Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

LINEA ALBA

Disusun Oleh :
Amalia Rieska Mauliddya, S.Kg

NIM : J3A019003

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

PAPER ORAL MEDICINE

LINEA ALBA

Disusun Oleh :
Amalia Rieska Mauliddya, S.Kg
NIM : J3A019003

Semarang, 7 Oktober 2020

Disetujui Oleh

Preceptor

drg. Ratna Sulistyorini Msi.Med


NIK : 28.6.1026.185
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Variasi normal rongga mulut bukan merupakan gambaran klinis yang

tidak biasa, tetapi berikut ada beberapa gambaran klinis yang merupakan

suatu bukti adanya gambaran klinis dari variasi normal rongga mulut.

Gambaran klinis pertama adalah menunjukkan penampakan simetris

bilateral baik lokasi nya atau perluasannya. Gambaran klinis kedua berada

pada lokasi yang dapat diprediksi. Gambaran klinis ketiga adalah biasanya

asimptomatik. Gambaran klinis ke empat adalah merupakan independent

finding. Gambaran lesi kelima adalah biasanya statis atau tidak berubah .

gambaran klinis ke enam bahwa variasi dari suatu jaringan yang normal

biasanya akan lebih terlihat jelas seiring dengan bertambahnya usia.

Gambaran yang ketujuh adalah bahwa jaringan normal yang terlihat tidak

lazim biasanya tidak akan mengalami perubahan bila diberi warna empiris,

contoh dari variasi normal rongga mulut adalah Linea Alba, Morscatio

Buccarum, Crenated Tongue.

A. IDENTITAS PASIEN
1. N a m a : Tn. PS
2. U m u r : 61 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Pensiunan PNS
6. Alamat : Rembang
7. Diagnosa Medis : Linea Alba
8. No. RM : 003492
B. DESKRIPSI KASUS
1. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan terdapat garis putih pada pipi bagian
dalam saat bercermin

b. Riwayat Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan terdapat garis putih pada pipi bagian
dalam saat bercermin, garis putih tersebut terdapat di kedua sisi bagian
dalam pipi, pasien menyadari adanya garis putih tersebut sejak sekitar 6
bulan yang lalu saat bercermin. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa
sakit, gatal atau rasa terbakar pada garis tersebut. Garis putih tersebut
diperparah karena tidak sadar kadang-kadang pasien menggigit-gigit
pipi dalamnya. Pasien belum pernah minum obat-obatan atau ke dokter
untuk menghilangkan garis putih tersebut.
c. Riwayat medis
Pasien memiliki riwayat rawat inap di rumah sakit selama 3 hari
karena mempunyai penyakit jantung sejak 2015 untuk pasang ring
jantung. Saat ini pasien melakukan rawat jalan untuk kontrol
jantungnya dan menggonsumsi obat jantung serta obat gula sejak
2015. Pasien mengaku tidak memiliki alergi obat maupun makanan
dan cuaca.
d. Riwayat gigi geligi terdahulu
Pasien mengaku sudah pernah ke dokter gigi untuk melakukan
perawatan tambal gigi di gigi belakangnya. Pasie mempunyai
kebiasaan buruk mengunyah satu sisi karena sisi kanan berlubang.
Pasien sikat gigi 2x sehari setelah mandi pagi dan sore, dengan sikat
gigi yang digunakan bulu halus dengan teknik horizontal.
e. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak pertama, ayah pasien sudah meninggal karena
penyakit struk. Keadaan gigi geligi ayah, ibu, dan anak-anak pasien
rapi, keluarga tidak pernah mengeluhkan hal yang sama seperti pasien.
f. Riwayat sosial
Pasien merupakan seorang pensiunan PNS, saat ini tinggal bersama
keluarganya dengan aktivitas sehari-hari mengurus kebun. Pasien
tinggal dikawasan perumahan, sehari-hari menggunakan air PAM
untuk kebutuhan sehari-hari dan air mineral untuk minum. Pasien
sering nongkrong bersama temannya, dan mengonsumsi kopi. Pasien
tidak berani beraktivitas berat seperti olahraga lari dan lainnya karena
ada penyakit jantung. Perilaku terhadap perawatan kesehatan apabila
pasien sakit langsung kedokter. Pasien terkadang pergi keluar kota.
2. Pemeriksaan Objektif
Terdapat garis putih memanjang berupa plak pada mukosa bukal kiri
dan kanan, ukuran 1-2mm yang meluas dari gigi premolar 1 sampai molar
3 kanan dan kiri (bilateral), irregular, berbatas jelas, single, tidak terasa
sakit dan konsistensi lunak.

Gambar 1. Linea Alba


3. Assessment
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif, didapatkan
bahwa:
Suspect diagnosis : Line Alba Buccalis
Differential diagnosis : Cheek Bitting, Retikular oral lichen planus
Prognosis : Ad Bonam
4. Treatment Planning
a. Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa terdapat garis putih pada
kedua pipi bagian dalam, segaris dengan permukaan gigi geliginya yang
dinamakan linea alba. Linea alba merupakan suatu variasi norma dari
rongga mulut.
b. Menginformasikan kepada pasien bahwa linea alba disebabkan karena
gesekan, tekanan, iritasi karena kebiasaan menggigit-gigit pada mukosa
bukal dan bukan merupakan suatu keganasan sehingga pasien tidak
perlu merasa khawatir.
c. Edukasi :
1) Mengedukasi kepada pasien untuk selalu menjaga kesehatan dan
kebersihan rongga mulut dan mengedukasi untuk menghentikan
kebiasaan menggigit-gigit pipi dalam.
2) Menjelaskan kepada pasien apabila apabila merasa ada rasa sakit
atau gatal pada pipi bagian dalamnya, sebaiknya langsung
menghubungi dokter gigi.
3) Kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI LINEA ALBA

Linea alba buccalis merupakan alur horizontal pada mukosa setinggi


bidang oklusal, meluas dari lipcommissure sampai gigi posterior, biasanya
berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional, atau sucking trauma. Linea
alba bucallis biasaya terjadi secara bilateral (Faride, 2014).

B. ETIOLOGI LINEA ALBA


Linea alba biasanya berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional,
atau sucking trauma. Berupa garis putih yang lateral akibat dari
hyperkeratosis trauma jaringan dari hasil gesekan gigi yang berdekatan dan
sesuai dengan konfigurasi gigi di daerah ini. Gesekan gigi-gigi dapat
menyebabkan perubahan-perubahan epitel yang menebal dan terdiri dari
jaringan hiperkeratotik (Faride, 2014).

Linea Alba juga dapat diakibatkan karena variasi dalam diet (pola
makan), kebersihan mulut, frekuensi kontak gesekan antara makanan dan
gigi, efek dari merokok, tekstur makanan, tekanan dari musculus buccinators
yang menekan mukosa melalui cusp gigi posterior rahang atas ke dalam garis
oklusi dan trauma friksional dan penyebab iritasi lainnya (bruxism)
(Chynthia, 2008).

C. GAMBARAN KLINIS LINEA ALBA


Secara umum kelainan tanpa gejala ini umumnya asimtomatik dengan
lebar 1-2 mm dan meluas dari molar 2 sampai regio kaninus pada mukosa
bukal. Perubahan-perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan
hiperkeratotik yang merupakan suatu respon terhadap gesekan pada gigi-gigi.
Penonjolan garis bervariasi dan akan berkurang pada area edontolus, dan
lebih menonjol pada daerah gigi posterior. Konsistensinya normal pada saat
palpasi. Lesi umum di temukan secara bilateral dan tidak bisa diseka. Garis
putih tersebut membentuk scallope dan berada pada mukosa bukal pada
bidang oklusan gigi sekitarnya (Cawson, 2001).
D. PENATALAKSANAAN LINEA ALBA

Linea Alba merupakan variasi anatomi yang normal dan tidak


menunjukkan gejala. Tidak ada perawatan yang dilakukan, dokter harus
menjelaskan pada pasien bahwa keadaannya bukan merupakan suatu
keganasan dan dilakukan eliminasi faktor penyebab. Linea alba tidak
memiliki tanda-tanda patologis. Lesi ini benar-benar jinak. Oleh karena itu,
tidak diperlukan perawatan untuk lesi ini. Garis putih tersebut dapat
menghilang secara spontan pada sebagian orang.

E. DIAGNOSIS BANDING LINEA ALBA


Diagnosis banding dari torus palatinus adalah Cheek Biting.
Umumnya terjadi pada mukosa bukal, namun dapat juga terjadi pada mukosa
labial, dan lateral lidah. Prevalensinya tinggi pada pasien dengan kondisi
stress, atau yang menunjukkan kondisi psikologis, kebanyakan pasien
mengetahui kebiasaan menggigit tersebut. Terjadi akibat gesekan atau friksi
kronik pada permukaan mukosa oral. Lesi tersebut analog dengan callus pada
kulit (Neville, 2002).

Gambaran klinis umumnya pada mukosa bukal bilateral, namun dapat


juga unilateral dengan keterlibatan mukosa labial, dan lateral lidah. Area
cheek biting tersebut jarang dijumpai zona eritem, erosi, dan fokal traumatik
ulser. Posisi cheek biting umumnya terdapat pada bagian tengah mukosa
bukal anterior (Langlais, 2009).

Gambar. 2. Cheek biting

Gambaran Histologis terjadi hiperplasia sedang pada epitel dengan


banyaknya lapisan sel granular dan hiperkeratotis yang tebal namun tidak
terjadi hiperplasia. Sering terdapat infiltrasi sel inflamasi. Secara mikroskopis
menunjukkan permukaan epitel matur normal dengan permukaan
parakeratotik yang berombak dan inflamasi subepithelial minor (Langlais,
2009).

Tidak diperlukan perawatan. Beberapa penulis menyarankan


psikoterapi sebagai pilihan perawatan, namun belum ada penelitian yang luas
dan indikasi kelebihan yang didapat melalui pendekatan tersebut (Bruch,
2010).
BAB III

PEMBAHASA

Pasien datang dengan keluhan terdapat garis putih di pipi bagian dalam
kanan dan kiri sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Pasien menyadari adanya
garis putih tersebut ketika bercermin. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa
sakit, gatal atau rasa terbakar pada garis tersebut. Garis putih tersebut diperparah
karena tidak sadar kadang-kadang pasien menggigit-gigit pipi dalamnya. Pasien
belum pernah minum obat-obatan atau ke dokter gigi untuk menghilangkan garis
putih tersebut.
Pemeriksaan objektif didapatkan adanya garis putih memanjang
sepanjang oklusal gigi premolar 1 sampai m3 kanan dan kiri (bilateral) dengan
ukuran 1-2mm, irregular, berbatas jelas, single, tidak terasa sakit dan konsistensi
lunak. Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif diagnosis pasien adalah
Linea Alba Buccalis. Lesi ini merupakan bentuk umum dari hyperkeratosis
fisiologis yang merupakan kondisi yang terdiri dari penebalan pada epitel
mukosa sebagai respon terhadap friksi atau gesekan secara berulang.
Penatalaksanaan terhadap pasien ini hanya dilakukan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) karena pasien tidak mengalami rasa sakit, tidak
mengalami gangguan fungsi bicara, pengunyahan maupun fungsi rongga mulut
lainnya. Komunikasi yang dilakukan adalah menjelaskan kepada pasien bahwa
garis putih yang terdapat pada pipi bagian dalam tersebut merupakan suatu
variasi normal dari rongga mulut sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Kemudian
menjelaskan kepada pasien bahwa garis putih tersebut disebut linea alba dan
kemungkinan disebabkan karena gesekan, tekanan, iritasi karena kebiasaan
menggigit-gigit pada mukosa bukal dan untuk perawatannya tidak perlu
dilakukan tindakan khusus apabila keadaan tersebut tidak mengganggu fungsi
makan, bicara, pengunyahan serta tidak menimbulkan keluhan apapun. Edukasi
yang diberikan kepada pasien untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan
rongga mulut dengan sikat gigi 2x sehari pada pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur, dan mengedukasi untuk menghentikan kebiasaan menggigit-gigit
pipi dalam. Menjelaskan kepada pasien apabila apabila merasa ada rasa sakit
atau gatal pada pipi bagian dalamnya, sebaiknya langsung menghubungi dokter
gigi. Kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Linea alba merupakan alur horizontal pada mukosa bukal setinggi


bidang oklusal, meluas dari lip commissure sampai gigi posterior, biasanya
berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional gigi, atau sucking trauma.
Gambaran klinis berupa garis putih akibat dari hyperkeratosis trauma jaringan
dari hasil gesekan gigi yang berdekatan dan sesuai dengan konfigurasi gigi.
Kesimpulan kasus ini pasien mengalami linea alba ditandai dengan adanya
garis putih atau plak putih bilateral pada mukosa bukal kiri dan kanan gigi
premolar1 sampai m3 setinggi area oklusal. Temuan tersebut sesuai dengan
gambaran klinis dari linea alba. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang
normal yang merupakan variasi normal dari mukosa oral. Pasien hanya
diedukasikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dan menghentikan
kebiasaan menggigit-gigit pipi.
DAFTAR PUSTAKA

Bruch JM, Treister NS. Clinical oral Medicine and Pathology. London. Springer.
2010. 43
Cawson RA, Binnie WH, Barret AW, Wright JM. Oral Disease. Edinburgh-
London. Mosbly. 2001. P.1.7.1.12
Chynthia Michelle Anggraini. 2008. Prevalensi dan Distribusi Variasi
Anatomis Normal pada Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Berdasarkan lokasi, Usia
dan Jenis Kelamin. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Jakarta.
Faride M. Madani, Arthur S, Kupersten. 2014. Normal Variations of Oral
Anatomy and Comon Oral Soft Tissue Lesions. Departement of oral
medicine, University of Pennsylvania school of Dental Medicine.
Philadephia USA.

Langlais, Robert P. et al. 2009. Color Atlas of Common Oral Diseases 4th Ed.
Lippincott Williams and Wilkins.
Neville, Brad W. Doughlas Damm. Carl Allen. Jerry Bouquot. 2002. Oral and
Maxillofacial Pathology. 2rd Edition. Elsevier Saunders : Missouri.

Anda mungkin juga menyukai