Anda di halaman 1dari 12

CASE REPORT SESSION (CRS)

LESI JARINGAN LUNAK – ULKUS TRAUMATIK

A. Laporan Kasus

Seorang pasien perempuan berusia 22 tahun berdomisili di Tuminting, datang ke

RSGM UNSRAT dengan keluhan terdapat luka pada dasar lidah terbentuk sekitar 3 hari

yang lalu. Pasien mengeluhkan rasa perih saat makan dan minum yang panas, serta makan

makanan yang pedas. Luka tersebut belum pernah diobati sebelumnya. Pasien mengaku

baru saja selesai menstruasi 1 hari yang lalu.

Tanggal perawatan : 2 September 2019

Lokasi : Dasar Lidah

IDENTITAS

No. RM : M.23496-02-2019

Nama Pasien : Evica Makasenda

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Gunung Potong, Tuminting, Manado

B. Pemeriksaan Subjektif

1. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan terdapat luka pada dasar lidah terbentuk sekitar 3 hari

yang lalu. Pasien mengeluhkan rasa perih saat makan dan minum yang panas, serta makan

1
makanan yang pedas. Luka tersebut belum pernah diobati sebelumnya. Pasien mengaku

baru saja selesai menstruasi 1 hari yang lalu.

2. Riwayat perawatan

a. Gigi

Pasien pernah melakukan pemasangan alat ortodontik cekat 3 tahun yang lalu di

dokter gigi.

b. Jaringan lunak mulut dan sekitarnya

Pasien pernah melakukan pembersihan karang gigi 2 bulan lalu di dokter gigi.

c. Obat - obatan yang telah/sedang dijalani

Pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan.

d. Kebiasaan (merokok, nginang, sirih, alkohol)

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, nginang, sirih, dan alkohol.

3. Riwayat penyakit sistemik

a. Penyakit jantung : Tidak menderita penyakit jantung

b. Hipertensi : Tidak menderita penyakit hipertensi

c. Diabetes Melitus : Tidak menderita penyakit diabetes melitus

d. Alergi : Tidak ada alergi

e. Penyakit hepar : Tidak menderita penyakit hepar

f. Penyakit lambung : Tidak menderita penyakit lambung

g. Hamil : Tidak sedang hamil

h. Pil KB : Tidak mengonsumsi pil KB

i. Lain-lain : Tidak ada

2
4. Pemeriksaan Ekstra Oral

a. Wajah : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

b. Pipi - kiri : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

- kanan : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

c. Bibir : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

d. Sudut mulut : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

e. Kelenjar submandibularis

- kiri : Normal, tidak ada pembengkakan

- kanan : Normal, tidak ada pembengkakan

f. Kelenjar submentalis : Normal, tidak ada pembengkakan

g. Kelenjar leher : Normal, tidak ada pembengkakan

h. Kelenjar sublingualis : Normal, tidak ada pembengkakan

i. Kelenjar parotis : Normal, tidak ada pembengkakan

5. Pemeriksaan Intra Oral

a. Mukosa labial

- Atas : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Bawah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

b. Mukosa pipi

- Kiri : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Kanan : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

c. Buccal fold

- Atas : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Bawah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

3
d. Labial fold

- Atas : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Bawah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

e. Gingiva

- Atas : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Bawah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

f. Lidah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

g. Dasar mulut : Terdapat ulser berbentuk oval, dangkal, berbatas jelas,

berwarna putih kekuningan dikelilingi area kemerahan,

diameter 2 mm di dasar lidah. diameter ± 1mm.

h. Palatum : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

i. Tonsil : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

j. Oral Hygiene : 1,5 (Sedang)

k. Gigi geligi : 18, 17, 16, 26, 24, 38, 35, 48, 45 Karies superfisial

oklusal

37  Karies profunda

6. Diagnosis klinik : Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

7. Diagnosis banding : Ulkus Traumatik

8. Rencana perawatan :

- Pengaplikasian kenalog

- DHE :

1. Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur dan makan minum selama 30

menit setelah aplikasi kenalog

2. Mengonsumsi air putih, buah-buahan, sayuran ataupun makanan berserat.

4
3. Menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan sikat gigi 2x sehari dan kontrol ke

dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

C. Prosedur Perawatan Lesi Jaringan Lunak

a. Penyediaan alat dan bahan

No Alat dan bahan Fungsi dan kegunaan

1 Masker, handskun Digunakan sebagai alat proteksi diri

yang dapat mencegah infeksi silang

2 Nierbeken dan diagnostic set Digunakan sebagai wadah instrument

dan almamentarium untuk pemeriksaan

objektif

3 Cotton pellet Digunakan untuk mengisolasi daerah

kerja dan mengaplikasikan bahan

kedokteran gigi

4 Povidone Iodine Sebagai antiseptik

5 Kenalog (Triamnicolon Obat salep yang diaplikasikan pada lesi

acetonide 0,1% in orabase)

b. Tahap perawatan

Senin, 02 September 2019 (instruktur: drg. Gabriela S. Rey)

1. Pada awal kedatangan pasien, operator melakukan anamnesis dan pemeriksaan

klinis. Anamnesa menunjukan pasien datang dengan keluhan terdapat terdapat

luka pada dasar lidah terbentuk sekitar 3 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan

5
rasa perih saat makan dan minum yang panas, serta makan makanan yang

pedas. Luka tersebut belum pernah diobati sebelumnya. Pasien mengaku baru

saja selesai menstruasi 1 hari yang lalu.

Gambar 1. Lesi Stomatitis Afthosa Rekuren

2. Asepsis daerah lesi dan aplikasi kenalog

Tahapan kerja :

 Pasien diintruksikan untuk berkumur dengan air biasa terlebih dahulu,

kemudian pasien diminta untuk membuka mulut.

 Operator melakukan asepsis dengan povidone iodine pada lesi yang

sebelumnya telah dikeringkan dengan cotton pellet secara perlahan-lahan.

 Kemudian aplikasikan kenalog dengan menggunakan cotton pellet pada

lesi tersebut.

3. Dental Health Education (DHE) yang dilakukan oleh operator berupa :

 Pasien diintruksikan untuk tidak berkumur dan makan minum selama 30

menit setelah diaplikasikan kenalog.

6
 Pasien dianjurkan untuk memperbanyak minum air putih, lebih sering

mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan menghindari makanan

yang berminyak.

 Pasien diinstruksikan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan

mulut dengan menyikat gigi 2x sehari dan kontrol ke dokter gigi setiap 6

bulan.

Selasa, 10 September 2019 (instruktur: drg. Gabriela S. Rey)

1. Kontrol

Pemeriksaan subjektif : Pasien sudah tidak merasa sakit ataupun perih pada

bagian dasar lidah.

Pemeriksaan objektif : Pada pemeriksaan objektif lesi pada dasar lidah sudah

mengalami penyembuhan dan tidak terdapat kelainan.

Gambar 2. Keadaan mukosa labial pasien setelah perawatan

7
D. Pembahasan

1. Definisi

Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada

mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser

tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak

berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum

lunak dan mukosa orofaring. SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut

tanpa tanda-tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut

yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan berbicara.

Penyakit ini relatif ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak

menular. Tetapi bagi orang – orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang

sangat tinggi akan merasa sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR

bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran

beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama. SAR dapat membuat

frustasi pasien dan dokter gigi dalam merawatnya karena kadang-kadang sebelum

ulser yang lama sembuh ulser baru dapat timbul dalam jumlah yang lebih banyak.

2. Faktor Predisposisi

Sampai saat ini, etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada

SAR bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya

berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari pasta gigi dan obat kumur

sodium lauryl sulphate (SLS), trauma, genetik, gangguan immunologi, alergi dan

sensitifitas, stres, defisiensi nutrisi, hormonal, merokok, infeksi bakteri, penyakit

sistemik, dan obat-obatan. Dokter gigi sebaiknya mempertimbangkan bahwa faktor-

faktor tersebut dapat memicu perkembangan ulser SAR.

8
3. Gambaran Klinis

Gambaran klinis SAR penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa

laboratoriam spesifik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa SAR. SAR

diawali gejala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan terbakar selama 24-

48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas, dangkal, bulat atau

oval, tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-abuan, dan dikelilingi pinggiran

yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari atau bulan.

Tahap perkembangan SAR dibagi kepada 4 tahap yaitu:

1. Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada

waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat

dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan

menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai berkembang.

2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada

tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus. Intensitas

rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini.

3. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap

ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan

fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang.

4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke - 4 hingga 35. Ulser tersebut akan ditutupi

oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak meninggalkan jaringan

parut dimana lesi SAR pernah muncul. Semua lesi SAR menyembuh dan lesi baru

berkembang.

9
Berdasarkan hal tersebut SAR dibagi menjadi tiga tipe yaitu stomatitis aftosa

rekuren tipe minor, stomatitis aftosa rekuren tipe mayor, dan stomatitis aftosa rekuren

tipe herpetiformis.

 SAR Tipe Minor

Tipe minor mengenai sebagian besar pasien SAR yaitu 75% sampai dengan

85% dari keseluruhan SAR, yang ditandai dengan adanya ulser berbentuk bulat dan

oval, dangkal, dengan diameter 1-10 mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang

eritematous. Ulserasi dari tipe minor cenderung mengenai daerah-daerah non-

keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi biasa

tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas 4-5 ulser dan akan sembuh

dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas jaringan parut.

 SAR Tipe Mayor

Tipe mayor diderita 10%-15% dari penderita SAR dan lebih parah dari tipe

minor. Ulser biasanya tunggal, berbentuk oval dan berdiameter sekitar 1-3 cm,

berlangsung selama 2 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja

dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin.

Ulser yang besar, dalam serta bertumbuh dengan lambat biasanya terbentuk

dengan bagian tepi yang menonjol serta eritematous dan mengkilat, yang

menunjukkan bahwa terjadi edema. Selalu meninggalkan jaringan parut setelah

sembuh dan jaringan parut tersebut terjadi karena keparahan dan lamanya ulser.

 SAR Tipe Herpetiformis

Istilah herpetiformis pada tipe ini dipakai karena bentuk klinisnya (yang dapat

terdiri dari 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis

herpetik primer, tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peran etiologi pada

10
SAR tipe herpetiformis. SAR tipe herpetiformis jarang terjadi yaitu sekitar 5%-

10% dari kasus SAR. Setiap ulser berbentuk bulat atau oval, mempunyai diameter

0,5- 3,0 mm dan bila ulser bergabung bentuknya tidak teratur. Setiap ulser

berlangsung selama satu hingga dua minggu dan tidak akan meninggalkan jaringan

parut ketika sembuh.

4. Perkembangan SAR kaena Hormonal

Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan banyak yang

mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor

hormonal. Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron.

Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara

mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah

sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya gangguan

keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi

sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan

terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan

dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.

11
Daftar Pustaka

1. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology: Clinical pathologic

correlations 5th ed. New York : Elsevier;2008.p. 2-3.

2. Greenberg, Glick, Ship. Burket’s Oral Medicine 11th ed. Hamilton: BC Decker Inc.

2008.

12

Anda mungkin juga menyukai