Anda di halaman 1dari 17

LK 2 STOMATITIS AFTOSA REKUREN MINOR MULTIPEL

LAPORAN KASUS PENGAMATAN


UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

Nama :R Tanggal Pemeriksaan :


Jenis Kelamin : Perempuan 12 Juli 2019
Usia : 53 tahun
Tanggal Lahir : 17 Juli 1966 Pemeriksa :
Status Perkawinan : Menikah Prof. drg. Rahmi Amtha, MDS,
Sp.PM, PhD
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang Nama Mahasiswa :
Pendidikan Terakhir : SMA Pricillia Jeannette A.
Suku : Jawa NIM Mahasiswa :
Berat Badan / Tinggi Badan : 55 kg / 165cm 041.216.138

KELUHAN UTAMA

Pasien datang ke RSGM Universitas Trisakti untuk memeriksakan sariawan yang


ada di dekat gusi bawah bagian dalam dan di dekat gigi bawah belakang kanan
sejak 2 minggu lalu hingga sekarang.

RIWAYAT PERJALANAN KELUHAN (SAAT INI)

Pasien ingin memeriksakan sariawan dekat gusi bawah bagian dalam dan di dekat
gigi bawah belakang kanan yang muncul 2 minggu lalu hingga sekarang dan terasa
sakit serta perih saat tersentuh. Pasien mengakui sedang banyak pikiran sehingga
kurang istirahat. Pasien mengatakan sariawan muncul saat kurang minum.

1
RIWAYAT KESEHATAN UMUM

Pasien tidak memiliki riwayat alergi, penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus.

RIWAYAT KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Pasien terakhir kali ke dokter gigi di puskesmas 2 minggu lalu untuk mencabut 4 gigi
bawahnya yang goyang.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA DAN SOSIAL

Pasien mengatakan tidak merokok dan tidak minum alkohol. Pasien biasa meminum
kopi dan teh setiap hari. Pasien mengatakan sudah pernah sariawan sejak masa
mudanya.

PEMERIKSAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis


Nadi : 70 x / menit
Suhu Badan : 37°C
Pernapasan : 22 x / menit
Tekanan Darah : 128 / 87 mmHg
Sklera : Putih
Konjungtiva : Merah
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 55 kg
Skor Rasa Nyeri (0-10) : 5

PEMERIKSAAN SEKITAR MULUT (EKSTRA ORAL)

1. Bentuk Muka : Ovoid, simetris


2. Pembengkakan : Tidak ada
3. Kelenjar Limfe
Submental : Tidak sakit dan tidak teraba
Submandibula : Tidak sakit dan tidak teraba
Servikal : Tidak sakit dan tidak teraba
4. Bibir : Tidak ada kelainan

2
5. Kulit Sekitar Mulut : Tidak ada kelainan
6. Lain-lain : Tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN RONGGA MULUT (INTRA ORAL)

1. Oral Hygiene : Buruk


a. Debris : Seluruh regio 1,2,3,4
b. Stain : Seluruh regio 1,2,3,4
c. Kalkulus : Seluruh regio 1,2,3,4
2. Mukosa Labial : Tidak ada kelainan
3. Mukosa Bukal : Tidak ada kelainan
4. Mukosa Dasar Mulut : Tidak ada kelainan
5. Mukosa Lidah
a. Dorsal : Tidak ada kelainan
b. Lateral : Tidak ada kelainan
c. Ventral : Tidak ada kelainan
6. Mukosa Gingiva : Lesi erosi multipel :
 Lesi erosi 1  berukuran 2x4 mm, tepi tidak
beraturan, dikelilingi kelim merah, dilapisi
pseudomembran putih dengan konsistensi lunak
pada daerah edentulous sisi mesial gigi 47
 Lesi erosi 2  berukuran 2x3 mm, tepi tidak
beraturan, dikelilingi kelim merah, dilapisi
pseudomembran putih dengan konsistensi lunak
pada daerah gingiva dekat frenulum lingualis
7. Mukosa Palatum
a. Durum : Tidak ada kelainan
b. Molle : Tidak ada kelainan
8. Lain-lain : Tidak ada kelainan

3
DIAGRAM

9. Gigi Geligi :

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK : Tidak dilakukan

2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a. Pemeriksaan Darah : Tidak dilakukan


b. Smear : Tidak dilakukan
c. Biopsi : Tidak dilakukan

4
ANALISA KASUS

 Ekstra Oral : Tidak ada kelainan


 Intra Oral : Terdapat lesi erosi multipel :
Lesi 1  Lesi erosi berukuran 2x4 mm, tepi
tidak beraturan, dikelilingi kelim
merah, dilapisi pseudomembran
putih dengan konsistensi lunak pada
daerah edentulous sisi mesial gigi 47
Lesi 2  Lesi erosi berukuran 2x3 mm,
tepi tidak beraturan, dikelilingi
kelim merah, dilapisi
pseudomembran putih dengan
konsistensi lunak pada daerah
gingiva dekat frenulum lingualis
 Pasien tidak memiliki riwayat alergi tidak merokok atau minum alkohol.
 Dalam 1 tahun, pasien bisa mengalami sariawan 2-3 kali.

DIAGNOSIS SEMENTARA

Mukosa Gingiva : D/ Stomatitis Aftosa Minor Multipel


Rekuren

DIAGNOSIS BANDING

D/d Stomatitis Aftosa Minor : Stomatitis Herpetiform


Multipel Rekuren

DIAGNOSIS TETAP

Mukosa Gingiva : D/ Stomatitis Aftosa Minor Multipel


Rekuren

5
RENCANA PERAWATAN
1. Identifikasi etiologi dan atau faktor predisposisi
Etiologi : Tidak Diketahui
Faktor Predisposisi : Stres, Kekurangan Nutrisi
2. Perawatan simptomatis
Pemberian obat aloclair gel (asam hyaluronat) sebagai obat oles untuk lesi
3. Perawatan kausatif
Tidak dilakukan karena etiologi bukan bakteri, virus, atau jamur
4. Perawatan suportif
Tidak dilakukan karena pasien memiliki asupan gizi yang cukup.

5. Komunikasi, instruksi, dan edukasi


a. Komunikasi : Pasien diberi penjelasan untuk tidak khawatir terhadap lesi
tersebut yaitu stomatitis aftosa minor multipel rekuren. Lesi
ini tidak berbahaya dan bukan suatu keganasan serta tidak
menular. Lesi ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam
waktu 7-14 hari

b. Instruksi : Pasien diinstruksikan untuk mengoleskan obat (aloclair gel)


pada daerah sariawan 3 kali sehari untuk melindungi lesi
dari iritan luar, serta mengurangi sakit, menjaga kebersihan
mulutnya. Pasien juga disarankan untuk istirahat yang
cukup serta mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

c. Edukasi : Pasien diinformasikan bahwa lesi ini dapat terjadi karena


kurang mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan
karena stres.

6
FOTO INDIKASI (12 Juli 2019)

Mukosa Gingiva : D/ Stomatitis Aftosa Minor Multipel Rekuren

Lesi 1 Lesi 2

FOTO KONTROL (9 Agustus 2019)

Mukosa Gingiva : D/ Stomatitis Aftosa Minor Multipel Rekuren

7
Pricillia Jeannette
041.216.138
040001300145
08561188696

Laporan Kasus
Stomatitis Aftosa Minor Multipel Rekuren
Pricillia Jeannette
*
Program Studi Profesi , Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti,
Jakarta, Indonesia
Jl. Kyai Tapa 260, Grogol, Jakarta Barat, Indonesia

ABSTRAK

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan kondisi ulseratif yang paling sering
terjadi pada mukosa mulut. Stomatitis Aftosa Rekuren diklasifikasikan berdasarkan
ukuran ulsernya menjadi 3 yaitu, mayor, minor, dan herpetiform. Etiologi dari SAR
masih belum diketahui. Belum ada penelitian yang menemukan penyebab
utamanya, namun faktor pemicunya biasa dikaitkan dengan trauma lokal, stres,
hipersensitifitas makanan, perubahan hormonal, mikroorganisme, defisiensi vitamin
dan mineral, serta kelainan sistemik. Pada laporan kasus ini ditemukan 2 lesi erosi
yang terdapat pada daerah gingiva dekat frenulum lingualis dan pada daerah
edentulous sisi mesial gigi 47 dengan masing-masing lesi berukuran lebih kecil dari
1 cm. Laporan kasus ini menggambarkan stomatitis aftosa rekuren minor yang
terjadi secara multiple, dan diduga terjadi akibat faktor predisposisi SAR yaitu stres.

Kata Kunci : Stomatitis Aftosa Rekuren Minor Multiple, Lesi, Stres

PENDAHULUAN

Stomatitis Aftosa Rekuren Rekuren diklasifikasikan


(SAR), atau dikenal juga dengan berdasarkan ukuran ulsernya
nama aphthae / canker sores / menjadi 3 yaitu, mayor, minor, dan
reccurent aphthous ulcerations herpetiform.1 Aftosa minor
(RAU), merupakan kondisi ulseratif berukuran kecil (berdiameter
yang paling sering terjadi pada kurang dari 1 cm) berbatas jelas,
mukosa mulut. Stomatitis Aftosa dangkal, dan dapat sembuh dalam

8
waktu 2 minggu tanpa gejala-gejala pendahulu atau
pembentukan jaringan parut. prodromal seperti parestesia dan
Sedangkan aftosa mayor hiperestesia. Rasa sakit dan
berukuran (berdiameter lebih dari ketidaknyamanan yang
1 cm), lebih dalam, dan dapat eksaserbasi dengan adanya
sembuh dalam waktu 6 minggu pergerakan di sekitar ulser, seperti
dengan pembentukan jaringan kegiatan makan, berbicara dan
parut. Ulserasi herpetiform menelan. Karakteristik SAR
berukuran lebih kecil (diameter 1-2 biasanya berupa ulser rekuren
mm) dan timbul dalam kelompok dengan bentuk bulat atau oval dan
2
10-100 buah. pinggir yang dikelilingi eritematous
Etiologi dari SAR masih dengan dasar lesi berwarna
belum diketahui. Belum ada kuning-kelabu. Lesi terjadi dimulai
penelitian yang menemukan pada usia muda, yaitu anak-anak
penyebab utamanya, namun faktor dan masa pubertas, dan dapat
pemicunya biasa dikaitkan dengan terjadi pada orang dewasa.4
trauma lokal, stres, Stomatitis aftosa rekuren
hipersensitifitas makanan, (SAR) paling sedikit terjadi 10%
perubahan hormonal, dari jumlah populasi, dan
mikroorganisme, serta defisiensi prevalensi tertinggi mencapai 25%
vitamin dan mineral. Kelainan yang banyak terjadi pada individu
sistemik karena genetik, kelainan yang bukan perokok. SAR banyak
imun, dan riwayat kesehatan terjadi pada negara berkembang.
keluarga juga memiliki peran Sebagian besar pasien menderita
penting dalam stomatitis aftosa stomatitis aftosa rekuren minor
rekuren pada beberapa pasien.3 sebanyak 80%. Laporan kasus ini
Lesi dini pada SAR oleh menggambarkan stomatitis aftosa
penderita sebagai rasa terbakar. rekuren minor yang terjadi secara
Kemudian bila telah terbentuk multiple, dan diduga terjadi akibat
luka, rasa sakit semakin hebat. faktor predisposisi SAR yaitu stres.
Kadang-kadang dilaporkan adanya
9
LAPORAN KASUS pasien tidak menunjukkan kelainan
apapun. Pada pemeriksaan
Pasien wanita 53 tahun datang
intraoral terdapat debri dan kalkulus
ke RSGM Universitas Trisakti untuk
di seluruh regio. Pada mukosa
memeriksakan sariawan yang ada
gingiva terdapat 2 lesi. Lesi
di dekat gusi bagian dalam dan di
pertama merupakan lesi erosi yang
dekat gigi belakang bawah kanan
berukuran 2x4 mm dengan tepi
sejak 2 minggu lalu dan terasa sakit
tidak beraturan , dikelilingi kelim
serta perih saat tersentuh. Pasien
merah dan dilapisi pseudomembran
mengatakan sedang banyak pikiran
putih dengan konsistensi lunak
sehingga kurang istirahat. Pasien
pada daerah edentulous sisi mesial
juga menyatakan sariawan sering
gigi 47 (Gambar 1). Lesi kedua
muncul saat kurang minum.
merupakan lesi erosi yang
Berdasarkan anamnesa, pasien
berukuran 2x3 mm dengan tepi
tidak memiliki riwayat alergi,
tidak beraturan , dikelilingi kelim
penyakit jantung, hipertensi,
merah dan dilapisi pseudomembran
ataupun diabetes melitus. Pasien
putih dengan konsistensi lunak
terakhir kali pergi ke dokter gigi di
pada daerah gingiva dekat
puskesmas 2 minggu lalu untuk
frenulum lingualis (Gambar 2).
mencabut 4 gigi bawahnya yang
goyang. Pasien mengatakan tidak
merokok dan tidak minum alkohol.
Pasien biasa meminum kopi dan
teh setiap hari. Pasien mengatakan
sudah pernah sariawan sejak masa
mudanya.
Pemeriksaan ekstra oral pada

10
Etiologi pada kasus SAR minor
multiple tidak diketahui sedangkan

Lesi 1 faktor predisposisinya adalah stres


dan kekurangan nutrisi. Diagnosa
banding dari SAR minor multiple
adalah Stomatitis Herpetiform yang
memiliki karakteristik mirip seperti
SAR minor multiple, namun dapat
dibedakan dari jumlah lesi yang
lebih banyak dan ukuran lesi yang
lebih kecil.
Gambar 1. Lesi pada daerah edentulous sisi
mesial gigi 47
PENATALAKSANAAN KASUS
Kunjungan Pertama (12 Juli 2019)
Lesi 2 Pasien dianamnesa dan
dilakukan pemeriksaan ekstra oral
dan intra oral. Kemudian pasien
diberikan terapi simptomatis berupa
obat aloclair gel (asam hyaluronat)
untuk dioleskan pada lesi.
Perawatan kausatif tidak dilakukan
karena etiologinya bukan dari virus,
bakteri, atau jamur. Perawatan
Gambar 2. Lesi pada daerah gingiva dekat suportif juga tidak dilakukan karena
frenulum lingualis
pasien tidak mengalami defisiensi
nutrisi. Komunikasi, Instuksi, dan
Berdasarkan pemeriksaan
Edukasi diberikan pada pasien.
subjektif dan objektif pada kasus ini,
Pada tahap komunikasi, pasien
diagnosa yang dapat ditegakkan
diberi penjelasan untuk tidak
adalah Stomatitis Aftosa Rekuren
khawatir terhadap lesi Stomatitis
Minor Multiple (SAR minor multiple).
Aftosa Rekuren Minor Multiple
11
karena lesi ini tidak berbahaya dan (Gambar 3). Lesi erosi kedua yang
bukan suatu keganasan serta tidak sebelumnya terdapat pada daerah
menular. Lesi ini dapat sembuh gingiva dekat frenulum lingualis juga
dengan sendirinya dalam waktu 7-14 sudah tidak ada perbedaan warna
hari. Pasien diinstruksikan untuk dan tidak ada perbedaan konsistensi
mengoleskan obat (aloclair gel) pada dengan mukosa jaringan sekitarnya
daerah sariawan 3 kali sehari untuk
melindungi lesi dari iritan luar, serta
mengurangi sakit dan menjaga
kebersihan mulutnya. Pasien juga
diberikan instruksi untuk istirahat yang
cukup serta mengonsumsi makanan
dengan gizi seimbang. Pasien diberi
edukasi bahwa lesi ini dapat terjadi
karena kurang mengonsumsi
serta tidak ada keluhan rasa sakit.
makanan dengan gizi seimbang dan
(Gambar.4)
stres.

Gambar 3. Lesi pertama yang


Kunjungan Kedua (9 Agustus 2019) sudah menghilang
Pasien datang 3 minggu
kemudian tanpa ada keluhan rasa
sakit dan sebagainya. Obat yang
diberikan digunakan secara teratur
dan sudah habis. Lesi erosi pertama
yang sebelumnya terdapat pada
daerah edentulous sisi mesial gigi 47
sudah tidak ada perbedaan warna
Gambar 4. Lesi kedua yang sudah
dan tidak ada perbedaan konsistensi menghilang
dengan mukosa jaringan sekitarnya
serta tidak ada keluhan rasa sakit

12
PEMBAHASAN Kelainan sistemik karena genetik,
kelainan imun, dan riwayat kesehatan
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR),
keluarga juga memiliki peran penting
atau dikenal juga dengan nama
dalam stomatitis aftosa rekuren pada
aphthae / canker sores / reccurent
beberapa pasien.1
aphthous ulcerations (RAU),
Prevalensi SAR bervariasi antara
merupakan kondisi ulseratif yang
5% sampai 66%. Hasil penelitian yang
paling sering terjadi pada mukosa
dilakukan di RSGM FKG Universitas
mulut. Stomatitis Aftosa Rekuren
Jember pada tahun 2014 mendukung
diklasifikasikan berdasarkan ukuran
teori tersebut, yaitu ditemukan
ulsernya menjadi 3 yaitu, mayor,
sebanyak 146 penderita SAR (14%)
minor, dan herpetiform.1
dari 1037 pasien yang datang ke
Lesi dini pada SAR biasanya
Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG
dirasakan oleh penderita sebagai rasa
Universitas Jember tahun 2014.
terbakar. Kemudian bila telah
Penelitian yang dilakukan Soenoe
terbentuk luka, rasa sakit semakin
pada tahun 2013 di Kelurahan Puger
hebat. Kadang-kadang dilaporkan
Wetan, Jember didapatkan prevalensi
adanya gejala-gejala prodromal
SAR sebesar 41,9% dan di Kelurahan
seperti parestesia dan hiperestesia.
Kemuning Lor, jember sebesar 35,9%.
Rasa sakit dan ketidaknyamanan
Penelitian oleh Banuarea pada tahun
yang eksaserbasi dengan adanya
2009 di Universitas Sumatera Utara
pergerakan di sekitar ulser, seperti
didapatkan prevalensi SAR sebesar
kegiatan makan, berbicara dan
64,4%.5
menelan.4
SAR terbagi menjadi tiga, yaitu
Etiologi dari SAR masih belum
SAR minor, SAR mayor, dan SAR
diketahui. Belum ada penelitian yang
herpetiform. Hasil penelitian yang
menemukan penyebab utamanya,
dilakukan Sulistiani di RSGM FKG
namun faktor pemicunya biasa
Jember pada tahun 2014
dikaitkan dengan trauma lokal, stres,
mendapatkan hasil angka prevalensi
hipersensitifitas makanan, perubahan
SAR minor sebesar 97%, SAR mayor
hormonal, mikroorganisme, serta
sebesar 3%, dan SAR herpetiform
defisiensi vitamin dan mineral.
13
sebesar 0%. Data tersebut neutrofil akan menyebabkan fungsi
menunjukkan bahwa SAR minor fagositosis menurun sehingga terjadi
merupakan kasus yang paling banyak penurunan dalam membunuh
terjadi dibandingkan dengan kasus mikroorganisme. Berdasarkan hal
SAR mayor dan SAR herpetiform. tersebut, adanya stres diduga
Namun, terdapat perbedaan angka menyebabkan homeostatis terganggu
presentase banyaknya kasus masing- sehingga jaringan rentan terhadap
masing SAR yang didapatkan dari suatu ulser berupa SAR melalui
penelitian Rogers, dalam Scully pada berbagai mekanisme. Pernyataan ini
tahun 2003, yang menyatakan bahwa didukung oleh penelitian Abdullah
prevalensi SAR minor sebesar 75- yang didapatkan bahwa stres
85%, SAR mayor sebesar 10-15%, merupakan faktor predisposisi paling
dan SAR herpetiform sebesar 5-10%. tinggi dibandingkan faktor lainnya,
Perbedaan ini bisa disebabkan karena yaitu sebesar 43,3%.5
terdapat perbedaan populasi, daerah, SAR lebih sering terjadi pada
waktu, dan metodelogi penelitian yang perempuan dibandingkan laki-laki.
6
digunakan. Penelitian oleh Abdullah pada tahun
Stres merupakan salah satu 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
faktor predisposisi terjadinya SAR. SAR tertinggi adalah pada
Respon dari stres menyebabkan perempuan, yaitu sebesar 55,4% dan
penekanan fungsi IgA, IgG, dan laki-laki hanya sebesar 44,6%.7
neutrofil. Penurunan dari fungsi IgA Tingginya angka kejadian SAR pada
pada stres akan mempermudah perempuan sering dihubungkan
perlekatan mikroorganisme ke dengan faktor predisposisi
mukosa sehingga mikroorganisme ketidakseimbangan hormonal pada
mudah invasi ke jaringan dan saat terjadinya siklus menstruasi.8
menyebabkan infeksi. Penurunan
fungsi IgG memudahkan terjadinya
kondisi patologis karena penurunan
fungsi fagositosis, toksin dan virus
\
tidak dapat dinetralisir. Penurunan
14
ini.
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan anamnesis dan 1. Safadi RA. Prevalence of recurrent
pemeriksaan klinis, pasien memiliki aphthous ulceration in Jordanian
lesi Stomatitis Aftosa Rekuren Minor dental patients. BMC Oral Health.
Multiple. Pasien diberikan penjelasan 2009; 9:31.
bahwa kondisi ini bukan merupakan 2. Langlais RP, Miller CS, Nield-
suatu keganasan serta tidak Gehrig JS. Color Atlas of Common
berbahaya dan tidak menular. Lesi ini Oral Diseases 4th Edition. USA:
dapat sembuh dengan sendirinya Lippincott Williams & Wilkins /
dalam waktu 7-14 hari. Pasien Wolters Kluwer Health Inc. ; 2009 ;
diinstruksikan untuk mengoleskan 172.
obat yang sudah diresepkan pada 3. Natah SS, Konttinen YT, Enattah
daerah sariawan 3 kali sehari untuk NS, Ashammakhi N, Sharkey KA,
melindungi lesi dari iritan luar, serta Häyrinen-Immonen R: Recurrent
mengurangi sakit dan menjaga aphthous ulcers today: a review of
kebersihan mulutnya serta istirahat the growing knowledge. Int J Oral
yang cukup dan mengonsumsi Maxillofac Surg. 2004; 33:221-234.
makanan dengan gizi seimbang. 4. Thantawi A, Khairiati, Nova MM, et
Pasien juga diberi edukasi bahwa lesi al. Stomatitis Apthosa Rekuren
ini dapat terjadi karena kurang (SAR) Minor Multiple Pre
mengonsumsi makanan dengan gizi Menstruasi. ODONTO Dent J. 2014;
seimbang. 1(2) : 57.
5. Sulistiani A, Hernawati S, Mashartini
UCAPAN TERIMA KASIH A. Prevalensi dan Distribusi
Ucapan terima kasih kepada Prof.drg. Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren
Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, PhD (SAR) di Klinik Penyakit Mulut
yang telah membantu penulis dalam RSGM FKG Universitas Jember
pembuatan makalah ini juga untuk pada Tahun 2014. E-Jurnal Pustaka
bimbingan dan petunjuknya sehingga Kesehatan. 2017; 5(1) : 173-174.
penulis dapat menyelesaikan makalah
15
6. Scully, C., Gorsky, M., and Lozada-
Nur, F. The Diagnosis and
Management of Recurrent Apthous
Stomatitis. America: JADA. 2003;
134.
7. Abdullah, M. J. Prevalence of
Reccurent Aphthous Ulceration
Experience in Patients Attending
Piramird Dental Speciality in
Sulaimani City. J Clin Exp Dent,
2013; 5 (2): 90.
8. Cawson, R.A & Odell, E.W.
Cawson's Essentials of Oral
Pathology and Oral Medicine,
Eighth Edition. China: Elsevier
Health Sciences. 2008.

16
17

Anda mungkin juga menyukai