Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN KONTROL PADA

PASIEN ORTODONTI CEKAT LAKI-LAKI DI KLINIK TUNAS


BEKASI

PROPOSAL PENELITIAN

Dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar


Sarjana Kedokteran Gigi

Disusun Oleh:
ARVINIDIA NAFISA IMTINAN
2017-11-176

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2021

1
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

ARVINIDIA NAFISA IMTINAN


2017-11-176

26/01/2021

2
LEMBAR PERSETUJUAN

DEPARTEMEN : ORTODONSIA
FAKULTAS : KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS : PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN KONTROL PADA


PASIEN ORTODONTI CEKAT LAKI-LAKI DI KLINIK TUNAS
BEKASI

Disiapkan dan disusun oleh:

ARVINIDIA NAFISA IMTINAN


2017-11-176

Telah diperiksa dan disetujui

Jakarta, Febuari 2021

Pembimbing

(Ayu Sukma, drg., Sp.Ort)

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan ortodonti berkaitan dengan berbagai macam kelainan oklusi

yang dapat mempengaruhi fungsi rongga mulut yang disebut dengan maloklusi.

Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditandai dengan ketidaksesuaian

hubungan antar lengkung rahang di setiap bidang atau dapat diartikan sebagai

anomali abnormal dari posisi gigi geligi. Maloklusi merupakan kondisi oklusi

interkuspal dalam pertumbuhan gigi yang diamsusikan sebagai kondisi yang tidak

regular.1

Maloklusi merupakan penyimpangan dari pertumbuhan dan perkembangan

yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Ada beberapa hal yang dapat

menyebabkan terjadinya maloklusi antara lain yaitu kelainan jumlah gigi, kelainan

ukuran gigi dan rahang (makrodonsia, mikrodonsia, mikrognatik, makrognatik),

kelainan bentuk gigi seperti frenulum labialis yang mengakibatkan midline

diastema (diastema sentral), premature loss gigi decidui, prolonged retensi gigi

decidui, erupsi gigi yang terlambat dan kelainan/gangguan pada jalan erupsi gigi.2

Grabber (1962) membagi faktor yang menyebabkan terjadinya maloklusi

menjadi 2 yaitu, faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik meliputi

herediter, kelainan bawaan, malnutrisi, kebiasaan buruk, postur tubuh dan trauma.

4
Sedangkan faktor intrinsik yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi menurut

Grabber terdiri dari kelainan jumlah, bentuk, dan ukuran gigi, premature loss,

prolonged retention dan karies gigi desidui.3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun

2018, prevalensi masalah gigi dan mulut di Indonesia adalah 57,6%. Dengan

prevalensi masalah gigi dan mulut pada laki-laki lebih rendah dibandingkan pada

perempuan.4 Salah satu masalah gigi dan mulut yang sangat sering terjadi pada

masyarakat Indonesia adalah maloklusi. Maloklusi menduduki urutan ketiga

setelah karies gigi dan penyakit periodontal dengan prevalensi yaitu sekitar 80%

dari total seluruh penduduk.5 Hal itu disebabkan oleh karena tingkat kesadaran

masyarakat Indonesia akan perawatan kesehatan gigi dan mulut yang masih

rendah sehingga mengindikasikan bahwa masyarakat belum menyadari akan

pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.6

Tingkat keparahan maloklusi berhubungan dengan kebutuhan akan

perawatan ortodonti, oleh karena itu indikator ortodonti diperlukan untuk menilai

seberapa besar kebutuhan seseorang akan perawatan ortodonti. Beberapa indeks

telah digunakan sebagai alat untuk mengukur kebutuhan perawatan ortodonti

seseorang.6 Hasil penelitian menunjukkan perempuan lebih banyak yang

membutuhkan perawatan ortodonti dibandingkan dengan laki-laki. Hasil ini

serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Hansu, dkk (2013) dimana sebagian

besar laki-laki tidak terlalu peduli akan masalah gigi dan mulut yang dapat

menyebabkan kelainan maloklusi. Selain itu perempuan lebih memperhatikan

kondisi dan penampilan tubuh sampai pada penampilan gigi geliginya sehingga

5
jika mengalami masalah maloklusi, mereka akan lebih cepat merespon untuk

dilakukan tindakan pencegahan maloklusi dengan melakukan kunjungan ke dokter

gigi.6

Disisi lain, maloklusi dapat menyebabkan tampilan wajah yang buruk,

risiko karies, dan penyakit periodontal. Serta apabila tidak dikoreksi atau dirawat

dengan baik maka akan menimbulkan gangguan pada sendi temporomandibular,

gangguan pengunyahan, penelanan, bicara, dan keserasian wajah yang dapat

berakibat gangguan fisik maupun mental pada individu yang mengalaminya.7

Mengingat besarnya dampak yang akan ditimbulkan oleh maloklusi, maka

sebaiknya dilakukan perawatan maloklusi yaitu dengan menggunakan alat

ortodonti. Perawatan dengan alat ortodonti diharapkan dapat mencapai susunan

gigi yang teratur dan penampilan wajah yang harmonis. Menurut D.M. Ranly,

keberhasilan perawatan ortodonti didasarkan pada diagnosis dan rencana

perawatan yang lengkap. Diagnosis dan rencana perawatan maloklusi dilakukan

berdasarkan pemeriksaan klinis, analisis model, analisis radiografis, profil dan

wajah.8 Selain itu, Keberhasilan suatu perawatan juga dipengaruhi oleh kualitas

pelayanan kesehatan, sikap dan keterampilan petugasnya, sikap dan pola hidup pasien

beserta keluarganya, dan kepatuhan pasien terhadap perawatan tersebut. Hasil sebuah

perawatan tidak akan dapat mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari

pasien itu sendiri.9

Hasil penelitan yang telah dilakukan oleh Seri Wahyuni, dkk (2019)

menyatakan bahwa sebagian besar responden pasien ortodonti dewasa yang

diteliti memilih penampilan sebagai motivasi utama mereka melakukan perawatan

6
ortodonti. Selain itu kehilangan gigi, kebutuhan restorasi dan kerusakan jaringan

periodontal menjadi alasan lain pasien dewasa menggunakan perawatan ortodonti.

Perawatan ortodonti memerlukan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan

masalah oklusi pasien, kunjungan rutin harus ditaati dengan interval 4-6 minggu.

Oleh karena itu, semua pasien harus menunjukkan motivasi yang tinggi dan

kesungguhan dalam perawatan agar hasil perawatan ortodonti pun dapat dicapai

dengan maksimal. Selama perawatan ortodonti, kegagalan untuk menaati jadwal

seringkali menjadi indikasi dari kurangnya kepatuhan di pihak pasien.10

Kepatuhan kontrol disini sangat diperlukan dalam memperoleh

keberhasilan perawatan ortodonti cekat, yang ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, fasilitas, sarana, sikap dan perilaku petugas kesehatan yang

akan mendukung terbentuknya perilaku baru maka dibutuhkan sekali dukungan

keluarga terutama dalam memberikan motivasi untuk patuh control. Selain itu

diperlukan juga adanya dukungan dari petugas kesehatan untuk meyakinkan

pasien agar datang kembali secara teratur sesuai anjuran dokter untuk

mendapatkan hasil perawatan ortodonti yang maksimal.11 Kegagalan yang

berulang-ulang akan berdampak pada kurangnya kualitas perawatan. Waktu

perawatan akan menjadi lebih panjang serta kerusakan pada gigi geligi pasien dan

struktur pendukung dapat terjadi. Pasien yang dimotivasi dengan baik akan

mengerti dan menghargai perlunya jadwal kunjungan yang teratur untuk

memastikan kontinuitas dari perawatan dan pergerakan gigi yang memuaskan. 10

1.2 Rumusan Masalah

7
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah belum diketahuinya hubungan motivasi dengan kepatuhan

kontrol pada pasien orthodonti cekat laki-laki di klinik tunas bekasi.

1.3 Pertanyaan Penelitian

”Bagaimana hubungan motivasi dengan kepatuhan kontrol pasien

ortodonti cekat laki-laki di klinik tunas bekasi?”

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan motivasi

dengan kepatuhan kontrol pada pasien ortodonti cekat laki-laki di klinik tunas

bekasi.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Peneliti

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai

hubungan motivasi dengan kepatuhan kontrol pada pasien ortodonti cekat

laki-laki.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan motivasi kepada pasien

apabila akan melakukan perawatan.

1.5.2 Masyarakat

8
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang

kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat terutama pada pasien laki-

laki pemakai ortodonti cekat di Indonesia.

1.5.3 Bidang Kedokteran gigi

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti ilmiah mengenai

hubungan motivasi dengan kepatuhan kontrol pada pasien ortodonti

cekat laki-laki di klinik tunas bekasi.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian sejenis

serta penelitian lanjutannya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai

hubungan motivasi dengan kepatuhan kontrol pada pasien ortodonti cekat

laki-laki di klinik tunas bekasi kepada rekan sejawat.

4. Sebagai bahan referensi dalam kegiatan belajar mengajar.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Foster TD. Textbook of orthodontics 3rd Ed. London : Blackwell.

Scientific Publications. 1990. P 35-9.

2. Bishara SE. Textbook of orthodontics. New York : W.B Saunders

Company. 2001. P 103-5.

3. Feroza NA, Kusuma F, Wibowo D. Hubungan antara Kebiasaan Buruk

Bernafas Melalui Mulut dan Tingkat Keparahan Maloklusi di SMPN 4 Banjarbaru

dan SMAN 4 Banjarbaru. Dentin (Jur. Ked. Gigi) 2017; 2(1):39-43

4. Kemenkes RI. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Pusat data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI.

5. Adha MAF, Wibowo D, Rasyid NI. Gambaran Tingkat Keparahan Maloklusi

Menggunakan Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR) pada

Siswa SDN Gambut 10. Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol III. No 1. April 2019 : 1 – 9

6. Utari TR, Putri MK. Orthodontic Treatment Needs in Adolescents Aged 13-15

Years Using Orthodontic Treatment Needs Indicators. Journal of Indonesian

Dental Association 2019; 2(2): 49-55.

7. Susilowati. Prevalensi Maloklusi Gigi Anterior pada Siswa Sekolah Dasar.

Makassar Dent J 2016; 5(3): 97-101.

8. Sakinah N, Wibowo D, Helmi ZN. Peningkatan Lebar Lengkung Gigi Rahang

Atas Melalui Perawatan Ortodonti Menggunakan Sekrup Ekspansi. Dentin (Jur.

Ked. Gigi) 2016; 1(1): 83-87

10
9. Yuniati NS, Sofiani Y. Hubungan Antara Motivasi dengan Kepatuhan Berobat

pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Jur

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

10. Wahyuni S, Sulistyani H, Hidayati S. Hubungan Motivasi Pasien dengan

Kepatuhan Kontrol Orthodontik Cekat di Klinik Swasta Yogyakarta.

Jur Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2019; 15(2): 121-128

11. Widhiastutiningsih S, Ediati S, Almujadi. Tingkat Pengetahuan Orthodontik

dengan Kepatuhan Kontrol Pasien Orthodontik Cekat di Klinik Bright Dental

Care Yogyakarta. Jurnal Gigi dan Mulut 2015; 2(1): 21-24

11

Anda mungkin juga menyukai