MAKALAH
CLINICAL SKILL LAB (CSL)
MODUL RADIOLOGI
KELOMPOK 2
BLOK OROMAKSILOFASIAL 2
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga kami masih diberi kesempatan
untuk menyelesaikan penyusunan makalah kelompok dengan mata kuliah Blok
Oromaksilofasial 2 modul pertama yang berjudul “Nyeri dan membesar”.
Kami berharap agar makalah ini dapat menjadi penuntun atau pedoman
dan dapat berguna bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna sehingga kami sangat mengharapkan saran, tanggapan dan kritik
membangun dari para pembaca agar pada pembuatan makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun
rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik
pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian
dari film tersebut.
Teknik Rontgen Ekstra Oral
Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan
tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang
paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan
contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto
postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi
Submentovertex
a. Teknik Rontgen Panoramik
Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang
memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur
pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola
erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan
mengevaluasi trauma.
b. Teknik Lateral
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa
fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.
C. Teknik Postero Anterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat
memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis,
fossanasalis, dan orbita.
Radiografi panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang paling sering
digunakan di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan
maksilofasial. Radiografi panoramik menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur
kedua rahang atas dan bawah serta struktur anatomisnya yang berdekatan, ke atas sampai
dengan seluruh tulang muka, ke bawah sampai dengan sebagian tulang vertebra servikal,
dalam satu lembar radiograf. Kehilangan tulang yang disebabkan oleh penyakit periodontal
hanya dapat dinilai dari gambaran radiografi. Jenis radiografi yang paling sering digunakan
untuk menilai kehilangan tulang adalah periapikal, bitewing dan panoramik.
5
Jika dipertimbangkan dari segi dosis radiasi yang diterima individu, kenyamanan
individu dan biaya yang dikeluarkan, maka teknik radiografi panoramik merupakan teknik
yang paling banyak digunakan untuk melihat kehilangan tulang.
1.2 Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Radiografi adalah alat yang digunakan dalam penegakkan sebuah diagnosis, rencana
perawatan dan pengobatan penyakit, serta evaluasi terhadap peyakit umum maupun penyakit
dalam rongga mulut. Meskipun begitu, radiografi hanya merupakan pemeriksaan penunjang
dan bukan sebagai pemeriksaan pengganti. Pemeriksaan radiografi menunjukkan apabila
terjadi perubahan pada kalsifikasi jaringan. Radiografi tidak menampakan aktifitas seluler,
tapi hanya menampakan efek seluler pada tulang dan akar.
Radiografi kedokteran gigi adalah alat yang membantu dalam penegakkan diagnosis
dan rencana perawatan penyakit mulut dimulai dari karies, penyakit periodontal dan patologi
oral. Radiologi ini merupakan langkah awal untuk mengetahui tingkat keparahan suatu
penyakit. Di bidang kedokteran gigi pemeriksaan radiografi merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan. Hampir semua perawatan gigi dan mulut memerlukan dan
membutuhkan data dukumgan dari pemeriksaan radiografis ini agar perawatan yang
dilakukan dapat maksimal. Terdapat beberapa tujuan dari dental radiografi, diantaranya :
Pada radiografi intra oral, film diposisikan dalam rongga mulut pasien, seperti tehnik
radiorafi periapikal, bitewing, dan oklusal. Sedangkan radiografi ekstra oral , film diposisikan
diluar mulut pasien seperti tehnik radiografi panoramik, cepahalometri dan lateral.
7
rencana perawatan. Bitewing radiografi digunakan untuk melihat garis dari CEJ pada satu
gigi ke CEJ gigi tetangganya, sama halnya dengan jarak dari puncak ke tulang interproksimal
yang ada. Selain digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal, bitewing radiografi juga
memberikan informasi status jaringan periodontal pasien. Deposit kalkulus subgingival juga
dapat dideteksi. Walaupun demikian, hasil dari bitewing radiografi pada diagnosis penyakit
periodontal hanya terbatas pada bagian mahkota akar gigi yang diamati, dan terbatas pada
regio molar-premolar. Pada radiografi bitewing ini lebih akurat menunjukkan seberapa parah
tingkat kerusakan tulang dibandig dengan radiografi periapikal.
8
memberikan sejumlah informasi yang dapat diterima untuk tujuan diagnostik tetapi harus
ditambah dengan gambaran intraoral bila diperlukan untuk kemajuan penyakit yang termasuk
tujuan utama radiografi pada pencatatan bagian periodontal.
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2005 (gambar 2.3), Kista odontogen
disubklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu inflammatory cyst dan developmental cyst. Yang
termasuk Inflammatory cyst adalah: radicular cyst, residual cyst dan paradental cyst,
sedangkan Yang termasuk developmental cyst adalah: gingival cyst of newborn, gingival
9
cyst of adult, odontogenic glandular cyst, dentigerous cyst, orthokeratinized odontogenic
cyst, eruption cyst, lateral periodontal cyst, calcifying odontogenic cyst dan odontogenic
keratocyst.
Proses patogenesis kista radikular dibagi menjadi 3 fase yaitu: fase inisiasi,
fase formasi kista, dan fase pembesaran kista. Pada fase inisiasi, produk iritan
berupa endotoksin dari bakteri yang disekresi secara konstan akan menginfeksi
pulpa, menyebar ke jaringan periapikal dan merangsang terjadinya proses
inflamasi. Pada saat proses inflamasi berlangsung, host cell (Fibroblast,
granulosit, makrofag, dan limfosit) akan mensekresi proinflammatory
cytokines (IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF-α), mediator inflamasi (Prostaglandin),
dan growth factor (EGF, KGF, TGF-α, FGF, dan HGF) untuk mengeliminasi
bakteri. Kolaborasi dari mediator inflamasi, proinflammatory cytokine, dan
growth factor akan memicu proliferasi sel epitel malassez.
10
Gambaran radiografis dari kista radikular. Lesi radiolusen berbatas
radiopak yang berhubungan dengan apeks gigi non vital (Shear, 2007, p.123)
Gambaran histopatologis kista radikular yang dilapisi dinding epitel (Shear, 2007, p.
142)
Merupakan kista yang ditemukan pada regio yang tidak bergigi dengan riwayat ekstraksi
akibat tidak terambilnya granuloma atau kista radikular secara sempurna pada saat
dilakukan enukleasi. Kista residual bersifat asimptomatis dengan proses pembesaran
secara perlahan-lahan yang tidak disadari oleh penderita sehingga kista residual sering
ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan radiologis rutin. Kista
residual bisa menggangu ketepatan pemasangan dari gigi tiruan, karena adanya penebalan
yang progresif pada epithelial lining dari kista.
11
Gambaran histopatologis kista residual hampir sama dengan kista radikular yang dilapisi
stratified squamous epithelium dan menunjukkan adanya proses inflamasi pada dinding
epitel. Gambaran radiografis kista residual menunjukkan adanya gambaran radiolusen
berbatas radiopak di regio tidak bergigi.
13
2.2.3 Ameloblastoma, Solid/Multicystic Type
Gambaran radiografi :
1. Radiolusen
2. Berbentuk bulat unilokular, oval, scallop atau multilokular.
3. Pinggirannya biasa sklerotik biasa juga tidak, tipis, dan meluas
4. Defect border, soft tissue extension
5. Biasa terjadi resorbsi pada akar gigi.
6. Mandibula paling sering terjadi daripada maksila, sekitar 80 % pada region
molar dan ramus.
14
2.2.5 Odontoma
Gambaran radiografi :
1. Radiopak, termasuk enamel dan jaringan lunak.
2. Dikelilingi oleh radiolusen yaitu kapsul fibrous
2.2.7 Osteosarkoma
Definition : Malignant tumor characterized by direct formation of bone or osteoid
by tumor cells (WHO).
Gambaran radiografi :
1. Berupa massa jaringan lunak dapat tumbuh secara aggresif dan cepat.
2. Radiolusen paling sering, biasa berupa kombinasi radiolusen dan radiopak
15
3. Memperlihatkan penampilan cahaya matahari “sunburst”, dapat dilihat
dengan baik pada CT images 4
2.2.8 Osteomyelitis
Definition : proses inflamasi yang disertai dengan destruksi tulang dan
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Infeksi dapat hanaya terbatas pada
tulang namun juga bisa melibtkan anatara lain termasuk tulang belakang, cortex,
periosteum, dan jaringan lunak sekitar.
Gambaran radiografi :
1. Initial blurring of bone trabeculae
2. Ill-defined (‘moth-eaten’) osteolytic areas, apparently interspersed by normal
bone.
3. Sequestrum; fragment of necrotic bone.
4. Involucrum; sequestrum surrounded by viable bone
5. Formasi tulang alveolar memperlhatkan penampilan kulit bawang “onion
skin”.
6. Radiopak 4
16
2.2.9 Abses
Definisi : Collection of pus in bone or soft tissue.
Gambaran radiografi :
1. Destruksi tulang jika trjadi infeksi pada tulang
2. Round or lobulated soft-tissue structure with enhancing peripheral rim and
hypodense (necrotic) center 4
17
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
NOMOR GENAP
2.Soal
a) Interpretasi
Interpretasi gambaran radiografi suspect radiodiagnosis tampak gambaran
radiopak pada daerah kondilus mandibula bagian dextra dan tampak gambaran
radiolusen berupa garis pada daerah sigmoid notch yang memanjang hingga ramus
mandibula bagian dextra. Serta, tampak pula gambaran radiolusen yang berbatas
difuse disepanjang daerah ramus mandibula bagian sinistra dan telah mencapai
angulus mandibula.
b) Radiodiagnosis
Suspect radiodiagnosis fraktur kondilus mandibula
Pembahasan :
Fraktur kondilus mandibula merupakan mekanisme protektif yang mencegah
fraktur basis tengkorak. Fraktur ini umumnya merupakan fraktur yang terkait
dengan fraktur body, simfisis atau parasimfisis mandibula akibat perpindahan
kekuatan. Fraktur ini telah diklasifikasikan sebagai fraktur subcondylar
18
intracapsular atau extracapsular, unilateral atau bilateral dan, head, neck (tinggi
atau rendah) subcondylar berdasarkan lokasi. Selain itu, menurut Lindahl, fraktur
kondilus dapat diklasifikasikan menjadi enam, celah vertikal kepala (tipe I),
putusnya horizontal tetapi sedikit atau tidak bergeser (II), perpindahan segmen
(III), mungkin ada medial tumpang tindih (IV) atau lateral tumpang tindih (V) dari
segmen proksimal yang lebih kecil yang digantikan dan kemungkinan dislokasi
parsial atau lengkap dari segmen. Fraktur kondilus juga dapat dikomunikasikan
(tipe VI) terutama dengan luka tembak.1
Untuk diagnosis dini, pengumpulan riwayat yang terperinci dan pemeriksaan
yang cermat untuk oklusi gigi yang terganggu, pembukaan mulut yang terbatas,
dan tanda-tanda patologis di wilayah preauricular (pembengkakan, nyeri tekan, dan
kurangnya gerakan kepala kondilus) sangat penting. Diagnosis pasti fraktur
kondilus mungkin hanya dengan pemeriksaan radiologis. Radiografi panoramik
tetap menjadi alat diagnostik dasar dan paling mudah tersedia bagi dokter gigi.
Namun, Computerized Tomographic (CT) scan memberikan informasi yang lebih
akurat, termasuk lokasi garis fraktur, tingkat dislokasi dan perpindahan fragmen.2
Fraktur kondilus pasti diikuti oleh cedera jaringan lunak disekitarnya, dan
luka-luka tersebut pasti mempengaruhi penyembuhan fraktur dan remodeling
kondilus. Beberapa literatur menyatakan bahwa bifid condylar mungkin
disebabkan oleh pertumbuhan abnormal yang dihasilkan oleh posisi discus
articularis. Selain itu, kerusakan pada discus merupakan salah satu faktor risiko
yang mungkin dari ankilosis TMJ. Oleh karena itu, selain pemeriksaan radiografi
pada struktur tulang, metode seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) menilai
kerusakan jaringan sekitarnya, terutama discus articular, diperlukan untuk
diagnosis yang akurat, keputusan pengobatan dan evaluasi prognosis. Wang et al.
baru-baru ini menggunakan MRI untuk menilai dan membandingkan perubahan
jaringan lunak TMJ setelah fraktur kondilus non-dislokasi, dan menemukan
perbedaan signifikan dari perpindahan discus dan intensitas sinyal jaringan
retrodiskal antara kedua fraktur. Dilaporkan bahwa perubahan jaringan lunak
memiliki proporsi langsung terhadap keparahan cedera kondilus dan dapat
mempengaruhi hasil dari terapi fungsional. Sehingga, pemeriksaan MRI juga
diperlukan untuk pasien anak dengan fraktur kondilus.2
19
4. SOAL
Gambaran radiografi ameloblastoma yang paling sering yaitu lesi multilokular, yang
sering dideskripsikan sebagai gambaran soap bubbles bila lesi besar dan gambaran
honeycomb bila lesi kecil. Sering didapati ekspansi oral dan cortical lingual dan
resorpsi akar gigi yang berdekatan dengan tumor.3
20
distorsi rahang. Apabila tumor ini diabaikan, maka dapat menimbulkan perforasi tulang
dan menyebar ke jaringan lunak yang menyulitkan tindakan eksisi.3
Patogenesis ameloblastoma :
Ameloblastoma berasal dari sel pembentuk enamel dari epitel odontogenik yang
gagal mengalami regresi selama perkembangan embrional, misalnya sisa dari lamina
gigi. Bila sisa-sisa ini berada di luar tulang di dalam jaringan lunak dari gingiva atau
mukosa alveolar maka dapat menyebabkan ameloblastoma periferal. Sumber lain yang
mungkin adalah epitel permukaan gingiva dan tepi kista odontogenik. Faktor penyebab
terjadinya ameloblastoma seperti halnya penyebab neoplasma yang lain pada umumnya
belum diketahui dengan jelas. Namun beberapa ahli beranggapan bahwa beberapa
faktor kausatif yang dianggap sebagai penyebab terjadinya gangguan histodifferensiasi
pada ameloblastoma meliputi (1) faktor iritatif non spesifik seperti tindakan ekstraksi,
karies, trauma, infeksi, inflamasi, atau erupsi gigi, (2) kelainan defisit nutrisi dan (3)
patogenesis viral.3
6.SOAL
21
a.) Interpretasi radiologi : Tampak gambaran radiopak yang dikelilingi
oleh garis radiolusen pada gigi 44 yang belum erupsi.
Berdasarkan klasifikasi WHO, odontoma dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:5
1. Odontoma kompleks, jaringan keras gigi yang terkalsifikasi yang memiliki morfologi
seperti gigi-gigi kecil
2. Odontoma compound, terdiri dari jaringan odontogenik yang memiliki struktur seperti
gigi tetapi tidak berbentuk seperti gigi
3. Ameloblastik fibro-odontoma, merupakan perkusor imatur dari odontoma kompleks.
22
8.SOAL
a) Tampak gambaran radiolusen berisi garis – garis radiopak yang dikelilingi batas
radiopak yang menyebar yang melibatkan corpus, angulus, dan ramus mandibula
dekstra disertai gambaran radiolusen yang meluas di processus alveolaris sinistra6
b) Radiodiagnosa : (suspect) Osteosarcoma7
Patofisiologi : Osteosarcoma menyebar secara mikroskopis melalui ruang sempit.
Kanalis mandibula dan struktur yang menghubungkan komponen intra-osseous dan
jaringan lunak, seperti ligamen periodontal, saraf mental dan saraf alveolar inferior,
yang dapat memfasilitasi penyebaran lesi intra-osseous ke jaringan lunak yang
berdekatan, juga melalui soket gigi yang baru saja diekstraksi, atau dengan
memperforasi plat kortikal. Penyebab pasti OS tidak diketahui. Beberapa kasus OS
rahang berhubungan dengan penyakit tulang lainnya, seperti penyakit Paget, displasia
fibrosa, enkondromatosis dan eksostosis multipel dan pernah terapi radiasi
sebelumnya. Ini mungkin menunjukkan hubungan antara OS secara umum dan
aktivitas sel tulang yang berlebihan. Karena peningkatan kejadian OS pada pasien
dengan retinoblastoma dianggap bahwa gen RB1 bertangggung jawab dalam
menyebabkan kedua penyakit tersebut.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Radiografi dalam bidang Oromaksilofasial sangat berperan penting dalam membantu
menegakkan diagnosis. Selain itu, kemampuan operator juga dperlukan dalam
menginterpretasi gambaran radiografi tersebut.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam menentukan pilihan perawatan dapat ditentukan setelah
merangkum semua informasi yang didapat dari pemeriksaan utama dan penunjang.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38