ORAL MEDICINE
ANGULAR CHEILITIS
Disusun Oleh :
Naufal Ardi R, S.KG
NIM : J3A019037
Disusun Oleh :
Naufal Ardi R, S.KG
NIM : J3A019037
Disetujui Oleh
Preseptor :
NIK. 28.6.1026.310
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angular Cheilitis termasuk lesi rongga mulut yang kompleks, berbagai
macam faktor dapat menyebabkan penyakit ini Beberapa faktor (infeksi,
mekanik, atau nutrisi) dapat menjadi satu-satunya faktor penyebab namun dapat
juga kombinasi (Kleinman dkk., 2012). Angular Cheilitis yang memiliki nama
lain Angular cheilosis, commissural cheilitis, angular stomatitis, atau perleche,
merupakan suatu lesi mulut yang ditandai dengan adanya fisura, kemerahan atau
deskuamasi pada sudut mulut disertai rasa sakit, kering, rasa terbakar dan
terkadang disertai rasa gatal (Laskaris, 2011). Angular Cheilitis bisa mengenai
semua usia, tidak terbatas pada kelompok usia tertentu, anak-anak maupun
remaja dapat terkena Angular Cheilitis tanpa melihat jenis kelamin (Murray dkk.,
2008).
Angular Cheilitis disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti defisiensi
nutrisi, trauma mekanik, infeksi, dan alergi (Lebwohl dkk., 2008). Insidensi
angular cheilitis meningkat pada anak-anak, terutama pada anak yang
mengalami defisiensi nutrisi, yaitu defisiensi riboflavin, defisiensi zat besi, asam
folat, zinc, pyridoxine, biotin dan defisiensi protein (Griffiths dkk., 2016).
Defisiensi nutrisi pada anak-anak merupakan salah satu permasalahan yang
dialami oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Data dari WHO sendiri
memperkirakan 181,9 juta (32%) anak kekurangan gizi di negara berkembang,
sehingga menyebabkan tingginya persentase Angular Cheilitis (Atmarita, 2006).
Angular Cheilitis mempunyai gejala berupa rasa sakit, gatal, kering,
sensasi terbakar, dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut
seperti tertawa ataupun berbicara (Ghom dkk., 2014). Rasa tidak nyaman dan
rasa sakit akan lebih parah misalnya selama menguap, dan saat makan makanan
yang asin dan asam (John P, 2014). Pada kasus yang lebih parah, terutama pada
pemakai gigi tiruan, lesi bisa meluas melewati garis bibir ke kulit disekitar
bagian yang berfisur dengan bentuk linear (Scully dkk., 2010). Kondisi ini bisa
bertahan selama berbulan-bulan jika tidak diobati, dan meskipun perawatan
Angular Cheilitis sederhana, apabila penyebab utamanya tidak dikoreksi maka
tidak akan menghasilkan kesembuhan yang permanen (Kleinman dkk., 2012).
Identitas Pasien
C. Deskripsi Kasus
1. Pemeriksaan Subyektif
a. Keluhan
Pasein datang ke RSGM UNIMUS dengan keluhan sakit pada sudut
bibir kirinya sejak 5 hari yang lalu, sampai saat ini rasa sakit cenderung
bertambah terutama saat digunakan untuk membuka mulut terlalu lebar
dan terasa tidak nyaman saat digunakan untuk makan. Pasien belum
pernah membeli obat atau memberikan terapi untuk mengurangi rasa
sakitnya.
Pasien mempunyai kebiasaan menjilat bibirnya dengan lidah. Hal ini
dilakukan karena pasien sering merasa bibirnya kering. Kebiasaan ini
sudah dilakukan selama +/- 4 minggu ini.
b. Riwayat Medis
Pasien sudah melakukan imunisasi lengkap saat kecil. Sebelumnya,
+/- 2 tahun lalu pasien sempat dirawat inap selama 5 hari di rumah sakit
karena menderita gastritis, namun saat ini pasien sudah sehat. Saat ini,
pasien tidak sedang dalam perawatan dokter atau mengkonsumsi obat
secara rutin. Selain itu, pasien tidak memiliki riwayat alergi cuaca, obat
atau makanan.
c. Riwayat Gigi Terdahulu
Pasien sudah pernah sekali berkunjung ke dokter gigi saat SMA
untuk mencabutkan giginya dan 4 tahun lalu untuk menambalkan gigi
depannya. Selama kunjungan itu, pasien tidak mengeluhkan komplikasi
atau gejala sakit yang perlu diperhatikan. Pasien menyikat gigi 2 kali
sehari saat mandi.
d. Riwayat Keluarga
Ayah dan ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Saudrara-saudara pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Keluarga pasien juga tidak pernah merasakan gejala seperti yang dialami
pasien saat ini.
e. Riwayat Sosial
Pasien merupakan mahasiswa akhir. Saat mengerjakan tugas akhir,
pasien sering begadang dengan minum kopi dan sesekali merokok. Hal
ini dilakukan agar pasien tidak merasa stress. Saat masa pandemi ini,
pasien taat untuk melakukan protokol kesehatan dengan memakai
masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan tidak bepergian jauh. Namun
hal ini tidak diimbangi dengan pola makan yang baik. Pasien sejak kecil
jarang makan buah dan sayur dan jarang berolahraga. Selain itu, pasien
kurang minum air putih dengan hanya mengkonsumsi +/- 4 gelas sehari.
2. Pemeriksaan Obyektif
Terdapat lesi sekunder berupa ulser pada sudut bibir kiri, dengan bentuk
fissure horizontal, warnanya kemerahan, multiple, dengan panjang +/- 2 mm,
kedalaman 0,5 mm, tepinya tidak teratur/irreguler, dan terasa sakit.
Herpes Labialis
Herpes labialis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus
herpes simplex. Virus dapat menjadi aktif dalam keadaan panas, dingin dan juga
stress. Pasien sering mengeluh telah ada lesi yang sama seperti pada waktu
sebelumnya. Terlihat vesikel atau lesi yang ulseratif yang kecil pada bibir
dimucocutaneus junction sudut mulut atau dibawah hidung. Pada saat
perkembanganannya lesi sering terasa gatal, bias juga dijumpai flu ringan. Secara
objektif ditemukan vesikel sebesar 2-4 mm pada daerah mucocutaneus junction
di bibir, sudut mulut dan bawah hidung. Vesikel akan pecah setelah 36-48 jam,
kemudian bergabung membentuk krusta kekuning–kuningan. Proses
penyembuhan terjadi selama 7-10 hari. Empat puluh delapan jam pertama adalah
waktu infeksi mencapai puncaknya dan menurun. Ulser dapat hilang tanpa
terbentuknya parut. Biasanya lesi akan rekuren dan tampak pada tempat yang
sama. Pengobatan yang diberikan adalah dengan memberikan tablet acyclovir
400 mg 4 kali sehari untuk infeksi primer dan 4 kali 200 mg untuk infeksi
sekunder selama 5 hari.
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang ke RSGM UNIMUS pada hari Rabu, 20 Januari 2021 dengan keluhan
sakit pada sudut bibir kirinya sejak 5 hari yang lalu, sampai saat ini rasa sakit cenderung
bertambah terutama saat digunakan untuk membuka mulut terlalu lebar dan terasa tidak
nyaman saat digunakan untuk makan. Pasien belum pernah membeli obat atau
memberikan terapi untuk mengurangi rasa sakitnya.
Pasien mempunyai kebiasaan menjilat bibirnya dengan lidah. Hal ini dilakukan
karena pasien sering merasa bibirnya kering. Kebiasaan ini sudah dilakukan selama +/- 4
minggu ini. Pasien sejak kecil jarang makan buah dan sayur dan jarang berolahraga.
Selain itu, pasien kurang minum air putih dengan hanya mengkonsumsi +/- 4 gelas
sehari.
Terdapat lesi sekunder berupa ulser pada sudut bibir kiri, dengan bentuk fissure
horizontal, warnanya kemerahan, multiple, dengan panjang +/- 2 mm, kedalaman 0,5
mm, tepinya tidak teratur/irreguler, dan terasa sakit.
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif, diagosa pasien adalah Angular
Cheilitis. Penatalaksanaan terhadap pasien menghilangkan faktor penyebabnya. Dengan
menghilangkan kebiasaan buruk menjilat bibir dan diresepkan obat.
Komunikasi yang dilakukan adalah menjelaskan kepada pasien bahwa terdapat
Angular Cheilitis. Informasi yang dilakukan adalah menjelaskan kepada pasien bahwa
rasa sakit dapat diatasi dengan cara menghilangkan faktor penyebabnya. Edukasi pasien
bahwa rasa sakit pada sudut bibir kiri pasien dapat dihilangkan dengan konsumsi
nutrisi, air yang cukup, menghentikan kebiasaan menjilat bibir dan pemberian obat.
BAB IV
PENUTUP
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa
tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan rasa
terbakar pada sudut mulut. Angular cheilitis disebabkan oleh berbagai macam faktor
seperti defisiensi nutrisi, trauma mekanik, infeksi, dan alergi. Keadaan ini dapat menjadi
lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah dikeringkan oleh angin dan sinar
matahari. Pada kebanyakan kasus Angular Cheilitis tidak memerlukan pengobatan dan
dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, untuk mempercepat penyembuhan dapat
dilakukan dengan memberikan obat anti bakteri/anti jamur dan menghilangkan faktor
penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
Atmarita S. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Gramedia; 2006.
Ghom AG, Anil S. Textbook of Oral Medicine. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher; 2014.
John P. Textbook of Oral Medicine 3rd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers; 2014
Kleinman P. Head, Shoulders, Pee, and Moles: An Eyes and Ears and Mouth and Nose Guide to
Self Diagnosis. USA: Adams Media; 2012.
Lebwohl MG, Heyman WR, & Coulson I. Treatment of Skin Disease. 4th ed. China: Elsevier
Saunders; 2014
Lyons, F. Dermatology for the advance practice nurse. US: Springer Publishing Company;
2014.
Murray JJ, Nunn JH, Steele J. The Prevention of Oral Disease. 4th ed. Newyork: Oxford
University Press; 2008.
Scully C, Flint SR, Bagan JV, Porter SR, & Moos, KF. Oral and Maxillofacial Disease. 4th ed.
United States: CRC Press; 2010