Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH LARUTAN JUS BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PERUBAHAN


WARNA PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:
DIAH PUSPITASARI KUSUMANINGRUM
2014-11-047

PEMBIMBING :
FRANSISKA NUNING KUSMAWATI, drg,Sp.Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2018
LABORATORIUM : PROSTHODONSIA
FAKULTAS : KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS : PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH LARUTAN JUS BUAH NAGA MERAH


( Hylocereus polyrhizus ) TERHADAP PERUBAHAN WARNA
PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED

Disiapkan dan disusun oleh :

Nama : Diah Puspitasari Kusumaningrum


NIRM : 2014-11-047

Telah diperiksa dan disetujui

Jakarta, April 2018


Pembimbing

(Fransiska Nuning Kusmawati, drg.Sp.Pros )

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 5

1.5.1 Manfaat Teori ................................................................ 5

1.5.2 Manfaat Aplikatif .......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

2.1 Resin Akrilik Heat-Cured ......................................................... 6

2.1.1 Komponen Resin Akrilik Heat-Cured .............................. 7

2.2 Sifat-Sifat Resin Akrilik Heat-Cured ....................................... 8

2.2.1 Sifat Fisik .......................................................................... 8

2.2.2 Sifat Mekanis .................................................................... 10

2.2.3 Sifat Kimiawi .................................................................... 11

2.2.4 Sifat Biologis ..................................................................... 12

2.3 Buah Naga Merah ..................................................................... 13

2.3.1 Taksonomi Tanaman Buah Naga Merah...…………........13

2.3.2 Morfologi Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)… 15

2.3.3 Manfaat Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)...….16

iii
2.3.4 Kandungan Buah Naga Merah …………………………..16

2.4 Pengaruh Jus Buah Naga Merah Terhadap Resin Akrilik Heat

Cured ......................................................................................... 18

2.5 Alat Ukur Diskolorasi ............................................................... 21

2.6 Kerangka Teori .......................................................................... 23

BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................... 27

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 27

3.2 Definisi Konsep . ....................................................................... 28

3.2 Variabel Penelitian .................................................................... 28

3.3 Definisi Operasional.................................................................. 31

3.4 Hipotesis Penelitian................................................................... 32

BAB IV METODE PENELITIAN………………………………………… 33

4.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................... 33

4.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian .............................. 33

4.3 Populasi dan Jumlah Sampel..................................................... 33

4.4 Alat dan Bahan .......................................................................... 34

4.5 Prosedur Penelitian.................................................................... 35

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 36

4.7 Alur Penelitian .......................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 38

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi semakin

meningkat. Hal ini memungkinkan meningkatnya penggunaan gigi tiruan

dengan bahan dasarnya terbuat dari resin akrilik.1 Di bidang kedokteran gigi

terdapat dua jenis resin akrilik yang berdasarkan jenis polimerisasinya antara

lain jenis heat-cured polymer dan jenis cold-cured polymer. Masing-masing

terdiri dari bubuk yang disebut polimer dan cairan yang disebut monomer.

Resin akrilik jenis heat-cured untuk polimerisasinya dapat diproses secara

water bath curing.2

Bahan resin akrilik mempunyai kelebihan antara lain, tidak toksik,

tidak mengiritasi jaringan, memenuhi syarat estetika, harga relatif murah,

mudah cara manipulasinya serta mudah direparasi. Selain sifat-sifat yang

menguntungkan, resin akrilik mempunyai beberapa kekurangan antara lain

porositas yang berakibat dapat menyerap air atau cairan, sisa makanan,

maupun bahan kimia, serta kurang tahan abrasi.2 Bahan resin akrilik

mempunyai sifat menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu

tertentu dengan mekanisme penyerapan melalui difusi molekul air sesuai

hukum difusi.2

1
Perubahan warna dari resin akrilik dapat disebabkan beberapa faktor,

antara lain kemampuan penyerapan cairan pada bahan. Campuran monomer

dan polimer yang tidak sesuai sehingga terjadi liangrenik yang memudahkan

penimbunan kotoran, kebiasaan makan dan minum sesuatu yang mengandung

zat warna buatan maupun alami.3 Perubahan warna dari resin akrilik tidak

hanya berhubungan dengan sifat fisik dan kimianya, tetapi juga berhubungan

dengan pola makan dan minum pasien. Kedelai, teh, saus, tannin, anggur

merah, coklat, kopi, dan sari buah adalah bahan makanan yang dapat

mempengaruhi perubahan warna pada resin akrilik.3

Buah naga atau dragon fruit di daerah asalnya lebih dikenal dengan

pitahaya atau pihaya roja merupakan tanaman yang buahnya berwarna merah

menyala dan bersisik hijau memang belum lama diusahakan di Indonesia

penelitian oleh Kristanto, 2014. Empat jenis buah naga yang sering

diusahakan saat ini yaitu Hylocereus undatus (white pitaya), Hylocereus

polyrhizus (red pitaya), Hylocereus costaricensis (buah naga super merah),

dan Selenicereus megalanthus penelitian oleh Pangkalan Ide, 2009. 4

Hylocereus polyrhizus atau buah naga merah sering disebut red pitaya

karena selain kulitnya merah, dagingnya pun merah keunguan. Kandungan

nutrisi dan vitamin lengkap serta terdapat fitokimia berupa flavonoid di dalam

buah naga juga diketahui dapat mengurangi resiko kanker. Flavonoid

merupakan senyawa fenol yang terkandung pada sebagian besar tumbuhan

penelitian oleh Razzaghi-Abyaneh and Rai, 2013.4

2
Peranan flavonoid telah terbukti dapat digunakan sebagai agen

antifungal, antiviral dan antibakteri. Aktivitas antibakteri buah naga merah

telah dibuktikan pada penelitian oleh Nurmahani dkk. (2012) dengan

pembuatan ekstrak kulit buah naga merah konsentrasi 10%. Penelitian lain

menunjukkan aktivitas antibakteri pada ekstrak kulit buah naga merah dengan

konsentrasi 20% dan 40% penelitian Amalia, 2014. Menurut Khalili dkk.

(2012), ekstrak daging dan kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

menunjukkan aktivitas antibakteri lebih tinggi dibandingkan dengan buah

naga berdaging putih (Hylocereus undatus). Pada penelitian Herdini dkk.

(2015), menunjukkan bahwa ekstrak daging buah naga merah Hylocereus

polyrhizus konsentrasi 10%, 20% dan 40% memiliki sifat fungistatik yang

dapat berperan untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans pada plat

dasar gigi tiruan resin akrilik. Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak

manfaat dari buah naga merah, untuk dikonsumsi oleh para pengguna gigi

tiruan. 4

Disamping banyak nya manfaat yang dapat diperoleh dalam

mengkonsumsi buah naga merah. Terdapat suatu kekurangan yang dapat

ditimbulkan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wu dan

kawan-kawan, buah naga merah atau Hylocereus polyrhizus mengandung

salah satu senyawa golongan fenolat yaitu antosianin sebanyak 8,8mg/100g

dari daging buahnya.5 Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh

Widianingsih, buah naga merah tersebut juga memiliki aktivitas antioksidan

3
yang tinggi yaitu 67,45 ppm.6 Antosianin adalah senyawa fenolik yang

memiliki komponen larut dalam air, terdapat pada berbagai jenis tumbuhan

serta memberikan warna dari tidak berwarna hingga ungu. Antosianin

merupakan suatu kelas dari senyawa flavonoid yang secara luas terbagi dalam

polifenol tumbuhan dan memiliki kelompok pigmen yang berwarna merah

sampai biru yang tersebar dalam tanaman.7,8 Adanya beberapa zat tersebut

mungkin dapat mempengaruhi perubahan warna dari basis gigi tiruan akrilik.

Salah satu tujuan perawatan dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk

estetika dan mengembalikan fungsi pengunyahan, maka perubahan warna

pada resin akrilik akan mengganggu estetika.3

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah karena peneliti tertarik

untuk meneliti perubahan warna yang dapat ditimbulkan dari larutan jus buah

naga merah atau Hylocereus polyrhizus terhadap plat resin akrilik jenis heat-

cured.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah, belum

diketahui nya pengaruh larutan jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

terhadap perubahan warna plat resin akrilik heat-cured.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat pengaruh larutan jus buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus) terhadap perubahan warna plat resin akrilik heat-cured?

4
1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan jus buah

naga merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap perubahan warna plat resin

akrilik heat-cured.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teori

Dapat memberikan informasi tentang pengaruh yang dapat

ditimbulkan oleh larutan jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

terhadap perubahan warna plat resin akrilik heat-cured.

1.5.2 Manfaat Aplikatif

1. Untuk Pengguna Gigi Tiruan Lepasan / Cekat

Dapat mengetahui tentang pengaruh yang dapat ditimbulkan

oleh larutan jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap

perubahan warna plat resin akrilik heat-cured , sehingga pengguna

gigi tiruan akan lebih memerhatikan kebersihan gigi tiruannya dan

lebih memerhatikan jumlah dari buah naga merah yang mereka

konsumsi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik Heat-Cured

Bahan resin akrilik telah digunakan sejak 60 tahun lalu sebagai bahan

untuk membuat basis gigi tiruan.9 Hingga saat ini penggunaan bahan resin

akrilik sebagai basis gigi tiruan masih diaplikasikan karena memiliki beberapa

kelebihan diantaranya memenuhi syarat estetik, tidak toksik, mudah

dimanipulasi, dan harga relatif murah serta mudah direparasi. Bahan resin

akrilik yang sangat populer sebagai bahan basis gigi tiruan yakni resin akrilik

polymethyl methacrylate (PMMA).10,11

Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association) pada tahun

1974, terdapat dua tipe resin akrilik yang sering digunakan sebagai bahan

basis gigi tiruan, yaitu tipe heat-cured dan cold-cured, namun seiring

berkembangnya ilmu di bidang material kedokteran gigi telah ada

penambahan jenis bahan basis gigi tiruan yang tercantum dalam spesifikasi

ADA (American Dental Association) No. 12 yaitu termoplastik, light

activated materials, dan microwave-cured materials.12,10 Meskipun telah

banyak muncul bahan-bahan baru sebagai basis gigi tiruan dalam bidang

kedokteran gigi, penggunaan resin akrilik polymethyl methacrylate tipe heat-

cured dan cold-cured tetap menjadi pilihan utama karena berbagai kelebihan

yang dimilikinya.13

6
Kedua tipe resin akrilik PMMA memiliki komposisi yang sama namun

perbedaan yang mendasar terletak pada cara polimerisasi. Tipe heat-cured

membutuhkan panas untuk dapat terjadinya polimerisasi, sedangkan tipe cold-

cured dapat berpolimerisasi pada suhu kamar.12

Resin akrilik heat-cured digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai

basis gigi tiruan. Resin akrilik heat-cured merupakan resin akrilik

polimerisasi panas dengan bahan-bahannya teraktivasi dengan panas, energi

termal yang dibutuhkan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat

diperoleh dengan menggunakan pemanasan air.14 Resin akrilik heat-cured ini

yang sering digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan dan dapat

memberikan hasil akhir yang keras, padat, dan memiliki warna yang stabil.15

Resin akrilik heat-cured mempunyai beberapa keunggulan, antara lain

bersifat biokompatibel, estetis yang cukup memuaskan, relatif mudah untuk

diproses dan diperbaiki dan juga relatif lebih ringan serta harganya

terjangkau.16

2.1.1 Komponen Resin Akrilik Heat-Cured

Resin akrilik terdiri atas komponen bubuk dan cairan. Bubuk terdiri

dari butir-butir polimetil metakrilat dan benzoil peroksida atau

diisobutylazonitrile untuk inisiator pemanasan cairan monomer setelah

penambahan bubuk. Peroxide inisiator berperan untuk memulai terjadi reaksi

polimerasi ketika terdekomposisi melalui pemanasan. Bubuk juga berisi

titanium oksida yang fungsinya untuk meningkatkan opasitas sehingga

7
translusensi warna resin serupa dengan mukosa rongga mulut. Kemudian juga

ada penambahan dyed synthesis fiber yang terbuat dari nilon atau akrilik

biasanya untuk menstimulasi pembuluh darah dari mukosa rongga mulut.16,17

Adapun komponen cairan mengandung metil metakrilat atau monomer,

inhibitor, plasticizers, dan cross linking agent. Inhibitor fungsinya untuk

mencegah polimerasi dari monomer selama penyimpanan bertahun-tahun.

Inhibitor pada komponen cairan yaitu hidrokuinon yang mempunyai

konsentrasi kurang dari 0,1%.17 Plasticizers ditambahkan pada cairan untuk

menghasilkan polimer yang lembut. Lalu penambahan cross linking agent

untuk meningkatkan resistensi permukaan basis resin akrilik dari terjadinya

pecah maupun retak dan pengaruh dari daya larut serta penyerapan air. Tetapi,

cross linking agent juga memiliki sedikit efek pada kekuatan, kekuatan

fleksibel, dan kekerasan pada resin akrilik.17

2.2 Sifat-Sifat Resin Akrilik Heat-Cured

2.2.1 Sifat Fisik

Sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya

dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisik terdiri atas

porositas, densitas, tekanan waktu pemrosesan, dan solubilitas.18

a) Porositas

Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak

bereaksi dan berat molekul primer yang rendah, bila temperatur resin

8
mencapai atau melebihi titik didih bahan resin akrilik, hal tersebut

menghasilkan gelembung yang dapat muncul pada permukaan dan atau di

bawah permukaan basis gigi tiruan. Porositas juga dapat berasal dari

proses pengadukan yang tidak sempurna antara komponen bubuk dengan

cairan. Bila proses pengadukan yang tidak sempurna terjadi, maka pada

saat proses polimerisasi beberapa massa resin akan mengandung

monomer lebih banyak dibandingkan yang lain, dan beberapa bagian

massa resin akan mengandung monomer lebih sedikit. Kedua hal ini yang

menyebabkan terbentuknya porus.

Porositas dan permukaan yang kasar dapat mempengaruhi

stabilitas warna akrilik sebab hal tersebut dapat menyebabkan

penyerapan air dan pewarna makanan yang lebih banyak.18,14

b) Densitas

Ketika monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk

membentuk PMMA (polimetil metakrilat), kepadatan massa bahan

berubah dari 0,94 g/cm3 menjadi 1,19 g/cm3. Perubahan kepadatan ini

menghasilkan pengerutan polimetrik sebesar 21%. Pengerutan volumetrik

yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi 6%. Persentase ini sesuai

dengan nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.19,14

Efek pengerutan linier juga harus dipertimbangkan. Pengerutan linier

resin akrilik heat-cured adalah 0,2%-0,5%.18

9
c) Tekanan Waktu Pemrosesan

Tekanan saat pemrosesan dapat terjadi karena terenggangnya

rantai polimer sehingga resin memiliki tekanan yang bersifat menarik.

Perbedaan kecepatan kontraksi dari resin basis protesa dan dental stone

juga dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya tekanan dalam resin.

Faktor lainnya yang mempengaruhi tekanan saat pemrosesan resin ialah

ketidaktepatan pengadukan dan penanganan resin serta buruknya

pengendalian panas dan pendinginan kuvet yang digunakan.14,18

d) Solubilitas

Resin basis gigi tiruan umumnya tidak larut dalam cairan yang

ditemukan dalam rongga mulut. Spesifikasi ADA (American Dental

Association) No. 12 merumuskan pengujian untuk kelarutan resin akrilik.

Prosedur ini merupakan perendaman basis gigi tiruan dalam air, lempeng

tersebut dikeringkan kemudian dilakukan penentuan kehilangan berat

lempengnya. Menurut spesifikasi, kehilangan berat dari resin akrilik tidak

melebihi dari 0,04 mg/cm2 pada permukaan lempeng. Kehilangan dengan

jumlah tersebut dapat diabaikan namun reaksi pada jaringan dapat

terjadi.18

2.2.2 Sifat Mekanis

Sifat mekanis adalah respon yang terukur, baik elastis maupun

plastis dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Resin akrilik

10
heat-cured memiliki beberapa banyak kekurangan pada sifat mekanisnya

seperti kekuatan tensilnya sebesar 55 MPa dan kekuatan impak sebesar 1

kg/cm menyebabkan mudah fraktur bila jatuh pada permukaan yang

keras. 14,18

2.2.3 Sifat Kimiawi

Resin akrilik heat-cured memiliki sifat inert (tidak aktif) dan

secara alamiah resin akrilik heat-cured tidak larut dalam rongga mulut

dan saliva oleh karena perubahan sifat mekanik.18

a) Penyerapan Air

Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara

perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu. Berdifusinya cairan ke

dalam resin akrilik merupakan salah satu kekurangan dari resin akrilik

karena proses penyerapan cairan secara perlahan-lahan dalam jangka

waktu yang lama tidak hanya mempengaruhi stabilitas warna akrilik,

tetapi juga sifat dinamis dan polimernya. Resin akrilik menyerap air

relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah, begitu juga

sebaliknya bila ditempatkan pada lingkungan asam resin akrilik

menyerap air relatif banyak. Kemampuan menyerap air ini biasanya

akan menambah berat akrilik sebanyak 1,0-2,0 %.18,14

11
b) Stabilitas Warna

Resin akrilik heat-cured menunjukkan stabilitas warna yang baik.

Perubahan warna lempeng akrilik dapat disebabkan oleh karena

kemampuan penyerapan cairan pada bahan dan lingkungan sekitar

tempat gigi tiruan, sehingga zat yang terserap dapat bereaksi dengan

unsur dalam resin akrilik. Stabilitas warna dan kekasaran permukaan

mempunyai hubungan yang erat. Ini karena kekasaran permukaan akan

mempengaruhi retensi plak dan akumulasi stain pada bahan restorasi.

Semakin kasar suatu permukaan maka makin mudah akumulasi stain

dan menyebabkan perubahan warna pada bahan restorasi.18

Perubahan warna pada lempeng akrilik tidak hanya disebabkan

oleh perendaman dalam larutan desinfektan saja, tetapi juga faktor

makanan dan minuman yang dikonsumsi seperti teh, kopi, minuman

yang mengandung pewarna, dan sari buah. Hal ini karena adanya

akumulasi penempelan pigmen warna pada permukaan dan absorbsi

perlekatan partikel.18

2.2.4 Sifat Biologis

Sifat biologis adalah sifat suatu bahan dalam interaksinya

dengan mahluk hidup. Resin akrilik heat-cured memiliki sifat

bikompatibilitas yaitu tidak beracun dan tidak mengakibatkan iritasi

bagi pemakainya. Walaupun demikian, beberapa pasien menunjukkan

12
reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat akibat

proses curing yang tidak sempurna.18

2.3 Buah Naga Merah

2.3.1 Taksonomi Tanaman Buah Naga Merah

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Trachcobionta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida (Dycotyledonae)

Ordo: Caryophyllales

Famili: Cactaceae

Subfamili: Cactoideae

Suku: Hylocereae

Genus: Hylocereus

Spesies: Hylocereus spp19

13
Gambar 2.1 Buah Naga20

Daerah asal kaktus hutan yang buahnya berwarna merah dan

bersisik ini adalah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Utara.19

Di daerah asalnya tersebut buah naga atau dragon fruit ini dinamai

pitahaya atau pitaya roja. Penduduk Indian sering memanfaatkan buah

yang berasa manis agak asam ini sebagai buah meja atau buah yang

dikonsumsi segar.21

Buah naga mulai dikenal sekitar pertengahan tahun 2000 hasil

impor dari Thailand. Daerah yang diketahui pertama kali menanam

tanaman buah naga adalah Pasuruan ke arah Tosari, daerah Desa

Pohgading, Kecamatan Pasrepan.21 Tidak jelas siapa yang pertama kali

membawa dan menanamnya di Indonesia, namun umumnya tanaman

ini ditanam pertama kali oleh hobis tanaman yang ingin bereksperimen

dan mengembangkannya. Buah naga mulai dikembangkan di

Indonesia pada tahun 2001.21

14
Nama dragon fruit di Asia disebabkan oleh fungsi buahnya.

Oleh masyarakat Cina kuno sering meletakkan buah tanaman ini di

antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar.21 Tradisi

religius ini sangat dipercaya oleh masyarakat Cina kuno akan

membawa berkah. Warna merah menyala dari buah tersebut sangat

mencolok di antara patung naga hijau sehingga memunculkan nilai

estetika. Mungkin tradisi religius inilah yang mendasari julukan thang

loy, dragon fruit, atau buah naga.19

Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau

famili Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Dalam subfamili ini

terdapat beberapa genus, sedangkan buah naga termasuk dalam genus

Hylocereus. Genus ini pun terdiri atas sekitar 16 spesies. Dua

diantaranya memiliki buah yang komersial, yaitu Hylocereus undatus

(berdaging putih) dan Hylocereus costaricensis (daging merah).21

Jenis buah naga yang telah dibudidayakan di Indonesia ada

empat, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga

daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah

(Hylocereus costaricensis), dan buah naga kulit kuning daging putih

(Selenicereus megalanthus).8

2.3.2 Morfologi Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki kulit

berwarna merah dan daging berwarna merah keunguan, serta pada

15
kulit buah terdapat sisik atau jumbai berwarna hijau. Buah naga merah

ini memiliki berat buah rata-rata hanya sekitar 400 gr. Rasa buahnya

lebih manis, yaitu mencapai 13-15 briks dibandingkan dengan buah

naga berdaging putih (Hylocereus undatus).21

2.3.3 Manfaat Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) telah banyak

dimanfaatkan dan diteliti oleh berbagai macam bidang, terutama

dibidang kesehatan, seperti pemanfaatan aktivitas antibakteri dan

antioksidan dari ekstrak kulit buah naga merah.22 Pada bidang pangan,

ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) juga

dimanfaatkan sebagai pewarna, antioksidan dan antimikroba pada

pembuatan sosis sapi.22

2.3.4 Kandungan Buah Naga Merah

Kandungan yang terdapat dalam buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus) per 100 gram daging buahnya adalah air sebanyak 82,5-

83,0gr; protein sebanyak 0,16-0,23gr; lemak sebanyak 0,21-0,61gr;

niasin sebanyak 1,29-1,30mg; vitamin C sebanyak 8,00-9,00mg;

tingkat kemanisan sebesar 13-15briks;19 serta antosianin sebanyak

8,8mg.8 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widianingsih, buah

naga merah tersebut juga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

yaitu 67,45ppm.23

16
Antosianin merupakan suatu pigmen tumbuhan yang tersebar

di alam. Pigmen ini memiliki peran yang relevan dalam propagasi

tanaman dan ekofisiologi dan mekanisme pertahanan tanaman serta

memberikan warna pada buah (Buah naga merah, blueberry, anggur,

dll) dan sayuran (bayam, kol ungu, bunga roselia).24 Antosianin adalah

senyawa fenolik yang memiliki komponen larut dalam air, terdapat

pada berbagai jenis tumbuhan serta memberikan warna dari yang tidak

berwarna hingga menjadi warna ungu.7 Antosianin merupakan suatu

kelas dari senyawa flavonoid yang secara luas terbagi dalam polifenol

tumbuhan dan memiliki kelompok pigmen yang berwarna merah

sampai biru yang tersebar dalam tanaman.8 Antosianin yang

ditemukan pada tanaman memiliki berbagai macam manfaat.24 Pigmen

berwarna biru, merah, dan ungu yang diekstraksi dari bunga, buah, dan

sayuran secara tradisional digunakan sebagai pewarna makanan alami.

Selain digunakan sebagai pewarna alami, beberapa bunga (contoh:

bunga roselia) dan buah (contoh: buah naga merah) yang kaya akan

antosianin telah digunakan secara tradisional sebagai obat untuk

mengobati berbagai penyakit.24

17
Gambar 2.2 Struktur umum antosianin25

Warna dari antosianin tergantung pada pH larutan. Hal ini

dikarenakan struktur molekul antosianin memiliki sifat ionik.23 Dalam

kondisi asam, beberapa antosianin tampak merah. Antosianin memiliki

warna ungu pada pH netral, sementara warna berubah menjadi biru

dalam kondisi pH yang meningkat. Pigmen antosianin berwarna merah

terutama didominasi dalam bentuk kation flavilium.23 Antosianin ini

lebih stabil pada larutan pH yang lebih rendah. Pada pH yang lebih

rendah, kation flavilium yang terbentuk memungkinkan antosianin

menjadi sangat larut dalam air. Sebagian besar pigmen antosianin

memiliki stabilitas tinggi dalam kondisi asam dibandingkan dengan

basa, dan degradasi terjadi pada pH yang lebih tinggi.23

2.4 Pengaruh Jus Buah Naga Merah terhadap Resin Akrilik Heat Cured

Resin akrilik heat-cured memiliki kelebihan serta kekurangan, adapun

kelebihan resin akrilik adalah estetis yang cukup memuaskan, tidak toksik, serta

relatif mudah untuk diproses dan juga relatif lebih ringan serta harganya

terjangkau. Adapun kekurangannya ialah sering terjadi fraktur karena pemakaian,

18
penghantar termis yang buruk, porositas, menyerap cairan, dan mudah terjadi

abrasi pada saat pembersihan. Salah satu kekurangan dari resin akrilik heat-cured

yang dapat mengganggu adalah sifat dari dari resin akrilik heat-cured yang dapat

menyerap air atau cairan. Sehingga dapat menimbulkan terjadinya perubahan

warna pada resin akrilik yang dapat mengganggu estetika.16,26

Menurut Annusavice, perubahan warna yang terjadi pada resin dapat

bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah ukuran sampel,

mikroporositas sampel dan lamanya kontak antara bahan.18 Semakin luas ukuran

sampel maka semakin besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi.

Mikroporositas menentukan terjadinya penempelan partikel warna daerah yang poros.

Semakin banyak porositas maka akumulasi dari zat warna yang terabsorbsi melalui

proses difusi juga semakin banyak. Lama kontak antara bahan resin dan zat bewarna

mempengaruhi perubahan warna, hal ini karena semakin lama bahan resin direndam

maka semakin besar perubahan warna yang terjadi.18

Perubahan warna biasanya disebabkan oleh karena faktor makanan dan

minuman sehari-hari yang dikonsumsi oleh pemakai gigi tiruan misalnya kopi, teh

dan sari buah.3 Hylocereus polyrhizus atau buah naga merah sering disebut red pitaya

karena selain kulitnya merah, dagingnya pun merah keunguan. Kandungan nutrisi dan

vitamin lengkap serta terdapat fitokimia berupa flavonoid di dalam buah naga juga

diketahui dapat mengurangi resiko kanker. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang

terkandung pada sebagian besar tumbuhan penelitian oleh Razzaghi-Abyaneh and Rai,

2013.4

19
Peranan flavonoid telah terbukti dapat digunakan sebagai agen antifungal,

antiviral dan antibakteri. Aktivitas antibakteri buah naga merah telah dibuktikan pada

penelitian oleh Nurmahani dkk. (2012) dengan pembuatan ekstrak kulit buah naga

merah konsentrasi 10%. Penelitian lain menunjukkan aktivitas antibakteri pada

ekstrak kulit buah naga merah dengan konsentrasi 20% dan 40% penelitian Amalia,

2014.

Menurut Khalili dkk. (2012), ekstrak daging dan kulit buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus) menunjukkan aktivitas antibakteri lebih tinggi dibandingkan

dengan buah naga berdaging putih (Hylocereus undatus). Pada penelitian Herdini dkk.

(2015), menunjukkan bahwa ekstrak daging buah naga merah Hylocereus polyrhizus

konsentrasi 10%, 20% dan 40% memiliki sifat fungistatik yang dapat berperan untuk

menghambat pertumbuhan Candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik.

Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak manfaat dari buah naga merah, untuk

dikonsumsi oleh para pengguna gigi tiruan.4

Disamping banyak nya manfaat yang dapat diperoleh dalam mengkonsumsi

buah naga merah, terdapat suatu kekurangan yang dapat ditimbulkan bagi pengguna

gigi tiruan. Dimana dalam buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) terdapat

kandungan zat antosianin yang dapat menimbulkan perubahan warna, karena zat ini

biasa digunakan sebagai pewarna makanan alami. Akumulasi dari zat-zat inilah yang

mungkin dapat menyebabkan diskolorisasi pada bahan plat resin akrilik heat-cured.24

20
2.5 Alat Ukur Diskolorasi

Pengukuran perubahan warna pada plat resin akrilik heat-cured dalam

penelitian ini menggunakan alat VITA Easyshade, alat ini adalah

spectrophotometer terbaru yang digunakan dalam penggunaan klinis. Software

dari instrumen ini terpogram untuk memberikan hasil pengukuran hue, value,

chrome yang absolut sesuai dengan sistem warna Munsell. 27

Gambar 2.3 Alat uji Vita Easyshade28

Sistem warna Munsell dikembangkan pertama kali oleh Munsell pada

tahun 1900-an. Pengukuran warna didasarkan pada penggunaan 3 atau 4

piringan warna (color disc) yang masing-masing telah dikalibrasi secara

akurat dalam 3 hal yaitu warna kromatis/rona/hue (merah, hijau, dll),

nilai/kecerahan (lightness, darkness) dan chrome (kekuatan/ intensitas

warna).27

Hue merupakan warna dari suatu benda yang memberikan perbedaan

dari suatu warna terhadap warna lainnya, digambarkan oleh sebuah lingkaran

21
(bola warna Munsell). Bola warna Munsell dapat dilihat pada gambar 2.4. 27

Chrome yaitu intensitas warna yang membedakan warna yang kuat dan warna
27
yang lemah, digambarkan sebagai jarak lingkaran dari pusat. Value adalah

kualitas warna yang berhubungan dengan pencahayaan, hal ini merupakan

tingkat kecerahan, digambarkan sebagai garis vertikal. Pengukuran warna

pada sistem ini dengan menyocokkan warna produk dengan warna Munsell

secara visual menggunakan indera penglihatan. 27

Menurut Suyatma (2009) rona didasarkan pada sepuluh rona yang

tersebar pada keliling lingkaran rona. Ada lima rona: merah (R), kuning (Y),

hijau (G), biru (B) dan lembayung (P). Ada juga lima rona antara: kuning

kemerahan (YR), Hijau kekuningan (GY), biru kehijauan (BG), Lembayung

kebiruan (PB), dan merah lembayung (RP). 27

Dimensi rona/ hue diekspresikan dengan inisial rona/ hue yang

berkaitan. Dimensi nilai (value) dinyatakan dengan bilangan diatas garis

miring. Sedangkan dimensi chrome diekspresikan dengan bilangan setelah

garis miring. Nilai yang didapat dari pengukuran ini dapat dikonversi ke nilai

x, y, z pada sistem CIE.27

22
Gambar 2.4 Bola Warna Munsell27

2.6 Kerangka Teori

Bahan resin akrilik telah digunakan sejak 60 tahun lalu sebagai bahan

untuk membuat basis gigi tiruan.9 Hingga saat ini penggunaan bahan resin

akrilik sebagai basis gigi tiruan masih diaplikasikan, karena memiliki

beberapa kelebihan diantaranya memenuhi syarat estetik, tidak toksik, mudah

dimanipulasi, dan harga relatif murah serta mudah direparasi. Bahan resin

akrilik yang sangat populer sebagai bahan basis gigi tiruan yakni resin akrilik

polymethyl methacrylate (PMMA).10,11

Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association) pada tahun

1974, terdapat dua tipe resin akrilik yang sering di gunakan sebagai bahan

basis gigi tiruan yaitu tipe heat-cured dan cold-cured. Kedua tipe resin akrilik

PMMA memiliki komposisi yang sama namun perbedaan yang mendasar

terletak pada cara polimerisasi. Tipe heat-cured membutuhkan panas untuk

dapat terjadinya polimerisasi, sedangkan tipe cold-cured dapat berpolimerisasi

23
pada suhu kamar.12 Resin akrilik heat-cured ini yang sering digunakan untuk

pembuatan basis gigi tiruan dan dapat memberikan hasil akhir yang keras,

padat, dan memiliki warna yang stabil.15

Bahan resin akrilik mempunyai kelebihan antara lain, tidak toksik,

tidak mengiritasi jaringan, memenuhi syarat estetika, harga relatif murah,

mudah cara manipulasinya serta mudah direparasi. Selain sifat-sifat yang

menguntungkan, resin akrilik mempunyai beberapa kekurangan antara lain

porositas yang berakibat dapat menyerap air atau cairan, sisa makanan

maupun bahan kimia serta kurang tahan abrasi.3 Bahan resin akrilik

mempunyai sifat menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu

tertentu dengan mekanisme penyerapan melalui difusi molekul air sesuai

hukum difusi.3

Perubahan warna dari resin akrilik dapat disebabkan beberapa faktor

antara lain kemampuan penyerapan cairan pada bahan. Campuran monomer

dan polimer yang tidak sesuai sehingga terjadi liangrenik yang memudahkan

penimbunan kotoran, kebiasaan makan dan minum sesuatu yang mengandung

zat warna buatan maupun asli.4 Perubahan warna dari resin akrilik tidak hanya

berhubungan dengan sifat fisik dan kimianya, tetapi juga dengan pola makan

dan minum pasien. Kedelai, teh, saus, tannin, anggur merah, coklat, kopi, dan

sari buah adalah bahan makanan yang dapat mempengaruhi perubahan.4

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wu dan kawan-

kawan, buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) mengandung salah satu

senyawa golongan fenolat yaitu antosianin sebanyak 8,8 mg/100 g dari daging

24
buahnya.5 Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Widianingsih,

buah naga merah tersebut juga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

yaitu 67, 45 ppm.6 Antosianin adalah senyawa fenolik yang memiliki

komponen larut dalam air, terdapat pada berbagai jenis tumbuhan serta

memberikan warna dari tidak berwarna hingga ungu. Antosianin merupakan

suatu kelas dari senyawa flavonoid yang secara luas terbagi dalam polifenol

tumbuhan dan memiliki kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru

yang tersebar dalam tanaman.7,8 Adanya beberapa zat tersebut mungkin dapat

mempengaruhi perubahan warna dari basis gigi tiruan akrilik. Salah satu

tujuan perawatan dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk estetika dan

mengembalikan fungsi pengunyahan, maka perubahan warna pada resin

akrilik akan mengganggu estetika.4

25
: Yang di teliti

Basis Gigi Tiruan


: Yang tidak diteliti

Resin Akrilik

Resin Akrilik Resin Akrilik


Heat Cured Cold Cured

Buah Naga Merah

Kekurangan
Kandungan  Porositas
Antosianin
 Penyerapan air

 Stabilitas warna
Larutan Jus Buah
Naga Merah

Perubahan Warna Pada Plat


Resin Akrilik Heat-Cured

26
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

 Kelompok Eksperimen:

Jus Buah Naga


Merah

Selama 7 hari
dan 14 hari

Warna Plat Diskolorisasi


Resin Akrilik Warna
Heat Cured

 Kelompok Kontrol:

Aquades

Selama 7 hari
dan 14 hari

Warna Plat Diskolorisasi


Resin Akrilik Warna
Heat Cured

27
3.2 Definisi Konsep

No Variabel Definisi Variabel

1 Aquades Air dari hasil penyulingan atau biasa disebut

dengan proses distilasi. Disebut dengan air

murni.

2 Minuman jus buah naga Dibuat larutan jus buah naga dalam takaran 168

merah gr yang di jus selama 30 detik (konsistensi

kental)

3 Plat resin akrilik heat- Digunakan plat resin akrilik heat-cured dengan
cured
ukuran 20 x 10 mm dan ketebalan tebal 1 mm.

3.3 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Perendaman plat resin akrilik heat-cured dalam larutan jus

buah naga merah.

2. Variabel terikat : Diskolorasi plat resin akrilik heat-cured.

Perubahan warna pada plat resin akrilik heat-cured setelah

perendaman dalam larutan tertentu dan waktu tertentu.

28
3. Variabel terkendali :

a. Ukuran plat 20 x 10 mm dan tebal 1 mm sebanyak 30 buah.

b. Lama perendaman 7 hari dan 14 hari

Penentuan waktu perendaman selama 7 hari ini mengacu pada

penelitian yang dilakukan oleh Turkun, Karena diasumsikan identik

dengan pemakaian gigi tiruan dari resin akrilik heat-cured oleh

peminum jus buah naga merah selama 2 tahun. Peminum jus buah

naga merah yang dimaksud adalah seseorang yang mempunyai

kebiasaan mengkonsumsi minuman jus buah naga merah satu kali

sehari. Setiap kali orang yang meminum jus buah naga diperkirakan

membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Perendaman selama 7 hari

setara dengan (7 hari x 24 jam x 60 menit) dibagi dengan 15 menit

sama dengan 672 hari, atau setara dengan 2 tahun pemakaian.

Perendaman selama 14 hari setara dengan (14 hari x 24 jam x 60

menit) dibagi dengan 15 menit sama dengan 1.344 hari, atau setara

dengan 4 tahun pemakaian.

29
3.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Variabel Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala

Mengukur

1 Hue Merupakan warna VITA Dengan Dimensi Hue Ordinal

dari suatu benda yang Easyshade menyocokkan diekspresikan

memberikan warna produk dengan inisial

perbedaan dari suatu dengan warna rona/ hue yang

warna terhadap warna Munsell berkaitan

lainnya, digambarkan secara visual

oleh sebuah lingkaran menggunakan

(bola warna Munsell) indera

penglihatan

2 Chrome Merupakan intensitas VITA Dengan Dimensi Chrome Ordinal

warna yang Easyshade menyocokkan diekspresikan

membedakan warna warna produk dengan bilangan

yang kuat dan warna dengan warna setelah garis

yang lemah, Munsell miring

digambarkan sebagai secara visual

jarak lingkaran dari menggunakan

pusat indera

penglihatan

30
No Variabel Definisi Variabel Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala

Mengukur

3 Value Merupakan kualitas VITA Dengan Dimensi nilai Ordinal

warna yang Easyshade menyocokkan (value)

berhubungan dengan warna produk dinyatakan

pencahayaan, hal ini dengan warna dengan bilangan

merupakan tingkat Munsell diatas garis

kecerahan, yang secara visual miring

digambarkan sebagai menggunakan

garis vertikal indera

penglihatan

4 Lama Waktu yang Jam Mengatur Didapatkan lama Rasio

perendaman ditentukan untuk lamanya perendaman

perendaman plat resin waktu selama 168 jam

akrilik heat-cured perendaman (7 hari) dan jam

dalam minuman jus pada jam (14 hari).

buah naga merah sesuai waktu

yang

ditetapkan

31
No Variabel Definisi Variabel Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala

Mengukur

5 Diskolorasi Perubahan warna VITA Mengukur - Hue Ordinal

pada plat resin akrilik Easyshade diskolorasi - Chrome

heat-cured setelah dengan - Value

mendapatkan menggunakan

perlakuan. VITA

Easyshade

untuk melihat

perubahan

warna pada

plat resin

akrilik heat-

cured.

3.5 Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh perubahan warna pada plat resin akrilik heat-cured

terhadap larutan jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).

32
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Dan Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris

dengan pendekatan pretest-post test only design.

PRE-TEST EKSPERIMENTAL POST TEST

4.2 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

1. Lokasi : Ruang Laboratorium IMTKG

Fakultas Kedokteran Gigi Prof. DR. Moestopo

(Beragama)

2. Waktu Penelitian : Juli 2018

4.3 Populasi Dan Jumlah Sampel

1. Subjek Sampel :

Plat resin akrilik heat-cured sebanyak 30 buah dengan panjang

sampel 20 mm, lebar 10 mm, dan tebal sampel 1 mm.

33
2. Cara Pengambilan Sampel :

Simple Random Sampling

3. Jumlah Sampel :

Sampel berjumlah 30, didasarkan pada aturan sederhana poin (a.)

dan (d.) untuk menentukan ukuran sampel yang dikemukakan

Roscoe (1975) dikutip Sekaran dan Bougie (2010), diantaranya:29

a. Ukuran sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500

sesuai untuk sebagian besar penelitian.

b. Ketika sampel-sampel dibagi ke dalam subsample, ukuran

sampel minimum yang dibutuhkan 30 untuk masing-masing

kategori.

c. Dalam penelitian multivariat termasuk analisis regresi,

ukuran sampel haruslah beberapa kali (10 kali atau lebih)

jumlah variabel dalam penelitian

d. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol

eksperimental ketat, ukuran sampel 10-20 per kelompok.

4.4 Alat dan Bahan

1. Plat resin akrilik heat-cured

2. Sarung tangan dan masker

3. Lap putih

4. Jus buah naga merah

34
5. Aquades

6. Gelas ukur

7. Wadah penyimpanan

8. Pinset

9. Nierbeken

10. Alat uji spectrophotometer VITA Easyshade

4.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

penelitian.

2. Dari 30 sampel dibagi menjadi 3 kelompok dengan masing-masing

kelompok 10 sampel.

3. Lakukan pengukuran dengan alat uji VITA Easyshade pada sampel

dari masing-masing kelompok (pretest).

4. Persiapan larutan jus buah naga merah dalam takaran 168 gr yang di

jus selama 30 detik (konsistensi kental) dan aquades pada gelas ukur

sebanyak 100 ml. Kemudian dituangkan pada wadah yang sudah

disediakan.

5. Kelompok 1 dimasukkann ke dalam aquades.

6. Kelompok 2 dan 3 dimasukkan ke dalam larutan jus buah naga merah

yang sudah dalam takaran 168gr.

7. Perendaman dilakukan dalam 24 jam selama 7 hari dan 14 hari.

35
8. Sampel yang telah direndam sesuai dengan waktunya, diangkat

menggunakan pinset, dibilas dengan air, dikeringkan kemudian

diletakkan pada nierbeken.

9. Lakukan pengukuran dengan alat uji VITA Easyshade pada sampel

dari masing-masing kelompok perlakuan (post test).

10. Catat dan bandingkan hasil pengukurannya.

11. Analisis data.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Jenis data : Data Primer

b. Pengolahan data : Program komputer

c. Penyajian data : Tabel

2. Analisis Data

Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data dengan

menggunakan program komputer. Data yang diperoleh adalah data

nominal, maka uji yang dilakukan adalah uji statistik non-parametrik,

yaitu Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney

untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna antar

kelompok penelitian.

36
4.7 Alur Penelitian

Kelompok 1 direndam
dalam aquades selama
7 hari dan 14 hari

Kelompok 2 direndam
SAMPEL dalam larutan jus buah
Pengukuran
PENELITIAN naga merah selama 7
dengan VITA
hari
Easyshade
30 buah plat resin Kelompok 3 direndam
(pretest)
akrilik jenis heat-cured dalam larutan jus buah
naga merah selama 14
Pengukuran perubahan hari
warna dengan VITA
Easyshade (post test)

ANALISIS DATA

KESIMPULAN

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar


Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013; 149.

2. Anusavice KJ. Science of Dental Materials, 12th Ed. Philadelphia: W.B.


Saunders Co. 2012; 237-51.

3. Rianti, D., Munadziroh E. Perubahan Warna Resin Akrilik Untuk Basis Gigi
Tiruan Dan Mahkota Jaket Akibat Jus Apel. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. 2000; 7:650-654.

4. Herdini L. 2015. Uji Efektivitas Ekstrak Daging Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Dasar
Gigi Tiruan Resin Akrilik [skripsi] . Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada. Tersedia di:
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pe
nelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=84395&obyek_id=4
[diakses 12 Juli 2018] .

5. Wu LC, Hsu HW, Yun C, Chiu CC, Lin YI, Ho JA. Antioxidant and
Antiproliferative Activities of Red Pitaya. Food Chemistry. 2006; 95:
319-27.

6. Widianingsih M. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Naga Merah


(Hylocereus polyrhizus (F.A.C Weber) Britton & Rose) Hasil Maserasi
dan Dipekatkan dengan Kering Angin. Jurnal Wiyata. 2016; 3(2): 147.

7. Vargas MLD, Cortez JAT, Duch ES, Lizama AP, Mendez CHH. Extraction and
Stability of Anthocyanins Present in the Skin of the Dragon Fruit
(Hylocereus undatus). Food and Nutrition Sciences. 2013; 4: 1221-8.

8. Handayani PA dan Rahmawati A. Pemanfaatan Kulit Buah Naga (Dragon Fruit)


sebagai Pewarna Alami Makanan Pengganti Pewarna Sintetis. Jurnal
Bahan Alam Terbarukan. 2012; 1(2): 20.

9. Golbidi, F., Taherian. Comparison of Water Sorption and Solubility of Acropars


and Meliodent Heat Cure Acrylic Resins. Journal of Dental Medicine
Tehran University of Medical Science. 2006; 19(1): 55-63.

38
10. Siswanto A. The Influence of Soaking Acrylic Plate in Leracs Condensation to
Strength Transversa. Journal of Indonesian Dent Association. 2007;
57(3): 97-100.

11. Anonim. Sifat Resin Akrilik (Biologis, Kimia, Fisika). November 2011. [diakses
12 April 2018]. Tersedia di: https://www.scribd.com/document/
190182630/Sifat-Resin-Akrilik-Biologis-Kimia-Fisika.

12. Craig RG, Powers JM. Restorative Dental Materials. 12th Ed. St. Louis CV
Mosby Company. 2006: 513-53.

13. Consani RLX, Vieira EB, Mesquita MF. Effect of Microwave Disinfection on
Physical and Mechanical Properties of Acrylic Resin. Braz Dent J. 2008;
19(4): 348-53.

14. Anusavice KJ. Philips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 10.
Jakarta: EGC; 2003: 198.

15. Philips RW. Science of Dental Materials. Philadelphia, USA: Med Pub; 2010.
365.

16. Sitorus Zu, Eddy Dahar. Perbaikan Sifat Fisis dan Mekanis Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Dengan Penambahan Serat Kaca. Dentika Dental
Journal. 17 (1): 2012; 24-9.

17. Sakaguchi R, Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials. 13 Ed. United
States. Elsevier Mosby; 2012: 199-215, 515.

18. Anusavice KJ, D.M.D, PH.D. Phillips Science Of Dental Materials. 11th Ed.
Louis: Elsevier Science; 2003: 723, 739-46, 724-30.

19. Warisno, Dahana K. Buku Pintar Bertanam Buah Naga. Indonesia: Gramedia
Pustaka Utama; 2010. 9.

20. Agiranbi. 9 Manfaat Buah Naga Merah. 2017. Tersedia di:


https://www.nozila.com/manfaat-buah-naga-merah/ (diakses tanggal 15
April 2018).

21. Kristanto D. Berkebun Buah Naga. Jakarta: Penebar Swadaya; 2014. 13-15,
20.

22. Manihuruk FM, Suryati T, Arief II. Effectiveness of the Red Dragon Fruit
(Hylocereus polyrhizus) Peel Extract as the Colorant, Antioxidant, and
Antimicrobial on Beef Sausage. Media Peternaka. 2017; 40(1): 45-7.

39
23. Widianingsih M. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus (F.A.C Weber) Britton & Rose) Hasil Maserasi
dan Dipekatkan dengan Kering Angin. Jurnal Wiyata. 2016; 3(2): 147.

24. Khoo HE, Azlan A, Tang ST, Lim SM. Anthocyanidins and Anthocyanins:
Colored Pigments as Food, Pharmaceutical Ingredients, and the Potential
Health Benefits. Food and Nutrition Research. 2017; 61(1).

25. Ernawidiasmini. Ruang Lingkup Fitokimia Antosianin. 2017. Tersedia di :


https://www.farmasiexperience.com/ruang-lingkup-fitokimia-antosianin/
(diakses tanggal 17 April 2018).

26. Gunadi, A. G., Margo, A., Burhan, L. K., Suryatenggara, F., Setiabudi, I., Buku
Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1, Jakarta, Hipokrates;
2012. 215.

27. Suyatma NE. 2009. Analisis Warna. [diakses tanggal 14 April 2018]. URL:
http://slideplayer.info/slide/3239849/.

28. Zahnfabrik. Vita Easyshade. 2017. Tersedia di : https://www.vita-


zahnfabrik.com/en/VITA-Easyshade-26934,27568.html (diakses tanggal 17
April 2018).

29. Sekaran U, Roger B. 2010. Research Method For Business: A Skill Building
Approach. 5 Ed. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

40

Anda mungkin juga menyukai