BEDAH PREPROSTETIK
Oleh:
Feryra Putri A. I1D110206
Saldy Rizky
I4D111216
Taupiek R
I4D111217
Putri Amalia
I4D111218
Wahyuni A
I4D111011
Wenda Fitriatinoor
I4D111015
Habibie Aldiaman
I4D111016
Retno Septiana A
I4D111018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah diskusi klinik ini dengan lancar.
Makalah ini diawali dengan pendahuluan, dengan menjelaskan latar
belakang, tujuan, rumusan masalah serta metode penulisan.Pembahasan
menjelaskan tentang Bedah Preprostetik. Makalah ini juga dilengkapi dengan
daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan
makalah ini.
Kami sangat menyadari tentunya bahwa makalah ini belum sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat
kami harapkan, agar dapat kami perbaiki untuk yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul ........................................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................5
1.4 Metode Penulisan................................................................................6
Bab II
Pembahasan..............................................................................................7
2.1 Definisi Bedah Preprostetik................................................................10
2.2 Definisi Edentulous Ridge..................................................................10
2.3 Jenis-jenis Edentulous Ridge..............................................................12
2.4 Komplikasi akibat edentulous ridge...................................................12
1. Disfungsi (mastikasi, bicara, deglutisi)...........................................12
2. Nyeri...............................................................................................12
3. Deformitas Kraniofasial..................................................................13
4. Oligodonsia.....................................................................................14
5. Refleks Muntah Berlebih................................................................14
2.5 Prosedur Evaluasi Pasien Dengan Edentulous Ridge..........................15
2.6 Prosedur Bedah Korektif.....................................................................16
2.7 Prosedur Initial Preparation.................................................................17
A. Koreksi Deformitas Jaringan Lunak.............................................17
B. Koreksi Deformitas Jaringan Keras..............................................20
2.8 Prosedur Secondary Preparation..........................................................23
A. Ridge augmentation......................................................................23
B. Epulis Fisuratum...........................................................................25
C. Inflamatory Hyperplasia...............................................................26
D. Ridge Extention & nerve mental..................................................26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data demografi, prevalensi edentulous menurun pada banyak
negara dan dengan sangat cepat pada negara industri. Weintraub dan Burt
menyatakan bahwa kelompok sosio-ekonomi yang lebih rendah mengalami
edentulous dalam tingkat yang lebih tinggi daripada kelompok sosio-ekonomi
yang lebih tinggi. Selain penurunan prevelensi pasien edentulous ini,
diharapkan peningkatan dalam jumlah individu manula akan menghasilkan
peningkatan kebutuhan akan gigitiruan sebagian lepasan pada tahun 2020
(Polyxeni et al, 2010).
Fakta bahwa saat ini pasien edentulous(total atau sebagian)
menampilkan karakteristik yang berbeda (misalnya pasien lebih tua, dengan
lebih lama pemakaian gigitiruan dan lebih banyak masalah medis),
berkembang menjadi perawatan yang lebih menantang dan kompleks untuk
memuaskan kebutuhan dan harapan dari setiap individu. Riwayat medis,
kesehatan gigi dan pemeriksaan klinis dari pasien edentuloussebagian sering
menunjukkan keragaman dalam morfologi rongga mulut dan dalam kondisi
kesehatan mereka. Setiap pasien seharusnya dirawat secara berbeda dengan
cara yang paling tepat yang akan menjamin fungsi dan kenyamanan(Polyxeni
et al, 2010)
Tidak adanya temuan diagnostik yang terorganisir untuk pasien
edentulous selalu menjadi kesulitan untuk perawatan yang efektif bagi pasien.
Sistem untuk memudahkan identifikasi pasien dibutuhkan untuk menjamin
kepuasan pasien. American College of Prosthodontics (ACP) telah
mengembangkan sebuah sistem klasifikasi untuk pasien edentulous yang
dapat digunakan untuk memandu keseluruhan dari rencana perawatan dan
manajemen dari pasien edentulous. Sistem klasifikasi tersebut telah berubah
nama menjadi Prosthodontic Diagnostic Index(PDI) dan mengizinkan pasien
untuk diklasifikasikan berdasarkan temuan diagnostik dan kriteria objektif
khusus, yang ditampilkan pada pemeriksaan awal mereka. Sistem ini terfokus
pada variabel diagnostik dan menggunakan format daftar yang dapat
diterapkan dengan cepat dan mudah. Meskipun saat ini sedikit dipublikasikan
data yang menunjukkan hubungan antara klasifikasi dan prognosis, sistem
tersebut dapat diterapkan oleh dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi
untuk menentukan demografi karakteristik dari pasien edentulous (Polyxeni et
al, 2010; McGarry, 2002).
Cara ini, mendefinisikan empat kategori yaitu klas I sampai klas IV
dimana klas I mewakili situasi klinis yang tidak rumit dan klas IV mewakili
situasi klinis yang kompleks. Setiap kelas memiliki kriteria diagnostik spesifik
yang berbeda. Adapun manfaat dari sistem ini diantaranya(1) meningkatkan
konsistensi intraoperator, (2) komunikasi profesional ditingkatkan, (3)
penggantian asuransi sepadan dengan kompleksitas perawatan, (4) kriteria
standar untuk penilaian hasil dan penelitian, (5) peningkatan konsistensi
diagnostik, (6) menyederhanakan bantuan dalam merujuk pasien (Randall et
al, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bedah preprostetik?
2. Apa saja jenis-jenis bedah preprostetik?
3. Bagaimana definisi edentulous ridge?
4. Apa saja jenis-jenis edentulous ridge?
5. Bagaimana komplikasi akibat edentulous ridge?
6. Bagaimana prosedur evaluasi pasien dengan edentulous ridge?
7. Bagaimana prosedur bedah korektif?
8. Bagaimana prosedur initial preparation?
9. Bagaimana prosedur secondary preparation?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi bedah preprostetik
2. Menjelaskan jenis-jenis bedah preprostetik
Metode Literatur
Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada bukubuku kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya serta jurnal kedokteran
yang relevan dengan topik.
Metode Teknologi
Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang
valid.
BAB 2
PEMBAHASAN
Secara ideal seseorang akan menggunakan gigi geligi permanen seumur
hidupnya. Akan tetapi, gigi dapat hilang/dicabut karena berbagai alasan, termasuk
penyakit periodontal, karies gigi, kondisi patologis rahang dan trauma. Ilmu
prosthodontia selain bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan estetis gigi geligi
karena adanya gigi yang hilang, tetapi juga bentuk muka secara estetis. (Matthew
et al, 2001)
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang
bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal
mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana
dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan
tulang dan implant alloplastik (Stephens, 1997).
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang
alveolar dan jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa
yang baik, nyaman dan estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan
terjadi pada alveolus dan jaringan lunak sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini
akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi tiruan. Evaluasi intra oral jaringan
lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan hati-hati sebaiknya
dilakukan sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan geligi
tiruan (Panchal et al, 2001).
Meskipun dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan
dilakukannya pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih diperlukan restorasi
prostetik dan rehabilitasi sistem pengunyahan pada pasien yang tidak bergigi atau
bergigi sebagian. Bedah preprostetik yang objektif adalah untuk membentuk
jaringan pendukung yang baik untuk penempatan gigi tiruan. Karakteristik
jaringan pendukung yang baik untuk gigi tiruan (Tucker, 1998) :
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.
2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior,
transversal dan dimensi vertikal.
3. Bentuk prosesus alveolar yang baik (bentuk yang ideal dari prosesus
alveolar adalah bentuk daerah U yang luas, dengan komponen vertikal
4.
5.
6.
7.
yang sejajar).
Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.
Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan.
Kedalaman vestibular yang cukup.
Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang cukup untuk penempatan
implant.
Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan lunak
dan jaringan keras dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman yang akan
mengembalikan fungsi oral, bentuk wajah dan estetis (Matthew et al, 2001),
Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk :
menelan)
Memelihara atau memperbaiki struktur rahang
Memperbaiki rasa kenyamanan pasien
Memperbaiki estetis wajah
Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari
pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada
Alveoloplasti sederhana
Alveoloplasti intraseptal
Reduksi tuberositas maksila
Eksostosis bukal dan undercut ekstensif
Eksostosis palatal lateral
Reduksi ridge mylohyoid
Reduksi tuberkel genial
2. Tori Removal
Tori mandibula dan maksila
3. Abnormalitas Jar.Lunak
Reduksi tuberositas maksila
Reduksi retromolar pad mandibula
Jaringan hipermobil yang tak memiliki dukungan
Hiperplasia fibrous inflamatori
Hiperplasia papillari palatal inflamatori
Frenektomi labial
Frenektomi lingual
1. Augmentasi Mandibula
Border superior
Border inferior
Graft interposisional atau pedikel
Hidroksiapatit
2. Augmentasi Maksila
Grafting tulang onlay
Tulang G interposisional
9
Hidroksiapatit
Sinus lift
Tuberoplasti
10
semua gigi asli pada lengkung rahang. Pada pasien edentulous sebagian,
hilangnya gigi dilanjutkan dengan penurunan tulang alveolar, gigi tetangga
dan pengaruh tingkat kesulitan jaringan pendukung dalam menerima
restorasi prostetik yang adekuat. Kualitas dari jaringan pendukung
memperbaiki kondisi keseluruhan dan dipertimbangkan pada tingkat
diagnostik dari sistem klasifikasi (Kartika, 2011).
Klasifikasi residual ridge oleh cawood dan howel:
1. Class I :
2. Class II:
post exstraksi
3. Class III
alveolar.
6. Class VI
11
3. Mekanis/ fungsi : arah dan frekuensi tekanan yang bekerja pada jaringan
pendukung geligi tiruan.
2.3. Komplikasi akibat edentulous ridge
1. Disfungsi (mastikasi, bicara, deglutisi)
a. Disfungsi mastikasi
Sistem mastikasi adalah unit fungsional yang terdiri dari gigi, pipi,
lidah, palatum, sekresi saliva, sistem peredaran darah dan persyarafan. Gigi
memiliki fungsi melunakkan dan menghaluskan makanan. Kehilangan gigi
menyebabkan kemampuan pengunyahan. Seseorang dengan kehilangan gigi
(edentulous) akan cenderung memilih makanan yang lunak atau mudah
ditelan sehingga dapat menyebabkan kurangnya asupan nutrisi ke tubuh.
b. Gangguan Bicara
Bantuan dari bibir dan lidah yang berkontak dengan gigi geligi
menghasilkan beberapa huruf tertentu. Huruf yang dibentuk melalui kontak
gigi dan lidah yaitu D, N, L, J, T, S, Z, X, TH, CH dan SH yang merupakan
huruf konsonan. Huruf yang dibentuk oleh bentuk gigi dan bibir yaitu F dan
V. Pasien yang kehilangan gigi akan kesulitan untuk mengucapkan huruf
huruf tersebut sehingga mengganggu proses bicara dan juga komunikasi.
c. Gangguan Diglutisi
Diglutisi adalah proses menelan makanan di kerongkongan. Keadaan
edentulous menyebabkan gangguan mastikasi yang membuat makanan tidak
dapat dihaluskan dengan sempurna sehingga saat proses penelanan terjadi
gangguan.
2. Nyeri
Permukaan alveolar ridge yang tajam ditutupi oleh mukosa yang tipis
menyebabkan rasa nyeri saat melakukan oklusi. Resorbsi alveolar ridge
dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran ridge. Salah satunya bentuk
alveolar ridge yang tajam. Permukaan alveolar ridge yang tajam ditutupi
12
oleh mukosa yang tipis, atrofi dan terasa sakit bila dilakukan palpasi
(apalagi kontak saat dipakai mengunyah).
3. Deformitas Kraniofasial
A. Definisi : kelainan pertumbuhan kraniofacial
1) Pemeriksaan klinis :
a. Jaringan lunak : -analisisestetik fasial
-
Analisis profil
2) Pemeriksaan penunjang :
-
B. Manajemen pasien
-
Metode fiksasi untuk segmen tulang, kontrol oklusi yang tepat &
rehabilitasi untuk fungsi rahang sepenuhnya
13
4. Oligodonsia
A. Definisi
-
Tidak adanya lebih dari enam gigi pada RA/RB secara kongenital.
Keadaanini merupakan manifestasi dari kelainan herediter seperti
ectodermal dysplasia, yaitu suatu kelainan perkembangan struktur
yang berasal dari ektodern (rambut, gigi, kuku, kulit) yang diturunkan
Gigi sulung dan permanen memiliki variasi dalam jumlah, ukuran dan
bentuk gigi serta jaringan gigi
Gigi yang biasanya tidak ada adalah gigi terakhir dalam setiap seri
(insisif lateral,P2 dan M3)
B. Etiologi
-
Celah langit-langit
Trisomy 21
Sindrom William
Sindrom rieger
Sindrom craniosynostosis
C. Manifestasi klinis
-
14
Saliva berlebih
Lakrimasi
Batukbatuk
Berkeringat;
15
3. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan radiografi berguna untuk menilai kondisi dari tulang
rahang. Panoramik foto berguna untuk mengetahui kualitas keseluruhan
dari tulang alveolar dan untuk melihat adanya sisa akar gigi atau
kelainan patologi yang lain (seperti kista rahang). Lateral cephalostat
atau cephalogram photo dapat digunakan untuk melihat hubungan
skeletal antero-posterior dan tinggi tulang alveolar bagian anterior.
Periapikal photo berguna bila akan dilakukan pengambilan sisa akar
sebelum pembuatan gigi tiruan. Studi model cetakan berguna
memudahkan rencana perawatan (terutama bila terdapat ketidak
sesuaiansecara skeletal) dan membantumenjelaskan rencana prosedur
bedah kepada pasien. Model wax-up dari gigi tiruan membantu untuk
memperlihatkan hasil akhir secara estetis.
2.5. Prosedur Bedah Korektif
Penatalaksanaan sebelum operasi (Stephens, 1997)
1. Evaluasi yang seksama terhadap pasien adalah yang terpenting dalam
menentukan apakah seseorang diindikasikan untuk pembedahan dan
prosedur perawatan apa yang paling tepat.
2. Kemampuan fisik dan psikologi pasien untuk bertoleransi terhadap
protesa konvensional harus ditentukan sejak awal dalam proses
evaluasi. Beberapa pasien tidak dapat beradaptasi dengan protesa
konvensional bagaimanapun baiknya dan cekatnya protesa tersebut.
3. Konsultasi dengan seorang prostodonsia sangat penting dalam
menentukan prosedur yang tepat menghadapikebutuhan perawatan
protetik bagi setiap pasien.
4. Pertimbangan lainnya adalah usia pasien, fisik, status kesehatan mental,
keterbatasan keuangan, kondisi jaringan keras dan lunak dari tulang
alveolar.
Tahapan bedah preprostetik
16
Teknik pencabutan
Teknik pencabutan tanpa rasa sakit dan minimal agar luka post
pencabutan dapat sembuh dengan sempurna tanpa ada masalah
prostetik. Prinsip- prinsip pembedahan dalam keadaan steril.
Pencabutan dengan hati-hati untuk terhindarkan dari komplikasi yang
tidak diinginkan seperti perdarahan, edemaa, trismus dan dry socket.
Usahakan tiap tindakan ideal setelah ekstraksi dilakukan pengecekan
fragmen tulang, apabila ada bagian tulang yang tajam langsung
dilakukan penghalusan dengan bone file.
17
18
Pada frenulum labialis yang terlalu tinggi akan terlihat daerah yang
pucat pada saat bibir diangkat ke atas. Frenektomi pada frenulum
labialis bertujuan untuk merubah posisi frenulum kalau diperlukan
maka jaringan interdental dibuang. Pada frenulum yang menyebabkan
diastema sebaiknya frenektomi dilakukan sebelum perawatan ortodonti .
Macam-macam frenektomi :
- Vertical incision
- Cross diamond incision
- Tehnik Z Plasty
b. Frenulum lingualis yang terlalu pendek
Pada pemeriksaan klinis akan terlihat : Gerakan lidah terbatas,
Gangguan bicara, gangguan penelanan dan pengunyahan. Frenektomi
frenulum lingualis pada anak-anak dianjurkan sedini mungkinkarena
akan membantu proses bicara, perkembangan rahang dan
menghilangkan gangguan fungsi yang mungkin terjadi. Sedangkan pada
orang dewasa dilakukan karena adanya oral hygiene yang buruk. Cara
pembedahan dilakukan dengan insisi vertikal dan tindakannya lebih
dikenal sebagai ankilotomi.
3) Vestibuloplasty
Vestibuloplasty, suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk
meninggikan sulkus vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa,
ikatan otot dan otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan
baik pada maksila maupun pada mandibula dan akan menghasilkan
sulkus vestibular yang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi
protesa. Vestibulum dangkal dapat disebabkan resorbsi tulang alveolar,
perlekatan otot terlalu tinggi, adanya infeksi atau trauma. Tidak semua
keadaan sulkus vestibular dangkal dapat dilakukan vestibuloplasty tetapi
harus ada dukungan tulang alveolar yang cukup untuk mereposisi N.
Mentalis, M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus. Banyak faktor yang
19
20
21
6. Irigasi
7. Suturing
4) Self Reduction
Penonjolan pada mylohyoid ridge mengandung otot mylohoid dengan
tempat m3. Bagian ini biasanya digunakan untuk ekstensi mandibular
denture untuk mendapatkan kestabilan dan retensi. Bagian self yang
mengalami atropi dapat disingkirkan agar perlekatan otot mylohyoid dapat
terbebas.
22
23
24
Jika lesi dalam ukuran kecil, jepit dasar dari pertumbuhan epulis dengan
forceps dan eksisi secara menyeluruh. Perhatikan jangan sampai
merusak periosteum dan retaining dari attach mukosa
C. Inflamatory Hyperplasia
Merupakan nodul merah dari papillary di daerah mukosa palatal
Etiologinya adalah iritasi kronis penggunaan gigi tiruan yang tidak stabil.
PERAWATAN BEDAH
25
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Polyxeni CN, Artemis PN, Gregory LP, Maria JF. Screening of edentulous
patients in a dental school population using the prosthodontic diagnostic
index. Journal of Gerodontology 2010;27:114-20.
McGarry Thomas et all. Classification system for partial edentulism. Journal of
Prosthodontic 2002;11(3):181-93.
Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated Implant
in Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg. Churchill
Livingstone
Stephens W., Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery in Donoff B.,1997
Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary Oral
and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W.B. Saunders Co.
Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated Implant
in Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg. Churchill
Livingstone
Panchal et al. Minor Preprosthetic Surgery in Dym, Harry et al. 2001. Atlas of
Minor Surgery, Philadelphia : W.B. Saunders Co.
Stephens W., Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery in Donoff B., 1997
Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby.
Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary Oral
and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W.B. Saunders Co.
28