Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

PERAN DAN POSISI MUSPIDA


(BAHAS GENG MOTOR, UNSUR MUSPIDA GELAR RAPAT)

Oleh: Yulinda Mawarni (104674042)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL PMPKN/S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Geng motor sebenarnya berawal dari kecenderungan beberapa orang atau sekelompok orang yang memiliki hobi yang sama yaitu bersepeda motor bersama-sama. Kegiatan yang mereka lakukan seperti konvoi maupun kegiatan touring dengan sepeda motor, bahkan kadangkala geng motor melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti kegiatan-kegiatan sosial. Namun belakangan ini, beberapa geng motor telah berubah dari hobi mengendarai motor menjadi hobi menganiaya orang lain, hobi merampok, dan melakukan perbuatan anarkis lainnya. Seperti halnya yang terjadi di Pekanbaru, geng motor dirasa sudah meresahkan karena mereka melakukan tindakan-tindakan anarkis. Meskipun geng motor di Pekanbaru hanya merupakan dampak adanya pengaruh negatif dari kota lain, namun apabila masalah ini terus dibiarkan maka masalah ini akan semakin mengakar dan berkembang semakin buruk sehingga sulit untuk diatasi serta menganggu keamanan dan ketentraman masyarakat di daerah tersebut. Untuk itu, diperlukan penanganan secara cepat dan tepat yang dapat dilakukan oleh pemerintah di daerah Pekanbaru terutama diperlukan pula kerjasama para pemimpin setempat untuk mau turun tangan dalam memecahkan masalah geng motor tersebut. Untuk membicarakan dan memecahkan masalah geng motor tersebut bisa dilakukan melalui forum MUSPIDA (Musyawarah Pemimpin Daerah). Karena salah satu tujuan dari adanya Muspida adalah melakukan penilaian atas intensitas dan ekstensitas gangguan ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat serta menentukan langkah-langkah yang dipandang perlu baik yang bersifat pencegahan maupun penanggulangannya. Maka dengan adanya kerjasama antar unsur-unsur Muspida ini bisa ditemukan alternatif-alternatif kebijakan yang bisa diambil dan diterapkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, seperti di daerah Pekanbaru diharapkan dengan adanya Muspida gangguan keamanan dan ketentraman yang dikarenakan kegiatan anarkis yang dilakukan oleh geng motor bisa teratasi. Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis ingin mengetahui bagaimanakah peran dan posisi Muspida dalam mengatasi masalah yang dihadapi di daerah Pekanbaru yang disebabkan oleh adanya kegiatan-kegiatan anarkis yang dilakukan oleh beberapa anggota geng motor.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian MUSPIDA Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1986 tentang Musyawarah Pemimpin Daerah, Musyawarah Pimpinan Daerah yang disingkat MUSPIDA adalah suatu forum konsultasi dan koordinasi antara Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dengan pejabat-pejabat ABRI di daerah serta aparatur-aparatur pemerintah lainnya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara stabilitas nasional dan pembangunan nasional di daerah. 2.1.2 Tujuan Penyelenggaraan MUSPIDA Tujuan penyelenggaraan MUSPIDA adalah : a. mengkoordinasikan, mengintegrasikan, dan menyinkronisasikan pelaksanaan tugas aparatur pemerintahan di daerah secara berdaya guna dan berhasil guna; b. melakukan penilaian atas intensitas dan ekstensitas gangguan ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat serta menentukan langkah-langkah yang dipandang perlu baik yang bersifat pencegahan maupun penanggulangannya; c. menentukan sistim dan tata cara pengamanan pelaksanaan kebijaksanaan/program pemerintah guna mewujudkan stabilitas nasional dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional.

2.1.3

Unsur MUSPIDA

(1) MUSPIDA di Propinsi/Daerah Tingkat I, terdiri atas : 1. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I (pemimpin rapat MUSPIDA tingkat I) 2. Panglima Daerah Militer atau pejabat yang ditunjuk oleh Panglima ABRI; 3. Kepala Kepolisian Daerah; 4. Jaksa Tinggi.

(2) MUSPIDA di Kabupaten atau Kotamadya/Daerah Tingkat II terdiri atas : 1. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II (pemimpin rapat MUSPIDA tingkat II) 2. Komandan Distrik Militer; 3. Kepala Kepolisian Resort; 4. Kepala Kejaksanaan Negeri. (3) Sekretaris Wilayah Daerah karena jabatannya bertindak sebagai Sekretaris MUSPIDA

2.1.4

Pelaksanaan MUSPIDA

(1) Musyawarah dilaksanakan atas dasar asas Gotong-Royong dengan sikap dan suasana kekeluargaan, serta dengan menjaga dan meningkatkan saling pengertian antara segenap peserta musyarawah yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan. (2) Pangkal tolak musyawarah adalah persatuan dan kebulatan untuk memecahkan segala persoalan yang timbul dalam menyelenggaraan tugas dengan selalu mengutamakan kepentingan nasional atau kepentingan umum di atas kepentingan bidangnya masingmasing. (3) Gubernur Kepala Daerah dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah dalam memimpin musyawarah menempuh segala kebijaksanaan untuk dapat memcapai permufakatan dan kebulatan pendapat. (4) Pelaksanaan hasil musyawarah dalam Musyawarah Pimpinan Daerah menjadi tugas dan tanggung jawab instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugasnya. (5) Biaya yang diperlukan bagi penyelenggaraan administrasi MUSPIDA dibebankan kepada anggaran Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

2.2 Pembahasan Muspida (Musyawarah Pemimpin Daerah) sebagai suatu forum konsultasi dan koordinasi dalam rangka mewujudkan dan memelihara stabilitas nasional dan pembangunan nasional di daerah memiliki kewajiban dalam mengatasi masalah yang muncul di masyarakat terutama masalah-masalah yang menganggu stabilitas dan pembangunan daerah apalagi masalah tersebut mengancam keselamatan masyarakat di daerah tersebut. Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di masyarakat maka perlu diingat peran dan posisi Muspida. Peran Muspida adalah melaksanakan tujuan dari pembentukan Muspida itu sendiri, seperti yang sudah disebutkan dalam kajian pustaka di atas sehingga pelaksanaan pemerintahan di daerah bisa berjalan dengan baik. Sedangkan posisi Muspida adalah sebagai bagian dari pembuat kebijakan dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan pemerintahan dan kehidupan masyarakat daerah sehingga tidak menggangu stabilitas nasional dan pembangunan daerah. Apabila dihubungakan dengan artikel berita yang dilampirkan maka peran Muspida adalah menentukan langkah-langkah yang dipandang perlu untuk mencegah dan menanggulangi adanya masalah geng motor anarkis yang terjadi di Pekanbaru, serta menentukan sistim dan tata cara pengamanan pelaksanaan kebijakan atau program yang terkait dengan masalah geng motor tersebut, supaya bisa berjalan dengan baik sehingga stabilitas nasional dan pembangunan nasional bisa terjaga. Sedangkan posisi Muspida dalam masalah geng motor adalah membuat kebijakan untuk mengatasi geng motor yang anarkis. Maka adanya rapat yang dilakukan oleh unsur Muspida Pekanbaru untuk membahas dan menemukan pemecahan masalah adanya geng motor di Pekanbaru seperti yang ada dalam artikel berita yang dilampirkan merupakan hal yang benar dan tepat untuk dilakukan. Karena geng motor tersebut sudah melakukan tindakan yang bisa menganggu stabilitas daerah Pekanbaru dan mengancam keselamatan masyarakat setempat. Koordinasi antar unsur Muspida sangat diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut, diantaranya

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, Komandan Distrik Militer, Kepala Kepolisian Resort, Kepala Kejaksanaan Negeri. Dari artikel berita yang berjudul Bahas Geng Motor, Unsur Muspida Gelar Rapat. Dapat dilihat bahwa kegiatan ini sudah memenuhi unsur pelaksanaan yang telah tercantum dalam Keputusan Presiden mengenai pelaksanaan Muspida, yaitu diantaranya:

(1) Musyawarah dilaksanakan atas dasar asas Gotong-Royong dengan sikap dan suasana kekeluargaan, serta dengan menjaga dan meningkatkan saling pengertian antara segenap peserta musyarawah yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan. Rapat Muspida Pekanbaru yang dihadiri Dandim Pekanbaru dan jajaran, Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru dan jajaran, serta unsur Muspida lainnya menunjukkan adanya sikap gotong-royong antar sesama unsur Muspida Pekanbaru untuk bermusyawarah membahas hal-hal aktual yang ada di Pekanbaru terutama masalah geng motor yang belakangan meresahkan daerah tersebut. (2) Pangkal tolak musyawarah adalah persatuan dan kebulatan untuk memecahkan segala persoalan yang timbul dalam menyelenggaraan tugas dengan selalu mengutamakan kepentingan nasional atau kepentingan umum di atas kepentingan bidangnya masingmasing. Musyawarah yang dilakukan oleh Muspida Pekanbaru yang akhirnya menemukan kebulatan pemecahan atas masalah geng motor yang disepakati oleh seluruh anggota yang datang. Pemecahan yang diambil juga dilakukan berdasarkan kepentingan masyarakat yang merupakan penerima dampak dari adanya geng motor yang kadang mengancam keamanan masyarakat. Bahkan penanganan sampai pemberian sangsi dilakukan tanpa pandang bulu bagi anggota geng motor yang terbukti melakukan tindakan anarkis. Selain itu, tindakantindakan yang diambil untuk memecahkan masalah ini semata-mata karena kecintaan kepada generasi muda, supaya jangan nanti karena pengaruh satu orang akan merusak generasi yang lain, bukan untuk kepentingan anggota Muspida sendiri. (3) Gubernur Kepala Daerah dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah dalam memimpin musyawarah menempuh segala kebijaksanaan untuk dapat memcapai permufakatan dan kebulatan pendapat. Walikota Pekanbaru sebagai pemimpin musyawarah Muspida Pekanbaru mengatakan strategi mengatasi geng motor sesuai dalam artikel berita menunjukkan bahwa musyawarah Muspida yang dilakukan telah mencapai permufakatan dan kebulatan pendapat untuk mengatasi masalah geng motor. (4) Pelaksanaan hasil musyawarah dalam Musyawarah Pimpinan Daerah menjadi tugas dan tanggung jawab instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugasnya. Pelaksanaan hasil keputusan musyawarah sudah dibagi-bagi sesuai tugas dan

kepentingannya. Mulai dari instansi pendidikan seperti sekolah-sekolah yang harus memberikan pendidikan moral dan mengawasi pelaksanaan ikrar siswa untuk tidak melakukan perbuatan di luar batas. Kecamatan juga ikut mengawasi ikrar yang dilakukan

oleh para siswa. Ikrar siswa dilakukan karena kebanyakan para anggota geng motor adalah anak-anak muda yang masih duduk di bangku sekolah terutama SMA. Kapolresta yang bertugas untuk menjaga keamanan di jalan dari adanya geng motor dan memberikan sangsi tegas bagi anggota geng motor yang bertindak anarkis. Selain itu pemerintah kota Pekanbaru juga ikut andil dalam masalah ini terutama dalam penyediaan sarana angkutan umum pengganti motor bagi para siswa supaya mengurangi siswa pengguna motor yang kebanyakan dari mereka belum memiliki surat izin mengemudi. Namun diperlukan pula penyuluhan kepada orang tua untuk mengawasi dan mencegah apabila anak mereka terlihat melakukan tindakan-tindakan penyelewengan seperti tergabung dalam geng motor yang anarkis, penyuluhan ini bisa dilakukan oleh pemerintah setempat. (5) Biaya yang diperlukan bagi penyelenggaraan administrasi MUSPIDA dibebankan kepada anggaran Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Semua anggaran yang dikeluarkan oleh Muspida untuk mengatasi masalah geng motor tersebut dimasukkan dalam anggran pemerintah kota Pekanbaru.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Muspida Pekanbaru sebagai suatu forum konsultasi dan koordinasi dalam rangka mewujudkan dan memelihara stabilitas nasional dan pembangunan nasional di daerah telah melakukan tugas sebagaimana mestinya terutama mengenai masalah geng motor yang anarkis, dimana belakangan geng motor ini dirasa sudah meresahkan masyarakat terutama masyarakat Pekanbaru. Muspida Pekanbaru juga telah menggunakan peran dan posisinya untuk mengatasi masalah tersebut. Yaitu dengan melakukan rapat yang fokus membahas geng motor sampai mencapai kemufakatan dan kebulatan pemecahan masalah serta membuat kebijakan dalam menanggulangi masalah geng motor. Dalam rapat Muspida Pekanbaru tersebut juga sudah memenuhi syarat pelaksanaan Muspida yang tercantum dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1986 Tentang Musyawarah Pimpinan Daerah.

3.2 Saran Meskipun rapat Muspida sudah memenuhi syarat pelaksanaan Muspida yang ada serta dalam rapat sudah ditemukan kesepakatan dan kebijakan penanggulangan masalah berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai yang disampaikan oleh walikota Pekanbaru dalam artikel berita. Namun yang perlu diperhatikan adalah pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan yang dibuat. Diperlukan keseriusan dan kemantapan sikap untuk melaksanaan kebijakan atau program yang dibuat dengan serius dan pantang menyerah supaya masalah geng motor benarbenar teratasi sampai tuntas. Serta diperlukan pula evaluasi terhadap kebijakan atau program yang telah dibuat dan yang telah dilaksanakan supaya dapat dilakukan perbaikan-perbaikan apabila terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam kebijakan atau program itu sendiri ataupun pada saat pelaksanaannya. Sehingga masalah geng motor anarkis yang dirasa telah meresahkan benar-benar bisa teratasi secara tuntas.

LAMPIRAN

Bahas Geng Motor, Unsur Muspida Gelar Rapat Rabu, 17 Oktober 2012 10:44 WIB TRIBUNJAMBI.COM, PEKANBARU Rapat unsur Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Pekanbaru, biasanya diadakan di aula kantor walikota Pekanbaru. Namun, kali ini berbeda dari biasanya, rapat unsur Muspida diadakan di aula Markas Komando Daerah Militer (Makodim) 0301/Pekanbaru, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Selasa (16/10). Hadir pada kesempatan itu Dandim Pekanbaru dan jajaran, Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru dan jajaran, serta unsur Muspida lainnya. Dalam musyawarah itu dibicarakan berbagai hal aktual yang terjadi di Pekanbaru. Hal yang dibicarakan cukup fokus adalah masalah geng motor. Walikota Pekanbaru, Firdaus kepada Tribun usai rapat pembicaraan dalam rapat unsur Muspida memang terfokus kepada geng motor, karena sudah meresahkan beberapa waktu terakhir. Dari keterangan Kapolresta, hingga saat ini ada enam geng motor yang terindikasi melakukan tindakan anarkis beberapa waktu lalu tersebut. Adanya geng motor ini merupakan pengaruh negatif dari luar Pekanbaru dan tidak disaring sehingga mereka terbawa, Ungkap Firdaus. Hal inilah, ulas Firdaus, yang diingatkan kepada seluruh masyarakat Pekanbaru. Kepada orangtua supaya menjaga anaknya, sehingga mereka tidak mudah dipengaruhi dari luar. Pemerintah sangat tegas, sebagaimana disampaikan Kapolresta, jika ternyata anggota geng motor itu ada juga dari anak anggota polisi, tetap dilakukan tindakan tegas. Ini karena kecintaan kepada generasi muda, supaya jangan nanti karena pengaruh satu orang akan merusak generasi yang lain, jelas Firdaus. Bagaimana mengantisipasi ke depan, tambah Firdaus, sudah dimulai dengan ikrar siswa supaya mereka berjanji pada diri mereka sendiri, orang tua, dan masyarakat tidak akan bertindak di luar batas. Ikrar siswa ini juga akan ditindaklanjuti di tingkat kecamatan, sehingga apa yang menjadi janji dari siswa bisa dihayati dan diamalkan.

Ini untuk menjaga diri mereka, dan menjaga kota ini supaya aman, nyaman, ujar Firdaus. Mengenai penggunaan kendaraan oleh anak sekolah, menurut Firdaus salah satunya disebabkan mudahnya masyarakat mendpatkan sepeda motor. Solusi untuk mengatasi banyaknya siswa yang berkendara ke sekolah, sekaligus mengurangi kepadatan kendaraan di jalan, serta menekan angka kecelakaan lalu lintas yang korbannya siswa, maka tahun depan Pemko Pekanbaru merencanakan memberikan pelayanan angkutan umum bagi siswa, beber Firdaus. Editor : deddy Source : Tribun Pekanbaru

Sumber: http://jambi.tribunnews.com/m/index.php//2012/10/17/bahas-geng-motor-unsur-muspida-gelarrapat

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1986 Tentang Musyawarah Pimpinan Daerah. http://jambi.tribunnews.com/m/index.php//2012/10/17/bahas-geng-motor-unsur-muspida-gelarrapat

Anda mungkin juga menyukai