Anda di halaman 1dari 9

Diagnosa Orthodontik

Analisis model studi dalam perawatan ortodonsi


I.1 Latar Belakang Masalah
Makalah ini pada dasarnya disusun sebagai syarat dalam memenuhi tugas Ortodonsia II dan
untuk menjelaskan mengenaidiagnosa ortodontik.
Suatu kasus ortodontik dalam pemenuhan tujuan akhirnya dalam hal tindakan estetis maupun
kasus maloklusi gigi geligi, terlebih dahulu haruslah terlibat dalam penegakan diagnosa, sebelum
akhirnya sampai dalam penanganan dan perawatan ortodontik. Diagnosa ortodontik bukanlah hal
mudah yang dapat diambil konklusinya dengan cepat dan tepat. Langkah-langkah awal dalam hal
pengambilan diagnosa merupakan kegiatan wajib yang patut diketahui dan dilakukan oleh
praktikan akademika calon maupun dokter gigi terkait.
Langkah tepat dalam penegakan diagnosa pasien akan menolong pasien tersebut dalam
melengkapi tujuan ortodontik yang diinginkan. Analisa kasus pasien dengan seksama dan
menyeluruh selanjutnya akan membantu dalam rencana perawatan yang akan diberikan dokter
gigi terhadap pasiennya. Dalam makalah ini, akan dijelaskan bagaimana peranan penting
diagnosa tersebut terhadap kelangsungan prognosis pasien terkait anomali maupun maloklusi
yang diderita pasien tersebut.
Diagnosa ortodontik yang benar dan sesuai akan menuntun dokter gigi menuju ke arah tujuan
ortodontik pasien yang diharapkan.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diagnosa Ortodontik
Menurut Rakosi dkk (1993), diagnosa didefinisikan sebagai sebuah alur sistematis dalam
menentukan kelainan; menemukan kelainan, perencanaan terapi dan penjabaran indikasi, yang
mengarahkan dokter untuk dapat melakukan tindakan. Pengertian diagnosa adalah mempelajari
dan menyimpulkan data mengenai problem klinis dengan tujuan menentukan ada atau tidaknya
keadaan abnormal. (Eka, 2012)
Menurut Salzmann (1950), diagnosa dibedakan atas Diagnosa Medis (Medical diagnosa) yaitu
suatu diagnosa yang menetapkan penyimpangan dari keadaan normal yang disebabkan oleh
suatu penyakit yang membutuhkan tindakan medis atau pengobatan, dan Diagnosa Ortodontik
yaitu diagnosa yang menetapkan suatu kelainan atau anomali oklusi gigi-gigi (bukan penyakit)
yang membutuhkan tindakan rehabilitasi.
Diagnosa ortodonti berbeda dengan diagnosa medis lainnya. Diagnosa medis berhubungan
dengan hal-hal yang bersifat patologis/penyakit, sedangkan diagnosa ortodontik berhubungan
dengan kelainan yang berhubungan dengan hal-hal menyangkut gigi, rahang dan wajah
(dentofasial), terutama kelainan dalam hubungan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah
(maloklusi). (Eka, 2012)
Dalam diagnosa ortodontik, biasanya digunakan analisa individual untuk mendapatkan diagnosa
yang
benar.Informasi yang didapatkan
harus
objektif,
relevan, dan
akurat. Kriteria diagnostik ortodontik, harus mencakup keseluruhan sistem orofasial, dan juga

harus selektif. Analisa individual akan menunjukkan perkembangan sistem mastikasi tiap
individu, yang oleh Andersen (1931) disebut individual optimum. Analisa data individual
secara sistematis dapat menentukan tipe dalam kelompok kasus pada diagnosa. Pengelompokan
kasus-kasus yang sama ke dalam kelompok yang lebih besar, selanjutnya akan dibagi ke dalam
klasifikasi berdasarkan tipe-tipe kelainan yang ditemukan. (Rakosi dkk, 1993) Menurut Schwarz
(Iman, 2008), diagnosa ortodontik dapat dibagi menjadi:
1. Diagnosa Biogenetik (Biogenetic diagnosa)
2. Diagnosa Sefalometrik (Cephalometric diagnosa)
3. Diagnosa Gigi geligi (Dental diagnosa)
Diagnosa ortodontik terdiri atas daftar semua aspek menyimpang yang berhubungan dengan
oklusi. Hal ini mendahului rencana perawatan yang dilakukan karena hubungannya dengan
berbagai macam faktor dan dampak pada perawatan dari diagnosa yang perlu
dipertimbangkan. (Heasman, 2003)
Dalam menangani setiap kasus ortodonti, para praktisi harus menyusun rencana perawatan yang
didasarkan pada diagnosa. Menurut Eka (2012), keberhasilan perawatan ortodonti sangat
ditentukan oleh diagnosa, rencana perawatan, dan mekanoterapi yang tepat. Untuk menetapkan
diagnosa, ada prosedur standar yang mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut menurut
Rakosi dkk (1993) meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis intra dan ekstra oral, analisa
fungsional, analisa ronsenologis, analisa fotografi, pemeriksaan radiologis, dan analisa model
studi, yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. Setiap
komponen data tersebut memiliki peran yang sama pentingnya dalam menentukan diagnosa
ortodontik (Eka, 2012). Diagnosa dilakukan berdasarkan pengumpulan informasi secara akurat
tentang pasien dari pemeriksaan kasus secara logis. (Heasman, 2003)
1. Anamnesis
A. Waktu
Pada saat usia 7 sampai 8 tahun, pemeriksaan terhadap perkembangan oklusi sangat perlu untuk
dicatat, seperti bentuk, posisi dan adanya incisivus permanen dan untuk merencanakan
intervensi yang sesuai terhadap abnormalitas yang ditemukan yang akan mempengaruhi urutan
erupsi normal. Prognosis dari gigi molar pertama permanen harus diperiksakan secara rutin sejak
umur 8 tahun, dan palpasi dari kaninus maksila yang akan erupsi ke lengkung gigi sekitar umur
10 tahun. Deteksi awal dari diskrepansi skeletal juga akan menunjukan waktu yang optimal
untuk perawatan agar dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan, tapi pada kebanyakan anakanak pemeriksaannya tertunda sampai gigi permanen telah erupsi.
Semua dokter gigi harus dapat melakukan pemeriksaan ortodontik dasar untuk pasienya dan
merujuk ke spesialis apabila diperlukan. Ketika pertumbuhan gigi dan/atau oklusal menyimpang
dari normal, atau ketika diskrepansi secara signifikan pada pembentukan dentofasial atau
hubungan oklusal pada pasien yang menyangkut pasien dan berpengaruh terhadap kesehatan gigi
dalam jangka waktu yang lama, hal tersebut diindikasikan untuk dirujuk.Selain dari data
personal, surat rujukan harus mengandung referensi secara spesifik terhadap:

Persepsi pasien terhadap masalah

Catatan kehadiran mereka

Tingkat kepekaan mereka terhadap kesehatan gigi termasuk orang tuanya (jika perlu)

Status kebersihan oral

Perkiraan prognosis dari gigi terestorasi maupun trauma

Gambaran radiografi terbaru serta cetakan model rahang pasien juga penting disertakan saat
memberikan rujukan.
Pemeriksaan ortodontik meliputi 3 tahap yaitu :
a. Riwayat yang lengkap
b. Pemeriksaan klinis yang sistematik dan mendalam
c. Pengumpulan informasi yang relevan dari evaluasi khusus yang diperlukan
B. Kepentingan perawatan
Kebutuhan perawatan ortodontik pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama:

Faktor pasien/orang tua, dimana termasuk jenis kelamin, umur, tingkat kepercayaan diri,
persepsi diri dan lingkungan terhadap masalah oklusi dan gangguan perkembangan rahang, kelas
sosial, dan keinginan orang tua

Kesadaran dari dokter gigi


2. Riwayat
Pada dasarnya dokter gigi harus dapat mengidentifikasi:

Alasan pasien datang ke dokter gigi

Siapa yang mengajukan tentang perawatan

Perilaku perawatan
A. Riwayat Kesehatan
Kuesioner tentang kesehatan harus dilengkapi oleh setiap pasien atau orang tuanya, dan hasil
temuannyadikonfirmasi
lebih
lanjut
lewat wawancara
di
klinik. Beberapa kondisi
kesehatan kemungkinan dapat memberikanpengaruh terhadap perawatan ortodontik.
B. Riwayat Kesehatan Gigi
Kebiasaan, perluasan, dan frekuensi dari perawatan gigi sebelumnya dengan tingkat kerjasama
pasien harus dicatat, bersamaan dengan perilaku kesehatan gigi pasien sehari-hari. Riwayat
kehilangan gigi awal pada gigi susu serta trauma incisor juga perlu dicatat. Jika sebelumnya
sudah pernah dilakukan perawatan ortodontik, detail yang berhubungan dengan pencabutan gigi
dan tipe alatnya harus diperhatikan. Apabila perawatannya ditinggalkan, pasien harus ditanya
secara hati-hati untuk alasannya. Untuk pasien anak, pertanyaan tentang perawatan ortodonsia
pada saudara mereka dan kerjasamanya, mugkin dapat membantu menilai tingkat kesadaran
keluarga tentang kesehatan gigi dan akan sangat mendukung apabila ditawarkan dilakukan
perawatan. Disarankan juga untuk menanyakan riwayat tentang sendi TMJ termasuk nyeri,
kelemahan otot maupun kesulitan membuka mulut dan riwayat apabila pasien menyadari
memiliki kebiasaan bruxism.
C. Riwayat Sosial
Jarak dari tempat keluarga tinggal dan estimasi waktu perjalanan pada saat melakukan perjanjian
harus diperhatikan. Akses terhadap transportasi, akan mempermudah kesadaran orang dewasa
untuk menemani pasien anak, bersamaan dengan informasi yang berhubungan dengan kegiatankegiatan yang mungkin dapat memengaruhi kehadiran juga penting.
3. Pemeriksaan Klinis
Sebelum pasien anak duduk dikursi gigi sangat penting untuk menentukan umur pasien dilihat
dari tingginya dan tingkat kedewasaannya secara umum. Hal ini juga dapat memberikan indikasi
terhadap potensi tumbuh dimasa mendatang. Apabila pasien ditemani oleh orang tua, genetik
oklusi keluarga juga penting untuk diperhatikan (misalnya diastema medial). Tujuan pemeriksaan
tersebut adalah untuk mencatat dan mengengevaluasi aspek facial, oklusal dan fungsional dari

pasien untuk melengkapi diagnosa. Pemeriksaan ekstraoral yang diikuti pemeriksaan intraoral
harus dilakukan.
A. PEMERIKSAAN DALAM MULUT (INTRA ORAL)
Pemeriksaan dalam rongga mulut meliputi aspek-aspek yang sangat penting dan mempengaruhi
hasil perawatan. Aspek-aspek tersebut adalah:
Keadaan gigi-geligi
Kelainan posisi gigi
Kebersihan mulut;
Gusi
Frenulum labial
Lidah;
Jaringan Lunak langit-langit (mukosa palatal)
Tonsil (amandel)
Garis tengah (median)
Jarak gigit vertikal
Jarak gigit horisontal
Gigitan silang
Celah antar gigi (diastema)
Kurva Spee
B. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI (FOTO RONSEN)
Pemeriksaan foto ronsen yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan menggunakan foto
ronsen panoramik. Kegunaan pemeriksaan foto ronsen panoramik adalah:
1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan gigi-gigi rahang atas
dengan rahang bawah.
2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung. Informasi
perkembangan gigi diperlukan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan oklusi gigi
dan waktu yang tepat untuk perawatan.
3.
Melihat ada tidaknya kelainan patologis.
Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai apakah suatu prosedur dental
diperlukan sebagai langkah awal sebelum melakukan perawatan ortodontik. Berbagai struktur
abnormal dapat ditemukan dalam pemeriksaan ini.
C. ANALISA SEFALOMETRI
Analisa sefalometri terbagi dalam pemeriksaan sefalometri lateral dan frontal. Adapun kegunaan
pemeriksaan sefalometri adalah untuk:

Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial

Mendiagnosa kelainan kraniofasial;

Mempelajari profil wajah;

Merencanakan perawatan ortodonti;

Evaluasi hasil perawatan ortodonti;

Merencanakan dan mengevaluasi hasil perawatan bedah ortognati;

Analisa fungsi sendi rahang; dan

Untuk tujuan penelitian.

D. ANALISA FOTOGRAFI
Fotografi profil (pandangan samping) dan frontal (pandangan depan) dilakukan untuk
menganalisa hubungan antara jaringan keras di sekitar wajah dengan kontur jaringan
lunak. Analisa profil dapat menjadi bahanpertimbangan apakah pasien akan dilakukan prosedur
pencabutan gigi atau tidak. Analisa frontal memberikan informasi wajah yang simetris atau tidak.
Pada keadaan wajah yang tidak simetris, akan menjadi bahan pertimbangan apakah akan
dikoreksi hanya secara ortodonti, atau perlu kombinasi dengan pembedahan. (Eka, 2012).
E.
ANALISA MODEL STUDI
Analisa model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun
rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang
maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal,
dan vertikal (Rakosi dkk, 1993).
Menurut White (1996) model studi sebagai salah satu komponen penting dalam perawatan
ortodonti dibuat dengan beberapa tujuan dan kegunaan, yaitu sebagai titik awal dimulainya
perawatan, untuk kepentingan presentasi, dan sebagai data tambahan untuk mendukung hasil
pemeriksaan klinis. Para praktisi menggunakan model studi bukan hanya untuk merekam
keadaan geligi dan mulut pasien sebelum perawatan tetapi juga untuk menentukan adanya
perbedaan ukuran, bentuk, dan kedudukan gigi geligi pada masing-masing rahang serta
hubungan antar gigi geligi rahang atas dengan rahang bawah. Data yang lengkap mengenai
keadaan tersebut lebih memungkinkan jika dilakukan analisa pada model studi.
F. PERSIAPAN ANALISA MODEL STUDI
Untuk keperluan diagnosa ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan hasil
cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan
lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat
diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong
jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota dan akar
terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisa tidak akurat. Model studi
dengan basis 4 segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik
serta diproses hingga mengkilat, akan memudahkan pada saat analisa dan menyenangkan
untuk dilihat pada saat menjelaskan kasus kepada pasien.(Proffit, 2000)
Macam-macam Analisa Model Studi
Analisa model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah sagital,
transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar
pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran
overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian
dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis median, 5 asimetri wajah, asimetri
lengkung gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antaralain meliputi: ukuran
overbite, deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum. (Rakosi dkk,
1993)
2.2 Pelaksanaan Diagnosa Ortodontik
Dalam diagnosa dan rencana perawatan, ortodontis harus:
1. Mengenali berbagai karakteristik maloklusi dan deformitas dentofasial
2. Mendefinisikan sumber masalah, termasuk etiologinya jika memungkinkan

3. Merancang strategi perawatan berdasarkan kebutuhan yang spesifik dan keinginan dari
individu
Pada pelaksanaan diagnosa, tidak hanya berpusat pada area tertentu saja. Pendekatan problemoriented untuk diagnosa dan rencana perawatan telah secara luas dianjurkan pada bidang
kedokteran maupun kedokteran gigi dalam hal menilai kondisi pasien. Esensi dari
pendekatan problem-oriented adalah perkembangan data yang komprehensif mengenai informasi
yang didapat dari pasien. Untuk tujuan perawatan ortodontik, data tersebut dapat diperoleh dari
tiga sumber utama:
1. Menanyakan pasien (anamnesis)
2. Pemeriksaan klinis terhadap pasien
3. Evaluasi dari rekam medis, termasuk gigi, radiograf, gambaran fasial dan intraoral
Data ortodontik
a. Data interview
a. Chief complaint / Keluhan Utama
Setelah pasien membuat kunjungan pertama, kemudian keluhan utama muncul, baik dengan
tujuan pasien mengenai mencari solusi masalah fungsional maupun estetika. Proses ini biasanya
terdiri dari oral interview, walaupun kuisioner mungkin digunakan untuk memeriksa apa yang
pasien rasakan tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dengan baik. Kuisioner ini dapat
membantu pasien untuk mengevaluasi dengan teliti mengenai pilihan estetika dan dapat
menunjukkan dengan spesifik pada bagian yang dirasakan nyeri atau tidak nyaman.
b. Medical history (termasuk dental history)
Untuk mendapat riwayat medis, ortodontis atau asisten harus selalu menanyakan beberapa
pertanyaan penting, karena kebanyakan pasien tidak menyadari hubungan antara kesehatan
secara umum dengan perkembangan terhadap dental. Hal penting yang harus diketahui meliputi
saat terakhir berobat, pernah dirawat inap di rumah sakit atau tidak, dan obat-obatan apa saja
yang pernah digunakan. Hal-hal lain yang lebih luas meliputi riwayat alergi, riwayat transfuse
darah, dan masalah terhadap jantung atau demam reumatik.
Kesehatan dan kondisi dental pasien merupakan indikator yang baik dari kecurigaan terhadap
penyakit periodontal maupun karies. Pertanyaan penting lain untuk ditanyakan adalah apakah
pasien pernah memiliki trauma terhadap gigi. Perawatan ortodontik dapat memperburuk gejala
periapikal yang telah ada (walaupun pada bagian tepi/marginal) yang dikarenakan trauma.
Biasanya pergerakan gigi dikeluhkan jika masalah semakin buruk.
c. Family history
Riwayat keluarga dapat dimulai dengan menanyakan apakah saudara pasien mengalami
perawatan ortodontik dan diskusi mengenai sumber masalah mereka. Pertanyaan yang juga
ditanyakan apakah orang tua pasien juga pernah mengalami perawatan ortodontik. Jika
jawabannya ya, ortodontis perlu tahu alasan perawatan dari orang tua pasien tersebut.
d. Social and behavioral history
Informasi mengenai riwayat ini lebih sulit untuk dicapai karena pasien sering enggan untuk
bicara mengenai masalah emosional anak. Pertanyaan mengenai perkembangan semasa sekolah
dapat membantu. Jika ortodontis mencurigai adanya masalah emosional karena menemukan
perilaku seperti kebiasaan menghisap jempol yang lama, perkembangan yang buruk saat sekolah,
berjalan saat tidur pada anak, ortodondontis harus menanyakan apakah keluarganya menerima
konseling. Jika terdapat masalah utama, orang tua pasien kemudian biasanya akan bercerita
mengenai perceraian, pasangannya yang sakit atau meninggal, atau masalah serius lainnya dalam
rumah.

Pertanyaan mengenai perkembangan pada masa sekolah dapat mengungkapkan anak memiliki
ketidakmampuan dalam belajar. Pada kasus seperti ini, ortodontis harus memodifikasi
pendekatan terhadap anak karena pasien seperti ini mungkin memiliki pengurangan jangka
waktu pemusatan perhatian dan oleh karena itu tidak seharusnya menerima informasi yang
terlalu detil pada saat konsultasi.
e. Status pertumbuhan fisik
Selama evaluasi pasien, ortodontis harus memperhatikan perkembangan fisik secara umum
dalam hubungannya terhadap pertumbuhan yang terjadi dan potensi pertumbuhan yang tersisa.
Ortodontis yang berpengalaman tahu bahwa hasil klinis terbaik tercapai pada orang yang
pertumbuhannya baik dan hasil yang terburuk tercapai pada orang yang pertumbuhannya buruk.
Pertumbuhan dinilai dari jumlah, kecepatan, arah, dan pola pertumbuhan yang memfasilitasi
perawatan.
b. Pemeriksaan klinis dan rekaman diagnostic
Pemeriksaan klinis memiliki dua tujuan:
1. Untuk mengevaluasi estetika, patologi jaringan keras dan lunak, fungsi rahang
2. Menentukan apakah rekaman diagnostik diperlukan
Tujuan rekaman diagnostik adalah mendokumentasikan kondisi awal pasien dan untuk
menambah informasi diagnostik yang didapat dari interview dan pemeriksaan klinis. Rekaman
dapat dibagi menjadi:
i.
Dental cast dan occlusal record
Dental cast untuk tujuan ortodontik dibedakan dari cara diambil untuk tujuan dental yang lain,
dengan 2 cara:
Cetakan dilebihkan untuk membiarkan sebanyak mungkin prosesus alveolar dan gigi yang
terlihat
Dental cast ditrim dengan dasar yang simetris untuk visualisasi yang lebih baik dari asimetri
pada bentuk arkus atau posisi gigi
ii.
Facial photograph
a. Frontal
Pasien berada pada posisi kepala natural dan terlihat menghadap lurus terhadap kamera.
Tipe posisi yang dapat diambil:

Posisi istirahat

Gigi pada interkuspal maksimal, dengan bibir tertutup


b. Frontal dinamis (tersenyum)
c. Close up dengan pose tersenyum
d. Three quarter view (450)
e. Profil
f. An optional submental view
iii.
Fotografi Intraoral: kanan dan kiri lateral, anterior, upper occlusal,
lower occlusal.
iv.
Radiografi
Radiografi intraoral
Radiografi panoramik
Radiografi sefalometri
(Graber et al, 2000)
Pada saat identifikasi dan prioritas masalah ortodonti pasien, dapat ditentukan 4 hal yang harus
dihadapi dalam menentukan rencana perawatan yang optimal, yaitu :

1)
Waktu perawatan
2)
Tingkat kerumitan perawatan
3)
Perkiraankeberhasilan perawatan yang diperoleh, dan
4)
Memperhatikan tujuan dan keinginan pasien (orang tua pasien) yang dirawat ortodonti.
(Eka, 2012)
Brook dan Shaw (1989) memperkenalkan garis besar dari indeks prioritas perawatan ortodonti
yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama menilai dan memberikan skor bagi faktor2 oklusi
dang gangguan kesehatan rongga mulut, bagian kedua memberikan skor untuk derajat gangguan
estetik yang disebabkan karena malposisi gigi2 anterior
Tahap penilaian dan perencanaan perawatan ortodonti:
a) Informasi latar belakang
b) Penilaian variasi oklusal
c) Penilaian faktor2 etiologi dan keterbatasan dari perawatan korektif
d) Garis besar tujuan perawatan
e) Rencana perawatan yang terprinci
Kriteria yang merupakan dasar realistik untuk menilai perlunya perawatan ortodonsi:
1.
Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapatkan posisi postural adaptasi dari
mandibula
2.
Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula dari posisi istirahat atau dari posisi
postural adaptasi ke posisi interkuspal
3.
Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleksyang merugikan
selama fungsi oklusal dari mandibula
4.
Jika gigi-gigi menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lunak
5.
Jika gigi susunannya berjejal atau tidak teratur, yang bisa merupakan faktor predisposisi
dari penyaki periodontal atau penyakit gigi
6.
Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi jika posisi gigi menghalangi posisi
bicara normal
(Foster, 1997)
Untuk menetapkan diagnosa diperlukan pengumpulan data yang cermat mengenai pasien
tersebut serta dilakukan seleksi kasus secara menyeluruh sehingga diperoleh daftar masalah
ortodonti.
Dalam penetapan diagnosa dan rencana perawatan akan melalui proses yang sama, namun
prosedur dan tujuannya berbeda. Pengumpulan data dan penyusunan daftar masalah untuk
mendapatkan kebenaran yang bersifat ilmiah. Pada tahap ini hendaknya tidak boleh memasukan
pendapat atau keputusan pribadi, sebaliknya pada situasi tersebut diperlukan penilaian
berdasarkan fakta. Di lain pihak rencana perawatan tujuannya tidak memiliki kebenaran secara
ilmiah, tetapi merupakan kebijakan ortodontis. Rencana perawatan yang bijak yang dilakukan
oleh ortodontis akan sangat menguntungkan pasien.Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat
terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan suatu
proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan.
Perawatan yang terbaik bagi pasien tidak lagi berdasarkan keputusan ortodontis sendiri, tetapi
melibatkan pasien dan orang tuanya. Secara etika pasien berhak untuk mengontrol apa yang
terjadi pada perawatan mereka. Keberhasilan dan kemungkinan kegagalan perawatan juga perlu
dibicarakan dengan pasien, oleh karena itu perlu penandatanganan informed consent atau
persetujuan perawatan. (Eka, 2012)
BAB III

KESIMPULAN
Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosa dibutuhkan sebagai dasar bagi dokter untuk melakukan tindakan. Dalam
ortodonsia, diagnosa dibutuhkan untuk menentukan perawatan yang akan dilakukan terhadap
pasien.
2. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari
bahwa rencana perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam
proses membuat keputusan

DAFTAR PUSTAKA
Eka, E. 2012. Sekilas Ilmu Ortodonti (Keahlian merapikan gigi dan menserasikan bentuk
wajah).
Foster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsia. Jakarta: EGC.
Graber, Thomas M. and Robert L. Vanarsdall. 2000. Orthodontics: Current Principles
and Technique, 3rd edition. St. Louis: Mosby Inc.
Heasman, P. 2003. Master in Dentinstry volume 2 : Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry
and Orthodontics. London : Churcill Livingstone.
Iman, Pinandi. 2008. Buku Ajar Ortodonsia II. Yogyakarta: Bagian Ortodonsia Fak. Kedokteran
Gigi UGM.
Proffit, W.R., dkk. 2000. Contemporary Orthodontic, Edisi III. St. Louis: Mosby Inc.
Rakosi, Thomas et al.1993. Orthodontic Diagnosa. New York : George Theme Verlag. Page :
3-5
White, L.W. 1996. Modern Orthodontic Treatment Planning and Therapy, Edisi I.
California: Ormco Corporation.

Anda mungkin juga menyukai