Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONTROL VARIASI NORMAL

CRENATED TONGUE

Oleh :

Nama : Naufal Ardi Rachmanda, S.KG

NIM : J3A019037

Preceptor : drg. Ratna Sulistyorini, M.Si, Med

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN
ORAL MEDICINE CRENATED TONGUE

Disusun oleh :

Nama : Naufal Ardi Rachmanda, S.KG

NIM : J3A019037

Semarang, 20 November 2020

Disetujui Oleh
Preceptor

drg. Ratna Sulistyorini, M.Si, Med


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Otot-otot lidah merupakan otot bercorak seperti otot skelet, dan terdiri dari
otot ekstrinsik (mempunyai origo di luar lidah) dan intrinsik (mempunyai origo
di dalam lidah). Otot bercorak lidah tersusun dalam berkas-berkas yang
berjalan dalam tiga bidang; masing-masing bidang membentuk sudut tegak
lurus satu dengan yang lain. Hal ini memungkinkan pergerakan lidah dengan
fleksibilitas dan ketepatan tinggi, yang berperan baik dalam proses bicara
maupun digesti dan menelan (Wangko, Sunny). Lidah merupakan cerminan
kesehatan umum seseorang. Lidah memiliki berbagai fungsi penting seperti
membantu proses mastikasi, penelanan, pengecapan, dan fungsi bicara
(Watson, 2002). Trauma, kelainan pertumbuhan dan perkembangan, inflamasi,
infeksi, serta neoplasma dapat mengakibatkan abnormalitas pada lidah berupa
lesi (Neville dkk., 2002).
Penelitian Mojarrad dan Vaziri (2008) menemukan prevalensi lesi lidah
sebesar 39,7% pada subyek 1.600 anak-anak berusia 6-12 tahun di Hamadan,
Iran. Lesi lidah yang ditemukan diantaranya geographic tongue 27,0%,
fissured tongue 12,9%, microglossia dan median rhomboid glossitis 0,2%.
Penelitian lain oleh Jainkittivong (2007) menemukan 3 lesi lidah yang umum
ditemukan pada pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP)
Universitas Chulalongkorn di Thailand yaitu coated tongue 68,4%, fissured
tongue 22, 8%, dan crenated tongue 10,4%. Penelitian Siang Ma (2012)
menemukan lesi lidah di Malaysia diantaranya coated tongue 45%, crenated
tongue 30%, ankyloglossia 21%, fissured tongue 18%, geographic tongue 7%,
dan hairy tongue 2% dalam total subyek 200 orang pasien rawat jalan di klinik
gigi Kementah, Kuala Lumpur.
B. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Farkhi Muhammad
2. Umur : 25 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat: : Semarang
7. Diagnosa Medis : Crenated Tongue
8. No. RM :-

C. DESKRIPSI KASUS
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien mengeluhkan tepi lidahnya bergelombang membentuk
permukaan gigi, pada bagian kanan, kiri lidahnya. Bentuk dirasakan
pasien sejak ± 3 tahun yang lalu. Tidak pernah merasakan sakit. Tidak
bertambah dalam maupun lebar. Pasien tidak pernah mengkonsumsi
obat apapun untuk mengurangi keluhannya.
a) Riwayat medis
Pasien suspect dalam keadaan sehat tidak memiliki penyakit
sistemik maupun herediter, tidak mengkonsumsi obat-obatan
rutin, tidak dalam perawatan dokter. Pasien tidak memiliki alergi
makanan, minuman serta obat-obatan.
b) Riwayat gigi geligi terdahulu
Pasien menyikat gigi 2x sehari pada pagi dan malam hari sebelum
tidur. Pasien melakukan scalling 2 tahun yang lalu dan tidak ada
keluhan setelah perawatan tersebut. Pasien memiliki kebiasaan
buruk menggigit pipi bagian dalam, menghisap lidah, mendorong
lidah kearah depan, dan mengerot saat tidur.
c) Riwayat keluarga
Ayah pasien memiliki Riwayat penyakit Diabetes Militus
terkontrol, ibu dan adiknya suspect dalam keadaan sehat tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik maupun herediter.
d) Pasien merupakan seorang mahasiswa profesi kedokteran gigi,
memiliki kebiasaan berolahraga 1x dalam seminggu, tidak
mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, tinggal di pemukiman
yang bersih dengan air yang mengalir dengan bersih, rajin
mengkonsumsi buah buahan dan sayuran, tidak pernah keluar kota
maupun keluar negeri dan tidak sedang dalam tekanan.
2. Pemeriksaan Objektif
Terdapat lesi sewarna mukosa lidah membentuk tepi gigi dibagian
lateral lidah. Sebelah dextra, sinistra dan anterior, tidak sakit,
teksturnya lunak, bentuk tepi irreguler, multiple dan ukurannya 1-2
cm.
3. Assesment
Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif dan objektif, didapatkan
bahwa:
- Suspect diagnosis : Crenated Tongue
- Differential diagnosis : Macroglossia
- Prognosis : Ad Bonam
4. Planning
a. Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa berdasarkan
pemeriksaan subjektif dan objektif yang telah dilakukan, kondisi
tepi lidah yang bergelombang membentuk tepi permukaan gigi
adalah crenated tongue / scalloped tongue.
b. Menginformasukan kepada pasien bahwa keadaan tersebut
merupakaan keadaan normal pada lidah, bukan merupakan suatu
keganasan sehingga tidak perlu di khawatirkan. Dapat terjadi
karena tekanan abnormal pada lidah seperti pergerakan lidah
menekan gigi-gigi, menjulurkan lidah, menghisap lidah,
ketegangan, bruksisme dan pembesaran lidah.
c. Edukasi
1. Mengedukasi pasien untuk menyikat lidah dengan cara yang
baik dan benar, serta untuk selalu menyikat gigi 2x sehari
setelah sarapan dan sebelum tidur malam dengan cara yang
baik dan benar.
2. Mengedukasi pasien apabila bentuk dari tepi lidah dirasa
semakin besar dari kondisi awal, sebaiknya langsung
menghubungi dokter gigi.
3. Mengedukasi pasien apabila merasa tergangggu dengan
kondisi tersebut dan apabila pasien akan melakukan
pemasangan gigitiruan dan menggangggu perlekatan gigi
tiruan segera menghubungi ke dokter gigi.
4. Mengedukasi pasien untuk kontrol rutin kedokter gigi setiap 6
bulan sekali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI CRENATED TONGUE


Suatu keadaan umum / variasi normal, ditandai dengan lekukan-
lekukan pada tepi lidah (Langlais et al. 2013).

Gambar 2.1 Crenated Tongue (Langlais et al. 2013).

B. ETIOLOGI CRENATED TONGUE


Penyebab dari crenated tongue ini tergantung pada kondisi yang
menyebabkan adanya tekanan abnormal pada lidah seperti pergerakan
lidah menekan gigi-gigi, menjulurkan lidah, menghisap lidah, ketegangan,
bruksisme dan pembesaran lidah (Langlais et al. 2013). Pada gigi insisivus
rahang bawah, sering mengalami atrisi dan mempunyai tepi yang sangat
tajam akan mengakibatkan terjadinya trauma pada lidah. Trauma pada
lidah ini menyebabkan terjadinya makroglosia ringan dan mengakibatkan
lekukan menjadi lebih jelas.
Tekanan abnormal dari gigi-gigi pada lidah mencetak pola
tertentu, yang tampak sebagai oval-oval cekung yang dibatasi tepi seperti
kerang yang putih dan menimbul. Penyebabnya meliputi keadaan-
keadaan yang menyebabkan tekanan abnormal pada lidah seperti
gerakan gesek dari lidah terhadap gigi dan diastema, kebiasaan
menjulurkan lidah, menghisap lidah dan lidah yang membesar. Crenated
tongue dapat dijumpai dalam kaitan dengan kelainan sendi
temporo mandibular, keadaan-keadaan sistemik seperti akromegali dan
amiloidosis serta kelainan-kelainan genetik seperti sindrom down dan juga
pada pasien yang normal (Langlais, et al. 2013).

C. DIAGNOSIS BANDING CRENATED TONGUE


Diagnosis banding dari crenated tongue antara lain yaitu
makroglosia. Makroglosia adalah lidah yang membesar secara abnormal.
Makroglosia dapat bersifat kongenital atau didapat. Makroglosia
kongenital dapat disebabkan oleh hipertrofi otot, tumor jinak, malformasi
vaskular, hematoma, reaksi alergi atau kista. Makroglosia yang
berkembang secara dini adalah komponen dari sindrom beckwith-
wiedemann dan sindrom down. Sedangkan, makroglosia yang didapat bisa
berasal dari pembesaran pasif lidah ketika gigi geligi bawah tanggal. Pada
keadaan ini, pembesaran dapat bersifat lokal atau difus, bergantung pada
daerah ukuran tak bergigi. Biasanya makroglosia disebabkan oleh kondisi
sistemik seperti peradangan mulut dapat menyebabkan pembesaran lidah
(Pindborg 2009). Kondisi sistemik yang dapat menyebabkan makroglosia
seperti akromegali, amiloidosis, hipotiroidisme atau neoplasma karena
dapat menyumbat drainaselimfatik sehingga menyebabkan pembengkakan
pada lidah (Langlais et al. 2013;Cawson 2002).

Gambar 2.1 Makroglosia (Pindborg 2009).


D. PENATALAKSANAAN CRENATED TONGUE
Tidak ada treatment spesifik yang diindikasikan. Keadaan tersebut
sama sekali tidak berbahaya dan tanpa gejala. Perawatan seringkali
diarahkan untuk menghilangkan kebiasaan buruk, tidak diberikan
perawatan khusus, pasien hanya diberikan kontrol plak (Edukasi,
Motivasi, Instruksi) dan menghilangkan kebiasaan buruk yaitu menghisap
lidah (tekanan intraoral negatif) dan mendorong lidah kearah tempat yang
sudah tidak ada giginya. (Langlais et al. 2013).
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas


Muhammadiyah Semarang pada hari Kamis, 5 November 2020 dengan keluhan
pasien merasakan tepi lidahnya bergelombang seperti bentuk permukaan gigi,
pada bagian kanan dan kiri lidahnya. Tidak pernah terasa sakit. Bentuk
dirasakan pasien sejak ± 3 tahun yang lalu. Tidak bertambah dalam maupun
lebar. Pasien tidak pernah menggunakan obat apapun untuk mengurangi
keluhanya.
Pemeriksaan objektif didapatkan adanya lesi sewarna mukosa lidah
membentuk tepi gigi dibagian lateral lidah sebelah dextra dan sinistra. Tidak
sakit, teksturnya lunak, bentuk tepi irreguler, multiple dan ukurannya 1-2 cm.
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif yang dilakukan pasien
didiagnosa Crenated Tongue.
Penatalaksanaan terhadap pasien ini hanya dilakukan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) karena pasien tidak mengalami rasa sakit, tidak
memiliki gangguan pada fungsi bicara, pengunyahan, maupun fungsi rongga
mulut lainnya. Komunikasi yang dilakukan adalah menjelaskan kepada pasien
bahwa kondisi tepi lidah yang bergelombang membentuk tepi permukaan gigi
adalah crenated tongue / scalloped tongue. Kondisi tersebut adalah keadaan
normal pada lidah, bukan merupakan suatu keganasan sehingga tidak perlu di
khawatirkan. Penyebab munculnya crenated tongue pada pasien yaitu karena
kebiasaan pasien menjulurkan lidahnya kedepan. Informasi yang diberikan
kepada pasien adalah tidak ada tindakan khusus apabila keadaan tersebut tidak
mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, ataupun menimbukan keluhan
apapun. Jika memang suatu saat nanti pasien mengalami kesulitan fungsi atau
sering terjadi luka akibat traumatik pengunyahan, dapat dilakukan
pembedahan. Edukasi yang diberikan kepada pasien adalah untuk menjaga
kesehatan dan kebersihan rongga mulut dengan menyikat gigi 2x sehari setelah
sarapan dan malam sebelum tidur serta menyikat lidah, Mengedukasikan
kepada pasien apabila bentuk dari tepi lidah dirasa semakin besar dari kondisi
awal, sebaiknya langsung menghubungi dokter gigi, serta kontrol kedokter gigi
apabila merasa tergangggu dengan kondisi tersebut dan apabila pasien akan
melakukan pemasangan gigi tiruan dan menggangggu perlekatan gigi tiruan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Crenated tongue merupakan suatu keadaan umum/variasi normal,
ditandai dengan lekukan-lekukan pada tepi lidah. Penyebab dari crenated
tongue ini tergantung pada kondisi yang menyebabkan adanya tekanan
abnormal pada lidah seperti pergerakan lidah menekan gigi-gigi,
menjulurkan lidah, menghisap lidah, ketegangan, bruksisme dan
pembesaran lidah. Biasanya lesi bersifat bilateral, tetapi dapat juga
unilateral atau terisolasi pada regio, yaitu lidah berkontak erat dengan gigi-
geligi. Tekanan abnormal pada lidah dapat menimbulkan cetakan dengan
pola yang khas yang tampak berupa bentuk oval yang terdepresi, yang
kadang-kadang dikelilingi oleh tepi menonjol, berkelok-kelok dan
berwarna putih.
Crenated tongue tidak perlu dilakukan suatu tindakan khusus, kecuali
pasien mengalami hambatan untuk melakukan fungsi mulut, sering terjadi
traumatik atau menghalangi perlekatan basis gigi tiruan. Tindakan yang
dapat dilakukan jika pasien mengalami hal tersebut adalah pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

Cawson, R.A. dan Odell, E.W. 2002. Disease Of the Oral Mucosa: Non-infective
stomatitis, Oral Patologi and Oral Medicine, Churchill Livingstone 192.

Jainkittingvong, A. 2007. Tongue Lesions: Prevalence and Association with


Gender, Age and Health-Affected behaviors. CU Dent J 30:264.

Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. 2013. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang
Sering Ditemukan.4rd ed. Indonesia:EGC; p.18.

Mojarrad, F., dan Vaziri, PB., 2008, Prevalence of Tongue Anomalies in Hamdan
Iran, Irian J Publ Health, 37(2): 101-105 Jainkittivong dkk.
Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., dan Bouquot, J.E. 2002. Oral and
Maxillofacial Pathology. 2ndEd. Philadelphia: W.B. Saunders Company;
589-610.
Pindborg, JJ. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal.
224.

Spiegel, J. H. and Deschler, D. G., 2006, Anatomy of the Oral Cavity and Related
Structure, in Day and Girod (eds): Oral Cavity Reconstruction, Taylor &
Francis group, London, pp. 11-22.
Sudiono J. 2008. Kelainan Perkembangan Lidah dalam Gangguan Tumbuh
KembangDentokraniofasial. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai