KELOMPOK TUTORIAL VI :
KETUA
: Alfin Tiara S.
(131610101007)
SCRIBER MEJA
:Dessy Fitri W
(131610101086)
SCRIBER PAPAN
:Roni Handika
(131610101068)
ANGGOTA
131610101003
131610101004
131610101005
4. Dewi Muflikhah
131610101012
5. Adriano Joshua
131610101065
6. Alfin Ananda S
131610101066
7. Nektara Titan D
131610101082
8. Emastari Rosyda A
131610101086
131610101087
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1.1 Latar
Belakang
...................................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah
...................................................................................................................
1.3 Tujuan
Pembelajaran
...................................................................................................................
BAB
II
Tinjauan
Pustaka
.................................................................................................................................
2.1 Diagnosa
...................................................................................................................
2.1.1 Definisi
...............................................................................................................
2.1.2 Proses
Penegakan
Diagnosa
Secara
Umum
...............................................................................................................
2.2 Prosthodonsia
...................................................................................................................
BAB III Pembahahasan...........................................................................................
SKENARIO
..........................................................................................................................
STEP
I
Klarifikasi
Istilah
.............................................................................................................................
STEP
II
Identifikasi
Masalah
.............................................................................................................................
STEP
III
Brainstorming
.............................................................................................................................
STEP
IV
Mapping
.............................................................................................................................
STEP
V
Learning
Objective
.............................................................................................................................
STEP
VII
Pembahasan
.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
KATA PENGANTAR
Pertama, puji syukur kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas segala bimbingan dan petunjuk-Nya , serta berkat rahmat, nikmat,
dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan
tutorial dengan skenario III prostodonsia.
Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih
mendalami materi tentang oral diagnose dan rencana perawatan penyakit
dentomaksilofasial. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. drg. Dewi Kristiana, M. Kes. yang telah memberi kami kesempatan dan
bimbingan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan
tutorial ini.
2. Teman-teman kelompok tutorial I yang telah berperan aktif dalam
pembuatan laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak
kekurangan,baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon
maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami
juga berharap laporan tutorial ini yang telah kami buat ini dapat bermanfaat
untuk pendalaman pada blok ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prostodonsia adalah ilmu kedokteran gigi yang mempelajari metode
rehabilitasi dan pemeliharaan fungsi rongga mulut, kenyamanan, penampilan
dan kesehatan pasien dengan pembuatan restorasi gigi asli dan atau penggantian
gigi hilang beserta jaringan lunak rongga mulut dan maksilofasial dengan bahan
pengganti buatan. Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi
tiruan, maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu : gigi tiruan lengkap
(full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Gigi tiruan sebagian
(partial denture) dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan
(removable
prosthodontics)
dan
gigi
tiruan
sebagian
cekat
(fixed
prosthodontics). Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk
menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena
apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat
fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi
keadaan psikis.
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang kedokteran
gigi serta banyaknya kasus-kasus saat ini yang memerlukan penanganan khusus
di bidang prostodonsia, maka diperlukan profesional dokter gigi yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang lebih. Pengetahuan yang dimiliki akan
sangat membantu dokter gigi untuk melakukan penanganan atau perawatan yang
sesuai dengan diagnosis yang sebelumnya telah ditegakkan. Adapun yang
disebut dengan diagnosis adalah penetapan suatu keadaan yang menyimpang
atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan pertimbangan ilmu
pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari keadaan normal ini dikatakan sebagai
suatu keadaan abnormal / anomali / kelainan. Diagnosis merupakan kesimpulan
dari pemeriksaan, baik itu pemeriksaan subyektif maupun pemeriksaan obyektif.
Dalam penegakan diagnosis perlu dilakukan prosedur penegakan diagnosis
secara sistematis. Pemeriksaan yang cermat perlu dilakukan untuk mendapatkan
subyektif
dan
pemeriksaan
obyektif
telah
setelah
dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosa
2.1.1 Definisi
Diagnosis berasal dari bahasa Yunani yakni Dia berarti melalui dan
Gnosis berarti Ilmu pengetahuan. Jadi diagnosis merupakan penetapan suatu
keadaan yang menyimpang atau keadaan normalmelalui dasar pemikiran dan
pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan darikeadaan normal ini
dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal / anomali / kelainan.Untuk dapat
menetapkan suatu diagnosis secara tepat diperlukan ilmu pengetahuan
/pengalaman empirik yang luas mengenai :
a. Keadaan normal / standar normal, beserta variasi-variasinya yang masih
ditetapkansebagai keadaan normal.
b. Bermacam-macam bentuk penyimpangan dari keadaan normal yang
dikatakan sebagai keadaan abnormal.
Atas dasar ilmu pengetahuan tersebut di atas kemudian informasi
dikumpulkan melaluiprosedur pemeriksaan secara teliti dan sistematis agar
didapatkan seperangkat data yanglengkap dan tepat. Melalui data yang telah
dikumpulkan ini kemudian diagnosisditetapkan. Makin lengkap dan akurat data
yang dikumpulkan akan makin mudah dan tepatdiagnosis ditetapkan, kemudian
penyusunan rencana perawatan dan tindakan perawatanselanjutnya diharapkan
dapat dilakukan secara benar.
2.1.2 Proses Penegakan Diagnosa Secara Umum
Proses penegakan diagnosis dimulai dengan melakukan pemeriksaan
subjektif yakni anamnesis. Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti
suatu metode atau sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya
adalah agar selama melakukan anamnesis seorang dokter tidak kehilangan arah,
agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini juga
berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang
membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari :
1. Data umum pasien
7
2.
3.
4.
5.
6.
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat penyakit Keluarga
Riwayat Kebiasaan/Sosial
Setelah
pemeriksaan
subjektif
telah
dilaksanakan,
selanjutnya
gigi
tiruan
atas,
pada
permukaan
bukal
gigi
tiruan
gigi
asli
yang
masih
tertinggal
dan
terpilih
sebagai
pilar.
Gigi geligi dalam rongga mulut berperan penting dalam berbagai fungsi, antara
lain mastikasi, fonasi, dan estetika. Kehilangan elemen gigi baik sebagian atau
seluruhnya dapat mengurangi keseimbangan fungsi dalam rongga mulut, oleh
karena itu kehilangan gigi geligi hendaknya segera dibuatkan gigi tiruan
pengganti.
Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan adalah :
1.
2.
3.
10
4.
5.
Kelas III, yaitu keadaan tak bergigi paradental dengan kedua gigi
12
BAB III
PEMBAHASAN
SKENARIO III
Pak Suyatno, 59 tahun, wiraswasta, dating ke RSGM UJ, ingin dibuatkan
gigi tiruan untuk mengganti gigi tiruannya, karena gigi yang hilang bertambah.
Pasien merasa tidak nyaman untuk makan karena susah pada saat mengunyah
dan malu saat berbicara. Pencabutan terakhir gigi belakang rahang atas karena
berlubang.Ada juga gigi lepas sendiri tanpa pencabutan.Tipependerita exacting.
Kesehatan umum : mempunyai sakit hipertensi. Pemeriksaaan intra oral : gigi
goyang 3 dan resesi gingiva : 12 13 32 37 42 48 , karies profunda 23, sisa akar
24, ( semua gigi tersebut indikasi pencabutan ). Gigi hilang 11 14 15 16 17 18 21
22 25 26 27 31 33 34 35 36 38 ( memakai gigi tiruan lepasan ) gigi yang terdapat
kalkulus. Foto rontgen : pada gigi 12 13 32 37 42 48 resorbsi tulang alveolar, 23
terdapat gambaran radiolusent bagian apikal. Vestibulum post RA dalam,
tubermaxilla besar, retromyolihyod dalam, torus palatinus flat. Kemudian dokter
gigi menegakkan diagnosis dan rencana perawatan untuk pasien tersebut.
STEP I KLASIFIKASI ISTILAH
1. Tipe Pasien Exacting :
- Tipe psikologi pasien yang terlalu hati-hati dan lebih kriitis pada
-
dokter gigi
Kemungkinan pernah dirawat oleh dokter gigi yang hasilnya buruk
13
lingual.
Retromilohyoid
berfungsi
sebagai
retensi.
14
15
STEP IV MAPPING
16
bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Jenis pertanyaan yang
akan diajukan kepada pasien dalam anamnesis sangat beragam dan
bergantung pada beberapa faktor. Adapun tujuan dari anamnesis yakni
sebagai berikut :
untuk
PROGNOSA
mencairkan
hubungan
tersebut.
Pemeriksaan
dokter,
perawat,
17
dan
pasiennya
sehingga
dapat
mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahaptahap pemeriksaan selanjutnya.
Ditinjau dari cara penyampaian, anamnesis dikenal ada 2 macam:
a. Auto
Anamnesis:
cerita
mengenai
keadaan
penyakit
penderita
perlu
dibantu
pertanyaan-
ini
sebaiknya
diperhatikan
.Wanita
cenderung
lebih
18
otot,
mengalirnya
saliva,
konstruksi
disesuaikan
factor
estetik atau
degan
kebutuhan
penderita.
i. Keterangan lain: Penderita ditanya apakah mempunyai kebiasaan
buruk, dsb.
B. Pemeriksaan Status Umum
Riwayat penyakit umum ditanyakan kepada pasien dengan mengajukan
pertayaan-pertanyaan. Penderita
sebaiknya
ditanya
apakah
ia
sedang
berada dalam perawatan seorang dokter umum dan bila demikian, obatobat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu diketahui, karena penyakit
dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam
perawatan
dental,
seperti
diabetes
melitus,
penyakit
kadiovaskular,
a. Diabetes Mellitus
Pada penderita diabetes mellitus,suatu kombinasi infeksi dan penyakit
pembuluh darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di
dalam mulut,seperti jaringan mukosa yang meradang,cepat berkembangnya
penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar secara
menyolok dan mudah terjadi abses periapikal.Infeksi monilial,berkurangnya
19
anastetikum
yang
mengandung
vasokonstriktor
seperti
20
f. Alkoholisme
Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan,pecandu alcohol biasanya
mengecewakan.Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya
berbau
alcohol,tremor,mata
dan
kulit
pada
bagian
tengah
wajah
a. Bentuk Wajah
Leon Wiliam menyatakan adanya hubungan antara bentuk muka
dengan bentuk gigi insisiv sentral atas. Permukaan labial gigi ini
sesuai dengan bentuk muka dilihat dari depan dalam arah terbalik.
Muka penderita harus diperiksan terhapap kemungkinan adanya
abnormalitas seperti asimetris, pembengkakan, hemiatropi dan lainlain.
b. Profil
Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping atau sagital
meripakan indikasi hubungan rahang atas dan rahang bawah.Dikenal 3
macam profil muka, yaitu lurus atau straight, cembung atau kenveks,
dan sekung atau konkaf. Bentuk profil ini perlu diketahui untuk
penyesuaian bentuk labial gigi depan dilihat dari arah proksimal.
3. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak
dengan mata memandang lurus kedepan, lalu dilihat adanya keadaan
simetris atau tidak. Selanjutnya, bila bola mata penderita dapat
mengikuti gerakan sebuah instrument yang kita gerakkan ke segala
arah, hal ini disebut movable in all direction bila hal ini tidak
terlaksaan, keadaan ini disebut unmovable in all direction.
Guna pemeriksaan ini :
a. Garis interpupil, yang dipakai untuk menentukan tinggi gigit secara
Sorenson dan kesejajaran galangan gigit rahang atas bagian
anterior.
b. Bidang horizontal frankfur yaitu, bidang yang melalui titik-titik
infraorbital dan tragus. Bidang ini penting untuk proses pencetakan
rahang dengan bahan cetak yang cair. Pada penderita yang sensitive
dan mudah mual, garis ini hendaknya diatur sejajar lantai.
c. Garis tragus cantus, yang jadi panduan letak kondil rahang yang
terletak lebih kurang setengah inchi di depan tragus pada garis ini.
d. Garis tengah wajah penderita
4. Hidung
Dari pernafasan penderita yang diperiksa sesaat sebelum
pencetakan rahang, dapat diketahui apakah ia bernafas melalui hidung
atau mulut. Pasien yang bernafas melalui mulut biasanya mempunyai
palatum dalam.Selain itu, mukosa mulutnya relative lebih kering,
sehingga pada waktu pencetakan harus kumur-kumur lebih dahulu
22
supaya
hasil
cetakannya
baik.
Mulut
yang
kering
kurang
menguntungkan dari segi retensi bagi geligi tiruan yang akan dipakai.
Pemeriksaan hidung dilakukan dengan meletakkan sebuah kaca
mulut didepan lubang hidung penderita. Dengan mulut dalam keadaan
tertutup, ia diminta menarik nafas, lalu menghembuskannya. Bila kaca
mulut menjadi buram, berarti ia bernafas melalui hidung.
5. Telinga
Telinga diperiksa simetri atau tidak. Peranan telingan dalam proses
pembuatan geligi tiruan adalah
a. Untuk menentukan garis camper
yaitu,
garis
lurus
yang
23
dangkal,
kaca
mulut
terbenam
kurang
dari
24
k. Sendi Temporomandibula
Apabila terdapat kelainan pada sendi temporomandibula terdapat
beberapa bunyi yang dapat didengar, antara lain :
KLIKING
Kliking adalah gejala yang paling sering menandakan adanya
TMD yang dislokasi discus artikularis.Bunyi Kliking muncul saat
rahang ditutup atau dibuka umumnya hanya didengar oleh penderita.
Tetapi jika bunyi tersebut menjadi lebih keras dapat didengar oleh
orang lain didiskripsikan sebagai suara yang berbunyi klik
KREPITUS
Krepitus adalah bunyi mengerat atau menggesek yang terjadi
DEVIASI
Deviasi adalah gangguan oklusal atau terjadi premature kontak
Lidah Normal
Cukup besarnya tidak berlebihan. Mengisi dasar mulut dengan
unjungnya berada sedikit di bawah tepi insisal gigi anterior rahang
25
belakang.
Besar
dan
posisi
lidah
seperti
ini
paling
Makroglosia
Menutupi dasar mulut dan juga prosesus alveolar yang telah
ditinggalkan gigi.Pada rahang bawah yang masih bergigi makroglosia
mudah dikenal karena adanya identasi gigi pada permukaan lateral
lidah.Pencetakan sukar dilakukan pada penderita lidah tipe seperti ini.
Stabilisasi protesa sulit pula dicapai, karena lidah yang besar akan
cenderung menggerakkan gigi tiruan pada setiap geraknya.
Mikroglosia
Lidah kecil juga tidak memberikan penutupan tepi yang memadai
untuk protesa rahang bawah. Aktifitas lidah diperiksa dengan cara
menyentuh sebuah alat ke salah satu bagian. Pada lidah aktif,
setntuhan ringan saja sudah akan menyebabkan gerakan yang aktif.
Aktifitas lidah biasanya mempengaruhi retensi gigi tiruan.
m. Saliva
Dapat dicatat kental atau cair juga jumlahnya dapat dicatat
banyak atau sedikit.Air ludah yang cair dalam jumlah yang banyak
dapat membasahi permukaan anatomis geligi tiruan sehingga
mempertinggi daya permukaan.Air ludah yang banyak dan kental
mudah melepaskan gigi tiruan dan menyulitkan pada saat mencetak
rahang bawah.Untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah air
ludah yang banyak ialah dengan meminta pasien berkumur sebeum
percetakan rahang dilakukan.
n. Oklusi
Oklusi merupakan keadaan di mana gigi-gigi pada rahang atas
dan gigi pada rahang bawah bertemu, pada saat rahang atas dan
rahang bawah menutup. Oklusi dari gigi gigi bukanlah suatu keadaan
yang statis, karena mandibula dapatbergerak dalam berbagai posisi,
26
sehingga oklusi dapat berupa oklusi sentrik, mesial, distal, labial supra
dan infraklusi.
Oklusi Statis, hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah
dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi geligi tidak
berfungsi atau statik.
a. Relasi Gigi Anterior
Overjet (jarak gigit) adalah jarak horizontal insisal insisiv rahang
27
gigi
dalam
menanganinya.Jadi
dokter
gigi
harus
mampu
28
Dalam hal ini, pribadi dan kemampuan dokter gigi lah yang amat
berperan untuk meyakinkan pasien.Pada kasus-kasus ini kesuksesan yang
dicapai hanyalah sesuatu yang relatif, karena si pasien cenderung mengeluh
dan mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya.
d) Indifferent Mind
Pasien tipe ini tidak peduli terhadap penampilan dirinya dan tidak
merasakan pentingnya masalah mastikasi.Mereka tidak ulet dan tidak mau
merepotkan diri sendiri dalam hal membersihkan protesa.Upaya dokter gigi
dalam merawatnya bahkan kurang dihargai.Karena itu orang tipe ini
sesungguhnya tidak merasa perlu untuk pemasangan gigi tiruan.Dietnya
biasanya buruk, mungkin peminum dan kalupun dia mau datang ke dokter
gigi karena atas dorongan kawannya atau anggota keluarganya.
Prognosis perawatan biasanya tidak menguntungkan, kecuali bila
penerangan dan instruksi yang diberikan kepada pasien berhasil baik.
2) Diagnosa dan Rencana Perawatan
Dapat disimpulkan diagnosa dari skenario:
- 11 13 32 37 42 48
: periodontitis
- 23
: abses periapikal
- 24
: nekrosis pulpa totalis
- Edentulous ridge gigi 31 32 33 34 35 36 37 38
- Edentulous ridge rahang atas
Rencana perawatan
- 41 43 44 45 46 47
: scalling
- 12 13 24 32 37 42 48
: ekstraksi
- 31 32 33 34 35 3637 38 42 48 : GTSL
- GTL Rahang atas
Keterangan :
warna merah : plat akrilik
warna biru : -
29
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Prostodonsia adalah ilmu kedokteran gigi yang mempelajari metode
rehabilitasi
dan
pemeliharaan
fungsi
rongga
mulut,
kenyamanan,
penampilan dan kesehatan pasien dengan pembuatan restorasi gigi asli dan
atau penggantian gigi hilang beserta jaringan lunak rongga mulut dan
maksilofasial dengan bahan pengganti buatan.
b. Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi tiruan,
prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu,
1. Gigi tiruan lengkap (full denture)
2. Gigi tiruan sebagian (partial denture).
c. Sebelum menentukan diagnose dari suatu penyakit seorang dokter gigi
melakukan beberapa tahap-tahap pemeriksaan, antara lain :
1. Anamnesis,
Anamnesis merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh
seorang dokter maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian
wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien.
2. Pemeriksaan Status Umum
Merupakan pemeriksaan
yang
dilakukan
dengan
cara
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Gunadi, Haryanto A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan Jilid I. Jakarta: Hipokrates
Kristiana Dewi, dkk. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Gigi Tiruan. Jember
Kristiana, Dewi, dkk. 2013. Buku Petunjuk Skill lab Ilmu Gigi Tiruan Lepasan.
Jember
Pujiastuti, Peni, dkk. 2015. Buku Panduan Pengisian Kartu Status Blok Oral
diagnosis dan rencana perawatan penyakit dentomaksilofaisal. Jember
Watt, David M. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap (Desaigning
Complete Denture). Alih bahasa : Soelistijani. Ed 2. Jakarta: Hipokrates
34