PENDAHULUAN
negara dan dengan sangat cepat pada negara industri. Weintraub dan Burt
edentulous dalam tingkat yang lebih tinggi daripada kelompok sosio-ekonomi yang
menampilkan karakteristik yang berbeda (misalnya pasien lebih tua, dengan lebih
lama pemakaian gigitiruan dan lebih banyak masalah medis), berkembang menjadi
perawatan yang lebih menantang dan kompleks untuk memuaskan kebutuhan dan
harapan dari setiap individu. Riwayat medis, kesehatan gigi dan pemeriksaan klinis
rongga mulut dan dalam kondisi kesehatan mereka. Setiap pasien seharusnya
dirawat secara berbeda dengan cara yang paling tepat yang akan menjamin fungsi
dan kenyamanan1.
1
Tidak adanya temuan diagnostik yang terorganisir untuk pasien
edentulous selalu menjadi kesulitan untuk perawatan yang efektif bagi pasien.
digunakan untuk memandu keseluruhan dari rencana perawatan dan manajemen dari
ditampilkan pada pemeriksaan awal mereka1. Sistem ini terfokus pada variabel
diagnostik dan menggunakan format daftar yang dapat diterapkan dengan cepat dan
mudah. Meskipun saat ini sedikit dipublikasikan data yang menunjukkan hubungan
antara klasifikasi dan prognosis, sistem tersebut dapat diterapkan oleh dokter gigi
pasien edentulous2.
dimana klas I mewakili situasi klinis yang tidak rumit dan klas IV mewakili situasi
klinis yang kompleks. Setiap kelas memiliki kriteria diagnostik spesifik yang
berbeda. Adapun manfaat dari sistem ini diantaranya (1) meningkatkan konsistensi
sepadan dengan kompleksitas perawatan, (4) kriteria standar untuk penilaian hasil
2
dan penelitian, (5) peningkatan konsistensi diagnostik, (6) menyederhanakan
dalam wilayah Kota Makassar, Sulawesi Selatan (SulSel). Pulau ini termasuk dalam
pulaunya memanjang dari timur laut hingga barat daya dan berjarak 15 kilometer
dari Makassar dengan luas 14 Ha4,5. Jumlah penduduk di pulau ini sekitar 4170 jiwa
dengan mata pencaharian 90% sebagai nelayan, 9% bekerja sebagai penjual balon
dan sisanya usaha lainnya. Untuk fasilitas di pulau ini, para warga menggunakan
listrik dengan operator yang beroperasi selama 12 jam. Di pulau ini juga terdapat
dua buah sekolah dasar, sebuah taman kanak-kanak, sarana ibadah : dua buah
mesjid dan dua buah mushallah, sebuah lapangan sepak bola dan fasilitas kesehatan
berupa sebuah posyandu bantu, juga terdapat pos obat desa (POD)5.
maksimal, hal ini dikarenakan institusi pelayanan kesehatan di pulau tersebut masih
disana karena tidak memperoleh sarana tempat tinggal seperti asrama6. Sarana
pulau tersebut hanya terdapat seorang tukang gigi yang tidak menetap dikarenakan
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Index (PDI).
4
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah :
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehilangan gigi telah lama dianggap sebagai bagian dari proses penuaan.
buruk dan proses biomekanis, keadaan ini menjadi lebih buruk ketika pasien
sebagian besar pasien yang mengalami kehilangan gigi merupakan suatu hal yang
seluruh gigi disebut edentulous total. Edentulous total dapat didefinisikan sebagai
keadaan fisik dari rahang diikuti hilangnya seluruh gigi dan kondisi dari jaringan
sebagian didefinisikan sebagai hilangnya beberapa tetapi tidak semua gigi asli
6
dilanjutkan dengan penurunan tulang alveolar, gigi tetangga dan pengaruh tingkat
Klas I
Klas ini mencirikan tahap edentulous yang paling sesuai dirawat dengan
1. Tinggi sisa tulang 21 m yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawah
3. Lokasi perlekatan otot kondusif untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan; RB
7
Gambar II.1. Klas I edentulous total menggunakan sistem
klasifikasi PDI. (sumber : Thomas JM, Arthur N, James FS,
Christoper RS. Classification [internet]. Available from:
http://www.prosthodontics.org/membership/pdi.asp. Accessed on:
December 18, 2010.)
Klas II
1. Tinggi sisa tulang 16-20 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang
8
3. Lokasi perlekatan otot sedikit mempengaruhi retensi dan stabilitas
Klas III
Klas ini ditandai dengan adanya kebutuhan akan revisi dari struktur
9
1. Tinggi sisa tulang 11-15 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang
alveoplasti.
7. Gejala-gejala TMD.
hiperaktivitas.
10
Gambar II.3. Klas III edentulous total menggunakan sistem
klasifikasi PDI. (sumber : Thomas JM, Arthur N, James FS,
Christoper RS. Classification [internet]. Available from:
http://www.prosthodontics.org/membership/pdi.asp. Accessed
on: December 18, 2010.)
Klas IV
maka teknik gigitiruan khusus harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
adekuat.
11
3. Sisa lingir sama sekali tidak dapat menahan pergerakan horizontal
koreksi.
11. Hiperaktivitas lidah yang mungkin disebabkan oleh retraksi posisi lidah
12
dalam mendapatkan apa yang diharapkannya dari perawatan sekalipun
Klas I
Klas ini ditandai dengan keadaan yang ideal atau sedikit buruk dari lokasi dan
penyangga.
bawah yang tidak melebihi empat gigi insisivus yang hilang, atau
beberapa gigi posterior yang tidak melebihi satu premolar dan satu
molar.
2. Kondisi gigi penyangga yang ideal atau sedikit buruk, yang tidak
3. Oklusi yang ideal atau sedikit buruk yang tidak membutuhkan terapi
prostetik.
14
Gambar II.5. Klas I edentulous sebagian menggunakan system klasifikasi
PDI. (sumber : Thomas JM, Arthur N, James FS, Christoper RS.
Classification system for partial edentulism [internet]. Available from:
http://www.prosthodontics.org/membership/pdi.asp. Accessed on: December
18, 2010.)
Klas II
Klas ini ditandai dengan keadaan yang cukup buruk dari lokasi dan perluasan
daerah edentulous pada kedua lengkung rahang, kondisi gigi penyangga yang
penyangga.
15
c) Daerah edentulous mencakup beberapa gigi anterior rahang atas yang
bawah yang tidak melebihi empat gigi insisivus yang hilang atau
beberapa gigi posterior (rahang atas atau rahang bawah) yang tidak
melebihi dua premolar atau satu premolar dan satu molar atau
beberapa gigi kaninus yang hilang (rahang atas atau rahang bawah).
a) Gigi penyangga pada satu atau dua sisi tidak cukup untuk menahan
ekstrakorona.
b) Gigi penyangga pada satu atau dua sisi membutuhkan terapi lokal
tambahan.
4. Morfologi residual ridge sama dengan kondisi edentulous total klas II.
Klas ini ditandai dengan keadaan yang buruk dari lokasi dan perluasan daerah
penyangga.
atau rahang bawah lebih banyak daripada tiga atau dua gigi molar,
tiga gigi atau lebih pada daerah edentulous anterior dan posterior.
a) Gigi penyangga pada tiga sisi tidak cukup untuk menahan struktur
ortodontik).
17
3. Oklusi buruk :
dimensi vertikal.
4. Morfologi residual ridge sama dengan kondisi edentulous total klas III.
Klas IV
Klas ini ditandai dengan keadaan yang sangat buruk dari lokasi dan perluasan
18
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulous buruk :
a) Daerah edentulous yang luas dan bisa terdapat pada kedua lengkung
rahang.
a) Gigi penyangga pada empat sisi tidak cukup untuk menahan struktur
3. Oklusi buruk :
dimensi vertikal.
4. Morfologi residual ridge sama dengan kondisi edentulous total klas IV.
19
Gambar II.8 Klas IV edentulous sebagian menggunakan sistem
klasifikasi PDI. (sumber : Thomas JM, Arthur N, James FS,
Christoper RS. Classification system for partial edentulism
[internet]. Available from:
http://www.prosthodontics.org/membership/pdi.asp. Accessed on:
December 18, 2010.)
desain gigitiruan sebagian lepasan12. Klasifikasi ini membagi semua keadaan tak
bergigi menjadi empat kelompok11. Daerah tak bergigi yang berbeda dari keadaan
yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu dalam empat kelompok tadi, disebut
sebagai modifikasi12.
20
Klasifikasi Kennedy :
Klas I
Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan
Klas II
Daerah edentulous terletak dibagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan hanya
21
Gambar II.10 Klas II edentulous sebagian
menggunakan sistem klasifikasi Kennedy
(sumber : Classification of RPDs and
partially edentulous arches [internet].
Available from:
http://articulos.sld.cu/protesis/files/2009/06/
chapter2-classification-of-rpds.pdf.
accessed on: April 15, 2011.)
Klas III
Daerah edentulous terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior
maupun anterior dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral)11,12,13.
22
Klas IV
Daerah edentulous terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan
perbaikan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan prosedur klinis dengan
23
Applegate kemudian memperbaiki klasifikasi tersebut yang kemudian
Klas I
Daerah edentulous sama dengan klas I Kennedy, terletak di bagian posterior dari
gigi yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)11,12,13. Keadaan
ini sering dijumpai pada rahang bawah. Secara klinis dijumpai :12
4. Gigi asli yang masih ada atau tinggal sudah migrasi dalam berbagai posisi.
6. Jumlah gigi yang masih tertinggal di bagian anterior umumnya 6-10 gigi saja.
24
Klas II
Daerah edentulous sama seperti klas Kennedy, terletak dibagian posterior dari gigi
yang masih tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral)11,12,13.
4. Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan protesa untuk jangka waktu
temporomandibula.
Klas III
Daerah edentulous sama seperti klas III Kennedy, terletak diantara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya berada pada salah satu sisi
Indikasi perawatan prostodontik klas III yaitu gigitiruan sebagian lepasan dukungan
Klas IV
Daerah edentulous sama dengan klas IV Kennedy, terletak pada bagian anterior dari
gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis median11,12,13. Pada umumnya untuk
2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi
pendukung.
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor
esetetik.
2. Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) dengan desain bilateral dan dukungan gigi
Klas V
Daerah edentulous berada pada salah satu sisi rahang13, gigi anterior lemah dan
tidak dapat digunakan sebagai gigi penyangga atau tidak mampu menahan daya
kunyah12,13. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus
Klas VI
Daerah edentulous terletak pada daerah unilateral dengan kedua gigi tetangga dapat
27
Gambar II.14 Klas VI edentulous sebagian
menggunakan sistem klasifikasi Applegate-
Kennedy (sumber : Classification of RPDs
and partially edentulous arches [internet].
Available from:
http://articulos.sld.cu/protesis/files/2009/06/
chapter2-classification-of-rpds.pdf.
accessed on: April 15, 2011.)
penuh.
1. GTC,
28
Klas VII
Edentuous sebagian, semua gigi asli yang tersisa berada pada salah satu sisi rahang.
Kasus ini jarang terjadi, biasanya terjadi pada pasien hemimaxillectomy dan
hemimandibulectomy13.
Klas VIII
Edentulous sebagian, semua gigi asli yang tersisa terletak di salah satu sudut
anterior dari rahang. Kasus ini jarang terjadi pada pasien bedah maxillofacial dan
advanced periodontitis13.
29
Gambar II.16 Klas VIII edentulous
sebagian menggunakan sistem klasifikasi
Applegate-Kennedy (sumber :
Classification of RPDs and partially
edentulous arches [internet]. Available
from:
http://articulos.sld.cu/protesis/files/2009/06/
chapter2-classification-of-rpds.pdf.
accessed on: April 15, 2011.)
30
BAB III
KERANGKA KONSEP
umur
Pendidikan terakhir
Total Sebagian
Klas I Klas II Klas III Klas IV Klas I Klas II Klas III Klas IV
Keterangan :
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.4.1 Populasi.
32
4.4.2 Subjek penelitian.
sebagian giginya.
lengkap.
giginya.
33
4.5 METODE PEMILIHAN SAMPEL
Akan dilaksanakan survey awal untuk mengetahui dan mendata jumlah penduduk
Variabel dari penelitian ini adalah edentulous sebagian dan sistem klasifikasi
PDI.
34
4.8 PROSEDUR PENELITIAN
Dilakukan survey awal untuk mengetahui dan mendata jumlah penduduk Pulau
pemeriksaan langsung pada mulut pasien dengan bantuan kaca mulut dan panduan
Prosthodontic Diagnostik Index. Setelah itu, dilakukan pengolahan data dan akan
Penggunaan Instrumen :
Populasi dan
5.
PDI, alat diagnostik
6. subjek
7. Rumusan
Pengumpulan
Masalah
Data : Pengolahan
Pemeriksaan Data
klinis
Penyajian Data dengan
bentuk tabel/diagram
dan narasi
Simpulan dan
Saran
35
4.10 ANALISIS DATA
36
BAB V
HASIL PENELITIAN
Tabel V.1 Distribusi frekuensi dan persentase pasien edentulous sebagian pada masyarakat Pulau
Kodingareng menggunakan PDI berdasarkan kelompok umur.
Edentulous sebagian
Umur Total
Klas I Klas II Klas III Klas IV
n % n % n % n % n %
20-29 15 24,07 - - 2 3,70 - - 15 27,78
30-39 9 16,67 4 7,41 5 9,26 3 5,56 21 38,89
40-49 4 7,41 - - 3 5,56 1 1,85 8 14,81
50-59 1 1,85 - - 5 9,26 1 1,85 7 12,96
60-69 - - - - - - 2 3,70 2 3,70
70-79 - - - - - - 1 1,85 1 1,85
Total 27 50 4 7,41 15 27,78 8 14,81 54 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada masyarakat Pulau Kodingareng
prevalensi edentulous sebagian terbesar terdapat pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu
sebanyak 21 orang atau 38,89% dan prevalensi terendah terdapat pada kelompok umur
37
Tabel V.2 Distribusi frekuensi dan persentase pasien edentulous sebagian pada masyarakat Pulau
Kodingareng menggunakan PDI berdasarkan jenis kelamin.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada masyarakat Pulau Kodingareng,
prevalensi edentulous pada jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 48 orang atau
88,89% dan prevalensi edentulous pada jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 6 orang
atau 11,11%.
Tabel V.3 Distribusi frekuensi dan persentase pasien edentulous sebagian pada masyarakat Pulau
Kodingareng menggunakan PDI berdasarkan pendidikan terakhir.
Edentulous sebagian
Pendidikan Total
terakhir Klas I Klas II Klas III Klas IV
n % n % n % n % n %
SD 25 46,30 2 3,70 15 27,78 7 12,96 49 90,74
SMP 1 1,85 1 1,85 - - - 2 3,70
Tidak sekolah 1 1,85 1 1,85 - - 1 1,85 3 5,56
Total 27 50 4 7,41 15 27,78 8 14,81 54 100
Sumber : Sari K. Data Primer. 2011.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada masyarakat Pulau Kodingareng,
adalah sebanyak 49 orang atau 90,74%, masyarakat yang memiliki pendidikan terakhir
38
SMP adalah sebanyak dua orang atau 3,70% dan masyarakat yang tidak bersekolah
Tabel V.4 Distribusi frekuensi dan persentase klasifikasi pasien edentulous sebagian pada masyarakat
Pulau Kodingareng menggunakan PDI
\
Klasifikasi Edentulous Sebagian
n %
Klas I 27 50
Klas II 7 12,96
Klas IV 6 11,11
Total 54 100
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada masyarakat Pulau Kodingareng
yang termasuk dalam klasifikasi klas I adalah 27 orang atau 50%, yang termasuk dalam
klasifikasi klas II adalah 7 orang atau 12,96%, yang termasuk dalam klasifikasi klas III
adalah 20 orang atau 37,04%, danyang termasuk dalam klasifikasi klas IV adalah enam
orang atau 11,11%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa prevalensi tertinggi dalam
pada masyarakat Pulau Kodingareng adalah klas I yaitu sebanyak 27 orang atau 50%
39
dan yang memiliki prevalensi terendah adalah klas IV yaitu sebanyak 6 orang atau
11,11%
40
BAB VI
PEMBAHASAN
diagnosis dan menentukan prosedur perawatan yang tepat, akan tetapi PDI bukan
Dari sudut pandang klinis, pengklasifikasian pasien menurut kriteria yang telah
yang lebih akurat dan dasar untuk prosedur perawatan yang tepat, yang menghasilkan
parawatan pasien yang paling berhasil. Kedua, indeks ini memudahkan dan
meningkatkan komunikasi antar dokter gigi dan spesialis karena mereka menggunakan
terminology yang sama (klas I-IV). Ketika diberlakukan dalam praktek pribadi, indeks
tersebut dapat memudahkan dokter gigi umum yang akan merujuk pasien dengan klas
yang lebih parah ke spesialis. Insiden perawatan ulang seharusnya menurun. National
41
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat Pulau
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada tabel V.1 berdasarkan
kelompok umur dapat dilihat bahwa prevalensi edentulous sebagian terbesar terdapat
pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 21 orang atau 38,89% dan prevalensi
terendah terdapat pada kelompok umur 70-79 tahun yaitu sebanyak satu orang atau
1,85%.
Semakin bertambah usia, semakin banyak gigi yang tanggal baik karena karies,
penyakit periodontal dan iatrogenik. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian, pada
masyarakat Pulau Kodingareng yang telah berumur 50 tahun sebagian besar telah
kehilangan seluruh giginya atau edentulous total dan telah menggunakan gigitiruan
penuh (GTP). Menurut Pelton dkk memperlihatkan bahwa setelah usia 15 tahun, kira-
kira 50%, jumlah kehilangan gigi disebabkan karena penyakit periodontal, 37% hilang
Pada tabel V.2 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa prevalensi
edentulous sebagian pada perempuan yaitu sebanyak 48 orang atau 88,89% dan
prevalensi edentulous sebagian pada laki-laki yaitu sebanyak enam orang atau 11,11%.
Dari data ini menunjukkan bahwa pada masyarakat Pulau kodingareng laki-laki
cenderung memperhatikan kebersihan dan kesehatan sehingga kesehatan gigi dan mulut
laki-laki lebih baik daripada perempuan dengan demikian perempuan cenderung lebih
cepat kehilangan gigi. Kelemahan dari penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan pada
42
hari sabtu, dan pada hari tersebut sebagian besar penduduk pria yang tinggal di Pulau
Kodingareng pergi berlayar untuk memancing ikan sehingga masyarakat yang datang
tingkat pendidikan, maka makin tinggi pula tuntutannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu15. Selain itu, menurut Green dan Pincus yang dikutip oleh
pendidikan dengan perilaku sehat16. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan di atas,
yaitu sebagian besar (90,74%) sampel menunjukkan bahwa tingkat pendidikan hanya
pada tingkat sekolah dasar (tabel V.3). Dengan melihat tingkat pendidikan masyarakat
Pulau Kodingareng yang rendah, maka hal ini berhubungan dengan tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan terutama kesehatan gigi dan mulut.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada tabel V.4 dapat dilihat bahwa
sebagian besar pasien edentulous sebagian masuk dalam kelompok Klas I yaitu
digunakan yaitu daerah edentulous hanya terdapat pada 1-2 gigi dan kondisi gigi
penyangga pada umumnya baik, meskipun ada gigi yang memerlukan perlakuan
tambahan (periodontal, endodontik) sebagian besar hanya terdapat pada 1-2 sextan saja.
Sedangkan pada pengelompokan klas lainnya seperti klas II terdapat 7 orang atau
12,96%. Pengelompokan klas II ini berdasarkan index yang digunakan, jumlah gigi yang
43
hilang yaitu beberapa gigi saja dan termasuk kaninus. Pengelompokan klas III yang
Pengelompokan tersebut dilihat dari keadaan gigi penyangga pasien yang termasuk
dalam kelompok klas III ini pada umumnya terdapat karies dan telah terjadi atrisi.
Pengelompokan tersebut dilihat dari daerah edentulous pasien yang terdapat pada
seluruh daerah posterior yang terdapat pada salah satu rahang sehingga terjadi perubahan
vertikal dimensi.
Clinics of the Dental School of Athens, Yunani terhadap pasien prostodonsi yang datang
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien edentulous dikelompokkan dalam klas III.
menimbulkan masalah lain yaitu pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki oleh
mahasiswa pada tahun keempat dan kelima belum memenuhi syarat untuk menyediakan
medis/mental yang terkait dengan pasien. Indeks ini seharusnya digunakan pada tahap
44
awal di Oral Diagnostic and Radiology Clinic, sewaktu pemeriksaan awal pasien.
Pengumpulan seluruh data (radiografi, klinis, fisik, medis) dan penentuan kriteria akan
memungkinkan distribusi pasien yang tepat khususnya mereka dengan prognosis yang
kurang baik1.
45
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Pulau Kodingareng, dapat
ditarik kesimpulan :
pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 21 orang atau 38,89%.
edentulous sebagian.
46
7.2 SARAN
1. Pentingnya diadakan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut agar dapat
penerapan PDI pada setiap pasien edentulous baik total maupun sebagian, sebab
47
48