Anda di halaman 1dari 23

KEPANITERAAN KLINIK IKGM-P

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

CASE REVIEW (CR)


MANADO, 26 JULI 2022

ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT

Nama :Mayangsari Putri Rahayu, SKG


NIM : 20014103012
Pembimbing : drg. Eilen Sinaga

MANADO
2022
ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT (ART)

Nama :Mayangsari Putri Rahayu, SKG


NIM : 20014103012
Pembimbing : drg. Eilen Sinaga

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
CASE REVIEW ART

CASE REVIEW
PERAWATAN ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT

A. Kasus
Seorang pasien laki-laki berusia 9 tahun berdomisili di Koka datang ke
RSGM-P Universitas Sam Ratulangi atas motivasi dan saran dari operator
untuk merawat gigi belakang bawah sebelah kirinya yang terdapat noda hitam
sejak ± 7 bulan yang lalu. Pasien belum pernah merasa ngilu pada saat
mengonsumsi makanan dingin maupun panas dan tidak ada rasa sakit spontan
pada gigi tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan adanya karies
sebatas dentin pada bagian oklusal gigi 36. Pasien ingin giginya dilakukan
perawatan untuk menangani keluhan tersebut.
Tanggal : Juli 2022
Gigi yang dirawat : Gigi 36

B. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis (pemeriksaan subjektif)
a. Data pasien
Nama : H. J
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Koka
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
No. RM : DUMMY/J. 17039
b. Keluhan utama
Pasien datang atas motivasi dan saran dari operator untuk merawat gigi
belakang bawah sebelah kirinya yang terdapat noda hitam sejak ± 7 bulan
yang lalu. Pasien ingin giginya dilakukan perawatan.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 2


CASE REVIEW ART

c. Riwayat penyakit gigi dan mulut


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit gigi dan mulut
d. Riwayat penyakit sistemik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
e. Riwayat konsumsi obat rutin
Pasien tidak memiliki riwayat konsumsi obat rutin.
f. Kebiasaan buruk
Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.
g. Pola konsumsi karbohidrat rafinasi & makanan berserat
No. Jenis Kebiasaan Frekuensi per Minggu
5-7 kali 3 - 4 kali 0 - 2 kali
Makanan Manis
1. Makan makanan manis √
2. Minuman bersoda √
3. Ice cream √
4. Coklat √
5. Dll ……………………
Makanan berserat
1. Sayur √
2. Buah-buahan √
h. Pola menyikat gigi
Frekuensi/ Hari
1 Kali 2 Kali 3 Kali

Waktu Menyikat Gigi
Pagi Siang Malam
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sebelum Tidur
Sarapan Sarapan Makan makan Makan malam
Siang Siang Malam
√ √
Cara menyikat gigi Teknik roll

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 3


CASE REVIEW ART

2. Pemeriksaan fisik dan sistem stomatognatik (pemeriksaan objektif)


a. Keadaan umum
Pasien dalam keadaan sehat jasmani, kooperatif, dan komunikatif.
b. Ekstra oral
Tidak bengkak, tidak sakit.
c. Intra oral
- Pemeriksaan status gigi geligi
Gigi Sulung Gigi Tetap Status Gigi
A 0 Sehat
B 1 Gigi berlubang/karies
C 2 Tumpatan dengan karies
D 3 Tumpatan tanpa karies
E 4 Gigi dicabut dengan karies
- 5 Gigi dicabut karena sebab lain
F 6 Gigi dengan fissure sealant
G 7 Protesa cekat/ mahkota
cekat/Implant/ Veneer
- 8 Gigi belum/tidak tumbuh
- 9 Lain-lain/tidak masuk kriteria

Diagram Gigi

8 8

8 0 1 8

C. Kebutuhan
Foto Perawatan:
Klinis Sebelum 1 0 : Tidak Perlu Perawatan
Perawatan
1 : Perlu, Tidak Segera
2 : Perlu, Segera
- Pemeriksaan Indeks Karies Gigi (DMF-T/def-t):

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 4


CASE REVIEW ART

Pemeriksaan Indeks DMF-T:


D: 1 M: 0 F: 0 Total: 1
Pemeriksaan Indeks def-t:
d: 0 m: 0 f: 0 Total: 0
- Pemeriksaan Indeks Kebersihan Mulut (OHI-S/Plaque Index):
DIS = 0,8 CIS = 0,0 OHIS = 0,8 (baik)
- Pemeriksaan Patient Hygiene Performance (PHP):
PHP = 0,8 (Baik)

Gambar 1. Foto klinis gigi sebelum perawatan

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi : Tidak dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan.

E. Diagnosis
Gigi 36 hiperemia pulpa

F. Rencana Perawatan
Atraumatic restotarive dentistry treatment pada gigi 36

G. Prognosis
Prognosis baik, karena jaringan sekitar gigi normal, pasien dalam keadaan
sehat, dalam usia muda, komunikatif, dan kooperatif sehingga membantu dalam
jalannya keberhasilan perawatan.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 5


CASE REVIEW ART

H. Tahap Perawatan
1. Indikasi dan pengisian kartu status
Instruktur: drg. Eilen Sinaga
a. Dilakukan anamnesa, pemeriksaan subjektif, dan pemeriksaan objektif
untuk pengisian kartu status bagian IKGM-P.
2. Case Review (CR)
Instruktur: drg. Eilen Sinaga
3. Alat dan bahan
Alat:
b. Alat diagnostik (2 kaca mulut, 1 sonde, 1 pinset, 1 ekskavator)
c. Nierbeken
d. Bite block
e. Agats spatula
f. Glass lab
g. Plastis filling instrument
h. Semen stopper
Bahan:
a. Handskun
b. Masker
c. Polibib
d. Suction
e. Alcohol
f. Gelas kumur
g. Cotton roll
h. Cotton pellet
i. Microbrush
j. GIC tipe VIII
k. Articulating paper
4. Tahap persiapan pasien dan operator
a. Melakukan senyum, salam, dan sapa kepada pasien kemudian operator
memperkenalkan diri.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 6


CASE REVIEW ART

b. Operator mempersilakan pasien untuk duduk di dental unit.


c. Pasangkan alas dada kepada pasien.
d. Menanyakan identitas serta apa yang menjadi keluhan utama pasien
datang ke dokter gigi.
e. Operator menjelaskan mengenai kondisi dan rencana perawatan yang
akan dilakukan pada pasien serta meminta informed consent kepada
pasien sebagai tanda persetujuan dilakukannya perawatan.
f. Operator dan asisten melakukan universal precaution dengan mencuci
tangan enam langkah sesuai dengan standar WHO, memakai masker, dan
memakai handskun.
g. Asisten operator menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam
prosedur ART.
h. Untuk tindakan pada rahang atas, posisikan pasien semi supine dengan
rahang atas membentuk sudut 45° terhadap lantai dan mulut pasien
setinggi antara bahu dan siku operator. Untuk tindakan pada rahang
bawah, pasien duduk tegak dengan bidang oklusal sejajar dengan lantai
dan mulut pasien setinggi siku operator.
i. Posisi kerja operator berada pada sebelah kanan depan pasien atau berada
di arah jarum jam 8-12.
5. Prosedur perawatan ART
a. Instruksikan pasien untuk berkumur terlebih dahulu. Pasien lalu
dipasangkan bite block pada lengkung gigi yang berlawanan.
b. Lakukan isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll, lalu keringkan
gigi geligi dengan hembusan udara.
c. Bersihkan permukaan gigi 36 dengan menggunakan cotton pellet yang
telah dibasahi alcohol lalu dikeringkan.
d. Ekskavasi atau perluas daerah lesi karies menggunakan ekskavator.
Jaringan karies dibersihkan dengan ekskavator sampai tidak ada lagi
jaringan dentin yang lunak. Setelah itu bersihkan dan keringkan kavitas.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 7


CASE REVIEW ART

e. Aplikasikan dentin conditioner pada kavitas gigi 36 dan biarkan selama


10-20 detik, kemudian bilas selama 20 detik hingga bersih.
f. Ganti cotton roll yang sudah basah dan keringkan daerah kerja dengan
hembusan udara. Gigi tidak boleh terlalu kering (dalam kondisi lembab).
g. Aduk GIC tipe VIII di atas paper pad pada glasslab dengan perbandingan
powder:liquid 1:1 (atau sesuai petunjuk pabrik) menggunakan agats
spatula hingga konsistensi pasta.
h. Aplikasikan semen GIC pada kavitas gigi 36 menggunakan plastis filling
instrument sedikit demi sedikit hingga penuh, padatkan menggunakan
semen stopper, bentuk tumpatan sesuai anatomi, kemudian dirapikan
sesuai dengan bentuk anatomis gigi dan tunggu hingga setting.
i. Lepaskan cotton roll dari mulut pasien kemudian cek oklusi dengan
menggunakan articulating paper, jika tambalan masih terlalu tinggi
maka dilakukan pengurangan dengan menggunakan applier/carver.
j. Lapisi tumpatan dengan menggunakan cocoa butter/varnish/vaseline.
k. Lakukan pemberian Dental Health Education (DHE) pada pasien setelah
perawatan dilakukan, yaitu:
i. Instruksikan pasien untuk tidak makan dan minum dahulu selama ±
60 menit setelah tindakan.
ii. Rajin menyikat gigi dua kali sehari pada pagi setelah sarapan dan
malam sebelum tidur dengan cara-cara yang diajarkan.
iii. Menyikat gigi dengan bulu sikat yang lembut.
iv. Mengurangi konsumsi makanan yang berpotensi menyebabkan gigi
berlubang.
v. Memperbanyak konsumsi serat alami seperti buah dan sayur yang
dapat membantu proses self-cleansing rongga mulut.
vi. Anjurkan pasien untuk berkumur dengan air putih setelah makan.
vii. Instruksikan pasien untuk mengunyah makanan menggunakan dua
sisi kanan dan kiri, dan
viii. Rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut pada dokter gigi
minimal enam bulan sekali.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 8


CASE REVIEW ART

ix. Intruksikan pasien kontrol 1 minggu kemudian setelah Tindakan.


l. Persilakan pasien untuk bertanya, apabila sudah tidak ada pertanyaan
pasien dan operator dapat mengulang cara menyikat gigi yang baik dan
benar yang sebelumnya sudah ditunjukkan (feedback).
m. Asisten operator melepaskan alas dada pasien lalu pasien dipersilahkan
untuk pulang.
n. Bersihkan alat dan bahan dan membuang bahan habis pakai ke tempat
sampah sesuai dengan kategorinya (medis dan non medis),
membersihkan dental unit, lalu mematikan dental unit.
o. Lepaskan APD lalu membuangnya ke tempat sampah medis kemudian
mencuci tangan enam langkah sesuai dengan standar WHO.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 9


CASE REVIEW ART

LANDASAN TEORI

A. ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT


1. Definisi
Perawatan Atraumatic Restorative Treatment (ART) berawal di negara
berkemban, Tanzania pada pertengahan tahun 1980an sebagai bagian dari
program Kesehatan Mulut Dasar di lapangan. Pada waktu itu tingkat
keberhasilannya tidak memuaskan oleh karena teknologi bahan restorasi
terbatas. Kemudian pada tahun 1990, uji coba lapangan ART untuk pertama
kalinya di ujikan pada kelompok uji klinis di Thailand. Mengingat keadaan
karies di Thailand, survei Kesehatan Mulut Nasional 1991 menunjukan skor
DMFT (Decay, Missing, Filling Teeth) rata-rata sebesar 1,5 untuk usia 12
tahun. Meskipun prevalensi karies dianggap rendah berasarkan klasifikasi
WHO, komponen yang ditumpat hanya sebesar 0,1 yang menunjukkan tingkat
perawatan restorasi yang sangat rendah.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka ART diajukan di Thailand sebagai
perawatan restorative gigi alternatif untuk mengontrol karies gigi bagi
populasi yang tidak terjangkau. Pendekatan ini merupakan terobosan untuk
mencapai tujuan dimana semua orang harus mempertahankan gigi asli selama
mungkin untuk seumur hidup.
2. Sediaan
Atraumatic Restorative Treatment (ART) adalah prosedur klinik tanpa
menggunakan bur gigi, water spray, atau anastesi. Tindakan berupa ekskavasi
jaringan jaringan karies gigi secara manual dan restorasi kavitas gigi. Bahan
restorasi yang digunakan untuk prosedur ART yaitu SIK. Komposisi SIK,
untuk bubuk Si O2 29%, Na Al F6 5%, Al O3 16,6%, Al F3 5,3%, Ca F2
34,3%, dan Al PO4 9,9%. Untuk komposisi liquid yaitu polyacrylic acid, ita
conic 47,5%, air 47,5%, dan tartonic acid 5,0%
Bahan ini terdiri dari bubuk dan cairan yang harus diaduk. Bubuknya
ialah kaca yang mengandung silicon-oxida, aluminium oxida dan calcium

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 10


CASE REVIEW ART

flourida. Bila cairannya air yang telah didemineralisir, maka bubuknya sudah
mengandung polyacrilic acid dalam bentuk kering. SIK-ART merupakan SIK
yang digunakan untuk perawatan gigi berupa restorasi tanpa traumatik.
Biokompabilitas SIK mengindikasikan bahwa material ini dapat diterima oleh
tubuh, sedangkan biomaterial adalah material yang dapat diimplantasikan
kedalam tubuh dapat digunakan untuk memperbaiki jaringan yang hilang atau
rusak tanpa adanya penyimpangan biologis.
Bahan restorasi SIK diindikasikan untuk ART dikarenakan kemampuan
adhesinya dan sifat melepas fluoride sama baiknya seperti mekanisme setting
kimiawinya, sehingga perawatan ini dianjurkan untuk daerah-daerah yang
kurang memadai infrastrukturnya. Teknik ini merupakan teknik inovatif,
karena cara kerjanya dalam merestorasi suatu tumpatan dapat dilakukan
dengan tanpa anastesi dan pengeboran. ART merupakan bagian dari minimal
intervernsi meliputi komponen restoratif dan preventif yang terdiri dari
pembersihan kavitas gigi secara manual dengan instrumen tangan dan
merestorasinya dengan bahan adhesif yang mampu melepaskan fluoride
seperti semenionomer kaca. Teknik ART ini diaplikasikan dengan bahan dan
alat yang cocok dengan keadaan biologis gigi manusia. Semen yang
mengandung 28% fluoride, dan beraksi baik secara kimia dengan dentin dan
enamel pada gigi. Kandungan fluoride yang sesuai dengan kebutuhan gigi
akan menstimulasi proses remineralisasi.
3. Teknik
Untuk melakukan penumpatan ART di lapangan maka diperlukan hand
instrumen seperti:
a. Oral diagnostic standar (kaca mulut, Pinset, Sonde, dan Excavator).
b. Dental Hatchet Instrument digunakan untuk memperlebar jalan masuk
kavitas, untuk mengikis email tipis yang tidak terdukung dan email yang
terkena karies yang masih tertinggal setelah pembuangan karies pada gigi.
c. Applier (Carver). Instrumen berujung dua ini mempunyai dua fungsi.
Ujung yang tumpul digunakan untuk memasukkan adukan GIC ke dalam

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 11


CASE REVIEW ART

kavitas serta pit dan fissure. Ujung yang tajam digunakan untuk
membuang kelebihan bahan tambal dan membentuk GIC.
d. Mixing pad dan spatula, diperlukan pada pengadukan GIC. Ada dua jenis
mixing pada: Glass lab dan paper pad yang disposable.
e. Wedge Plastik strip (T bard)
f. Alat lainnya yang digunakan disamping instrumen hand instrument ialah
sarung tangan, masker, stone pengasah.
Preparasi lubang gigi jaringan karies dibersihkan dengan excavator
sampai tak ada lagi dentin lunak. Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan
oklusi untuk melihat kontak kavitas. Pemberian dentin conditioner yaitu 1
tetes liquid +tetes air dibasahi pada kapas kecil dan diolesi pada cavitas yang
sudah disiapkan selama 10– 15 detik. Maksud pemberian ini ialah agar
keadaan lembab sesuai kondisi tambalan yang akan digunakan. Sesudah
pengolesan dengan dentin conditioner maka kavitas harus diolesi kapas
sebanyak 3 kali untuk mengurangi conditioner yang berlebihan, selanjutnya
dikeringkan dengan kapas dan cavitas siap ditambal.
Untuk Teknik pengadukannya yaitu satu sendok bubuk diletakkan pada
papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian yang sama, kemudian letakkan
satu tetes liquid disebelah bubuk tersebut. Botol cairan dipegang sebentar
dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan udara dari bagian ujungnya
dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu tetes cairan pada paper
pad. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan
sebesar 1,5 cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari
bubuk dengan cairan menggunakan spatula, dicampur dengan gerakan
menggulung sehingga partikel-partikel bubuk secara perlahan-lahan terbasahi
tanpa tersebar. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam
adukan tersebut setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap
berupa satu kesatuan massa. Pengadukan harus selesai 20–30 detik, hasil
adukan yang baik harus licin seperti permen karet. Penumpatan dapat
langsung dilakukan pada kavitas tanpa preparasi terlebih dahulu, digunakan
vaseline agar tambalan tidak mudah melengket dan untuk menghaluskan.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 12


CASE REVIEW ART

4. Indikasi
Indikasi ART yaitu sebagai berikut:
a. Kavitas dapat dicapai dengan menggunakan hand-instrument.
b. Kavitas sampai dengan dentin yang meliputi kavitas satu permukaan
i. Pada pit dan fissure dipermukaan oklusal premolar dan molar
ii. Pada pit di permukaan lingual insisivus atas
iii. Pada grove bukal dan lingual dari premolar dan molar
iv. Pada permukaan bukal dan lingual tepat di atas gingiva semua gigi
c. Kavitas lebih dari satu permukaan
i. Pada permukaan proksimal dan oklusal dari premolar dan molar
ii. Pada permukaan bukal, lingual, dan oklusal dari premolar dan molar
iii. Pada incisal edge dan permukaan proksimal
5. Kontraindikasi
Kontraindikasi ART yaitu sebagai berikut:
a. Jika terjadi pembengkakan (abses) atau fistula di dekat gigi yang terkait
b. Pulpa gigi terbuka/perforasi
c. Gigi mengalami nyeri dalam waktu yang lama dan kemungkinan terdapat
inflasi kronis dari pulpa
d. Kavitas tidak dapat dicapai dengan hand-instrument
e. Terdapat tanda-tanda kavitas yang jelas, misalnya pada permukaan
proksimal tetapi kavitas tersebut dapat dijangkau dari arah proksimal
maupun arah oklusal
f. Gigi dengan karies yang dalam
g. Gigi yang gangren pulpa.
6. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan dari bahan SIK-ART antara lain:
a. Mudah didapat dan relatif mudah karena menggunakan teknik manual
b. Dapat digunakan ditempat terpencil yang tidak tersedia listrik
c. Dapat meminimalisir penggunaan anastesi lokal
d. Mengurangi infeksi langsung

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 13


CASE REVIEW ART

e. Adhesi kimia GIC mengurangi pemotongan jaringan gigi untuk retensi


bahan restoratif
f. Leaching/pelepasan fluoride dari GIC yang mencegah karies sekunder
dan mungkin meremineralisasi dentin yang karie.
g. Mengkombinasikan perawatan dan penyembuhan dalam satu prosedur
h. Mudah direparasi jika terdapat kecacatan
i. Biayanya murah
j. Memudahkan masyarakat yang tidak terjangkau layanan kesehatan.
Karena keunggulan-keunggulan tersebut maka bahan GIC banyak
digunakan sebagai bahan tumpatan tetap oleh dokter gigi. Penggunaan GIC
dengan sinar juga mulai banyak digunakan. Hal ini akan mempersingkat
tindakan perawatan. Karena itu, bahan ini juga direkomendasikan sebagai
bahan yang dapat meningkatkan perlekatan amalgam dengan jaringan gigi.
Kekurangan SIK antara lain:
a. Belum terdapat restorasi ART yang tahan lama
b. Teknik yang ditetapkan belum diasuransikan untuk kesehatan gigi mulut
c. Penggunaan hand instrument dapat menimbulkan kelelahan
d. Pencampuran manual memungkinkannya tidak sesuai standar

B. TEKNIK MENYIKAT GIGI


1. Teknik Vertikal/Leonard
Dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi
disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi
belakang, gerakan yang dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka.
2. Teknik Horizontal/Scrub
Pada metode horizontal semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke kiri
dan ke kanan. Kedua metode tersebut tidak begitu baik untuk dipergunakan
karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.
3. Teknik Roll
Ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah
bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 14


CASE REVIEW ART

Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi


bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas
mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah
dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi
dan untuk pembersihan daerah interdental.
4. Teknik Fones
Bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi. Kedua rahang dalam
keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaran-lingkaran
besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus.
Daerah di antara 2 gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan
belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil.
5. Teknik Charter
Ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk sudut
45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan
membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak dengan
tepi gusi. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan
cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak
sukar untuk dilakukan.
6. Teknik Bass
Bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan panjang
gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara
demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi
digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama
kurang lebih 15 detik. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi
dipegang secara vertikal.
7. Teknik Stillman
Dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingiva yang parah
disertai tersingkapnya akar gigi untuk menghindari dekstruksi yang lebih
parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan
adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang
terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 15


CASE REVIEW ART

Teknik menyikat gigi yang dilakukan pada usia sekolah ialah teknik roll.
Teknik penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan
keseluruhan giginya bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia
diharapkan teknik Bass dapat dilakukan.

Gambar 2. Teknik menyikat gigi dengan teknik bass

C. UNIVERSAL PRECAUTION
Kewaspadaan universal/universal precaution diperkenalkan oleh Centers for
Disease Control (CDC) pada tahun 1985, sebagian besar sebagai tanggapan
terhadap epidemi human immunodeficiency virus (HIV). Kewaspadaan universal
adalah seperangkat pedoman standar untuk mencegah penularan patogen melalui
darah dari paparan darah dan bahan berpotensi menular lainnya (OPIM). Universal
precaution merupakan tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan
oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, pada semua tempat pelayanan
dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi.
1. Mencuci Tangan
Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung lainnya.
Tindakan ini penting untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme
yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan
lingkungan kerja terjaga dari infeksi.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 16


CASE REVIEW ART

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri


a. Pasang baju dan celana surgical scrub.
b. Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer alkohol 70%.
c. Pasangkan head cover disposible hingga menutupi seluruh rambut sisi
depan dan belakang. Bagi yang berambut panjang, ikat rambut sehingga
dapat tertutup dalam head cover.
d. Masker atau respirator
i. Masker N95/setara: gunakan cup masker terlebih dahulu dan
sangkutkan tali masker ke kepala. Posisikan masker agar menutupi
bagian atas hidung, mulut dan bawah dagu, tekan daerah tepi masker
diatas hidung, cek kembali posisi masker dan tepinya.
ii. Surgical mask: posisikan tepi tengah atas masker di notch hidung,
pasangkan tali pengikat ke kepala, tarik masker sehingga menutupi
bawah dagu, cek kembali posisi masker dan tepinya.
e. Sarung tangan pertama
Pasang sarung tangan pertama di bagian dalam. Tepi sarung tangan dalam
wajib tertutup oleh tepi lengan gaun sekali pakai atau baju hazmat.
f. Kacamata atau face shield
g. Baju gaun sekali pakai atau baju hazmat dan apron
Pasangkan baju hazmat yang menutupi dari leher ke lutut, tangan sampai
pundak dan ikat di belakang. Jika tersedia dalam set baju hazmat, maka
gunakan leg cover.
h. Sepatu tertutup atau boot
i. Sarung tangan kedua
Pasang sarung tangan kedua di bagian luar, tepi sarung tangan luar wajib
menutupi tepi luar dari lengan baju.
3. Penanganan Instrumen dan Alat
a. Peralatan kritis
Alat yang masuk ke dalam pembuluh darah atau jaringan mulut. Semua
peralatan kritis wajib dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 17


CASE REVIEW ART

b. Peralatan semi kritis


Alat yang masuk ke dalam rongga mulut tetapi tidak masuk ke dalam
jaringan mulut. Semua peralatan semi kritis wajib dilakukan minimal
desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau apabila terdapat alat yang dapat
bertoleransi terhadap panas, maka dapat dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan panas.
c. Peralatan non kritis
Alat yang tidak masuk ke dalam rongga mulut dan dapat dilakukan dengan
menggunakan disinfektan tingkat rendah.

D. FOUR HANDED DENTISTRY


Four handed dentistry merupakan sebuah konsep yang bekerjasama dalam
sebuah tim yang didesain ergonomis untuk meningkatkan produktivitas tim,
meningkatkan kualitas perawatan pasien ketika melindungi fisik dari tim kerja.
Four handed dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar dental unit
yang disebut clock concept. Zona kerja di identifikasi menggunakan kepala pasien
yang dijadikan pusat dan jam 12 tepat dibelakang kepala pasien operator dan dental
asisten diposisikan dengan jarum jam.
Four-handed dentistry merupakan desain praktik kedokteran dimana dokter
gigi dan asisten bekerja sebagai tim untuk melakukan suatu perawatan yang telah
direncanakan pada pasien dengan tujuan untuk menguntungkan pasien. Sedangkan
menurut Betty Ladley Finkbeiner, four-handed dentistry merupakan metodologi
dari kerja tim praktisi yang terdiri dari dokter gigi dan asisten, dengan lingkungan
yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas dari tim dental, dan
meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dengan melindungi physical well-
being dari tim. Koordinasi tersebut tidak hanya sekedar memindahkan instrumen
dari satu orang ke orang lainnya secara “cepat”, namun prinsipnya four-handed
dentistry ialah work smarter, not harder.
1. Prinsip Four-Handed Dentistry
Terdapat empat prinsip umum dari konsep four-handed dentistry, antara lain:

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 18


CASE REVIEW ART

a. Melakukan pengerjaan dalam posisi duduk


b. Pemanfaatan (utilization) yang tepat dari kemampuan tenaga tambahan
c. Pengorganisasian yang tepat dari bagian-bagian yang berbeda dalam
praktik.
d. Menyederhanakan pekerjaan yang direncanakan
Four-handed dentistry tidak akan berjalan jika asisten tidak menguasai
kemampuan untuk transfer instrument. Oleh karena itu terdapat beberapa
kriteria yang menggambarkan suatu kondisi dimana efisiensi dapat dicapai.
a. Seluruh peralatan harus di desain secara ergonomi untuk meminimalisasi
pergerakan yang tidak perlu.
b. Tim dokter/praktisi dan pasien duduk dengan nyaman pada kursi yang di
desain secara ergonomis.
c. Dilakukan motion economy.
d. Menggunakan penataan yang rapi pada tray. Dokter gigi memberikan
tanggung jawab tugas secara resmi kepada asisten yang qualified
berdasarkan aturan yang telah ditetapkan.
e. Perawatan pasien direncanakan dengan urutan yang logis.
2. Pembagian Zona Kerja
Four handed dentistry membagi daerah kerja menjadi empat zona, yaitu:
a. Zona statis ialah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat
gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja
instrumen bergerak.
b. Zona kerja asisten merupakan tempat bergerak perawat gigi, pada dental
unit di sisi ini dilengkapi dengan threeway syringe dan suction, serta
light cure pada dental unit.
c. Zona kerja operator ialah tempat pergerakan dokter gigi.
d. Zona transfer instrumen ialah daerah tempat alat dan bahan
dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan perawat gigi.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 19


CASE REVIEW ART

Zona Asisten : pukul 02.00 – 04.00


Zona Transfer : pukul 04.00 – 07.00
Zona Operator : pukul 07.00 – 12.00
Zona Statis : pukul 12.00 – 02.00

3. Motion Economy
Motion economy mengacu pada sikap dimana energi manusia dapat
dibatasi ketika melakukan suatu aktivitas. Tujuannya ialah menghemat
pergerakan terutama pergerakan yang membutuhkan banyak waktu dan
melelahkan serta mengurangi jumlah gerakan berlebih yang berbahaya.
Klasifikasi motion economy yaitu sebagai berikut.
a. Kelas I: Pergerakan jari hanya terjadi saat mengambil cotton roll.
b. Kelas II: Pergerakan jari dan pergelangan tangan dilakukan saat
memindahkan instrument/alat kepada operator
c. Kelas III: Pergerakan yang terjadi ialah jari, pergelangan tangan, dan siku.
Gerak ini dilakukan saat mengambil handpiece.
d. Kelas IV: Pergerakan melibatkan seluruh lengan dan bahu dan dilakukan
saat menyesuaikan posisi lampu, penempatan rubber dam, dan
mengambil alat-alat yang jauh.
e. Kelas V: Seluruh badan bagian atas bergerak dan dilakukan ketika akan
mengambil alat/bahan dari lemari atau meja yang tidak bisa bergerak.
Berikut ini merupakan cara untuk mengurangi gerakan yang berlebihan
dalam praktik kedokteran gigi, antara lain:
a. Mengurangi jumlah instrumen yang digunakan dengan memaksimalkan
penggunaan dari tiap instrumen untuk fungsi yang berbeda
b. Posisikan instrumen pada tray sesuai dengan urutan penggunaan
c. Posisi instrumen, material dan alat dengan cepat
d. Memiliki persediaan cadangan dan armamentarium yang besar yang
diletakkan dekat dengan operator/asisten agar mudah dicapai

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 20


CASE REVIEW ART

e. Tempatkan anamentarium atau cart bergerak mungkin dengan pasien


f. Posisikan pasien pada posisi supine
g. Posisi duduk operator dan asisten sebisa mungkin dekat dengan pasien
h. Gunakan kursi yang menghasilkan postur yang baik dan menyokong
punggung dan abdominal yang dapat diatur secara vertical/horizontal
i. Ketika menggunakan mikroskop pertahankan postur yang baik dan beri
asisten akses ke area transfer
j. Kurangi durasi dan jumlah gerakan yang dibuat oleh operator dan asisten
untuk melakukan aktivitas yang rutin dan berulang
k. Gunakan gerakan yang smooth dan hindari pergerakan zigzag yang
mengacaukan.

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 21


CASE REVIEW ART

DAFTAR PUSTAKA

1. Preoteasa CT, Pirvu CV, Axante A. Four-handed dentistry – tasks of team


members and general rules for instrument transfer. Romanian J of Oral Rehab.
2017;9(4):61-5.
2. Sajjanshetty S, Hugar D, Jain D, et al. Atraumatic restorative treatment – a
review. 2013. J Ev Med Dent Sc; 2(3):235-239.

3. Soeprapto A. Pedoman dan tatalaksana praktik kedokteran gigi. Yogyakarta:


Andi offset;2017. h. 26-55.
4. Goldberg M. Atraumatic restorative treatment (ART). 2020. JSM Dent 8(2):
1126.
5. Broussard IM, Kahwaji CI. Universal precautions. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29262198/

MAYANGSARI PUTRI (NIM 20014103012) 22

Anda mungkin juga menyukai