Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ANAMNESIS KONSERVASI GIGI

Dhiatfa Amanda S
1106008561

Pembimbing:
drg. Citra Kusumasari, SpKG

DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
DAFTAR ISI

Data Diri Pasien ..................................................................................................... 3


Foto Intraoral dan Radiograf (sebelum perawatan) .............................................. 4
BAB I Pengenalan Masalah Umum...................................................................... 5
I.1 Temuan Masalah ...................................................................................... .5
I.2 Hubungan Antar Masalah ......................................................................... 6
I.3 Strategi Perawatan Umum ........................................................................ 7
I.4 Prioritas Perawatan Umum ...................................................................... 8
BAB II Pengenalan Masalah Konservasi .......................................................... 10
II.1 Rekam Medik Konservasi ........................................................................ 10
II.2 Prioritas Rencana Perawatan .................................................................... 11
II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan ........................................................... 12
BAB III Terapi Konservasi ................................................................................. 15
III.1 Terapi Non Invasif ...................................................................................... 15
III. 2 Terapi Invasif ............................................................................................ 16
Prognosis .................................................................................................................23
Daftar Referensi ......................................................................................................24
Data Diri Pasien

Nama : Armaini
Tempat/Tanggal lahir : Padang, 17 Juli 1967
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat tetap : Jl. H. Sa’aba Blok C8 Rt 07/04, Kembangan, Jakarta Barat
Pekerjaan : Wiraswasta
Riwayat penyakit : Tidak Ada / Disangkal
FOTO INTRA ORAL DAN RADIOGRAF SEBELUM PERAWATAN

Gambar 1. Foto Klinis IO RA Gambar 2. Foto Klinis IO RB

Gambar 3. Foto Klinis Gigi 36 Gambar 4. Foto Radiograf 36


BAB I
PENGENALAN MASALAH UMUM

1.1 Temuan Masalah (Kunjungan 18 Desember 2015)


Pasien wanita 48 tahun datang dengan keluhan gigi belakang bawah kiri berlubang
besar. Pasien mengaku gigi tersebut pernah sakit berdenyut 3 bulan yang lalu pada saat tidak
sedang makan atau minum secara spontan. Rasa nyeri semakin parah saat pasien
mengkonsumsi makanan atau minuman asam. Pasien tidak mengkonsumsi obat apapun untuk
mengobati sakit giginya. Saat datang ke RSGMP FKG UI, pasien sudah tidak merasakan
nyeri namun pasien namun terasa nyeri bila dipakai untuk mengunyah. Pasien mengaku
sebelumnya pernah dilakukan penambalan sementara 3 bulan yang lalu di gigi tersebut
namun beberapa hari kemudian tambalan tersebut lepas. Pasien tidak memiliki kebiasaan
buruk, riwayat sistemik disangkal dan tidak sedang mengkonsumsi obat rutin apapun.
Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan intraoral
ditemukan debris dan plak pada semua kuadran dengan nilai PI= 0,9 PBI= 0, CI= 0,7 dan
OHI-S= 1.6 (sedang). Pada pemeriksaan intraoral ditemukan karies D6 dengan perkusi (+),
vitalitas (+). D3 (1.1) pada gigi 17, 37, 38, 46, 47, dan 48. Pada gigi 28 terdapat karies D3
(3.1). Diagnosa untuk gigi 15 adalah periodontitis apikalis kronis e.c pulpitis kronis.
Dari pemeriksaan faktor risiko karies diketahui pasien menyikat gigi 2 kali sehari,
pagi dan malam hari, ditemukan saliva pasien jernih, cair dan hidrasi pasien antara 30-60
detik. Pasien mengaku aplikasi fluor hanya dari pasta gigi. Pasien biasanya mengonsumsi
cemilan manis 1-2x sehari. Secara keseluruhan, penilaian faktor resiko karies berada pada
zona kuning dengan status pasien A2. Setelah diberi penjelasan mengenai pentingnya
kesehatan gigi dan mulut, tumbuh kesadaran pasien untuk memperbaiki kesehatan gigi dan
mulutnya. Tingkat kekooperatifan pasien baik dan pasien ingin dirawat.
1.2 Hubungan Antar Masalah

Keadaan umum Faktor Risiko Karies Faktor Sosial Ekonomi:


 Jenis kelamin  Hidrasi saliva tanpa  Latar belakang sosial
perempuan usia 48 stimulasi 30-60 detik (K) dan ekonomi
tahun menengah dan pasien
 Keadaan umum  Viskositas saliva jernih- merupakan wiraswasta
compos mentis cair (H)
 Diet glukosa (cemilan) >1x
sehari
 Diet asam <1x sehari
 Fluor hanya dari pasta gigi
 Faktor modifikasi  OS
memiliki karies aktif dan
mau memperbaiki sikap

Kondisi OH
- PI = 0.9 CI = 0.7 PBI = 0 OHIS = 1.6 (Sedang)
- Pasien menyikat gigi 2x/hari saat pagi dan sore
hari saat mandi dengan gerakan horizontal (cara
dan waktu menyikat gigi kurang tepat)

Faktor Lokal Faktor Lokal


Anatomi pit dan fissure
Kontak pada gigi yang dalam dan cara menyikat
tidak baik  retensi gigi yang kurang tepat
makanan retensi makanan

Periodontitis Apikalis  Karies D3 (site 1 size 1)


Kronis e.c. Pulpitis pada oklusal gigi 17, 37,
Kronis, Karies D6 38, 46, 47, 48
pada gigi 15  Karies D3 (site 3
size1) pada daerah
Palpasi (-)
servikal gigi 28
Perkusi (+)
Vitalitas (+)
1.3 Strategi Perawatan Umum
Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif dan objektif pasien, dapat disimpulkan bahwa
keluhan pada kondisi gigi geligi pasien terjadi karena banyak faktor. Pasien mengaku
cenderung membiarkan kondisi gigi geliginya hingga terasa sakit baru kemudian mencari
pengobatan. Selain itu pasien juga mengaku jarang mengonsumsi air putih kurang dari 8
gelas per hari. Hal ini dapat mempengaruhi hidrasi dan kualitas dari saliva pasien. Saliva
selain berfungsi sebagai self-cleansing debris, juga sebagai buffer dari suasana asam rongga
mulut. Penurunan kuantitas dan kualitas saliva akan mempengaruhi percepatan timbulnya lesi
karies pada gigi pasien.
Dalam perencanaan perawatan, faktor predisposisi yang mendukung terbentuknya plak
yang mengandung bakteri sebagai etiologi utama karies harus dihilangkan. Pada tahap awal,
diberikan perawatan non invasif berupa DHE (Dental Health Education) untuk meningkatkan
kebersihan mulut dengan memperbaiki waktu menyikat gigi yaitu 2x sehari pada pagi hari
setelah bangun tidur dan malam sebelum tidur. Saat tidur laju aliran saliva berkurang
sehingga fungsi proteksi saliva sebagai larutan buffer menjadi menurun, sehingga sebaiknya
gigi geligi bersih dari plak disaat tidur. Diperlukan juga pemahaman kepada pasien tentang
cara menyikat gigi yang benar yaitu dengan bulu sikat lembut yang diganti setiap 3 bulan
sekali atau ketika bulu sikat sudah tidak layak untuk digunakan. Sikat gigi dilakukan dengan
metode Bass yang dimodifikasi, yaitu dengan cara membentuk sudut 45° antara sikat gigi
dengan gusi dan gigi, sikat diarahkan ke bawah pada gigi geligi rahang atas dan sikat
diarahkan ke atas pada gigi geligi rahang bawah untuk membersihkan gigi dari plak.
Penyikatan gigi dilakukan pada permukaan labial/bukal, lingual/palatal, dan permukaan
oklusal gigi. Pasien juga dianjurkan dan diajarkan menggunakan benang gigi (dental floss)
untuk membersihkan daerah interdental gigi.
Selanjutnya, diperlukan modifikasi diet untuk mengurangi konsumsi cemilan diantara
waktu makan utama. Makanan/minuman manis (cemilan) hendaknya dikonsumsi bersamaan
saat waktu makan utama atau anjuran pada pasien untuk berkumur atau untuk menyikat gigi
30 menit setelahnya. Hal ini bertujuan memberi kesempatan untuk remineralisasi setelah
proses demineralisasi akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri terjadi. Pasien perlu
diedukasi untuk meningkatkan konsumsi air putih yang membantu menetralkan kadar
keasaman dalam mulut.
Setelah seluruh perawatan non invasif diberikan, perawatan invasif baru dilakukan.
Perawatan invasif yang diberikan kepada pasien mencakup scaling untuk membersihkan
rongga mulutnya dari kalkulus. Untuk perawatan gigi geligi, keluhan utama pasien untuk
perawatan gigi depan bawah harus diutamakan. Prioritas utama adalah perawatan saluran
akar vital gigi 36. Untuk restorasi pasca endodontik dapat menggunakan restorasi dowel
crown. Setelah perawatan saluran akar vital dilakukan, dapat dilanjutkan dengan perawatan
restorasi dowel crown untuk mengganti struktur gigi yang hilang akibat karies. Selanjutnya,
dilakukan perawatan GIC pada gigi 17, 37, 38, 47, dan 48, serta restorasi kompomer pada
gigi 28.

1.4 Prioritas Perawatan Umum


1.4.1 Perawatan Non Invasif
 Anjuran kepada pasien untuk menyikat gigi 2 kali sehari (perbaikan waktu menyikat
gigi yaitu pagi hari setelah bangun tidur dan malam sebelum tidur) dengan
metode Bass yang dimodifikasi, menggunakan sikat gigi bulu lembut dan pasta
gigi berfluoride. Menyikat gigi tidak perlu dengan tekanan yang kuat karena
dapat meningkatkan resiko terjadinya abrasi pada gigi.
 Modifikasi diet. Pasien diminta untuk mengurangi konsumsi makanan manis dan
cemilan diantara waktu makan utama. Makanan/minuman manis (cemilan)
hendaknya dikonsumsi bersamaan saat waktu makan utama atau anjuran pada
pasien untuk berkumur atau untuk menyikat gigi 30 menit setelahnya.

1.4.2 Perawatan Invasif


1. Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut. Scaling juga
dilakukan untuk mencegah terjadinya karies baru pada gigi geligi karena deposit
kalkulus yang besar merupakan tempat ideal bagi retensi bakteri yang terus
memproduksi asam sehingga mempercepat demineralisasi.
2. Gigi 36 dilakukan perawatan saluran akar vital dengan restorasi dowel crown pasca
endodontik.
3. Gigi 17, 37, 38, 47, dan 48dilakukan restorasi GIC
4. Gigi 28 dilakukan restorasi kompomer
BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI

II.1 Rekam Medik Status Konservasi (18 Desember 2015)

Perawatan Invasif
Rencana Rencana
Eleme T Eleme T
K Diagnosis Perawat K Diagnosis Perawata
n V n V
an n
18 21 61
1 Site 1 Size
D3 + GIC 22 62
7 1
1
23 63
6
1
55 24 64
5
1
54 25 65
4
1
53 26
3
1
52 27
2
1 Kompome
51 28 D3 + Site 3 Size 1
1 r

41 81 38 D3 + Site 1 Size 1 GIC


42 82 37 D3 + Site 1 Size 1 GIC
Periodontitis
Apikalis PSA vital
43 83 36 D3 + Kronis e.c + dowel
Pulpitis crown
Kronis
44 84 35 75
45 85 34 74
Site 1 Size
46 D3 + GIC 33 73
1
Site 1 size
47 D3 + GIC 32 72
1
D Site 1 Size
48 + GIC 31 71
3 1
Elemen yang tidak ada K : Karies D1-D6 /KS ; TV: Tes Vitalitas
: +/- RK = Resin Komposit

II.2 Prioritas Rencana Perawatan


No Masalah Diagnosis Alternatif Perawatan Prognosis
Perawatan yang Dipilih
1. Gigi 36 Periodontitis  PSA Vital + PSA Vital + Baik
Apikalis Kronis e.c dowel crown dowel crown
Pulpitis Kronis
3. Gigi 17, D3 Site 1 Size 1  GIC GIC Baik
37, 38, 46,
47, dan 48
4. Gigi 28 D3 Site 3 Size 1  Kompomer Kompomer Baik
II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan
1. Gigi 36
Diagnosis : Periodontitis Apikalis Kronis et causa Pulpitis Kronis

DD : Nekrosis Parsial disertai Periodontitis kronis

Pemeriksaan :

 Pemeriksaan subjektif :
Gigi belakang bawah kiri pernah sakit berdenyut 3 bulan yang lalu secara
spontan. Rasa nyeri semakin parah saat mengkonsumsi makanan atau
minuman asam. Sekarang sudah tidak sakit.

 Pemeriksaan objektif :
Gigi berlubang besar di bagian oklusal. Pemeriksaan tes vitalitas dengan tes
termal (dengan ethyl chloride) dan stimulasi dentin langsung (tes kavitas) peka
(saat tes dengan ethyl chloride pasien merasa ngilu), menunjukkan pulpa vital.
Tes perkusi peka menunjukan adanya kelainan periapikal. Tes palpasi tidak
peka.

 Radiograf :
Terlihat karies yang meluas dari oklusal dan sedikit mengenai kamar pulpa.
Kamar pulpa normal, saluran akar normal, terdapat penebalan ruang
periodontal di ujung apikal.

Rencana perawatan : PSA Vital


Rencana restorasi : Dowel Crown

Alasan :

Pada kasus ini, karies sudah sampai ke kamar pulpa sehingga toksisitas
bakteri dan produknya telah mencapai jaringan pulpa, mengakibatkan
terjadinya iritasi pulpa. PSA dilakukan untuk membersihkan ruang pulpa dan
saluran akar dari bakteri dan produknya. Apeks gigi sudah terbentuk
sempurna, foramen apikal sudah terbentuk sempurna, dan gigi masih dapat
direstorasi pasca endodontik.

Adapun restorasi pasca endodontik yang dipilih adalah dowel crown, hal
ini karena gigi telah kehilangan struktur mahkota pada bagian oklusal dan
lingual dimana tinggi dinding lingual yang tersisa kurang dari 1,5 mm serta
gigi juga telah kehilangan atap pulpa. Diperlukan dowel untuk menghindari
fraktur akar dan diperlukan crown untuk menggantikan bagian mahkota yang
hilang.

2. Gigi 17, 37, 38, 46, 47, dan 48

Diagnosis : Karies D3 Site 1 Size 1

Pemeriksaan :

 Pemeriksaan subjektif : Tidak ada keluhan


 Pemeriksaan objektif: : Pada pemeriksaan awal terdapat kavitas terbatas
sampai bagian email pada area oklusal berwarna kehitaman, tersangkut sonde.
Pemeriksaan dengan sondasi (-).

Rencana Perawatan :

Gigi 17, 37, 38, 46, 47, dan 48  GIC

Alasan :

Untuk kavitas ini, karies baru mencapai email atau dentin terbatas serta perluasan lesi
hanya mencapai fisur gigi molar. Jika direstorasi dengan resin komposit akan lebih
mengambil jaringan yang masih sehat. GIC yang memiliki ikatan kimiawi, lebih retenstif
tanpa dibutuhkan preparasi juga melepaskan fluor yang membantu proses demineralisasi
merupakan bahan tambal yang lebih baik pada kasus ini.

3. Gigi 28

Diagnosis : Karies D3 Site 3 Size 1

Pemeriksaan :

 Pemeriksaan subjektif : Tidak ada keluhan


 Pemeriksaan objektif: : Pada pemeriksaan awal terdapat kavitas terbatas
sampai bagian email pada area servikal berwarna kehitaman, tersangkut sonde.
Pemeriksaan dengan sondasi (-).

Rencana Perawatan :

Gigi 28  Kompomer

Alasan :

Pada kasus ini, kavitas terletak di daerah servikal yang rentan terkena
kontaminasi saliva sehingga dibutuhkan suatu bahan tumpatan yang tidak mudah
lepas ketika terkontaminasi saliva yakni kompomer. Selain itu, kompomer juga
memiliki estetis yang baik dan dapat melepas fluoride.
BAB III
TERAPI KONSERVASI

III.1 Terapi Non Invasif


a. Pembersihan gigi dan mulut:
- Sikat gigi 2x/hari dengan cara yang benar dan efektif
Pembersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi setiap hari dilakukan untuk
membersihkan plak yang menempel pada gigi. Pasien diajarkan gerakan menyikat
gigi yang benar (gerakan atas bawah / vertikal dan gerakan memutar) pada semua
permukaan gigi.
- Menggunakan benang gigi setiap hari
Untuk membersihkan daerah sela-sela gigi maka perlu menggunakan benang gigi
setiap hari setelah menyikat gigi. Pasien diajarkan menggunakan benang gigi dengan
benar.

b. Modifikasi Diet:
Pasien memiliki kebiasaan konsumsi makanan/ minuman manis sebanyak 1-2 kali
sehari. Untuk itu, pasien diberi penjelasan dan dimotivasi untuk mengurangi konsumsi
gula di luar waktu makan, karena makanan kariogenik ini dapat dimetabolisme oleh
bakteri S. Mutans yang dapat menyebabkan karies. Apabila selesai mengemil
disarankan untuk berkumur dan menyikat gigi paling tidak 30 menit setelah
mengemil.
c. Anjuran Meningkatkan Konsumsi Air Putih
Pasien mengaku konsumsi air putih dalam sehari tidak mencapai 2 liter per hari.
Pasien dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi air putih yang membantu
menetralkan tingkat keasaman (pH rendah dinetralkan) dalam mulut terutama setelah
makan.
III.2 Terapi Invasif
a. Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut
Scaling dilakukan untuk menghilangkan kalkulus baik supragingiva maupun subgingiva
dari seluruh permukaan koronal sampai dengan junctional epithelium. Scaling
dilakukan untuk mencegah terjadinya karies baru pada gigi geligi karena deposit
kalkulus yang besar merupakan tempat ideal bagi retensi bakteri yang terus
memproduksi asam sehingga mempercepat demineralisasi.

b. Gigi 36 Periodontitis Apikalis Kronis e.c. Pulpitis Kronis: PSA vital (menggunakan
File) + dowel
Tahap perawatan:
1. Preparasi / akses kamar pulpa
 Akses kamar pulpa dengan bur intan bulat dari permukaan oklusal dengan arah
bur tegak lurus sumbu panjang gigi. Pertama, bentuk regangan kavitas.
Ragangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa, dengan
outline awal berbentuk bulat. Bentuk regangan kavitas awal hingga sedalam
dentin (2-3mm) .
 Lanjutkan akses hingga tembus kamar pulpa. Lakukan pengangkatan atap pulpa
sambil mengikuti bentuk regangan kavitas dengan menggunakan safe end bur.
Bentuk regangan kavitas kemudian disesuaikan menjadi bulat atau oval sesuai
dengan posisi orifis agar orifis berada di sudut regangan kavitas.
 Preparasi kamar pulpa dilanjutkan dengan bur diamendo untuk meratakan dan
menghaluskan seluruh dinding kavitas tanpa mengambil dasar kamar pulpa
untuk menghindari terjadinya step. Selanjutnya, dinding kavitas yang sekiranya
menghalangi arah masuk alat ke saluran akar dapat dibuang,
 Setelah kamar pulpa dibersihkan maka akan terlihat orifis.
 Lakukan ekstirpasi jaringan pulpa dengan memasukkan jarum ekstirpasi
sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi.
 Akses dikatakan selesai bila:
- Jaringan karies tidak ada
- Atap pulpa telah terangkat semua, diperiksa dengan sonde berkait tidak ada
hambatan, jaringan pulpa sudah terangkat sepenuhnya.
- Telah tercapai dasar kamar pulpa dan orifis terlihat jelas (berwarna lebih gelap)
- Jarum endodontik dapat masuk dan difungsikan dalam saluran akar tanpa
hambatan
- Bentuk kavitas harus memberi retensi yang baik bagi tumpatan sementaranya
(dikelilingi oleh 4 dinding)
2. Penjajakan saluran akar
 Tentukan file awal, yaitu file terbesar yang pas dengan saluran akar sampai
panjang kerja. Caranya dengan membandingkan file terhadap gambar radiograf
saluran akar di 1/3 apeks.
 Jajaki saluran akar dengan gerakan watch winding menggunakan file no. 8 atau 10
sampai sepanjang kerja, olesi dengan EDTA gel. Irigasi saluran akar dengan 1cc
NaOCl 2.5%
3. Preparasi Orifis
Preparasi orifis dapat dilakukan dengan file sampai 2/3 panjang kerja estimasi.
Saluran akar diirigasi dengan 1cc NaOCl 2.5%
4. Penentuan panjang kerja
 Jarum yang digunakan minimal no. 20 agar terlihat jelas di foto radiograf.
 Tentukan titik yang akan dijadian acuan selama preparasi atau pengisian saluran
akar yang stabil, tidak berubah dan paling mudah terlihat dan menyentuh stopper
selama perawatan.
 Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 2 mm untuk toleransi
kesalahan pemotretan
 Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah dihitung
tersebut.
 Masukkan jarum tersebut ke dalam saluran akar dengan gerakan watch winding
sampai stopper menyentuh titik acuan
 Lakukan foto radiograf
 Panjang kerja yang tepat ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung file
dan apeks radiografis, dan mejumlahkan dengan panjang kerja diagnosis dari
radiograf awal, lalu panjang kerja disesuaikan sampai 1 mm lebih pendek dari
apeks radiografis
5. Preparasi saluran akar
 Tentukan file awal yaitu file terbesar yang dapat masuk sepanjang panjang kerja.
 Preparasi apikal menggunakan gerakan reaming dari file awal sampai file apikal
utama (minimal no. 30) sepanjang panjang kerja.
 Preparasi step back dengan gerakan circumferential filing.
 Preparasi dengan file 1 nomor diatas file apikal utama, dengan panjang
kerja dikurangi 2 mm.
 Preparasi dengan file 2 nomor diatas file apikal utama, dengan panjang
kerja dikurangi 3 mm.
 Preparasi dengan file 3 nomor diatas file apikal utama, dengan panjang
kerja dikurangi 4 mm.
 Selalu lakukan rekapitulasi yaitu kembali ke file apikal utama setiap preparasi
saluran.
 Setiap pergantian alat dan rekapitulasi selalu disertai dengan irigasi 1cc NaOCl
2.5% dan rekapitulasi. Olesi setiap alat dengan EDTA sebelum digunakan.
6. Pemeriksaan hasil preparasi
 Seluruh dinding saluran akar telah halus
 Cairan irigasi bersih
 Tidak ada eksudat dari saluran akar dan tidak ada keluhan pasien
 Kon guttap dapat masuk sepanjang kerja sesuai ukuran file apikal utama yang
digunakan. Lakukan pembuatan radiograf kon guttap untuk melihat kesesuaian
panjang kerja
7. Medikasi antar kunjungan
Setelah dilakukan preparasi akses dan saluran akar, saluran akar diberikan medikasi
antar kunjungan berupa CHKM, kemudian ditumpat sementara dengan cavit.

8. Pengisian saluran akar


 Pengisian saluran akar siap dilakukan setelah preparasi saluran akar selesai,
saluran akar telah bersih dan kering, tidak ada eksudat, dan pasien tidak ada
keluhan (asimptomatik).
 Bongkar tumpatan sementara dan bersihkan medikasi saluran akar. Keringkan
saluran akar menggunakan paper point
 Campurkan semen saluran akar dengan spatula semen sampai konsistensi krim
 Olesi KGU dengan semen, masukkan ke dalam saluran akar sambil digeserkan ke
seluruh dinding.
 Olesi kembali KGU dengan semen, masukkan sampai panjang kerja, masukkan
spreader sampai 2 mm dari panjang kerja, lalu angkat spreader dan masukkan
KGU tambahan, tahap ini diulangi sampai padat.
 Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah
dipanaskan (cement stopper). Tekan kon guttap dengan plugger sampai dibawah
orifis.
 Isi kavitas dengan kapas butir sampai penuh. Buat radiograf untuk evaluasi
pengisian saluran akar. Bila hasil sudah baik, keluarkan kapas butir dari kavitas.
Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2,5%
 Letakkan basis seng fosfat setebal 1mm
 Setelah basis mengeras, letakkan kapas butir lalu tumpat sementara
9. Kontrol/Evaluasi
 Pasien diminta untuk datang kontrol minimal satu minggu setelah PSA untuk
melihat adaptasi bahan pengisian terhadap jaringan periapikal kemudian
direncanakan pembuatan restorasi tetap yang sesuai.

c. Gigi 17, 37, 38, 46, 47, dan 48 (Karies D3 Site 1 Size 1)  Restorasi GIC

Tahap perawatan
1. Pembersihan jaringan karies dan preparasi
 Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator atau bur metal bulat no. 10 hingga
tersisa affected dentin.
 Haluskan tepi-tepi kavitas.
2. Penumpatan dengan GIC
 Siapkan powder dan liquid GIC tipe 2, aduk melipat
 Aplikasikan GIC dalam kavitas dengan instrumen berujung bulat, biarkan flow
GIC mengisi fisur gigi molar
 Rapikan tumpatan dengan plastic filling
3. Pemolesan
 Pemolesan dilakukan 1x 24 jam setelah penumpatan
 Pemolesan dilakukan dengan menggunakan enhance dengan tekanan ringan,
putaran rendah, secara intermiten dan dalam keadaan basah.
 Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga mencegah
terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder
d. Gigi 28 (Karies D3 Site 3 Size 1)  Restorasi Kompomer

Tahap perawatan
1. Pembersihan jaringan karies dan preparasi
 Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator atau bur metal bulat no. 10 hingga
tersisa affected dentin.
 Haluskan tepi-tepi kavitas.
2. Penumpatan dengan kompomer
 Isolasi daerah kerja
 Bersihkan dan keringkan kavitas dengan kapas, kemudian aplikasikan kavitas
dengan dentin conditioner selama 15 detik.
 Cuci dengan air mengalir selama 30 detik. Keringkan kavitas dengan kapas
 Oleskan bonding pada seluruh kavitas, tunggu 20 detik, ratakan dengan tiupan
angin, dan sinari selama 10 detik.
 Beri olesan kedua, segera ratakan dengan tiupan angin, dan sinari selama 10 detik.
Permukaan harus terlihar mengkilat yang artinya sudah terlapisi dengan bonding
 Pilih warna kompomer yang sesuai di bawah sinar lampu putih. Tumpat kavitas
dengan kompomer menggunakan instrumen plastis, bentuk anatomi dengan
instrumen plastis, sinari 20 detik menggunakan light curing unit.
3. Pemolesan
 Pemolesan dilakukan 1x 24 jam setelah penumpatan
 Pemolesan dilakukan dengan menggunakan enhance dengan tekanan ringan,
putaran rendah, secara intermiten dan dalam keadaan basah.
 Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga mencegah
terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder
BAB IV
PROGNOSIS

1. Prognosis Umum
Baik. Alasan :

1. Keadaan umum pasien baik (tidak ada penyakit sistemik)


2. Pasien memiliki sikap yang kooperatif, serta motivasi yang tinggi untuk memperbaiki
dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan mulutnya.

2. Prognosis Lokal
1. Gigi 36  prognosis baik
 Gigi masih dapat dirawat saluran akar dan sisa jaringan masih dapat direstorasi
paska endodontic dengan baik
2. Gigi 17, 37, 38, 46, 47, 48  prognosis baik
 Alasan: Karies aktif terbatas mencapai email (D3, 1.1), sisa jaringan memiliki
retensi dan resistensi yang adekuat untuk menerima restorasi.
3. Gigi 27  prognosis baik
 Alasan: Karies aktif terbatas mencapai email, sisa jaringan memiliki retensi dan
resistensi yang adekuat untuk menerima restorasi.
DAFTAR REFERENSI

1. Hargreaves KM, Cohen S. Pathways of the Pulp, 10th ed. 2011. St. Louis: Mosby Elsevier
2. Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure, 2nd ed. 2005.
Queensland: Knowledge Books and Software
3. Nursasongko, Bambang. Penuntun Praktikum Endodontik Praklinik, edisi 1. 2006.
Jakarta: Bagian Ilmu Konservasi Gigi FKG UI
4. Nursasongko, Bambang. Panduan Praktikum Restorasi Praklinik, edisi 6. 2011. Jakarta:
Bagian Ilmu Konservasi Gigi FKG UI
5. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry, 5th ed. 2006. St. Louis: Mosby Elsevier
6. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Principles and Practice, 4th ed. 2009. St.Louis:
Saunders Elsevier

Anda mungkin juga menyukai