota yang mewakili tugas dan fungsi dalam
satker, terdiri atas;

Standar
No Jenis Tenaga Uraian Pekerjaan Ket
kompetensi
1. 1 (satu)Orang Menerima dan minimal tingkat
Petugas mencatat serta Pendidikan SMA /
Administrasi dan mengumpulkan D3;
pelapor informasi/laporan mampu meng-
Intelijen; operasikan
Melakukan verifikasi komputer
lapo-ran intelijen;
2. 1(satu) Orang Melakukan klasifikasi Minimal tingkat
Petugas Ana-lis sasaran intelijen; pendidikan S1
Intelijen Melakukan atau sederajat; Unit Intelijen
Analisis terhadap Pernah Pemasyarakatan
laporan/informasi mendapatkan bersifat adhoc
intelijen yang telah pelatihan intelijen dan di pimpin
diverifikasi; oleh seorang
Melakukan pemetaan Kepala Unit
terhadap hasil dari berdasar-kan
analisis intelijen surat keputusan
3. 4 (Empat) Orang Melakukan Minimal tingkat
petugas Intelijen investigasi dan Pendidikan D3; Direktur Jenderal
Pemasyarakatan penyelidikan; Memiliki Pemasyarakatan
Melakukan kemampuan
pengamanan; anaisis, verifikasi
Melakukan dan investigasi;
penggalangan/ Pernah
jejaring; mendapatkan
Menyusun produk diklat intelijen;
intelijen Mempunyai
kemampuan agen
handling

22 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


C. Sarana dan Prasarana
Berikut merupakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
melaksanakan standar intelijen Pemasyarakatan secara efektif dan efisien:

No Sarana & Prasarana Jumlah Keterangan

A. Unit Intelijen Pemasyarakatan Pusat

1 set meja rapat


Air Conditioning: 1 buah
1 Ruang kendali intelijen 1 unit Seperangkat Komputer:
1 buah
Monitor CCTV: 1 buah
Program Sistem Intelijen
2 1 Aplikasi
Pemasyarakatan berbasis IT

3 Peralatan intelijen 1 Alat perekam audio dan video

Handphone khusus
4 Handphone 6
(smartphone)
Rompi anti peluru, Sarung
5 Sarana perlindungan diri 6
Tangan, Masker
Senjata khusus jenis walther
6 Senjata dan perijinannya 6
ppk kaliber 32
B. Unit Intelijen Pemasyarakatan Wilayah
1 set meja rapat
Air Conditioning: 1 buah
1 Ruang kendali intelijen 1 unit
Seperangkat Komputer: 1 buah
Monitor CCTV: 1 buah

Program Sistem Intelijen


2 1 Aplikasi
Pemasyarakatan berbasis IT
Handphone khusus
3 Handphone 6
(smartphone)
Rompi anti peluru, Sarung
4 Sarana perlindungan diri 6
Tangan, Masker
Senjata khusus jenis walther
5 Senjata dan perijinannya 6
ppk kaliber 32

C. Unit Intelijen Pemasyarakatan UPT


1 set meja rapat
Air Conditioning: 1 buah
1 Ruang kendali intelijen 1 unit
Seperangkat Komputer: 1 buah
Monitor CCTV: 1 buah
Program Sistem Intelijen
2 1 Aplikasi
Pemasyarakatan berbasis IT

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 23
Handphone khusus
3 Handphone 6
(smartphone)
Rompi anti peluru, Sarung
4 Sarana perlindungan diri 6
Tangan, Masker
Senjata khusus jenis walther
5 Senjata dan perijinannya 6
ppk kaliber 32

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka kegiatan intelijen


Pemasyarakatan antara lain:

1. Senjata berikut peluru dan ijin penggunaannya yang digunakan


sebagai alat pengamanan diri pada saat melaksanakan tugas;
2. Sarana pelindung diri yang terdiri atas rompi anti peluru, masker,
sarung tangan dll, yang digunakan dalam rangka melindungi diri
selama melaksanakan tugas;
3. Program sistem Intelijen Pemasyarakatan adalah Pusat data dan
Informasi terkait dengan Intelijen Pemasyarakatan yang terdiri atas
server dan aplikasi serta jaringan internet;
4. Peralatan intelijen yang terdiri atas seperangkat Alat perekam, kamera
pengintai;
5. Handphone digunakan dalam rangka mempermudah komunikasi dan
koordinasi antar tim;
6. Ruang kendali Intelijen terdiri atas sebuah bangunan/ ruangan dengan
luas minimal 20m², yang terdiri atas meja rapat dan infokus dan monitor
CCTV yang terkoneksi dengan internet, serta berfungsi sebagai pusat
analisis intelijen.

D. Identifikasi Intelijen Pemasyarakatan


Unit Intelijen Pemasyarakatan terbagi menjadi 3 antara lain:

1. Unit Intelijen Pusat yang berkedudukan di Direktorat Jenderal


Pemasyarakatan;
2. Unit Intelijen Wilayah yang berkedudukan di Divisi Pemasyarakatan;

24 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


3. Unit Intelijen UPT PAS yang berkedudukan di UPT Pemasyarakatan.
Dalam menjalankan perannya, Unit Intelijen Pemasyarakatan melaksanakan
tugas dan fungsi sebagai berikut:

Unit Intelijen
No. Tugas dan Fungsi Keterangan
Pemasyarakatan

1 UIP PU SAT Penyiapan bahan perumusan dan


pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi di bidang
intelijen; Pelaksanaan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan di bidang
intelijen di lingkungan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan; Melakukan pengumpulan
informasi dan informasi serta personil
analitis di tingkat pusat, tingkat wilayah,
UPT PAS dan melakukan koordinasi
dengan Komite Intelijen Pusat (KOMINPUS)
dalam rangka menghimpun spektrum
(keadaan) yang lebih luas tentang
kepastian penegakkan hukum khususnya
di lingkungan Kementerian Hukum dan
HAM RI; Melaksanakan operasi intelijen
dan intervensi dalam rangka cipta kondisi di
wilayah dan UPT Pemasyarakatan;
Melakukan pembinaan terhadap
agen intelijen di wilayah dan UPT
Pemasyarakatan dalam rangka
penggalangan dan pembentukan jejaring;
Membentuk unit Intelijen tingkat pusat dan
menetapkan UIP Wilayah dan UPT PAS
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan;

2 UIP WILA YAH Mengusulkan Unit Intelijen Wilayah kepada


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
melalui Kepala Kantor Wilayah;
Merencanakan dan menyelenggarakan
kegiatan intelijen di wilayah; Melakukan
pengumpulan data dan informasi di wilayah
dan berkoordinasi dengan Kominda untuk
menghimpun spektrum (keadaan) yang
lebih luas terkait kondisi aktual di wilayah;
Memberikan informasi/ laporan intelijen
kepada Unit Intelijen Pusat;
Sebagai bagian dari fungsi intelijen
Pemasyarakatan.

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 25
3 UIP UPT PAS Mengusulkan Unit Intelijen di UPT
Pemasyarakatan kepada Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan;
Merencanakan dan menyelenggarakan
kegiatan intelijen di UPT Pemasyarakatan;
Melakukan pengumpulan data di UPT
Pemasyarakatan dan berkoordinasi
dengan Kominda untuk menghimpun
keadaan /kondisi aktual khususnya di UPT
Pemasyarakatan;
Memberikan laporan/Informasi intelijen
kepada UIP Pusat, sebagai bagian dari
fungsi intelijen Pemasyarakatan.

E. Strategi Intelijen Pemasyarakatan


Strategi Intelijen Pemasyarakatan terbagi menjadi 3 (tiga) antara lain:

1. Penyelidikan
Penyelidikan Intelijen Pemasyarakatan adalah upaya penelitian,
penyelidikan, penyusupan, pencarian, pemeriksaan dan pengumpulan
data, informasi, dan temuan lainnya untuk mengetahui/membuktikan
kebenaran atau kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan
kesimpulan atau rangkaian temuan dan susunan kejadian
a) Kegunaan Penyelidikan Intelijen Pemasyarakatan
Kegunaan penyelidikan intelijen Pemasyarakatan adalah untuk
memperoleh bahan keterangan tentang segala hal dari pada
objek sasaran yang diperlukan untuk menunjang perencanaan,
pelaksanaan dan administrasi intelijen Pemasyarakatan.
Bahan keterangan yang diperoleh dalam penyelidikan intelijen
Pemasyarakatan yang bersifat strategis maupun taktis dapat
dipergunakan secara timbal balik antara lain dalam kegiatan:
(1) Operasi intelijen Pemasyarakatan;
(2) Ungkap jaringan;
(3) Pengambilan keputusan;
(4) Mendukung kegiatan tugas pokok Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan

26 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


b) Sasaran Kegiatan Penyelidikan Intelijen Pemasyarakatan
Intelijen Pemasyarakatan yang diselenggarakan dalam bentuk
kegiatan penyelidikan yang diarahkan dalam rangka:
(1) Menemukan, mengindentifikasi dan pendeteksian dini
terhadap potensi gangguan keamanan dan ketertiban
dalam rangka pencegahan, penindakan dan pemulihan di
UPT Pemasyarakatan;
(2) Memberikan informasi yang akurat untuk menciptakan
kondisi aman dan tertib di UPT Pemasyarakatan.
c) Pelaksanaan Penyelidikan Pemasyarakatan
Kegiatan penyelidikan intelijen Pemasyarakatan dapat
berlangsung sesuai roda perputaran intelijen (siklus intelijen)
yaitu melalui tahap-tahap sebagai berikut:
(1) Tahap Perencanaan
Di dalam perencanaan penyelidikan intelijen
Pemasyarakatan harus disusun rencana penyelidikan
yang memuat urut-urutan sebagai berikut:
Perumusan unsur utama keterangan (UUK):
1) UUK merupakan penjabaran dari pada kebutuhan
intelijen aktual dari pengguna intelijen dan pimpinan;
2) UUK berwujud persolan-persolan yang dihadapi
oleh pimpinan dalam rangka melaksanakan tugas
dan pokoknya yang harus dijawab atau dipecahkan
oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;
3) UUK merupakan titik tolak bagi usaha-usaha dan
kegiatan kegiatan pencarian dan pengumpulan
bahan keterangan (baket);
4) UUK disusun berdasarkan permintaan dari pimpinan
yang berwenang dalam pengambilan keputusan/
tindakan yang dirumuskan oleh anggota intelijen
Pemasyarakatan;

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 27
5) UUK ini memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai
hal-hal yang belum diketahui atau belum jelas
dan merupakan landasan bagi arah dan pedoman
dalam pembuatan rencana penyelidikan intelijen
Pemasyarakatan.
v Analisis Sasaran
Mempelajari secara terperinci dan teliti tentang
sasaran penyelidikan termasuk lingkungan
daerah dimana sasaran itu berada untuk
mengetahui kemungkinan adanya rintangan/
hambatan atau fasilitas-fasilitas yang dapat
membantu usaha-usaha penyelidikan yang
akan dilaksanakan.
v Analisis Tugas
6) Menganalisis dan memperinci bahan-bahan
keterangan apa yang harus dicari dan dikumpulkan;
7) Menentukan badan-badan pengumpul dan sumber-
sumber mana yang paling tepat digunakan;
8) Menentukan cara melaksanakan penyelidikan
yang disesuaikan dengan jenis bahan keterangan
dan keadaan sasaran apakah secara terbuka dan
tertutup;
9) Menentukan jangka waktu dan tempat penyampaian
laporan serta menentukan cara bagaimana untuk
dapat menggali bahan keterangan sebanyak
mungkin dari sasaran atau sumber;
v Menyusun rencana penyelidikan yang meliputi:
10) Waktu
11) Personil
12) Teknik dan taktik yang dipergunakan

28 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


13) Dukungan logistic
14) Peralatan khusus
15) Dukungan anggaran serta pembagian tugas yang
dituangkan dalam bentuk rencana penugasan dan
penjabaran tugas
o Pengamanan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan intelijen
Pemasyarakatan pada tahap pengumpulan
bahan keterangan, ada hal yang mungkin
timbul di luar perencanaan yang dapat
menghambat dan menggagalkan pelaksanaan
kegiatan, sehingga pada tahap perencanaan
ini telah pula direncanakan usaha pengamanan
kegiatan yang akan dilaksanakan.
(2) Tahap Pengumpulan
Tahap pengumpulan merupakan pelaksanaan kegiatan
penyelidikan dimana pelaksana berusaha mencari dan
mengumpulkan bahan-bahan keterangan atau sumber-
sumber bahan sesuai dengan pengarahan yang diberikan
oleh atasan yang berwenang yaitu yang diterima pelaksana
sebagai perintah atau permintaan.
Pengumpulan bahan keterangan dapat dilakukan dengan
berbagai kegiatan baik bersifat terbuka maupun tertutup
sesuai kondisi sasaran dan peraturan perundangan-
perundungan yang berlaku.
Adapun bentuk-bentuk teknik pengumpulan bahan
keterangan dapat bahan:
16) Penelitian
17) Wawancara
18) Interogasi

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 29
19) Elisitasi
20) Pengamatan
21) Penggambaran
22) Penjejakan
23) Pendengaran
24) Penyusupan
25) Penyadapan
26) Penyurupan
Teknik tersebut dapat dilakukan dengan cara konvensional,
yaitu penyelidikan oleh petugas Intelijen maupun dengan
cara memanfaatkan teknologi modern, yaitu penyelidikan
menggunakan alat berteknologi tinggi
(3) Tahap Pengolahan Bahan Keterangan
Pengolahan yaitu kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan
produk intelijen Pemasyarakatan dari bahan-bahan
keterangan/informasi yang telah dikumpulkan. Adapun
proses pengolahan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
27) Pencatatan
Pencatatan dilakukan secara sistematis dan
kronologis terhadap bahan-bahan keterangan/
informasi, agar mudah dan cepat dapat dipelajari
untuk penyajian kembali apabila sewaktu-waktu
diperlukan.
28) Penilaian
Penilaian adalah penentuan ukuran kepercayaan
terhadap sumber informasi dan ukuran kebenaran
dari isi informasi dengan menggunakan neraca
penilaian. Penilaian terhadap sumber bahan
keterangan/informasi dilakukan dengan jalan
memperbandingkan baik yang berasal dari sumber

30 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


yang sama maupun yang berasal dari sumber yang
sama maupun yang bersal dari sumber yang sama
maupun yang berasal dari sumber lainnya. Pencatatan
secara sistematis terhadap semua keterangan yang
diterima akan membantu mempermudah pekerjaan
penilaian terhadap informasi yang baru diterima.
29) Penafsiran
Penafsiran (interpretasi) adalah menentukan arti
dan kegunaan baket dihubungkan dengan baket-
baket lainnya yang telah ada. Penafsiran dilakukan
dengan cara mempersamakan, mencocokan dan
membandingkan, baket yang baru diterima dengan
baket yang telah ada. Penafsiran secara logika
sebenarnya terdiri dari 3 (tiga) tahap yang kadang-
kadang terjadi secara simultan, yaitu tahap pengertian
(terbentuknya ide/konsep), tahap keputusan dan
tahap penalaran atau penarikan suatu kesimpulan.
30) Kesimpulan
Pekerjaan terakhir dari pengolahan yaitu mengambil
kesimpulan dari keseluruhan baket yang telah
melalui proses pencatatan sampai dengan
penafsiran yang kemudian dituangkan menjadi
produk intelijen Pemasyarakatan. Dalam analisis
diusahakan menguraikan dan mengenali persoalan
yang dihadapi. Selain itu, dilakukan analisis
dengan memisah-misahkan masalah yang penting,
membanding-bandingkan serta mensortir informasi
yang sudah dinilai untuk memilih informasi yang ada
hubungannya dengan tugas dan operasi

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 31
2. Pengamanan
Pengamanan intelijen Pemasyarakatan adalah serangkaian kegiatan
intelijen baik yang dilakukan secara reaktif maupun proaktif dalam
rangka mewujudkan keamanan dibidang Pemasyarakatan:
a. Peranan Pengamanan Intelijen Pemasyarakatan
1) Tindakan pencegahan dini, pendeteksian dini dan
pemberian peringatan dini sebagai bahan pengambilan
keputusan pimpinan;
2) Pelaksanaan dan pengamanan kebijakan pemerintah dan
pimpinan di bidang Pemasyarakatan;
3) Pencipta kondisi untuk mendukung pelaksanaan tugas
Pemasyarakatan serta tugas-tugas pemerintahan dalam
rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.
b. Ruang Lingkup Pengamanan Intelijen Pemasyarakatan
Lingkup Pengamanan Intelijen Pemasyarakatan meliputi
pengamanan informasi dan dokumen intelijen pada:
1) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;
2) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Divisi
Pemasyarakatan);
3) UPT Pemasyarakatan.
3. Penggalangan
Penggalangan Intelijen adalah serangkaian aktifitas mempertahankan
kemampuan intelijen Pemasyarakatan, cipta kondisi dan penguatan
jejaring intelijen internal dan eksternal.
a. Tujuan Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan
Tujuan Penggalangan pada hakekatnya untuk mempengaruhi
dan atau merubah sikap, tingkah laku, pendapat, emosi dari
sasaran tertentu yang dilakukan secara tertutup agar tercipta
kondisi yang menguntungkan tugas pokok Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.

32 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


b. Sasaran Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan
1) Masyarakat Luas
Masyarakat umum seperti pengunjung, keluarga, LSM
dan Masyarakat lainnya yang dapat memberikan informasi
terkait dengan penyelenggaraan Pemasyarakatan.
2) Warga Bina Pemasyarakatan
Warga Binaan Pemasyarakatan yang mempunyai pengaruh
didalam komunitasnya dan atau yang berseberangan
dengan petugas atau komunitasnya.
3) Petugas Pemasyarakatan
Petugas Pemasyarakatan yang dilihat dari segi kedudukan
fungsi dan peranannya mempunyai potensi dan pengaruh
yang dominan, serta bersentuhan langsung dengan
permasalahan yang ada.
Petugas Pemasyarakatan yang dijadikan sasaran
penggalangan dipilih atas dasar pertimbangan–
pertimbangan:
a) Mudah atau tidaknya dipengaruhi;
b) Mudah atau tidaknya penyebaran dalam kelompok
atau golongan;
c) Kedudukan dalam sosial Masyarakat ;
d) Kedudukan dalam struktur kekuatan dan kekuasaan
(Leading personality dan key position)
4) Instansi Terkait
Instansi terkait dalam hal ini adalah Komite Intelijen Pusat/
daerah yang dapat memberikan informasi terkait dengan
penyelenggaraan Pemasyarakatan.
c. Tahap Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan
Tahap-tahap Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan, sebagai
berikut:

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 33
1) Terhadap Sasaran Petugas Pemasyarakatan dilakukan
secara tersamar dan tertutup melalui tahap-tahap:
2) Tahap pendekatan, yaitu pendekatan ke dalam tubuh
organisasi/kelompok/sasaran (penyusupan) untuk
mendapatkan kepercayaan dari sasaran melalui ide-ide
sesuai dengan sasaran;
3) Tahap mempengaruhi, yaitu mempengaruhi sasaran
dengan memiliki pengetahuan tentang titik kelemahan dan
kekuatan sasaran;
4) Tahap pengarahan dan pengendalian, yaitu sasaran
dikendalikan kepada tujuan yang ingin dicapai serta tidak
menyimpang dengan pengendalian yang terus menerus;
5) Tahap pemanfaatan, yaitu sasaran yang sudah dapat
menerima konsepsi pihak penggalang, serta digerakkan
sesuai kehendak penggalang.
6) Terhadap Sasaran Warga Binaan Pemasyarakatan dan
Masyarakat Luas dilakukan secara tertutup melalui tahap-
tahap:
7) Penyusupan
Dilakukan secara tertutup oleh agen-agen penggalang ke
dalam sasaran, bersamaan dengan itu sambil menyusun
jaringan-jaringan penggalang dalam tubuh sasaran.
Penyusupan kedalam kelompok Masyarakat , sasaran
dapat dilakukan dengan perantaraan sarana-sarana
seperti Agen biro perjalanan, wartawan dll.
8) Percerai-beraian
Kegiatan dilakukan untuk mencerai-beraikan keutuhan,
kesatuan dan kekompakan sasaran. Kesatuan dan
persatuan serta keutuhan Masyarakat tanpa disadari
dikelompokan kedalam golongan asal, baik secara politis,

34 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


rumpun kesukuan, lapisan Masyarakat , aliran agama
maupun etnis. Sehingga persatuan dalam Masyarakat
tersebut menjadi goyah karena terjadi pengkotak-kotakan
dalam Masyarakat .
9) Pengingkaran
Menimbulkan pertentangan dan perpecahan, kelompok
menjadi terpecah belah, kewibawaan dan kedudukan
pimpinan sasaran menjadi lemah.
10) Pengarahan
Memberikan arahan atau motivasi bahwa untuk
terciptanya dan terpeliharanya suatu keadaan yang lebih
maka dilakukan hasutan-hasutan dan memperuncing
perpecahan diantara kelompok sasaran dan mengganti
pemimpinnya.
11) Penggeseran
Mengganti pimpinan sasaran yang dinilai dapat
mengarahkan pengikutnya ke dalam pengaruh penggalang.
12) Penggabungan
Kelompok yang terpecah digabungkan kembali dan telah
tercipta kondisi yang dikehendaki penggalang, sehingga
merupakan bagian dari keseluruhan kekuatan.
d. Taktik Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan
1) Gerakan menarik (persuasif) sasaran.
a) Pemberi bantuan;
b) Hadiah;
c) Bujukan.
2) Gerakan menekan sasaran, yaitu memaksa agar objek
menerima kehendak penggalang.
3) Gerakan penyesatan untuk mengalihkan perhatian
sasaran.

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 35
4) Gerakan memecah belah, dimana sasaran dirangsang
untuk meragukan kepentingan kelompoknya sehingga
bersedia mengingkari kepatuhan kepada kelompoknya.
5) Gerakan mendorong dan dirangsang berfikir persuasif
yakni mengutamakan golongan intelektual sebagai
sasaran dengan menyajikan fakta dan tata ilmiah yang
ntelah disusun sehingga sasaran lebih mudah diarahkan.
e. Media Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan
1) Kontak Personil
Tatap muka dengan menyembunyikan identitas terhadap
sasaran (terselubung).
a) Kontak orang dengan orang;
b) Kontak orang dengan kelompok;
c) Kontak kelompok dengan kelompok (antara lain
mengadakan kesenian, pertemuan, ceramah dan
diskusi).
2) Pamflet, selebaran dan surat kaleng.
3) Media massa
a) Media cetak;
b) Media elektronik.

F. Produk Intelijen Pemasyarakatan


1. Produk Intelijen Pemasyarakatan secara umum terbagi menjadi 2
(dua) yaitu:
a. Rumusan atau konsep tentang profesionalisme dan pendidikan/
pengalaman bermutu yang dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis
berupa rekomendasi dan selanjutnya akan diserahkan kepada Direktur
Jenderal Pemasyarakatan melalui Direktur Keamanan dan Ketertiban
dan stakeholder lainnya.
b. Kesepakatan bersama untuk mewujudkan pemahaman bersama
dalam memberi prioritas pada peran komunitas intelijen yang di

36 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


tuangkan dalam bentuk tertulis untuk disampaikan kepada pemerintah
dan disosialisasikan.

2. Jenis materi Produk Intelijen Pemasyarakatan antara lain:


a. Intelijen Dasar
Adalah salah satu produk intelijen Pemasyarakatan yang dibuat oleh
petugas intelijen yang berisi mengenai bahan keterangan tentang
semua aspek kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu daerah
(profil) yang isinya meliputi aspek Pemasyarakatan dengan tujuan
agar pimpinan atau para pengguna lainnya dapat mengenal gambaran
situasi umum yang ada didaerah tugasnya, sehingga pimpinan dapat
menentukan langkah-langkah kebijakan dengan tepat;
b. Laporan Harian
Adalah suatu bentuk produk intelijen Pemasyarakatan yang dibuat oleh
petugas intelijen setiap hari yang memuat berita/informasi/kejadian
yang menonjol dari berbagai bidang intelijen yang mencakup masalah-
masalah Pemasyarakatan yang didapat atau diterima pada hari itu dan
perlu mendapatkan perhatian dari pimpinan;
c. Laporan harian khusus atau aktual
Adalah salah satu produk intelijen Pemasyarakatan yang dibuat oleh
petugas intelijen yang memuat salah satu masalah atau peristiwa yang
hanya sekali terjadi tetapi sangat menonjol dan atau masalah/peristiwa
yang sama dan pada hari yang sama terjadi pada beberapa tempat
disuatu wilayah tertentu yang perlu segera diketahui pimpinan pada
hari itu juga;
d. Laporan informasi
Adalah laporan dari petugas Pemasyarakatan yang hanya meliputi
satu bidang dan satu masalah. Fakta dipisahkan dari pendapat pelapor,
disusun secara kronologis sistematis, sumber dan cara mendapatkan
harus jelas dan dibuatkan juga nilai kebenaran bahan keterangan;

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 37
e. Informasi khusus
Adalah tulisan atau keterangan yang berisi masalah atau kasus yang
perlu diketahui oleh satuan atas, samping dan bawah yang bersifat
normatif dan juga dapat dijadikan bahan keterangan dengan tujuan
sebagai bahan pengambilan langkah antisipasi terutama bagi satuan
yang menerima informasi.
f. Laporan Atensi
Adalah produk intelijen Pemasyarakatan yang dibuat oleh petugas
intelijen yang meliputi bidang Pemasyarakatan tentang suatu peistiwa
atau current affair (masalah yang menonjol/sedang berkembang) baik
bersumber dari pemberitaan media massa maupun sumber lainnya.
Peristiwa tersebut menjadi pembahasan /perhatian publik secara luas
dan terus menerus dalam kurun waktu tertentu, sehingga cenderung
dimanfaatkan;
g. Telaahan Intelijen Pemasyarakatan
Adalah salah satu produk intelijen Pemasyarakatan yang berisi
pengkajian singkat dan jelas tentang masalah-masalah keamanan,
baik yang menyangkut salah satu aspek Pemasyarakatan maupun
keseluruhannya yang dinilai sangat penting pada saat ini dikaitkan
dengan fakta-fakta yang lampau sehingga dapat diketahui arti keadaan
yang berlaku sekarang;
h. Laporan khusus intelijen Pemasyarakatan
Adalah produk intelijen Pemasyarakatan yang memuat bidang
Pemasyarakatan dan dinilai sangat penting baik terhadap masalah
yang sedang dan atau telah dilaksanakan (dalam bentuk kegiatan
mendahului, menyertai dan mengakhiri) serta materi penyajiannya
lebih luas dan merupakan akhir dari perkembangan suatu masalah;
i. Nota Intelijen Pemasyarakatan
Adalah suatu produk intelijen Pemasyarakatan untuk menyampaikan
masalah-masalah intelijen Pemasyarakatan yang diperlukan atau
untuk memenuhi permintaan pimpinan yang berhubungan dengan

38 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


kegiatan atau masalah-masalah intelijen Pemasyarakatan yang
bertujuan sebagai sarana penyampaian hal-hal yang berhubungan
dengan intelijen Pemasyarakatan secara singkat dan cepat baik atas
permintaan pimpinan atau atas inisiatif petugas intelijen;
j. Perkiraan Intelijen Pemasyarakatan (Kirintelpas)
Adalah penelaahan dan pembahasan yang diteliti dan teratur terhadap
faktor keadaan intelijen Pemasyarakatan yang mempengaruhi dan
menentukan keadaan Pemasyarakatan yang bertujuan untuk memberi
arah dalam proses penentuan kebijakan dan proses perencanaan
dibidang operasional jangka pendek maupun pembinaan jangka
panjang;
k. Perkiraan intelijen khusus (kirsus)
Adalah penelaahan tentang keadaan daerah operasi dan keadaan
sasaran (ancaman) dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas
pokok dalam suatu operasi tertentu yang bertujuan untuk memberikan
masukan kepada pimpinan tentang rumusan sasaran operasi
Pemasyarakatan yang akan dilaksanakan.

G. Sifat Intelijen Pemasyarakatan


Secara umum sifat intelijen Pemasyarakatan terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Taktis
Mencari, mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan keterangan
untuk digunakan bagi kepentingan taktis yaitu menentukan tindakan-
tindakan yang akan diambil dengan memperhitungkan resiko dan
pemberdayaan sarana-sarana yang ada secara efektif dan efisien
dalam batas waktu tertentu;
2. Strategis
Mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan keterangan untuk
dipergunakan bagi kepentingan cipta kondisi dalam rangka membangun
rasa aman dan tertib di UPT Pemasyarakatan.

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 39
H. Kewenangan dan Kode Etik Petugas Intelijen Pemasyarakatan
1. Kewenangan Intelijen Pemasyarakatan
Dalam melaksanakan tugas intelijen Pemasyarakatan, petugas intelijen
diberi kewenangan antara lain:

a. Meminta bahan keterangan kepada stakeholder dan instansi terkait


sesuai dengan kepentingan dan prioritasnya;
b. Melakukan kerja sama dengan intelijen lainnya;
c. Membentuk satuan tugas intelijen;
c. Membentuk satuan tugas intelijen;
d. Melakukan intervensi dan cipta kondisi;
d. Melakukan intervensi dan cipta kondisi;
e. Melakukan investigasi dan penggalian informasi terhadap sasaran
e. Melakukan investigasi dan penggalian informasi terhadap
yang menjadi target intelijen;
sasaran yang menjadi target intelijen;
f. Mengamankan
f. Kebijakan
Mengamankan Kebijakan Pi Pimpinan.
mpinan.
2. Hak, Kewajiban dan Kode Etik Intelijen Pemasyarakatan
2. Hak, Kewajiban dan Kode Etik Intelijen Pemasyarakatan
Dalam menjalankan tugas intelijen, seorang petugas Intelijen
Dalam menjalankan tugas intelijen, seorang petugas Intelijen Pemasyarakatan
Pemasyarakatan memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan
memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan Undang-undang Intelijen Negara.
Undang -undang Intelijen Negara .

I. Bisnis Proses Intelijen Pemasyarakatan


I. Bisnis Proses Intelijen Pemasyarakatan
SIKLUS INTELIJEN PEMASYARAKATAN
SIKLUS INTELIJEN PEMASYARAKATAN

ANALISA DAN
PENGOLAHAN

PENGUMPULAN PENGAMATAN
DATA

PENYAJIAN
PRODUK
INTELIJEN

1. Melakukan pengumpulan dan pengelolaan dan verifikasi data


informasi;
Pelaksana: Petugas Administrasi dan pelaporan
40 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan
1. Melakukan pengumpulan dan pengelolaan dan verifikasi data informasi;
Pelaksana: Petugas Administrasi dan pelaporan
a. Melakukan seleksi dan mencetak informasi yang masuk melalui
e-mail;
b. Mencari informasi melalui media mengenai UPT Pemasyarakatan;
c. Meng-input data profiling UPT ke dalam database intelijen;
d. melakukan verifikasi informasi;
e. Meneruskan informasi yang sudah di verifikasi ke Tim Intelijen
Pemasyarakatan.
2. Menerima dan menganalisis data/informasi intelijen
Pelaksana: Analis Intelijen Pemasyarakatan
a. Menerima laporan Intelijen yang telah di verifikasi;
b. Mempelajari laporan intelijen;
c. Melakukan dan menyusun analisis intelijen berdasarkan hasil
pulbaket;
d. Melakukan klasifikasi berdasarkan tingkat kedaruratan/
kegawatan;
e. Meyusun strategi pelaksanaan kegiatan intelijen;
f. Apabila analisis intelijen dianggap sudah valid maka tidak perlu
melakukan operasi intelijen.
3. Melakukan Survailance/Pengamatan
Pelaksana: Tim Intelijen Pemasyarakatan
a. Melakukan penggalangan jejaring , pulbaket dengan pihak-pihak
terkait
b. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan instansi terkait
c. Melakukan pemetaan berdasarkan instrumen gangguan kamtib
terhadap UPT Pemasyarakatan berdasarkan hasil analisis
intelijen
d. Melakukan intervensi dalam rangka cipta kondisi

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 41
e. Menyusun Laporan hasil Pelaksanaan Kegiatan Intelijen.
4. Menyusun Produk Intelijen
Pelaksana: Tim Intelijen Pemasyarakatan
a. Mempelajari laporan hasil telaahan/analisis intelijen
b. Memberikan koreksi dan atau paraf persetujuan terhadap
laporan hasil telaahan/analisis intelijen
c. Mempelajari dan memberikan persetujuan terhadap rekomendasi
berdasarkan aspek pencegahan, penindakan dan dampak
d. Menyajikan data/informasi dalam bentuk laporan kepada
pimpinan
Laporan intelijen Pemasyarakatan merupakan informasi yang wajib
dilaporkan kepada pimpinan dalam rangka pengambilan suatu keputusan atau
kebijakan.

Pelaporan terbagi menjadi 2 (dua) antara lain:

1. Laporan rutin;
Adalah laporan intelijen yang bersifat biasa dan melalui tahapan/
mekanisme pelaporan yang diterima oleh petugas administrasi dan
pelaporan, selanjutnya dilakukan verifikasi dan analisis kemudian
dilaporkan kepada pimpinan melalui kepala Unit Intelijen secara
berjenjang dan dilaporkan setiap hari;
2. Laporan instidentil
Adalah Laporan yang bersifat penting dan segera dan dapat dilaporkan
secara langsung/seketika oleh petugas intelijen kepada pimpinan
tanpa melalui tahapan pelaporan. Bahwa dalam setiap pelaksanaan
intelijen Pemasyarakatan perlu dilakukan evaluasi dalam rangka
mengetahui dan mengukur sejauh mana tujuan yang telah dirumuskan
sudah dapat dilaksanakan.

42 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


J. Prosedur
Di dalam Pelaksanaan intelijen Pemasyarakatan terdapat beberapa Standar
Operasional Prosedur (SOP) antara lain:

1. SOP Kegiatan Intelijen Pemasyarakatan;


2. SOP Operasi Intelijen Pemasyarakatan;
3. SOP Pemetaan UPT Pemasyarakatan Potensi Gangguan Kamtib;
4. SOP Penyelidikan Intelijen Pemasyarakatan;
5. SOP Pengamanan Intelijen Pemasyarakatan;
6. SOP Penggalangan Intelijen Pemasyarakatan.

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 43
BAB 5
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pemaparan tersebut diatas bisa diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:

1. Kemampuan deteksi dini satuan intelijen pemasyarakatan secara


umum cukup memadai, terutama dalam kemampuan mengumpulkan
informasi atas suatu kejadian atau fenomena yang berkembang.
Namun, karena “feeling intelijen” tidak dimiliki oleh semua satuan
intelijen pemasyarakatan, sering kali kejadian atau informasi yang
mempunyai implikasi potensi rawan Kamtibmas tidak dapat secara
cepat direspons. Termasuk kemampuan melakukan administrasi
intelijen yang secara umum masih belum terampil.
2. Keterbatasan kemampuan deteksi dini satuan Intelijen pemasyarakatan
yang masih rendah serta dukungan anggaran operasional satuan
Intelijen pemasyarakatan masih menjadi kendala dominan yang
signifikan dalam rangka optimalisasi kemampuan deteksi dini.
Namun “semangat kerja” dari para satuan Intelijen pemasyarakatan
dapat menjadi dukungan untuk mengurangi kelemahan tersebut,
terutama dari dukungan masyarakat akan kehadiran satuan Intelijen
pemasyarakatan di wilayahnya sangatlah signifikan.
3. Beban tugas yang diberikan pada satuan Intelijen pemasyarakatan
seringkali “over loaded”, karena harus menjalankan perintah pimpinan
untuk mendukung pelaksanaan tugas di kewilayahan. Distribusi
anggota ke daerah-daerah pelosok, terutama di luar Pulau Jawa harus
menjadi pertimbangan penting dalam kebijakan penyebaran personel.

45
4. Dalam upaya meningkatkan kemampuan deteksi dini sebagai
implementasi peran dan fungsi satuan Intelijen pemasyarakatan
direktorat Jenderal Pemasyarakatan telah melakukan berbagai
terobosan dengan memberikan penguatan melalui capacity building
satuan intelijen pemasyarakatan yang bekerja sama dengan UNODC.
Namun, upaya ini baru terlaksana sebagian saja, terutama di kota-
kota besar, sementara kebutuhan peningkatan kemampuan, terutama
dalam konteks untuk memberikan “wawasan intelijen” yang memadai,
diperlukan bagi seluruh satuan intelijen pemasyarakatan.
5. Bahwa peran Intelijen Pemasyarakatan dalam melakukan deteksi dini
adalah sangat strategis, dimana produk Intelijen yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan oleh pimpinan untuk membuat kebijakan. Oleh karena
itu dalam pelaksanaan deteksi dini melalui instrument deteksi dini
yang ditetapkan dituntut untuk dilakukan secara benar, agar output
yang dihasilkanpun dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga
dalam pengambilan keputusan, pimpinan tidak salah dalam penetapan
kebijakannya.
6. Keberadaan Intelijen Pemasyarakatan masih lemah mengingat secara
organisasi, struktur Intelijen Pemasyarakatan hanya berada pada
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (pusat). Sedangkan unit Intelijen
Pemasyarakatan di wilayah dan Unit Pelaksana Teknis Keberadaannya
masih belum nyata dan samar artinya ada namun tidak berfungsi.
7. Instrumen deteksi dini yang terdiri dari 4 elemen pemasyarakatan
dianggap sudah mampu menggambarkan tentang potensi gangguan
kamtib yang menilai dari hal-hal yang bersifat dinamis, yakni penilaian
yang dilakukan berdasarkan bentuk-bentuk pelayanan yang diberikan
kepada warga binaan pemasyarakatan.

46 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


B. Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan uraian tersebut diatas Penulis mencoba memberikan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:

1. Dilakukan penguatan terhadap satuan Intelijen pemasyarakatan


melalui penguatan regulasi sebagai payung hukum keberadaan
satuan Intelijen pemasyarakatan, mengingat selama ini, Intelijen
pemasyarakatan secara struktural hanya berada di tingkat pusat
sementara satuan Intelijen pemasyarakatan di wilayah dan unit
pelaksana teknis keberadaannya masih belum jelas dan belum
didukung oleh regulasi.
2. Secara berkala dilakukan pertemuan untuk memberikan informasi
terbaru mengenai perundang-undangan, kebijakan pimpinan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan, issue-issue kondisi pemasyarakatan
terbaru, dan lain-lain yang berkaitan dengan tugas langsung satuan
Intelijen pemasyarakatan.
3. Diperlukan pertimbangan mengenai anggaran satuan Intelijen
pemasyarakatan dalam Implementasi peran dan fungsinya untuk
melakukan deteksi dini sebagai bahan pertimbangan kebijakan
pimpinan, sehingga dalam menjalankan fungsi sebagai agen intelijen
terbuka dalam rangka deteksi dini tidak menemui kendala di lapangan.
4. Dilakukan pembaharuan inventaris sarana kerja dengan
mempertimbangkan kondisi wilayah tugas. Hal ini karena selain sarana
kerja yang minim, seringkali sarana kerja yang diberikan tidak sesuai
dengan kondisi wilayah. Serta dilaklukan pengawasan atas sarana
kerja yang diberikan sehingga sesuai dengan peruntukannya.
5. Dilakukan pelatihan khusus intelijen agar satuan Intelijen
pemasyarakatan mempunyai wawasan “feeling intelijen” sebagai
modal untuk menjadi agen intelijen terbuka.

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 47
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Aziz, dkk (1999), Panduan Manajemen Intelijen Kepolisian , PTIK, Bandung 1999

Bayley, David H. 1998. Police for The Future – Polisi Masa Depan. Terjemahan
Kunarto dan Khobibah M. Arief Dimyati. Jakarta: Cipta Manunggal. Ipong
Sumpena, KBP, Kumpulan Ajar Intelkam, Buku I Mega Mendung, Maret
2003.

Johnson, Doyle Paul. 1989. Teori Sosiologi Klasik dan Moden. Terjemahan.
Jakarta: Gramedia.

Paulus Purwoko.dkk. 2012. Manajemen Intelkam, Jakarta: STIK-PTIK

Peter Massingham. Knowledge Management; Teory in Practice (London: Sage,


2019).

Peraturan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Undang Undang Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara;

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem


pengendalian Intern Pemerintah;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2010 Tentang Disiplin


Pegawai Negeri Sipil; G.

49
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi


Birokrasi

Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis


Elektronik

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.HH-06.IN.04.02


Tahun 2010 tentang Kebijakan Pengembangan SDM Kementerian Hukum
dan HAM

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia republik Indonesia Nomor
M.HH16.KP.05.02 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 29 tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI;

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 33 tahun 2015 tentang
Pengamanan pada Lapas dan Rutan;

50 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


LAMPIRAN

Instrumen Deteksi Dini


a. Registrasi dan Klasifikasi

dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur


Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 51
b. Perawatan

52 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur
Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 53
c. Pembinaan Narapidana dan Pelayanan Tahanan

54 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur
Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 55
56 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan
dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur
Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 57
d. Keamanan dan Ketertiban

58 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan


dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur
Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 59
60 Peran dan Fungsi Intelijen Pemasyarakatan
dalam Melakukan Deteksi Dini untuk Mengukur
Potensi Gangguan Keamanan dan Ketertiban 61

Anda mungkin juga menyukai