Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN ASISTENSI FLAP

Operator:

drg. Rosy

Supervisor:

drg. Yulianti Kemal, Sp.Perio(K)

Oleh:

Darin Safinaz (1106050323)

Deryana Avidhianita (1106050304)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS INDONESIA

2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi,
merupakan suatu proses patologis pada jaringan periodontal. Penyebab utama penyakit
periodontal adalah bakteri. Terdapat dua bentuk penyakit periodontal, yaitu gingivitis dan
periodontitis. Yang membedakan gingivitis dan periodontitis adalah adanya kerusakan
jaringan periodontal yang lebih destruktif, serta dihubungkan dengan meningkatnya jumlah
bakteri patogen spesifik periodontitis seperti Phorphyromonas gingivalis, prevotella
intermedia, bacteriodes forsytus dan actinobacillus actinomycetemcomitans.
Periodontisis kronis merupakan jenis periodontitis yang paling sering terjadi. Secara
umum, periodontitis kronis merupakan penyakit yang berkembang secara lambat dan
sering tidak disadari oleh pasien. Adanya pengaruh dari keadaan sistemik pasien dan faktor
lingkungan dapat memicu respon host yang berbeda terhadap akumulasi plak, seperti
diabetes, kebiasaan merokok dan stres.
Penyebab primer dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Menurut teori non-
spesifik murni bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva untuk membentuk plak pada
keadaan tidak ada kebersihan mulut yang efektif. Semua bakteri plak dianggap mempunyai
beberapa faktor virulensi yang menyebabkan inflamasi gingival dan kerusakan periodontal
keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan menimbulkan penyakit tanpa tergantung
komposisinya. Namun demikian, sejumlah plak biasanya tidak mengganggu kesehatan
gingiva dan periodontal dan beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup
besar yang sudah berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak walaupun
mereka mengalami gingivitis. Faktor sekunder dapat berupa lokal atau sistemik. Beberapa
faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak
dan menghalangi pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Periodontitis didefinisikan sebagai suatu inflamasi jaringan periodontal akibat


mikroorganisme spesifik, menyebabkan kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar
secara progresif, ditandai oleh peningkatan kedalaman probing, resesi gingiva atau
keduanya. Tampilan klinis yang membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah
adanya kehilangan perlekatan yang dapat dideteksi secara klinis. Kehilangan perlekatan ini
biasanya disertai pembentukan poket periodontal, serta perubahan densitas dan ketinggian
tulang alveolar. Terkadang kehilangan perlekatan juga disertai oleh resesi marginal
gingiva, sehingga menutupi progresi penyakit bila kedalaman probing diukur tanpa
menghitung banyaknya kehilangan perlekatan. Tanda-tanda inflamasi, seperti bleeding on
probing, serta perubahan warna, kontur dan konsistensi gingiva bukan merupakan indikator
kehilangan perlekatan. Namun, adanya bleeding on probing yang kontinyu terjadi pada
setiap kunjungan dapat dijadikan indikator adanya inflamasi dan potensi terjadinya
kehilangan perlekatan pada region tersebut. Kehilangan perlekatan dapat terjadi secara
kontinyu atau episodik.
Periodontitis kronis merupakan bentuk kasus periodontitis yang paling sering terjadi.
Prevalensi paling tinggi pada orang dewasa. Periodontitis kronis dihubungkan dengan
akumulasi plak dan kalkulus dengan derajat progresivitas penyakit yang rendah sampai
sedang. Besarnya kerusakan sebanding dengan banyaknya faktor lokal yang terlibat. Juga
dipengaruhi oleh faktor sistemik, seperti diabetes mellitus dan infeksi HIV, serta faktor
lingkungan seperti merokok dan stress.
Periodontitis kronis dapat terjadi secara lokalis dan generalis. Periodontitis kronis
lokalis terjadi pada kurang dari 30% gigi, sedangkan periodontitis kronis generalis terjadi
lebih dari 30% gigi. Berdasarkan keparahannya periodontitis kronis dikelompokkan
menjadi, mild atau kehilangan perlekatan 1-2 mm, moderate atau kehilangan perlekatan 3-4
mm dan severe atau kehilangan perlekatan lebih dari 5 mm.
Periodontitis disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor lokal. Akumulasi plak pada gigi dan dentogingiva junction merupakan awal
inisiasi agen pada etiologi periodontitis kronis. Bakteri biasanya memberikan efek
lokal inflamasi pada sel dan jaringan.
2. Faktor sistemik. Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien dengan
penyakit sistemik yang mempengaruhi efektivitas respon host seperti diabetes
mellitus.
3. Merokok dan stres dapat meningkatkan keparahan periodontitis. Kehilangan
perlekatan, besar kehilangan tulang, keterlibatan furkasi dan kedalaman poket lebih
parah dibandingkan pada non perokok.
4. Genetik. Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu keluarga, ini
kemungkinan menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengaruhi
periodontitis kronis.
Karakteristik pada periodontitis kronis, antara lain akumulasi plak pada
supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, pembentukan poket, kehilangan
perlekatan, kehilangan tulang alveolar, dan terkadang supurasi. Pada pasien dengan oral
hygiene yang buruk, gingiva bengkak dan berwarna merah keunguan. Terdapat kehilangan
stippling gingiva dan perubahan topografi permukaan menjadi tumpul dan rata (cratered
papila). Pada beberapa pasien keadaan tersebut seringkali tidak terdeteksi. Hanya terdapat
pendarahan pada gingiva sebagai respon dari pemeriksaan poket periodontal. Kedalaman
poket bervariasi, dan kehilangan tulang secara vertikal maupun horizontal dapat ditemukan.
Kegoyangan gigi terkadang muncul pada kasus yang lanjut dengan adanya perluasan
hilangnya attachment dan hilangnya tulang. Periodontitis kronis dapat didiagnosis dengan
adanya perubahan inflamasi kronis pada marginal gingiva, adanya poket periodontal dan
hilangnya attachment secara klinis, ditunjukkan dengan adanya poket dan pada
pemeriksaan radiografis terdapat penurunan tulang alveolar.
Periodontitis merupakan respon inflamasi kronis terhadap bakteri subgingiva,
mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal ireversibel sehingga dapat berakibat
kehilangan gigi. Pada tahap perkembangan awal, keadaan periodontitis sering
menunjukkan gejala yang tidak dirasakan oleh pasien. Periodontitis disebabkan oleh
banyak faktor. Disebabkan oleh bakteri pathogen dan juga dipengaruhi oleh respon imun
dan inflamasi host terhadap mikroba, serta dipengaruhi oleh pola hidup, lingkungan dan
faktor genetik dari penderita.
Pada periodontitis, terdapat plak gram negative yang berkolonisasi dalam sulkus
gingiva (plak subgingiva) dan memicu respon inflamasi kronis. Sejalan dengan maturasi
plak, plak menjadi lebih patogen dan respon inflamasi pejamu berubah dari keadaan akut
menjadi keadaan kronik. Apabila kerusakan jaringan periodontal, akan ditandai dengan
terdapatnya poket. Semakin dalamnya poket, semakin banyak terdapatnya bakteri
subgingiva yang matur. Hal ini dikarenakan poket yang dalam terlindungi dari pembersih
mekanik (penyikatan gigi) juga terdapat aliran cairan sulkus gingiva yang lebih konstan
pada poket yang dalam dari pada poket yang diangkat.

Klasifikasi
1. Periodontitis dewasa kronis
Tipe ini adalah tipe periodontitis yang berjalan lambat, terjadi pada 35 tahun keatas.
Kehilangan tulang berkembang lambat dan didominasi oleh bentuk horizontal. Faktor
etiologi utama adalah faktor lokal terutama bakteri gram negatif. Tidak ditemukan
kelainan sel darah dan disertai kehilangan tulang.

2. Early Onset Periodontitis (EOP)


a) Periodontitis prepubertas, Tipe ini adalah tipe yang terjadi setelah erupsi gigi sulung.
Terjadi dalam bentuk yang terlokalisir dan menyeluruh. Tipe ini jarang terjadi dan
penyebarannya tidak begitu luas.
b) Periodontitis juvenil (periodontosis), Localised Juvenil Periodontitis (LJP) adalah
penyakit peridontal yang muncul pada masa pubertas. Gambaran klasik ditandai dengan
kehilangan tulang vertikal yang hebat pada molar pertama tetap, dan mungkin pada insisif
tetap. Biasanya, akumulasi plak sedikit dan mungkin tidak terlihat atau hanya sedikit
inflamasi yang terjadi. Predileksi penyakit lebih banyak pada wanita dengan perbandingan
wanita:pria 3:1. Bakteri yang terlibat pada tipe ini adalah
Actinobacillusactinomycetemcomittans. Bakteri ini menghasilkan leukotoksin yang bersifat
toksis terhadap leukosit, kolagenase, endotoksin, dan faktor penghambat fibroblas. Selain
bentuk terlokalisir, juga terdapat bentuk menyeluruh yang mengenai seluruh gigi-geligi.
c) Periodontitis yang berkembang cepat adalah penyakit yang biasanya dimulai sekitar
masa pubertas hingga 35 tahun. Ditandai dengan resorbsi tulang alveolar yang hebat,
mengenai hampir seluruh gigi. Bentuk kehilangan yang terjadi vertikal atau horizontal, atau
kedua-duanya. Banyaknya kerusakan tulang nampaknya tidak berkaitan dengan banyaknya
iritan lokal yang ada. Penyakit ini dikaitkan dengan penyakit sistemik (seperti diabetes
melitus, sindrom down, dan penyakit-penyakit lain), tetapi dapat juga mengenai individu
yang tidak memiliki penyakit sistemik. Keadaan ini dibagi dalam dua subklas:
a. Tipe A: terjadi antara umur 14-26 tahun. Ditandai dengan kehilangan tulang dan
perlekatan epitel yang cepat dan menyeluruh.
b. Tipe B: ditandai dengan kehilangan tulang dan perlekatan epitel yang cepat dan
menyeluruh pada usia antara 26-35 tahun.
c. Nekrosis ulseratif gingivo-periodontitis (NUG-P) adalah bentuk periodontitis yang
biasanya terjadi setelah episode berulang dari gingivitis ulseratif nekrosis akut dalam
jangka waktu lama, yang tidak dirawat atau dirawat tetapi tidak tuntas. Pada tipe ini terjadi
kerusakan jaringan di interproksimal, membentuk lesi seperti kawah, baik pada jaringan
lunak mapun tulang alveolar.

3. Periodontitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik


BAB III
PENYAJIAN KASUS

3.1. Data Pasien


Nama : Risda R Silitonga
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 46 tahun
Warga Negara : WNI
Status Perkawinan : Kawin

3.2. Riwayat Penyakit


- Keluhan Utama
Gusi terasa bengkak dan beberapa gigi terasa goyang
- Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan gusi bengkak sejak  2 bulan yang lalu. Os juga merasa
gigi goyang sejak 1 bulan yang lalu. Os membersihkan karang gigi 3 minggu yang
lalu di dokter gigi praktek dan disarankan ke RSGMP UI. Os menyikat gigi 2 x
sehari ( pagi dan malam sebelum tidur). Os tidak memeliki kebiasaan menggertakan
gigi saat tidur. Sejak bulan April os konsumsi obat Primolut karena masalah pada
siklus haid.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : TAK
Extra Oral : TAK
Intra Oral : - Plak dan kalkulus pada semua regio
- Interdental 7632
Abses gingiva
76 4578

Oral Hygiene : PBI = 0.9


PI = 0.57
KI = 1.5
OHIS = 2.07 (OH sedang)
Keadaan Karang
Regio Oklusi Artikulasi Abrasi
gingiva gigi
Hiperemi,
Ra.Kn ++
Edema, BOP +
Hiperemi,
Ra.M +
Edema, BOP +
Hiperemi,
Ra.Kr ++ 7
Edema, BOP +
Hiperemi,
Rb.Kn ++
Edema, BOP +
Hiperemi,
Rb.M ++
Edema, BOP +
Hiperemi,
Rb.Kr ++ 8
Edema, BOP +

BL
Status Lokalis

Foto radiograf:

Foto klinis gigi 12 (diambil tanggal 16 Desember 2015):

11
Diagnosis pada pasien ini adalah :
 Periodontitis kronis menyeluruh e.c akumulasi plak dan kalkulus diperberat oleh :
6
:TFO karena beban perbandingan mahkota akar yang
6
tidak seimbang
7
: TFO karena blocking saat artikulasi ke kiri
8

76 4 : Retensi makanan karena resesi


87 321 1 678 gingiva

2 : Retensi makanan karena titik kontak tidak ada


2

Kebiasaan parafungsi berupa bruxism


Faktor hormonal karena Os mengonsumsi primolut ( efek meningkatkan
progesteron)
 Pada gambaran klinis ditemukan :
o Poket absolute 3-8 mm
o Mobility gigi 2-3
o Abses gingiva pada interdental : 76 32
78
o Resesi gingiva 1-3 mm :76 45
 Pada gambaran radiografis ditemukan:
8 54 1 12345 : Penurunan ketinggian tulang sampai dengan ⅓ servikal
7 54321 1 4567 akar

6 2 7 : Penurunan ketinggian tulang sampai dengan ⅓ tengah


23 8 akar

6 : Penurunan ketinggian tulang sampai dengan ⅓ apikal


akar
Rencana Perawatan
I. Fase Inisial
 DHE + OP
 Scalling dan root planning seluruh region
(drainase abses melalui poket)
 Medikasi/ pemberian resep antibiotik dan obat
kumur (Amoxicillin 500 mg, metronidazole 500
mg, dan minosep)
 38 pro ekstraksi
 44 pro tumpat

Evaluasi

IV. Fase pemeliharaan


Cek poket, inflamasi,
kegoyangan, tanpa patologis

II. Fase bedah III. Fase rekonstruktif

4 : Pro Kuretase (-)

876 32 7 : Pro Flap Operation / Open Flap


23 4 5678 Debridement (OFD)

Prognosis
Prognosis umum : baik (Os kooperatif, KU baik, oh dapat ditingkatkan, keadaan
social ekonomi baik)
Prognosis lokal : :
8 654 2 1 12345 7 :Baik, kerusakan tulang mencapai ⅓ servikal
7654321 1 23 45678
akar
:Sedang, kerusakan tulang mencapai ⅓ tengah
akar
:Buruk , kerusakan tulang mencapai ⅓ apical
akar
BAB IV
TERAPI

4.1 Operasi Flap (dilakukan tanggal 16 Desember 2015)


Supervisor : drg.Yulianti Kemal.Sp.Perio(K)
Operator : drg. Rosy Valensia
Asisten : Darin Safinaz, SKG
Deryana Avidhianita, SKG
4.1.1 Alat
1. Alat standar: kaca mulut, pinset, probe, sonde lurus, sonde lengkung
2. Kuret Gracey
3. Rasparatorium
4. Pinset jaringan
5. Scalpel
6. Needle holder
7. Baki
8. Gunting jaringan
9. Gunting benang
10. Spuit 27 G dan citoject
11. Semen spatel
4.1.2 Bahan
1. Larutan irigasi: saline, betadine, aquadest
2. Allograft Bone graft
3. Dissolvable (resorbable) membranes
4. Benang
5. Obat anestetikum infiltrasi dan topikal
pehacaine (lidocaine 2%)
6. Alkohol
7. Kasa steril
8. Kapas dan cotton but

2
18
4.1.3 Tahap Operasi Flap gigi
1. Kontrol plak dengan hasil PI:0.21 CI:0 PBI:0.28 OHIS: 0.21 (baik)
2. Desinfeksi dan asespsis area kerja dengan betadine (ekstraoral dan intraoral)
Anestesi area kerja dengan teknik infiltrasi dengan menggunakan citoject pada
bukal, interdental, dan palatal gigi 321

3. Insisi sulcular dengan fullthickness pada regio 321 dengan teknik papilla preserve

4. Refleksi flap dengan menggunakan busher kemudian retraksi flap hingga batas
defek tulang terlihat

5. Debridement permukaan akar dan flap berupa kuretase, scaling dan root planing
untuk mengambil jaringan granulasi dan deposit pada akar gigi. Selain itu, untuk
membersihkan tulang yang nekrotik dan sementum yang nekrotik. Kuretase,
scaling dan root planning dilakukan sampai akar terasa halus, bersih dan keras.

18
6. Irigasi dengan NaCl dan betadine

7. Aplikasi bone graft pada interdental 32 .Bone graft yang digunakan adalah
allograft

8. Aplikasi membran diatas bone graft untuk mencegah pertumbuhan gusi ke area
kavitas tulang, membran yang digunakan adalah jenis dissolvable (resorbable)
membranes yang terbuat dari bahan kolagen

18
9. Pengembalian flap

10. Menjahit mukosa dengan jahitan interrupted sebanyak 3 jahitan

11. Irigasi dengan betadine dan NaCl


12. Pemberian medikasi pasca operasi berupa Amoxilin 500 mg No XV 3x1 dan Asam
Mefenamat 500 mg No VI 3x1

13. Instruksi pasca bedah


 Mengkonsumsi obat yang telah diberikan sesuai petunjuk. Hindari
mengkonsumsi aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan
 Menghindari minuman panas selama 24 jam pertama.

18
 Mengunyah pada sisi yang tidak dilakukan pembedahan. Hindari
mengkonsumsi buah jeruk atau jus buah, makanan keras, & makanan
mengandung alkohol.
 Selama hari pertama, kompreslah es secara intermiten pada wajah di area
pasca operasi. Metode ini dapat membuat jaringan tetap dingin, mengurangi
inflamasi dan pembengkakan.
 Pasien diinformasikan akan mengalami perasaan lemas atau merasa
kedinginan saat 24 jam pertama. Hal ini harus dilaporkan pada kunjungan
berikutnya. Tetap lakukan aktivitas biasa, hindari aktivitas yang berlebihan.
 Pembengkakan biasanya hanya terjadi pada area yang pengalami prosedur
bedah yang luas. Bengkak biasanya terjadi pada hari ke 1-2 setelah
pembedahan dan berkurang pada hari ke-3 dan 4. Jika terjadi kompreslah
dengan air hangat pada area operasi. Jika area bengkak terasa nyeri dan
menjadi bertambah parah maka segera hubungi dokter gigi
 Jika terjadi tetap terjadi perdarahan selama 4-5 jam operasi jangan berkumur,
gunakan gauze pada area pendarahan dengan tekanan selama 20 menit. Jika
tidak berhenti hubungi dokter gigi.
 Kontrol satu minggu setelahnya.

14. Kontrol I, tanggal 23 Desember 2014


Keluhan Subjektif : Tidak ada keluhan
Keluhan Objektif : PLI: 0,2; PBI:0; KI:0 (OHIS: 0.2/baik)
hiperemia (+), edema (+), jahitan intak 3 (+)
Tatalaksana : DHE
Irigasi betadine
Lepas jahitan

18
15. Kontrol II, tanggal 13 Januari 2016
Keluhan Subjektif : Tidak ada keluhan
Keluhan Objektif : hiperemia di sisi distal gigi 12 (+), edema (-)
Tatalaksana : DHE
Irigasi betadine

16. Kontrol III, tanggal 28 Januari 2016


Keluhan Subjektif : tidak ada keluhan
Keluhan Objektif : hiperemia (-), edema (-), resesi gingiva di sisi distal gigi 12
Tata laksana : DHE
Irigasi betadin

18
BAB V
KESIMPULAN

Periodontitis adalah penyakit berupa peradangan/ inflamasi yang mempengaruhi


jaringan periodontium yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Periodontitis
melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi dan jika tidak diobati dapat
menyebabkan melonggarnya jaringan periodontium serta kehilangan gigi. Pada pemeriksaan
klinis periodontitis ditandai dengan adanya peningkatan kedalaman sulkus (terbentuk poket),
perdarahan saat probing/ hiperemi (ditempat aktifnya penyakit) dan perubahan kontur
fisiologis (edema,dll). Pada pemeriksaan radiografis ditemukan adanya penurunan tulang
alveolar
Periodontitis kronis merupakan jenis periodontitis dengan tipe progresifitas penyakit
yang lambat dan lebih sering terjadi pada orang dewasa. Periodontitis kronis adalah hasil dari
respon host pada agregasi bakteri di permukaan gigi sehingga sering dikaitkan bahwa
keparahan penyakit yang terjadi sebanding dengan banyaknya iritan (plak dan kalkulus). Hal
ini mengakibatkan pada tahap yang lebih lanjut kerusakan menjadi irreversibel pada jaringan
perlekatan, yang menghasilkan pembentukan poket periodontal dan kehilangan tulang
alveolar.
Perawatan yang dilakukan pada penyakit periodontitis kronis ini meliputi 4 tahap yaitu
fase inisial berupa DHE, scalling dan root planing, pemberian medikamen pada kasus abses,
pencabutan sisa akar atau gigi yang memiliki prognosis buruk, dan melakukan penumpatan.
Dilanjutkan fase yang ke 2 berupa fase bedah yaitu melakukan kuret, bedah flap, dan
gingivektomi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan kedalaman proket yang
terbentuk. Tahap yang ke 3 berupa tahap rekonstruksi. Pada setiap fase harus dilakukan
evaluasi yang disebut dengan fase pemeliharaan (fase ke 4) yaitu melihat apakah perawatan
sebelumnya telah berhasil atau belum agar dapat lanjut ke fase berikutnya.
Pada kasus ini karena poket yang terbentuk lebih dari 6 mm maka tindakan bedah yang
dipilih adalah bedah flap untuk membuang jaringan granulasi, sementum nekrotik, dan
kalkulus subgingiva yang tidak dapat diambil dengan scaller dan alat kuret. Dilanjutkan
dengan pengaplikasian bone graft dengan tipe allograft dengan penutup dissolvable
(resorbable) membranes untuk mengisi tulang yang telah turun dan pengembalian flap
dengan teknik penjahitan mukosa interrupted.

18
DAFTAR PUSTAKA

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR & Carranza FA. Carranza’s Clinical
Periodontology, 10th. St. Louis Missouri: Saunders Elsevier. 2006.

18

Anda mungkin juga menyukai