MANADO
2022
ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT (ART)
CASE REVIEW
PERAWATAN ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT
A. Kasus
Seorang pasien laki-laki berusia 9 tahun berdomisili di Koka datang ke
RSGM-P Universitas Sam Ratulangi atas motivasi dan saran dari operator
untuk merawat gigi belakang bawah sebelah kirinya yang terdapat noda hitam
sejak ± 7 bulan yang lalu. Pasien belum pernah merasa ngilu pada saat
mengonsumsi makanan dingin maupun panas dan tidak ada rasa sakit spontan
pada gigi tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan adanya karies
sebatas dentin pada bagian oklusal gigi 36. Pasien ingin giginya dilakukan
perawatan untuk menangani keluhan tersebut.
Tanggal : Juli 2022
Gigi yang dirawat : Gigi 36
B. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis (pemeriksaan subjektif)
a. Data pasien
Nama : H. J
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Koka
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
No. RM : DUMMY/J. 17039
b. Keluhan utama
Pasien datang atas motivasi dan saran dari operator untuk merawat gigi
belakang bawah sebelah kirinya yang terdapat noda hitam sejak ± 7 bulan
yang lalu. Pasien ingin giginya dilakukan perawatan.
Diagram Gigi
8 8
8 0 1 8
C. Kebutuhan
Foto Perawatan:
Klinis Sebelum 1 0 : Tidak Perlu Perawatan
Perawatan
1 : Perlu, Tidak Segera
2 : Perlu, Segera
- Pemeriksaan Indeks Karies Gigi (DMF-T/def-t):
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi : Tidak dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan.
E. Diagnosis
Gigi 36 hiperemia pulpa
F. Rencana Perawatan
Atraumatic restotarive dentistry treatment pada gigi 36
G. Prognosis
Prognosis baik, karena jaringan sekitar gigi normal, pasien dalam keadaan
sehat, dalam usia muda, komunikatif, dan kooperatif sehingga membantu dalam
jalannya keberhasilan perawatan.
H. Tahap Perawatan
1. Indikasi dan pengisian kartu status
Instruktur: drg. Eilen Sinaga
a. Dilakukan anamnesa, pemeriksaan subjektif, dan pemeriksaan objektif
untuk pengisian kartu status bagian IKGM-P.
2. Case Review (CR)
Instruktur: drg. Eilen Sinaga
3. Alat dan bahan
Alat:
b. Alat diagnostik (2 kaca mulut, 1 sonde, 1 pinset, 1 ekskavator)
c. Nierbeken
d. Bite block
e. Agats spatula
f. Glass lab
g. Plastis filling instrument
h. Semen stopper
Bahan:
a. Handskun
b. Masker
c. Polibib
d. Suction
e. Alcohol
f. Gelas kumur
g. Cotton roll
h. Cotton pellet
i. Microbrush
j. GIC tipe VIII
k. Articulating paper
4. Tahap persiapan pasien dan operator
a. Melakukan senyum, salam, dan sapa kepada pasien kemudian operator
memperkenalkan diri.
LANDASAN TEORI
flourida. Bila cairannya air yang telah didemineralisir, maka bubuknya sudah
mengandung polyacrilic acid dalam bentuk kering. SIK-ART merupakan SIK
yang digunakan untuk perawatan gigi berupa restorasi tanpa traumatik.
Biokompabilitas SIK mengindikasikan bahwa material ini dapat diterima oleh
tubuh, sedangkan biomaterial adalah material yang dapat diimplantasikan
kedalam tubuh dapat digunakan untuk memperbaiki jaringan yang hilang atau
rusak tanpa adanya penyimpangan biologis.
Bahan restorasi SIK diindikasikan untuk ART dikarenakan kemampuan
adhesinya dan sifat melepas fluoride sama baiknya seperti mekanisme setting
kimiawinya, sehingga perawatan ini dianjurkan untuk daerah-daerah yang
kurang memadai infrastrukturnya. Teknik ini merupakan teknik inovatif,
karena cara kerjanya dalam merestorasi suatu tumpatan dapat dilakukan
dengan tanpa anastesi dan pengeboran. ART merupakan bagian dari minimal
intervernsi meliputi komponen restoratif dan preventif yang terdiri dari
pembersihan kavitas gigi secara manual dengan instrumen tangan dan
merestorasinya dengan bahan adhesif yang mampu melepaskan fluoride
seperti semenionomer kaca. Teknik ART ini diaplikasikan dengan bahan dan
alat yang cocok dengan keadaan biologis gigi manusia. Semen yang
mengandung 28% fluoride, dan beraksi baik secara kimia dengan dentin dan
enamel pada gigi. Kandungan fluoride yang sesuai dengan kebutuhan gigi
akan menstimulasi proses remineralisasi.
3. Teknik
Untuk melakukan penumpatan ART di lapangan maka diperlukan hand
instrumen seperti:
a. Oral diagnostic standar (kaca mulut, Pinset, Sonde, dan Excavator).
b. Dental Hatchet Instrument digunakan untuk memperlebar jalan masuk
kavitas, untuk mengikis email tipis yang tidak terdukung dan email yang
terkena karies yang masih tertinggal setelah pembuangan karies pada gigi.
c. Applier (Carver). Instrumen berujung dua ini mempunyai dua fungsi.
Ujung yang tumpul digunakan untuk memasukkan adukan GIC ke dalam
kavitas serta pit dan fissure. Ujung yang tajam digunakan untuk
membuang kelebihan bahan tambal dan membentuk GIC.
d. Mixing pad dan spatula, diperlukan pada pengadukan GIC. Ada dua jenis
mixing pada: Glass lab dan paper pad yang disposable.
e. Wedge Plastik strip (T bard)
f. Alat lainnya yang digunakan disamping instrumen hand instrument ialah
sarung tangan, masker, stone pengasah.
Preparasi lubang gigi jaringan karies dibersihkan dengan excavator
sampai tak ada lagi dentin lunak. Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan
oklusi untuk melihat kontak kavitas. Pemberian dentin conditioner yaitu 1
tetes liquid +tetes air dibasahi pada kapas kecil dan diolesi pada cavitas yang
sudah disiapkan selama 10– 15 detik. Maksud pemberian ini ialah agar
keadaan lembab sesuai kondisi tambalan yang akan digunakan. Sesudah
pengolesan dengan dentin conditioner maka kavitas harus diolesi kapas
sebanyak 3 kali untuk mengurangi conditioner yang berlebihan, selanjutnya
dikeringkan dengan kapas dan cavitas siap ditambal.
Untuk Teknik pengadukannya yaitu satu sendok bubuk diletakkan pada
papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian yang sama, kemudian letakkan
satu tetes liquid disebelah bubuk tersebut. Botol cairan dipegang sebentar
dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan udara dari bagian ujungnya
dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu tetes cairan pada paper
pad. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan
sebesar 1,5 cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari
bubuk dengan cairan menggunakan spatula, dicampur dengan gerakan
menggulung sehingga partikel-partikel bubuk secara perlahan-lahan terbasahi
tanpa tersebar. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam
adukan tersebut setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap
berupa satu kesatuan massa. Pengadukan harus selesai 20–30 detik, hasil
adukan yang baik harus licin seperti permen karet. Penumpatan dapat
langsung dilakukan pada kavitas tanpa preparasi terlebih dahulu, digunakan
vaseline agar tambalan tidak mudah melengket dan untuk menghaluskan.
4. Indikasi
Indikasi ART yaitu sebagai berikut:
a. Kavitas dapat dicapai dengan menggunakan hand-instrument.
b. Kavitas sampai dengan dentin yang meliputi kavitas satu permukaan
i. Pada pit dan fissure dipermukaan oklusal premolar dan molar
ii. Pada pit di permukaan lingual insisivus atas
iii. Pada grove bukal dan lingual dari premolar dan molar
iv. Pada permukaan bukal dan lingual tepat di atas gingiva semua gigi
c. Kavitas lebih dari satu permukaan
i. Pada permukaan proksimal dan oklusal dari premolar dan molar
ii. Pada permukaan bukal, lingual, dan oklusal dari premolar dan molar
iii. Pada incisal edge dan permukaan proksimal
5. Kontraindikasi
Kontraindikasi ART yaitu sebagai berikut:
a. Jika terjadi pembengkakan (abses) atau fistula di dekat gigi yang terkait
b. Pulpa gigi terbuka/perforasi
c. Gigi mengalami nyeri dalam waktu yang lama dan kemungkinan terdapat
inflasi kronis dari pulpa
d. Kavitas tidak dapat dicapai dengan hand-instrument
e. Terdapat tanda-tanda kavitas yang jelas, misalnya pada permukaan
proksimal tetapi kavitas tersebut dapat dijangkau dari arah proksimal
maupun arah oklusal
f. Gigi dengan karies yang dalam
g. Gigi yang gangren pulpa.
6. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan dari bahan SIK-ART antara lain:
a. Mudah didapat dan relatif mudah karena menggunakan teknik manual
b. Dapat digunakan ditempat terpencil yang tidak tersedia listrik
c. Dapat meminimalisir penggunaan anastesi lokal
d. Mengurangi infeksi langsung
Teknik menyikat gigi yang dilakukan pada usia sekolah ialah teknik roll.
Teknik penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan
keseluruhan giginya bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia
diharapkan teknik Bass dapat dilakukan.
C. UNIVERSAL PRECAUTION
Kewaspadaan universal/universal precaution diperkenalkan oleh Centers for
Disease Control (CDC) pada tahun 1985, sebagian besar sebagai tanggapan
terhadap epidemi human immunodeficiency virus (HIV). Kewaspadaan universal
adalah seperangkat pedoman standar untuk mencegah penularan patogen melalui
darah dari paparan darah dan bahan berpotensi menular lainnya (OPIM). Universal
precaution merupakan tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan
oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, pada semua tempat pelayanan
dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi.
1. Mencuci Tangan
Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung lainnya.
Tindakan ini penting untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme
yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan
lingkungan kerja terjaga dari infeksi.
3. Motion Economy
Motion economy mengacu pada sikap dimana energi manusia dapat
dibatasi ketika melakukan suatu aktivitas. Tujuannya ialah menghemat
pergerakan terutama pergerakan yang membutuhkan banyak waktu dan
melelahkan serta mengurangi jumlah gerakan berlebih yang berbahaya.
Klasifikasi motion economy yaitu sebagai berikut.
a. Kelas I: Pergerakan jari hanya terjadi saat mengambil cotton roll.
b. Kelas II: Pergerakan jari dan pergelangan tangan dilakukan saat
memindahkan instrument/alat kepada operator
c. Kelas III: Pergerakan yang terjadi ialah jari, pergelangan tangan, dan siku.
Gerak ini dilakukan saat mengambil handpiece.
d. Kelas IV: Pergerakan melibatkan seluruh lengan dan bahu dan dilakukan
saat menyesuaikan posisi lampu, penempatan rubber dam, dan
mengambil alat-alat yang jauh.
e. Kelas V: Seluruh badan bagian atas bergerak dan dilakukan ketika akan
mengambil alat/bahan dari lemari atau meja yang tidak bisa bergerak.
Berikut ini merupakan cara untuk mengurangi gerakan yang berlebihan
dalam praktik kedokteran gigi, antara lain:
a. Mengurangi jumlah instrumen yang digunakan dengan memaksimalkan
penggunaan dari tiap instrumen untuk fungsi yang berbeda
b. Posisikan instrumen pada tray sesuai dengan urutan penggunaan
c. Posisi instrumen, material dan alat dengan cepat
d. Memiliki persediaan cadangan dan armamentarium yang besar yang
diletakkan dekat dengan operator/asisten agar mudah dicapai
DAFTAR PUSTAKA