Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH DISKUSI KLINIK BEDAH MULUT

BEDAH PREPROSTETIK

Oleh:
Feryra Putri A. I1D110206
Saldy Rizky

I4D111216

Taupiek R

I4D111217

Putri Amalia

I4D111218

Wahyuni A

I4D111011

Wenda Fitriatinoor

I4D111015

Habibie Aldiaman

I4D111016

Retno Septiana A

I4D111018

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BANJARMASIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2016

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah diskusi klinik ini dengan lancar.
Makalah ini diawali dengan pendahuluan, dengan menjelaskan latar
belakang, tujuan, rumusan masalah serta metode penulisan.Pembahasan
menjelaskan tentang Bedah Preprostetik. Makalah ini juga dilengkapi dengan
daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan
makalah ini.
Kami sangat menyadari tentunya bahwa makalah ini belum sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat
kami harapkan, agar dapat kami perbaiki untuk yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, Juli 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Judul ........................................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................5
1.4 Metode Penulisan................................................................................6

Bab II

Pembahasan..............................................................................................7
2.1 Definisi Bedah Preprostetik................................................................10
2.2 Definisi Edentulous Ridge..................................................................10
2.3 Jenis-jenis Edentulous Ridge..............................................................12
2.4 Komplikasi akibat edentulous ridge...................................................12
1. Disfungsi (mastikasi, bicara, deglutisi)...........................................12
2. Nyeri...............................................................................................12
3. Deformitas Kraniofasial..................................................................13
4. Oligodonsia.....................................................................................14
5. Refleks Muntah Berlebih................................................................14
2.5 Prosedur Evaluasi Pasien Dengan Edentulous Ridge..........................15
2.6 Prosedur Bedah Korektif.....................................................................16
2.7 Prosedur Initial Preparation.................................................................17
A. Koreksi Deformitas Jaringan Lunak.............................................17
B. Koreksi Deformitas Jaringan Keras..............................................20
2.8 Prosedur Secondary Preparation..........................................................23
A. Ridge augmentation......................................................................23
B. Epulis Fisuratum...........................................................................25
C. Inflamatory Hyperplasia...............................................................26
D. Ridge Extention & nerve mental..................................................26

Daftar Pustaka .........................................................................................................27

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data demografi, prevalensi edentulous menurun pada banyak
negara dan dengan sangat cepat pada negara industri. Weintraub dan Burt
menyatakan bahwa kelompok sosio-ekonomi yang lebih rendah mengalami
edentulous dalam tingkat yang lebih tinggi daripada kelompok sosio-ekonomi
yang lebih tinggi. Selain penurunan prevelensi pasien edentulous ini,
diharapkan peningkatan dalam jumlah individu manula akan menghasilkan
peningkatan kebutuhan akan gigitiruan sebagian lepasan pada tahun 2020
(Polyxeni et al, 2010).
Fakta bahwa saat ini pasien edentulous(total atau sebagian)
menampilkan karakteristik yang berbeda (misalnya pasien lebih tua, dengan
lebih lama pemakaian gigitiruan dan lebih banyak masalah medis),
berkembang menjadi perawatan yang lebih menantang dan kompleks untuk
memuaskan kebutuhan dan harapan dari setiap individu. Riwayat medis,
kesehatan gigi dan pemeriksaan klinis dari pasien edentuloussebagian sering
menunjukkan keragaman dalam morfologi rongga mulut dan dalam kondisi
kesehatan mereka. Setiap pasien seharusnya dirawat secara berbeda dengan
cara yang paling tepat yang akan menjamin fungsi dan kenyamanan(Polyxeni
et al, 2010)
Tidak adanya temuan diagnostik yang terorganisir untuk pasien
edentulous selalu menjadi kesulitan untuk perawatan yang efektif bagi pasien.
Sistem untuk memudahkan identifikasi pasien dibutuhkan untuk menjamin
kepuasan pasien. American College of Prosthodontics (ACP) telah
mengembangkan sebuah sistem klasifikasi untuk pasien edentulous yang
dapat digunakan untuk memandu keseluruhan dari rencana perawatan dan
manajemen dari pasien edentulous. Sistem klasifikasi tersebut telah berubah
nama menjadi Prosthodontic Diagnostic Index(PDI) dan mengizinkan pasien
untuk diklasifikasikan berdasarkan temuan diagnostik dan kriteria objektif

khusus, yang ditampilkan pada pemeriksaan awal mereka. Sistem ini terfokus
pada variabel diagnostik dan menggunakan format daftar yang dapat
diterapkan dengan cepat dan mudah. Meskipun saat ini sedikit dipublikasikan
data yang menunjukkan hubungan antara klasifikasi dan prognosis, sistem
tersebut dapat diterapkan oleh dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi
untuk menentukan demografi karakteristik dari pasien edentulous (Polyxeni et
al, 2010; McGarry, 2002).
Cara ini, mendefinisikan empat kategori yaitu klas I sampai klas IV
dimana klas I mewakili situasi klinis yang tidak rumit dan klas IV mewakili
situasi klinis yang kompleks. Setiap kelas memiliki kriteria diagnostik spesifik
yang berbeda. Adapun manfaat dari sistem ini diantaranya(1) meningkatkan
konsistensi intraoperator, (2) komunikasi profesional ditingkatkan, (3)
penggantian asuransi sepadan dengan kompleksitas perawatan, (4) kriteria
standar untuk penilaian hasil dan penelitian, (5) peningkatan konsistensi
diagnostik, (6) menyederhanakan bantuan dalam merujuk pasien (Randall et
al, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bedah preprostetik?
2. Apa saja jenis-jenis bedah preprostetik?
3. Bagaimana definisi edentulous ridge?
4. Apa saja jenis-jenis edentulous ridge?
5. Bagaimana komplikasi akibat edentulous ridge?
6. Bagaimana prosedur evaluasi pasien dengan edentulous ridge?
7. Bagaimana prosedur bedah korektif?
8. Bagaimana prosedur initial preparation?
9. Bagaimana prosedur secondary preparation?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi bedah preprostetik
2. Menjelaskan jenis-jenis bedah preprostetik

3. Menjelaskan definisi edentulous ridge


4. Menjelaskan jenis-jenis edentulous ridge
5. Menjelaskan komplikasi akibat edentulous ridge
6. Menjelaskan prosedur evaluasi pasien dengan edentulous ridge
7. Menjelaskan prosedur bedah korektif
8. Menjelaskan prosedur initial preparation
9. Menjelaskan prosedur secondary preparation
1.4 Metode Penulisan

Metode Literatur
Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada bukubuku kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya serta jurnal kedokteran
yang relevan dengan topik.

Metode Teknologi
Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang
valid.

BAB 2
PEMBAHASAN
Secara ideal seseorang akan menggunakan gigi geligi permanen seumur
hidupnya. Akan tetapi, gigi dapat hilang/dicabut karena berbagai alasan, termasuk
penyakit periodontal, karies gigi, kondisi patologis rahang dan trauma. Ilmu
prosthodontia selain bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan estetis gigi geligi
karena adanya gigi yang hilang, tetapi juga bentuk muka secara estetis. (Matthew
et al, 2001)
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang
bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal
mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana
dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan
tulang dan implant alloplastik (Stephens, 1997).
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang
alveolar dan jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa
yang baik, nyaman dan estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan
terjadi pada alveolus dan jaringan lunak sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini
akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi tiruan. Evaluasi intra oral jaringan
lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan hati-hati sebaiknya
dilakukan sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan geligi
tiruan (Panchal et al, 2001).
Meskipun dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan
dilakukannya pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih diperlukan restorasi
prostetik dan rehabilitasi sistem pengunyahan pada pasien yang tidak bergigi atau
bergigi sebagian. Bedah preprostetik yang objektif adalah untuk membentuk
jaringan pendukung yang baik untuk penempatan gigi tiruan. Karakteristik
jaringan pendukung yang baik untuk gigi tiruan (Tucker, 1998) :
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.
2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior,
transversal dan dimensi vertikal.

3. Bentuk prosesus alveolar yang baik (bentuk yang ideal dari prosesus
alveolar adalah bentuk daerah U yang luas, dengan komponen vertikal
4.
5.
6.
7.

yang sejajar).
Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.
Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan.
Kedalaman vestibular yang cukup.
Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang cukup untuk penempatan
implant.
Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan lunak

dan jaringan keras dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman yang akan
mengembalikan fungsi oral, bentuk wajah dan estetis (Matthew et al, 2001),
Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk :

Mengembalikan fungsi rahang (seperti fungsi pengunyahan, berbicara,

menelan)
Memelihara atau memperbaiki struktur rahang
Memperbaiki rasa kenyamanan pasien
Memperbaiki estetis wajah
Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari
pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada

daerah yang mendukung prothesa


Memulihkan daerah yang mendukung prothesa pada pasien dimana
terdapat kehilangan tulang alveolar yang banyak.
Pilihan non bedah harus selalu dipertimbangkan (seperti
pembuatan ulang gigi tiruan, penyesuaian tinggi muko oklusal,
memperluas pinggiran gigi tiruansebelum dilakukan bedah preprostetik.
Bedah preprostetik terbagi menjadi dua yaitu bedah preprostetik
mayor dan bedah preprostetik minor.

1. Bedah Preprostetik Minor


Fungsi ari bedah preprostetik minor untuk menambah stabilitas dan retensi
gigi tiruan. Terdiri dari:

A. Rekonturing Tulang Ridge Alveolar

Alveoloplasti sederhana
Alveoloplasti intraseptal
Reduksi tuberositas maksila
Eksostosis bukal dan undercut ekstensif
Eksostosis palatal lateral
Reduksi ridge mylohyoid
Reduksi tuberkel genial

2. Tori Removal
Tori mandibula dan maksila
3. Abnormalitas Jar.Lunak
Reduksi tuberositas maksila
Reduksi retromolar pad mandibula
Jaringan hipermobil yang tak memiliki dukungan
Hiperplasia fibrous inflamatori
Hiperplasia papillari palatal inflamatori
Frenektomi labial
Frenektomi lingual

B. Bedah Preprostetik Mayor


Pada kasus-kasus perubahan tulang dan abnormalitas jar.lunak yang parah;
sebelum peletakan implan atau konstruksi dan penggunaan piranti prostetik

1. Augmentasi Mandibula
Border superior
Border inferior
Graft interposisional atau pedikel
Hidroksiapatit

2. Augmentasi Maksila
Grafting tulang onlay
Tulang G interposisional
9

Hidroksiapatit
Sinus lift
Tuberoplasti

3. Bedah Jar.Lunak untuk Ekstensi Ridge Mandibula


Vestibuloplasti flap transposisional (Lip switch)
Ekstensi vestibulum dan dasar mulut
Relokasi nervus mentalis

4. Bedah Jar.Lunak untuk Ekstensi Vestibulum Maksila


Vestibuloplasti submukosa
Vestibuloplasti skin-grafting

2.1. Definisi Edentulous Ridge


Edentulous adalah kondisi dimana hilangnya seluruh gigi asli.
Kehilangan gigi telah lama dianggap sebagai bagian dari proses penuaan.
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, atau
kecelakaan. Edentulous lebih banyak terdapat pada masyarakat yang
tingkatsosial-ekonominya rendah. Kehilangan gigi dapat menyebabkan
estetik yang buruk dan proses biomekanis, keadaan ini menjadi lebih buruk
ketika pasien dengan edentulous total dan kehilangan seluruh jaringan
periodontal. Pada sebagian besar pasien yang mengalami kehilangan gigi
merupakan suatu hal yang buruk dan menimbulkan keinginan mencari
perawatan gigi untuk memelihara kesehatan gigi serta penampilan yang baik
secara sosial (Kartika, 2011).
2.2. Jenis-jenis Edentulous Ridge
Hilangnya beberapa gigi disebut edentulous sebagian dan hilangnya
seluruh gigi disebut edentuloustotal. Edentuloustotal dapat didefinisikan
sebagai keadaan fisik dari rahang diikuti hilangnya seluruh gigi dan kondisi
dari jaringan pendukung tersedia untuk terapi penggantian atau rekonstruksi.
Edentulous sebagian didefinisikan sebagai hilangnya beberapa tetapi tidak

10

semua gigi asli pada lengkung rahang. Pada pasien edentulous sebagian,
hilangnya gigi dilanjutkan dengan penurunan tulang alveolar, gigi tetangga
dan pengaruh tingkat kesulitan jaringan pendukung dalam menerima
restorasi prostetik yang adekuat. Kualitas dari jaringan pendukung
memperbaiki kondisi keseluruhan dan dipertimbangkan pada tingkat
diagnostik dari sistem klasifikasi (Kartika, 2011).
Klasifikasi residual ridge oleh cawood dan howel:
1. Class I :

dentate (masih terdapat gigi)

2. Class II:

post exstraksi

3. Class III

convex (cembung) ridge form

dengan dukungan tinggi dan lebar dari tulang alveolar.


4. Class IV

knife edge form (bentuk tajam atau

sudut tajam) dengan dukungan tinggi tapi tidak didukung


lebar dari alveolar.
5. Class V:

flat ridge form dengan hilangnya tulang

alveolar.
6. Class VI

hilangnya tulang basal yang mungkin

bisa jadi luas tapi tidak bisa diikuti perkembangan


polanya.
Bentuk Alveolar Ridge:
1. Alveolar ridge U : bagian labial/bukal sejajar lingual palatal
2. Alveolar ridge V : ridge dengan ujung puncak sempit, kadang-kadang
tajam
3. Jamur/Bulbous/ omega : bentuk berleher dan menimbulkan undercut.
Faktor mempengaruhi bentuk ridge :
1. Faktor anatomik : struktur tulang alveolar, ukuran, dan bentuk residual
ridge.
2. Biologik/ Metabolik : usia, seks, hormonal

11

3. Mekanis/ fungsi : arah dan frekuensi tekanan yang bekerja pada jaringan
pendukung geligi tiruan.
2.3. Komplikasi akibat edentulous ridge
1. Disfungsi (mastikasi, bicara, deglutisi)
a. Disfungsi mastikasi
Sistem mastikasi adalah unit fungsional yang terdiri dari gigi, pipi,
lidah, palatum, sekresi saliva, sistem peredaran darah dan persyarafan. Gigi
memiliki fungsi melunakkan dan menghaluskan makanan. Kehilangan gigi
menyebabkan kemampuan pengunyahan. Seseorang dengan kehilangan gigi
(edentulous) akan cenderung memilih makanan yang lunak atau mudah
ditelan sehingga dapat menyebabkan kurangnya asupan nutrisi ke tubuh.
b. Gangguan Bicara
Bantuan dari bibir dan lidah yang berkontak dengan gigi geligi
menghasilkan beberapa huruf tertentu. Huruf yang dibentuk melalui kontak
gigi dan lidah yaitu D, N, L, J, T, S, Z, X, TH, CH dan SH yang merupakan
huruf konsonan. Huruf yang dibentuk oleh bentuk gigi dan bibir yaitu F dan
V. Pasien yang kehilangan gigi akan kesulitan untuk mengucapkan huruf
huruf tersebut sehingga mengganggu proses bicara dan juga komunikasi.
c. Gangguan Diglutisi
Diglutisi adalah proses menelan makanan di kerongkongan. Keadaan
edentulous menyebabkan gangguan mastikasi yang membuat makanan tidak
dapat dihaluskan dengan sempurna sehingga saat proses penelanan terjadi
gangguan.
2. Nyeri
Permukaan alveolar ridge yang tajam ditutupi oleh mukosa yang tipis
menyebabkan rasa nyeri saat melakukan oklusi. Resorbsi alveolar ridge
dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran ridge. Salah satunya bentuk
alveolar ridge yang tajam. Permukaan alveolar ridge yang tajam ditutupi

12

oleh mukosa yang tipis, atrofi dan terasa sakit bila dilakukan palpasi
(apalagi kontak saat dipakai mengunyah).
3. Deformitas Kraniofasial
A. Definisi : kelainan pertumbuhan kraniofacial
1) Pemeriksaan klinis :
a. Jaringan lunak : -analisisestetik fasial
-

Analisis penampakan depan

Analisis profil

Sendi temporomandibular (trauma nasal,


obstraksi jalan napas, sinus pernafasan
mulut)

Pemeriksaan oral (hubungan Oklusal, gigitan


dalam / terbuka anterior, overjet anterior
gigitan silang, kesehatan gigi geligi,
ketidaksesuaian ukuran gigi, kurva spee, gigi
berjejal, karies, evaluasi periodontal,
diskrepansi, transversal ; vertical dan
anteroposterior.

2) Pemeriksaan penunjang :
-

Radiografi = untuk detail rahang & gigi

Sefalometri = pertumbuhan dan perkembangan kompleks


kraniodentofasial

CT scan = gambaran neurologis

B. Manajemen pasien
-

Persiapan psikologi pasien

Pemeliharaan suplai darah ke gigi & segmen rahang dimobilisasi

Manajemen luka yang tepat

Perlindungan gigi, tulang & neurovaskular

Metode fiksasi untuk segmen tulang, kontrol oklusi yang tepat &
rehabilitasi untuk fungsi rahang sepenuhnya

13

Penggunaan anastesi yang sesuai

Pencangkokkan tulang nutrisi prabedah & pasca bedah

4. Oligodonsia
A. Definisi
-

Tidak adanya lebih dari enam gigi pada RA/RB secara kongenital.
Keadaanini merupakan manifestasi dari kelainan herediter seperti
ectodermal dysplasia, yaitu suatu kelainan perkembangan struktur
yang berasal dari ektodern (rambut, gigi, kuku, kulit) yang diturunkan

Gigi sulung dan permanen memiliki variasi dalam jumlah, ukuran dan
bentuk gigi serta jaringan gigi

Gigi yang biasanya tidak ada adalah gigi terakhir dalam setiap seri
(insisif lateral,P2 dan M3)

B. Etiologi
-

Manifestasi dari beberapa kelainan bawaan (ectodermal dysplasia :

Multiple missing teeth, rambut tipis dan jarang, kulit kering,


hypoplasia maksila, bibir yang tipis, pigmentasi disekitar mulut dan
mata

Celah langit-langit

Trisomy 21

Sindrom William

Sindrom rieger

Sindrom craniosynostosis

C. Manifestasi klinis
-

Gigi berbentuk konus & kecil

Biasanya terdapat diastema yang besar pada anterior

5. Refleks Muntah Berlebih


Merupakan mekanisme pertahanan yang sehat dan normal untuk
mencegah masuknya benda asing kedalam tubuh melalui trakea. gerakan
muntah akan merubah bentuk pharing untuk mengeluarkan benda tersebut.
Tanda reflek muntuk :

14

Saliva berlebih

Lakrimasi

Batukbatuk

Berkeringat;

2.4. Prosedur Evaluasi Pasien Dengan Edentulous Ridge


Prinsip-prinsip Rencana Perawatan dan Evaluasi pasien (Tucker, 1998;
Matthew et al,2001)
1. Riwayat Penyakit
Riwayat pasien akan mengindikasikan harapan dan perhatian
pasien pada perawatan. Umur dan kesehatan pasien akan mempengaruhi
rencana perawatan, seperti pasien usia muda dengan resorbsi tulang
alveolar yang berat dapat sabar terhadap perawatan bedah yang
kompleks dibandingkan pasien usia tua dengan morfologi tulang yang
sama.Riwayat penyakit mencakup informasi penting seperti status resiko
pasien terhadap tindakan bedah, dengan perhatian khusus kepada
penyakit sistemik pasien yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka
jaringan lunak dan jaringan keras.
2. Pemeriksaan Klinis
Hal ini mencakup penilaian intra oral dan ekstra oral secara umum
dari jaringan lunak dan jaringan keras dan analisa khusus dari daerah
yang akan ditempati gigi tiruan. Penilaian tinggi, lebar dan bentuk tulang
alveolar secara umum, dan memperhatikan apakah terdapat undercut
tulang dan posisi dari struktur anatomi jaringan sekitar seperti mental
neuro-vascular bundle. Juga dinilai kedalaman dari sulkus bukal,posisi
dan ukuran frenulum, perlekatan otot dan kondisi dari tulang alveolar.
Kebersihan rongga mulut pasienharus baik sehingga dapat dilakukan
tindakan bedah dan untuk menghindari komplikasi atau hasil
pembedahan yang buruk.

15

3. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan radiografi berguna untuk menilai kondisi dari tulang
rahang. Panoramik foto berguna untuk mengetahui kualitas keseluruhan
dari tulang alveolar dan untuk melihat adanya sisa akar gigi atau
kelainan patologi yang lain (seperti kista rahang). Lateral cephalostat
atau cephalogram photo dapat digunakan untuk melihat hubungan
skeletal antero-posterior dan tinggi tulang alveolar bagian anterior.
Periapikal photo berguna bila akan dilakukan pengambilan sisa akar
sebelum pembuatan gigi tiruan. Studi model cetakan berguna
memudahkan rencana perawatan (terutama bila terdapat ketidak
sesuaiansecara skeletal) dan membantumenjelaskan rencana prosedur
bedah kepada pasien. Model wax-up dari gigi tiruan membantu untuk
memperlihatkan hasil akhir secara estetis.
2.5. Prosedur Bedah Korektif
Penatalaksanaan sebelum operasi (Stephens, 1997)
1. Evaluasi yang seksama terhadap pasien adalah yang terpenting dalam
menentukan apakah seseorang diindikasikan untuk pembedahan dan
prosedur perawatan apa yang paling tepat.
2. Kemampuan fisik dan psikologi pasien untuk bertoleransi terhadap
protesa konvensional harus ditentukan sejak awal dalam proses
evaluasi. Beberapa pasien tidak dapat beradaptasi dengan protesa
konvensional bagaimanapun baiknya dan cekatnya protesa tersebut.
3. Konsultasi dengan seorang prostodonsia sangat penting dalam
menentukan prosedur yang tepat menghadapikebutuhan perawatan
protetik bagi setiap pasien.
4. Pertimbangan lainnya adalah usia pasien, fisik, status kesehatan mental,
keterbatasan keuangan, kondisi jaringan keras dan lunak dari tulang
alveolar.
Tahapan bedah preprostetik

16

Berbagai macam teknik dapat digunakan, baik sendiri atau dikombinasi,


untuk mempertahankan dan memperbaikidaerah yang akan ditempati gigi
tiruan. Secara umum ada tiga golongan dari bedah preprostetik :
1. Bedah jaringan lunak yang mengalami hiperlpasia
2. Vestibuloplasy.
3. Tahapan pembentukan tulang .
Metode pencegahan tingkat kesulitan

Teknik pencabutan
Teknik pencabutan tanpa rasa sakit dan minimal agar luka post
pencabutan dapat sembuh dengan sempurna tanpa ada masalah
prostetik. Prinsip- prinsip pembedahan dalam keadaan steril.
Pencabutan dengan hati-hati untuk terhindarkan dari komplikasi yang
tidak diinginkan seperti perdarahan, edemaa, trismus dan dry socket.
Usahakan tiap tindakan ideal setelah ekstraksi dilakukan pengecekan
fragmen tulang, apabila ada bagian tulang yang tajam langsung
dilakukan penghalusan dengan bone file.

Radiografi atau rontgent

1. Mengetahui adanya kelainan tulang, perluasan kelainan pada tulang


dan posisi anatomi.
2. Menilai kondisi tulang, kualitas dari keseluruhan tulang alveolar dan
untuk melihat sisa akar gigi atau kelainan patologis yang lain.
Melihat hubungan skeletal anterior posterior dan tinggi tulang
alveolar.
3. Melihat panjang akar gigi, keadaan akar gigi (bengkok atau
resorbsi), keadaan patologis seperti kista, granuloma, atau abses.
2.6. Prosedur Initial Preparation
A. Koreksi Deformitas Jaringan Lunak
1) Bedah Jaringan Lunak yang Mengalami Hiperplasia

17

Meliputi Papillary hyperplasia, fibrous hyperplasia, flabby ridge, .


Papillary hyperplasia merupakan suatu kondisi yang terjadi pada daerah
palatal yang tertutup oleh protesa, dimana kelihatan adanya papilla
yang multipel dan mengalami peradangan. Fibrous hyperplasia dapat
terjadi karena adanya trauma dari gigi tiruan dan adanya resorpsi tulang
secara patologis atau fisiologis sehingga menyebabkan peradangan dan
adanya jaringan fibrous diatas linggir tulang alveolar. Flabby ridge yaitu
adanya jaringan lunak yang berlebih dimana terlihat jaringan lunak yang
bergerak tanpa dukungan tulang.
Hiperplasia Papillari Palatum
Merupakan kondisi patologis yang jarang terjadi, terlokalisir paling sering
di palatum. Keadaan ini biasanya terjadi pada pasien edentulous yang telah
menggunakan gigi tiruan dalam waktu yang lama dan kemungkinan merupakan
hiperplasi inflamasi dari mukosa karena iritasi lokal kronis. Lesi bisa juga
muncul, secara terbatas, pada pasien bergigi. Pada kasus tsb, faktor etiologis
biasanya berupa iritasi mekanis dan termal dari makanan, merokok, dst.
Secara klinis, terlihat nodul hiperplastik multifokal pada mukosa palatum, di mana
makanan bisa berakumulasi, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi inflamasi.
Perawatannya adalah bedah dan terdiri dari pengangkatan lesi menggunakan
scalpel atau loop elektrosurgikal.
Teknik bedah : Eksisi hiperplasia papillari dilakukan dengan mengkontakkan
instrumen pada mukosa superfisial (kuretase dengan blade bedah besar sedalam
periosteum). Loop elektrosurgikal juga efektif digunakan. Area post bedah ditutup
dengan dressing bedah dan penyembuhan dicapai melalui secondary intention.
2) Frenektomi
Frenektomi, suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik
frenulum labialis atau frenulum lingualis. Frenulum merupakan lipatan
mukosa yang terletak pada vestibulum mukosa bibir, pipi dan lidah.
a. Frenulum labialis

18

Pada frenulum labialis yang terlalu tinggi akan terlihat daerah yang
pucat pada saat bibir diangkat ke atas. Frenektomi pada frenulum
labialis bertujuan untuk merubah posisi frenulum kalau diperlukan
maka jaringan interdental dibuang. Pada frenulum yang menyebabkan
diastema sebaiknya frenektomi dilakukan sebelum perawatan ortodonti .
Macam-macam frenektomi :
- Vertical incision
- Cross diamond incision
- Tehnik Z Plasty
b. Frenulum lingualis yang terlalu pendek
Pada pemeriksaan klinis akan terlihat : Gerakan lidah terbatas,
Gangguan bicara, gangguan penelanan dan pengunyahan. Frenektomi
frenulum lingualis pada anak-anak dianjurkan sedini mungkinkarena
akan membantu proses bicara, perkembangan rahang dan
menghilangkan gangguan fungsi yang mungkin terjadi. Sedangkan pada
orang dewasa dilakukan karena adanya oral hygiene yang buruk. Cara
pembedahan dilakukan dengan insisi vertikal dan tindakannya lebih
dikenal sebagai ankilotomi.
3) Vestibuloplasty
Vestibuloplasty, suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk
meninggikan sulkus vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa,
ikatan otot dan otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan
baik pada maksila maupun pada mandibula dan akan menghasilkan
sulkus vestibular yang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi
protesa. Vestibulum dangkal dapat disebabkan resorbsi tulang alveolar,
perlekatan otot terlalu tinggi, adanya infeksi atau trauma. Tidak semua
keadaan sulkus vestibular dangkal dapat dilakukan vestibuloplasty tetapi
harus ada dukungan tulang alveolar yang cukup untuk mereposisi N.
Mentalis, M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus. Banyak faktor yang

19

harus diperhatikan pada tindakan ini antara lain : Letak foramen


mentalis, Spina nasalis dan tulang malar pada maksila.
B. Koreksi Deformitas Jaringan Keras
1) Alveoplasty
Adalah tindakan menghaluskan atau recounturing tulang alveolar
yang mengalami kelainan bentuk sehingga didapatkan kondisi yang
mendekati normal dan menunjang perawatan yang akan dilakukan.
Alveoplasty dapat dilakukan pada kondisi setelah pencabutan untuk
menghaluskan struktur alveolar ridge atau dilakukan alveolektomi setelah
ridge benar benar sembuh pasca ekstraksi.
Metode alveoplasty :
a. Alveoplasty dilakukan jika ada penonjolan kecil mengganggu
pemasangan protesa
b. Setelah dilakukan pembuatan flap mukoperiosteal, dilakukan
penghalusan dan pembentukan alveolar sesuai kontur normal dengan
menggunakan bone file
c. Suturing dilakukan dengan benang silk 4/0 sebagai hemostasis.
Tipe alveoplasty :
a. Simple : penghilangan tulang alveolar bagian bucal dan tulang interseptal
b. Single tooth : dilakukan setelah ekstraksi gigi posterior tunggal untuk
mengurangi undercut pada procesus alveolaris
c. Radical: menghilangkan seluruh tulang labial pada kasus penonjolan
ekstrem, skeletal, diskrepansi horizontal rahang atau pada terapi
preradiasi.
d. Interradicular/ Interseptal : menghilangkan tulang interradicular pada
kasus prominent premaxilla atau disproporsi rahang kelas II skeletal.
2) Torus Removal
Torus adalah suatu pembesaran, penonjolan yang membulat pada
rongga mulut. Bila di palatum disebut torus palatinus, bila di daerah lingual
disebut torus lingualis. Biasa nampak di premolar, kadang multiple dengan

20

diameter 1,5-4 cm. Torus merupakan variasi normal, tidak membutuhkan


treatment kecuali jika mengganggu penempatan protesa atau menyebabkan
ulser karena trauma yang berulang.
Torus berdasarkan bentuknya:
a) Convex sesile : lunak, pertumbuhan keluar, bilateral, simetris
b) Nodular : semifuse (agak menyebar), ukuran variasi
c) Lobular : mirip nodular, pertumbuhan cepat, sangat luas, mempunyai
banyak undercut.
d) Spindle : bentuk panjang, tipis, tampak sepanjang midline ridge
Prosedur :
1. Asepsis, lalu anastesi
2. Insisi sepanjang daerah torus
3. Flap yang terbentuk kemudian tarik
4. Lesi kemudian dibagi menjadi bagian kecil kecil dengan fissure bur
5. Penghilangan fragmen dengan chisel
6. Penghalusan tulang dengan bone file
7. Suturing
3) Sharp Ridge Removal
Sharp ridge removal dilakukan dengan cara alveolektomi.
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah untuk memotong atau
menghilangkan sebagian tulang yang mengalami kelainan atau tajam.
Teknik :
1. Asepsis lalu anastesi
2. Pembuatan mukoperiosteal flap. Insisi dari distal ke mesia daerah
eksostosis lalu refleksi flap ke arah lateral sehingga seluruh bagian
tulang terlihat.
3. Pembuatan outline dengan fissure bur low speed agar jumlah
pembuangan jaringan lebih terkontrol.
4. Pemotongan tulang dengan round bur atau chisel dengan mallet
5. Penghalusan tulang dengan bone file

21

6. Irigasi
7. Suturing
4) Self Reduction
Penonjolan pada mylohyoid ridge mengandung otot mylohoid dengan
tempat m3. Bagian ini biasanya digunakan untuk ekstensi mandibular
denture untuk mendapatkan kestabilan dan retensi. Bagian self yang
mengalami atropi dapat disingkirkan agar perlekatan otot mylohyoid dapat
terbebas.

5) Reseksi genial tuberkel


Genial tuberkel adalah proyeksi tulang yang berlokasi pada lingual
dari mandibula, bilateral atau unilateral (biasanya dekat dengan midline)
yang memberikan perlekatan pada otot geligi. Lokasi genial tuberkel yang
berada agak posterior lebih baik daripada agak anterior karena lebih
berpengaruh pada resorbsi rahang bawah. Selain itu keberadaaannya akan
menyebabkan anterior seal pada denture tidak mungkin dilakukan sebagai
kedudukan protesa akan lebih terganggu.
Teknik:
1. Asepsis lalu anastesi infiltrasi pada daerah tuberkel
2. Insisi pada bagian midline dengan arah anteriorposterior kemudian
ekspos tuberkel dengan blunt diseksi
3. Lindungi otot dengan catgun sebelum melakukan pemotongan
4. Dengan menggunakan bur/ chisel pindahkan tuberkel lalu haluskan
dengan bone file
5. Suturing
2.7. Prosedur Secondary Preparation
A. Ridge augmentation
1. Tulang untuk penambahan linger/ augmentasi alveolar

22

a. Dilakukan apabila daerah yang mendukung proteksi dari linger yang


atropi besar tidak bisa diperbaiki dengan vestibuleplasti
b. Augmentasi alveolar ridge dilakukan menggunakan tulang pasien
sendiri (autologus), bahan aloplastik (hidroksiapatit)
c. Linger maksila dan mandibula bisa menerima teknik ini
d. Tulang yang digunakan untuk penambahan linger adalah crista illiaca
karena tulang ini memberikan fasilitas tulang kanselus yang
lebihbanyak dengna kemampuan osteogenik lebih baik disbanding
costae
e. Cangkokan costae illiaca biasanya unicortical dan lebih cocok untuk
rahang atas dimana adaptasi dan konturing tidak begitu ditekankan
f. Cangkokan tulang costae biasanya diambil secara longitudinal dan
diukurkan melintang sebelum diadaptasikan pada mandibula
g. Cangkokan tulang distabilisasi dengna pengawetan langsung
(transoseus) pada residual ridge rahang atas atau rahang bawah
h. Penutupan mukoperiosteum sangat menentukan keberhasilan teknik
ini, karena insisi yang benar-benar terpisah akan mengurangi
terjadinya infeksi pasca bedah
2. Augmentasi alveolar ridge dengan aloplas
a. Augmentasi alveolar ridge dengan aloplas menggunakan unsure
hidroksiapatit
b. Hidroksiapatit merupakan bahan yang biokompetibel, nonbiodegradasi (tidak dekomposisitidak terjadi pemecahan zat melalui
aksi organism), tetapi non-osteogenik (tidak ada potensi mmbentuk
tulang baru).
c. Hidroksi apaptit berbentuk bahan yang mempunyai partikel granular
yang halus, tersusun secara teratur. Secara kimiawi, mirip dengan
kalsium posfat yang menyusun email atau tulang,.
d. Hidroksiapatit dalam bentuk sediaan syringe berdiameter kecil (6 mm)
yang berisi 0,75 mg bahan steril dan siap digunakan. Hidroksi apatit

23

dibasahi dengna salin atau darah vena untuk membantu


pengeluarannya dari dalam syringe.
e. Hidroksiapatit bersifat radiopak, dan tempat pertemuan antara tulang
dan aloplas dengan mudah terlihat pada rontgen
3. Diseksi untuk Augmentasi alveolar ridge
a. Augmentasi alveolar ridge regional maupun total dapat dilakukan
diseksi subperiosteal dan deposisi , penutupan dan pencetakan
terhadapa hidroksiapatit.
b. Ada berbagai metode untuk membentuk saluran subperiosteal yang
diperlukan untuk membentuk ruang atau kantung untuk tempat
deposisi bahan
c. Diseksi mandibula dilakukan dengan insisi melintang bilateral pada
region gigi kaninus atau insisivus di garis tengah dikombinasi dengan
insisi bilateral di sebelah posterior foramen mentale
d. Linger rahang atas dengan inisi melintang tunggal pada garis tengah
e. Diseksi subperiosteal dilakukan dengan menggunakan elevator
periosteal
f. Faktor yang harus diperhatikan adalah menghindari perluasan yang
berlebihan (overdiseksi) yang memungkinkan keluarnya bahan
menuju jaringan lunak disekitarnya
g. Bahan hidroksi apatit dideposisikan dari posterior ke anterior. Apabila
terdapat atropi yang luas, maka bisa dilakukan kombinasi augmentasi
autologus-aloplas dengan perbandingan 1:1.
h. Apabila pengisian sudah selesai, insisi ditutup dengna suturing yang
dapat diabsorbsi
i. Untuk menutup dan mencetak cangkokan digunakan basis protesa
akriliki atau template yang dibuat sesuai dengan konfigurasi linger
yang disarankan
j. Basis protesa tersebut distasbilisasi dengna pengawatan
sirkummandibular (padamandibula) atau sekrup tulang pada maksila.

24

Basis protesa atau template tetap dipertahankan pada tempatnya


selama 3-4 minggu.
B. Epulis Fisuratum
Merupakan generalized hiperplastik enlargement dari mukosa dan
jaringan fibrous. Biasanya terjadi pada daerah vestibular dan area alveolar
yang disebabkan iritasi kronik dari denture.Kondisi ini sering berhubungan
dengan terjadinya inflamasi dan stabilitas serta kenyamanan gigi tiruan.
Perawatan/Bedah

Hentikan pemakaian denture selama 2 minggu untuk mengurangi


inflamsi yang disebabkan karena gigi tiruan yang kurang stabil.

Lakukan anastesi lokal

Jika lesi dalam ukuran kecil, jepit dasar dari pertumbuhan epulis dengan
forceps dan eksisi secara menyeluruh. Perhatikan jangan sampai
merusak periosteum dan retaining dari attach mukosa

Bisa dilakukan sharp submucosal dissection (membuka dari ketebalan


sebagian)dan outline, kemudian flap kembali dijahit kebagian
periosteum untuk kembali menjaga kedalaman vestibulum.

Pada kasus yang parah dilakukan eksisi atau submucosal


dissectiondapat menyebabkan scar atau bekas luka sehingga sering
kambuh dan kehilangan kedalaman vestibulum

Perhatikan gigi tiruan apakah pelu yang baru atau tidak.

C. Inflamatory Hyperplasia
Merupakan nodul merah dari papillary di daerah mukosa palatal
Etiologinya adalah iritasi kronis penggunaan gigi tiruan yang tidak stabil.
PERAWATAN BEDAH

Menghentikan penggunaan gigi tiruan selama 2 minggu

Jika lesi berhubungan dengan adadnya candida, maka diterapi terlebih


dahulu lesinya. Jika perlu dilakukan relining terhadap gigi tiruan tersebut,

25

Dilakukan anastesi local

Massa dari inflammatory hyperplasia bias dilakukan kuretase sampai


dengan permukaan mukosa palatumkemudian dihaluskan dengan slow
moving bur dengan low speed dan irigasi.

Bedah juga bias dilakukan dengan elektrocautery + loop electrode dan


dilakukan eksisi secara complete dengan ujung loop tersebut kemudian
eksisi mencapai submukosa
D. Ridge Extention & nerve mental
Tulang mengalami resobsi dimana atrofi selalu berlrbihan. Resobsi

yang berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan foramen


mentale mendekati puncak lingir alveolar. Puncak tulang alveolar yang
mengalami resobsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung
pisau. Resobsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan
bentuk lingir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. Resobsi
lingir yang berlebihan dan berkelanjutan merupakan masalah karena
menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap kurang baik dan terjadi
ketidakseimbangan oklusi. Pada kasus atrofi moderate dan berat, ketinggian
tulang antara alveolar crest dengan dental canal sangat kecil, hanya
beberapa milimeter, sehingga dilakukan reposisi IAN (Inferior Alveolar
Nerve) untuk kepentingan prostetik. Jika dipaksakan dapat menyebabkan
rumtness anteriormandibular discomfort.
Pada kasus atrofi mandibula, saat "long fixture" tidak dapat diletakan
tanpa melewati inferior alveolar nerve, maka pilihan tindakan selanjutnya
menggunakan "short fixture", onlay bone grafing untuk menambah
ketinggian ridge, dan tindakan yang lebih complicated lagi memperbolehkan
pemakaian implan selama tidak mengenai nerve canal selma prosedur
tindakan. Pilihan lainnya adalah mimindah IAN dari canalnya baik itu
secara lateralisasi ataupun transposisi. Kusulitannya yaitu untuk yang
transposisi temporary atau permanen disfungsi dari nervenya.

26

27

DAFTAR PUSTAKA
Polyxeni CN, Artemis PN, Gregory LP, Maria JF. Screening of edentulous
patients in a dental school population using the prosthodontic diagnostic
index. Journal of Gerodontology 2010;27:114-20.
McGarry Thomas et all. Classification system for partial edentulism. Journal of
Prosthodontic 2002;11(3):181-93.
Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated Implant
in Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg. Churchill
Livingstone
Stephens W., Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery in Donoff B.,1997
Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary Oral
and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W.B. Saunders Co.
Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated Implant
in Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg. Churchill
Livingstone
Panchal et al. Minor Preprosthetic Surgery in Dym, Harry et al. 2001. Atlas of
Minor Surgery, Philadelphia : W.B. Saunders Co.
Stephens W., Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery in Donoff B., 1997
Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby.
Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary Oral
and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W.B. Saunders Co.

28

Anda mungkin juga menyukai