Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi.
Penyakit periodontal dapat didefenisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan
periodontal. Bentuk umum dari penyakit ini dikenal sebagai gingivitis dan periodontitis.
Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri. Penyakit periodontal dapat hanya
mengenai gingiva (gingivitis) atau dapat menyerang struktur yang lebih dalam
(periodontitis). Gambaran klinis yang membedakan antara gingivitis dan periodontitis adalah
ada tidaknya kerusakan jaringan periodontal destruktif umumnya dihubungkan dengan
keberadaan dan atau meningkatnya jumlah bakteri patogen spesifik seperti Phorphyromonas
gingivalis (P.g), prevotella intermedia (P.i), bacteriodes forsytus (Bi) dan actinobacillus
actinomycetemcomitans (A.a).
Periodontisis kronis yang juga dikenal sebagai “adult periodontisis” merupakan jenis
periodontitis yang paling sering terjadi. Secara umum, periodontitis kronis merupakan
penyakit yang berkembang secara lambat dan sering tidak disadari oleh pasien. Adanya
pengaruh dari keadaan sistemik pasien dan faktor lingkungan dapat memicu respon host yang
berbeda terhadap akumulasi plak, seperti diabetes, kebiasaan merokok dan stres. Walaupun
periodontitis kronis umumnya terjadi pada usia dewasa, penyakit periodontal ini dapat juga
menyerang usia anak-anak dan dewasa muda akibat respon terhadap akumulasi plak dan
kalkulus.
Penyebab primer dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Menurut teori non-
spesifik murni bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva untuk membentuk plak pada
keadaan tidak ada kebersihan mulut yang efektif. Semua bakteri plak dianggap mempunyai
beberapa faktor virulensi yang menyebabkan inflamasi gingival dan kerusakan periodontal
keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan menimbulkan penyakit tanpa tergantung
komposisinya. Namun demikian, sejumlah plak biasanya tidak mengganggu kesehatan
gingiva dan periodontal dan beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup
besar yang sudah berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak walaupun
mereka mengalami gingivitis. Faktor sekunder dapat berupa lokal atau sistemik. Beberapa
faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak
dan menghalangi pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA

Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel
jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar. Pada
pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing
(ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur
fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan, pembengkakan gingiva dan biasanya tidak ada
rasa sakit.
Periodontitis kronis merupakan penyakit dengan tipe progresif yang lambat. Dengan
adanya faktor sistemik, seperti diabetes, perokok, atau stress, progres penyakit akan lebih
cepat karena faktor tersebut dapat merubah respon host terhadap akumulasi plak.
Periodontitis kronis adalah hasil dari respon host pada agregasi bakteri di permukaan gigi.
Mengakibatkan kerusakan irreversibel pada jaringan perlekatan, yang menghasilkan
pembentukan poket periodontal dan kehilangan tulang alveolar pada akhirnya. Sementara
gingivitis dikenal kondisi yang sangat umum di antara anak-anak dan remaja, periodontitis
jarang terjadi pada anak-anak dan remaja. Terjadinya periodontitis severe pada orang dewasa
muda memiliki dampak buruk terhadap gigi mereka tapi dalam beberapa perawatan kasus
penyakit periodontal dapat berhasil.
Periodontitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama
terjadinya periodontitis adalah terdapatnya akumulasi plak pada gigi dan gingiva. Ada
beberapa faktor yang ikut berkontribusi dalam peningkatan resiko terjadinya penyakit, antara
lain:
1. Faktor lokal. Akumulasi plak pada gigi dan gingiva pada dentogingiva junction
merupakan awal inisiasi agen pada etiologi periodontitis kronis. Bakteri biasanya
memberikan efek lokal pada sel dan jaringan berupa inflamasi.
2. Faktor sistemik. Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien yang memiliki
penyakit sistemik yang mempengaruhi keefektivan respon host. Diabetes merupakan
contoh penyakit yang dapat meningkatkan keganasan penyakit ini.
3. Lingkungan dan perilaku merokok dapat meningkatkan keganasan penyakit ini. Pada
perokok, terdapat lebih banyak kehilangan attachment dan tulang, lebih banyak
furkasi dan pendalaman poket. Stres juga dapat meningkatkan prevalensi dan
keganasan penyakit ini.

2
4. Genetik. Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu keluarga, ini
kemungkinan menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengaruhi periodontitis
kronis ini.

Gambaran umum periodontitis kronis


Karakteristik yang ditemukan pada pasien periodontitis kronis yang belum ditangani
meliputi akumulasi plak pada supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, pembentukan
poket, kehilangan periodontal attachment, kehilangan tulang alveolar, dan kadang-kadang
muncul supurasi. Pada pasien dengan oral hygiene yang buruk, gingiva membengkak dan
warnanya antara merah pucat hingga magenta. Hilangnya gingiva stippling dan adanya
perubahan topografi pada permukaannya seperti menjadi tumpul dan rata (cratered papila).
Pada banyak pasien karakteristik umum seringkali tidak terdeteksi, dan inflamasi hanya
terdeteksi dengan adanya pendarahan pada gingiva sebagai respon dari pemeriksaan poket
periodontal. Kedalaman poket bervariasi, dan kehilangan tulang secara vertikal maupun
horizontal dapat ditemukan. Kegoyangan gigi terkadang muncul pada kasus yang lanjut
dengan adanya perluasan hilangnya attachment dan hilangnya tulang. Periodontitis kronis
dapat didiagnosis dengan terdeteksinya perubahan inflamasi kronis pada marginal gingiva,
adanya poket periodontal dan hilangnya attachment secara klinis.

Patogenesis periodontitis kronis


Penyakit periodontal yang disebabkan karena reaksi inflamasi lokal terhadap infeksi
bakteri gigi, dan dimanifestasikan oleh rusaknya jaringan pendukung gigi. Gingivitis
merupakan bentuk dari penyakit periodontal dimana terjadi inflamasi gingiva, tetapi
kerusakan jaringan ringan dan dapat kembali normal. Periodontitis merupakan respon
inflamasi kronis terhadap bakteri subgingiva, mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal
irreversible sehingga dapat berakibat kehilangan gigi. Pada tahap perkembangan awal,
keadaan periodontitis sering menunjukkan gejala yang tidak dirasakan oleh pasien.
Periodontitis didiagnosis karena adanya kehilangan perlekatan antara gigi dan jaringan
pendukung (kehilangan perlekatan klinis) ditunjukkan dengan adanya poket dan pada
pemeriksaan radiografis terdapat penurunan tulang alveolar. Penyebab periodontitis adalah
multifaktor, karena adanya bakteri patogen yang berperan saja tidak cukup menyebabkan
terjadi kelainan. Respon imun dan inflamasi pejamu terhadap mikroba merupakan hal yang

3
juga penting dalam perkembangan penyakit periodontal yang destruktif dan juga dipengaruhi
oleh pola hidup, lingkungan dan faktor genetik dari penderita.
Pada periodontitis, terdapat plak mikroba negative gram yang berkolonisasi dalam
sulkus gingiva (plak subgingiva) dan memicu respon inflamasi kronis. Sejalan dengan
bertambah matangnya plak, plak menjadi lebih patogen dan respon inflamasi pejamu berubah
dari keadaan akut menjadi keadaan kronik. Apabila kerusakan jaringan periodontal, akan
ditandai dengan terdapatnya poket. Semakin dalamnya poket, semakin banyak terdapatnya
bakteri subgingiva yang matang. Hal ini dikarenakan poket yang dalam terlindungi dari
pembersih mekanik (penyikatan gigi) juga terdapat aliran cairan sulkus gingiva yang lebih
konstan pada poket yang dalam dari pada poket yang diangkat.

Klasifikasi
1. Periodontitis dewasa kronis
Tipe ini adalah tipe periodontitis yang berjalan lambat, terjadi pada 35 tahun keatas.
Kehilangan tulang berkembang lambat dan didominasi oleh bentuk horizontal. Faktor
etiologi utama adalah faktor lokal terutama bakteri gram negatif. Tidak ditemukan kelainan
sel darah dan disertai kehilangan tulang.

2. Early Onset Periodontitis (EOP)


a) Periodontitis prepubertas, Tipe ini adalah tipe yang terjadi setelah erupsi gigi sulung.
Terjadi dalam bentuk yang terlokalisir dan menyeluruh. Tipe ini jarang terjadi dan
penyebarannya tidak begitu luas.
b) Periodontitis juvenil (periodontosis), Localised Juvenil Periodontitis (LJP) adalah penyakit
peridontal yang muncul pada masa pubertas. Gambaran klasik ditandai dengan kehilangan
tulang vertikal yang hebat pada molar pertama tetap, dan mungkin pada insisif tetap.
Biasanya, akumulasi plak sedikit dan mungkin tidak terlihat atau hanya sedikit inflamasi
yang terjadi. Predileksi penyakit lebih banyak pada wanita dengan perbandingan wanita:pria
3:1. Bakteri yang terlibat pada tipe ini adalah Actinobacillusactinomycetemcomittans. Bakteri
ini menghasilkan leukotoksin yang bersifat toksis terhadap leukosit, kolagenase, endotoksin,
dan faktor penghambat fibroblas. Selain bentuk terlokalisir, juga terdapat bentuk menyeluruh
yang mengenai seluruh gigi-geligi.
c) Periodontitis yang berkembang cepat adalah penyakit yang biasanya dimulai sekitar masa
pubertas hingga 35 tahun. Ditandai dengan resorbsi tulang alveolar yang hebat, mengenai

4
hampir seluruh gigi. Bentuk kehilangan yang terjadi vertikal atau horizontal, atau kedua-
duanya. Banyaknya kerusakan tulang nampaknya tidak berkaitan dengan banyaknya iritan
lokal yang ada. Penyakit ini dikaitkan dengan penyakit sistemik (seperti diabetes melitus,
sindrom down, dan penyakit-penyakit lain), tetapi dapat juga mengenai individu yang tidak
memiliki penyakit sistemik. Keadaan ini dibagi dalam dua subklas:
a. Tipe A: terjadi antara umur 14-26 tahun. Ditandai dengan kehilangan tulang dan perlekatan
epitel yang cepat dan menyeluruh.
b. Tipe B: ditandai dengan kehilangan tulang dan perlekatan epitel yang cepat dan
menyeluruh pada usia antara 26-35 tahun.
c. Nekrosis ulseratif gingivo-periodontitis (NUG-P) adalah bentuk periodontitis yang
biasanya terjadi setelah episode berulang dari gingivitis ulseratif nekrosis akut dalam jangka
waktu lama, yang tidak dirawat atau dirawat tetapi tidak tuntas. Pada tipe ini terjadi
kerusakan jaringan di interproksimal, membentuk lesi seperti kawah, baik pada jaringan
lunak mapun tulang alveolar.

3. Periodontitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik

BAB III
PENYAJIAN KASUS

5
3.1. Data Pasien
Nama : M. Khairul Ashari
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 40 tahun
Warga Negara : WNI
Pendidikan terakhir : SM
Status Perkawinan : Kawin

3.2. Riwayat Penyakit


- Keluhan Utama
Terdapat banyak karang gigi dan gigi belakang atas kiri terasa goyang.
- Riwayat Penyakit Sekarang
OS menyikat gigi 2 kali/hari (pagi dan sore saat mandi) secara horizontal. OS memiliki
kebiasaan membersihkan makanan yang terselip di gigi-gigi atas kiri dengan
menggunakan tusuk gigi. OS memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dan hipertensi
yang terkontrol. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.

3.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : secara anamnesis baik
Extra Oral : TAK
Intra Oral : 743 358
: goyang
127

21 12467
: missing
765431 6

6
Oral Hygiene : PBI = 2,08
PI = 1,28
KI = 1,05
OHIS = 2,33 (sedang)

Keadaan Karang
Regio Oklusi Artikulasi Atrisi
gingiva gigi

Ra.Kn Edema, BOP + +

Ra.M Edema, BOP + + 3 3 1 1 3

Ra.Kr

Rb.Kn Edema +

Rb.M Edema, BOP + + 3 3 2 1 23

Rb.Kr +

7
Status Lokalis
Foto radiograf:

Foto klinis (diambil tanggal 1 Juli 2014):

11
Diagnosis pada pasien ini adalah :
 Periodontitis kronis menyeluruh e.c akumulasi plak dan kalkulus diperberat oleh :
3 358
: TFO karena beban oklusi terlalu besar
7

2 123 : TFO karena deepbite dan blocking dengan bridge anterior RA


saat artikulasi kedepan dan kiri
74 8: retensi makanan karenan ekstrud
 Pada gambaran klinis ditemukan : gingiva hiperemi, oedem, BOP(+), goyang °2-°4,
poket absolut 1-15mm.
 Pada gambaran radiografis ditemukan:
76543 : penurunan ketinggian tulang sampai dengan ⅓ apikal gigi
8 127
358 : penurunan ketinggian tulang sampai dengan ⅓ tengah gigi
345

Rencana Perawatan

Fase Inisial
 DHE + OP
 Scalling dan root planning
 Pembuatan GT immediate
 Ekstraksi gigi 13,17,23,25,28,37

Kontrol Evaluasi

13
IV. Fase pemeliharaan
Cek poket, inflamasi,
kegoyangan, tanpa patologis

II. Fase bedah III. Fase rekonstruktif


654 : Flap Operation
GTSKL yang berfungsi
345 sebagai splint, crown untuk
: Gingivektomi perbaikan kurva of spee, DV,
345 dll.

Prognosis umum : sedang (usia 57 tahun, DM dan hipertensi terkontrol, sikap


kooperatif, sosial dan ekonomi baik, distribusi
penyakitmenyeluruh)
73
Prognosis lokal : : buruk, karena goyang °3-°4, penurunan tulang ⅓
358
tengah sampai ⅓ apikal, poket absolut 3-15 mm,
7
resesi gingiva 1-6mm, migrasi gigi

10
BAB IV
TERAPI

4.1 Operasi Flap (dilakukan tanggal 1 Juli 2014)


Supervisor : drg. Yulianti Kemal, Sp.Perio(K)
Operator : drg. Louisa
Asisten : Deta Apritantia, SKG
R.A.Hazriani, SKG
4.1.1 Alat
1. Alat standar: kaca mulut, pinset, probe, sonde lurus, sonde lengkung
2. Kuret Gracey
3. Rasparatorium
4. Pinset jaringan
5. Scalpel
6. Needle holder
7. Baki
8. Gunting jaringan
9. Gunting benang
10. Spuit 27 G
11. Semen spatel
12. Mixing slab
4.1.2 Bahan
1. Larutan irigasi: saline, betadine, aquadest
2. Periodontal pack
3. Benang
4. Obat anestetikum: pehacaine (lidocaine 2%)
5. Alkohol
6. Kasa steril
7. Kapas

4.1.3 Tahap Operasi Flap gigi 654

1. Kontrol plak
2. Desinfeksi area kerja dengan betadine (ekstraoral dan intraoral)

11
Anestesi area kerja dengan teknik infiltrasi pada bukal dan palatal gigi 654
3. Insisi sulcular pada interdental gigi 654

4. Pembukaan flap dengan menggunakan rasparatorium

5. Kuretase, scaling dan root planing untuk mengambil jaringan granulasi dan
deposit pada akar gigi. Selain itu, untuk membersihkan tulang yang nekrotik
dan sementum yang nekrotik. Kuretase, scaling dan root planning dilakukan
sampai akar terasa halus, bersih dan keras.

12
6. Irigasi dengan saline, aquadest dan betadine

13
7. Menjahit mukosa dengan jahitan continuous mattress.

8. Penutupan luka dengan periodontal pek.


9. Pemberian medikasi pasca operasi.
10. Instruksi pasca bedah
 Mengkonsumsi obat yang telah diberikan sesuai petunjuk. Hindari
mengkonsumsi aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan
 Pasien diinformasikan mengenai periodontal pek yang diletakkan di
permukaan gusi, yang berfungsi sebagai proteksi terhadap iritan, mencegah
nyeri, membantu penyembuhan, dan membuat pasien melakukan aktivitas
secara nyaman.

14
 Tiga jam pertama setelah pembedahan, hindari makanan panas karena dapat
mengganggu pengerasan pek. Lebih baik juga menghindari minuman panas
selama 24 jam pertama.
 Mengunyah pada sisi yang tidak dilakukan pembedahan. Hindari
mengkonsumsi buah jeruk atau jus buah, makanan keras, & makanan
mengandung alkohol.
 Jangan menyikat pek, sikatlah area gigi yang tidak ada peknya & gunakan
chlorhexidin setelahnya.
 Selama hari pertama, kompreslah es secara intermiten pada wajah di area
pasca operasi. Metode ini dapat membuat jaringan tetap dingin, mengurangi
inflamasi dan pembengkakan.
 Pasien diinformasikan akan mengalami perasaan lemas atau merasa
kedinginan saat 24 jam pertama. Hal ini harus dilaporkan pada kunjungan
berikutnya. Tetap lakukan aktivitas biasa, hindari aktivitas yang berlebihan.
 Pembengkakan biasanya hanya terjadi pada area yang pengalami prosedur
bedah yang luas. Bengkak biasanya terjadi pada hari ke 1-2 setelah
pembedahan dan berkurang pada hari ke-3 dan 4. Jika terjadi kompreslah
dengan air hangat pada area operasi. Jika area bengkak terasa nyeri dan
menjadi bertambah parah maka segera hubungi dokter gigi
 Jika terjadi tetap terjadi perdarahan selama 4-5 jam operasi jangan
berkumur, gunakan gauze pada area pendarahan dengan tekanan selama 20
menit. Jika tidak berhenti hubungi dokter gigi.
 Setelah pek dibuka, gusi akan terjadi perdarahan lebih banyak dibanding
sebelum operasi dan akan hilang secara bertahap.
 Kontrol satu minggu setelahnya.
11. Kontrol I, tanggal 8 Juli 2014

18
Keluhan Subjektif :
tidak ada keluhan
Keluhan Objektif : buka periodontal pek, hiperemia (-), edema (-)
Irigasi H2O2 dan saline

12. Kontrol II, tanggal 15 Juli 2014


Keluhan Subjektif : tidak ada keluhan
Keluhan Objektif : hiperemia (-), edema (-)
Irigasi H2O2 dan betadine. Pemberian dental gel.

13. Kontrol III, tanggal 21 Juli 2014


Keluhan Subjektif : tidak ada keluhan
Keluhan Objektif : hiperemia (-), edema (-)
Irigasi betadine.

18
BAB V
KESIMPULAN

Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel
ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar. Pada pemeriksaan
klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing (ditempat aktifnya
penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur fisiologis. Periodontitis
kronis merupakan penyakit dengan tipe progresif yang lambat. Periodontitis kronis adalah
hasil dari respon host pada agregasi bakteri di permukaan gigi. Mengakibatkan kerusakan
irreversibel pada jaringan perlekatan, yang menghasilkan pembentukan poket periodontal dan
kehilangan tulang alveolar.

18
DAFTAR PUSTAKA

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR & Carranza FA. Carranza’s Clinical
Periodontology, 10th. St. Louis Missouri: Saunders Elsevier. 2006.

18

Anda mungkin juga menyukai