MAWADDAH WARAHMAH
AMI ASTRIA
AL HAIKAL HABIBI
MANGATUR RIVERSON SINURAT
SELVIRAWATI
MISRA LAILA
M.RIZKI FONNA
M.RISKY PRATAMA
SRI NINGSIH
AYA SOPHIA
SKENARIO 1
EMERGENCY MEDICAL TEAM (EMT)
Dr. Iqbal Mubaraq adalah dokter yang diterjunkan sebagai perwakilan Emergency
Medical Team (EMT) IDI dalam misi kemanusian bencana alam banjir di Aceh Utara. Seluruh
anggota EMT ini telah mendapatkan pelatihan Disaster Mangement sebagai bekal melakukan
misi kemanusiaan bencana alam dan non alam. Dalam misinya akan dibentuk 2 tim yang
sebelum diberangkatkan terlebih dahulu berkordinasi dengan Pemerintah setempat dan
Stakeholder yang bertujuan sinkronisasi guna memudahkan kolaboratif tindakan sesuai
kebijakan daerah.
Tugas tim pertama dengan Dr. Iqbal Mubaraq sebagai Team Leader adalah melakukan
Rapid Health Assessment (RHA) seperti identifikasi kondisi daerah yang terdampak bencana,
mendata jumlah masyarakat yang tinggal didaerah terkena dampak bencana, derajat kerusakan
yang dialami, jumlah pengungsi dan titik pengungsian, dan masyarakat yang mengalami
gangguan kesehatan serta daftar kebutuhan dasar yang dibutuhkan korban baik kebutuhan
makanan dan kebutuhan lain khususnya bidang kesehatan.
Berdasarkan laporan tim pertama, maka tim ke-2 yang tiba kemudian akan membangun
unit pelayanan kesehatan lapangan dengan triase lapangan bagi korban yang membutuhkan
penanganan segera dibidang kesehatan dan menyiapkan skema rujukan bagi korban butuh
dirujuk ke RS. Tim EMT kemudian merancang skema kerja penanganan bencana ini dengan
baik dan berkordinasi dengan seluruh elemen masyarakat serta relawan yang terjun membantu
penanganan bencana.
Sebagai mahasiswa kedokteran, apa saja yang harus anda ketahui dan persiapkan
mengenai skenario diatas?
1. IDENTIFIKASI ISTILAH
1. Disester Management
Disater Management merupakan kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanggulangan bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana. dikenal sebagai
siklus manajemen bencana. tujuan management bencana untuk mencegah kehilangan jiwa,
mengurangi penderitaan manusia, memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang
mengenai risiko dan mengurangi kerusakan inspraktuktur utama, harta, dan kehilangan sumber
ekonomis
Sumber : Sumber:BNPB. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional Penanggulangan
Bencana. 2019. (diakses tanggal Desember 2020). Diambil dari: http://bnpb.cloud/dibi
2. Tujuan dan tindakan seperti apa yang harus di ketahui dari pelatihan disaster
management?
Sumber: Dr. I Khambali, S. M. (2017). Manajemen Penanggulangan bencana. Yogyakarta: Cv. Andi
Offset
3. Definisi Rapid Health Assessment
Kaji Cepat Masalah Kesehatan (Rapid Health Assessment) yang
selanjutnya disebut RHA adalah serangkaian kegiatan yang meliputi
mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data dan informasi guna
mengukur dampak kesehatan dan mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan masyarakat terdampak yang memerlukan respon segera.
Sumber :
• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2019 TENTANG
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
• Depkes, R. I. (2007). Pedoman teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Jakarta: Depkes RI.
4. Manfaat dan kegunaan Rapid Health Assessment
Sumber:BNPB. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional Penanggulangan
Bencana. 2019. (diakses tanggal Desember 2020). Diambil dari: http://bnpb.cloud/dibi.
5. Data apa saja yang terkandung dalam Rapid Health Assessment
Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan mendasar pada penilaian kesehatan lingkungan dalam kedauratan
dan bencana. Pada suatu kejadian kedaruratan dan bencana kebutuhan informasi sangat bervariasi sesuai tingkat
kejadiannya, tetapi harus diperhatikan bahwa tindakan segera perlu dilakukan.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penilaian kesehatan secara cepat:
Data umum :
Jenis kedaruratan dan bencana
Waktu kejadian
Lokasi
Perkiraan jumlah penduduk yang terkena
Luas wilayah yang terkena dampak
Sarana transportasi yang ada
Data kesehatan lingkungan
Penyediacm air
Pembuangan kotoran
Penyehatan pangan
Pembuangan sampah
Pembuangan air limbah
Pengendalian vektor
Perilaku hidup bersih dan sehat
Tempat pengungsian
Data sebelum bencana dan data saat terjadi bencana seperti berikut:
Sumber: Dr. I Khambali, S. M. (2017). Manajemen Penanggulangan bencana. Yogyakarta: Cv. Andi Offset
Sumber:BNPB. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. (diakses tanggal Desember
2020). Diambil dari: http://bnpb.cloud/dibi.
6. Mengisi borang Rapid Health Assessment
Sumber :Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Edisi Revisi). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011
7. Kompetensi dasar petugas kesehatan dalam menangani bencana
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kopetensi dasar petugas keesehatan dalam menangani bencana
dalam melakukan penanganan bencana, tenaga kesehatan harus memiliki kopetensi dasar sebagai
berikut:
Pengelolaan dan perawatan korban dalam jumlah besar
Surveilans epidemiologi dan pengendalian penyakit
Rekayasa sanitasi dan sanitasi dasar
Pengelolaan kesehatan lingkungan
Pengelolaan kesehatan di tempat penampungan dan pemukiman sementara
Makanan dan nutrisi
Pengelolaan persediaan bantuan kemanusiaan
Partisipasi dalam mengkoordinasikan kegiatan tanggap bencana
Menyusun kembali program kesehatan secara normal sebagai langkah awal fase rehabilitasi dan rekonstruksi
Sumber: Wilopo, S. A. Kompetensi Inti untuk Kedokteran Bencana dan Kesehatan. Masyarakat: Proposal untuk revisi Standard
Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2017.
8. Penyebaran penyakit pasca bencana
Dalam situasi bencana, apa pun bentuk dan penyebabnya, akan ada implikasi pada
meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular atau penyakit berpotensi
wabah setelah bencana. Ancaman penyakit ini muncul sebagai dampak dari buruknya sanitasi,
kesulitan air bersih, dan membusuknya mayat yang belum ditemukan ataupun belum dikubur.
Kondisi semacam ini, jika tidak diantisipasi akan berdampak pada korban bencana yang masih
hidup, bahkan terhadap para tim relawan dan petugas yang membantu penanganan
pascabencana di lapangan.
Beberapa penyakit menular pascabencana, terutama setelah bencana yang harus diwaspadai
antara lain kolera, diare, malaria, infeksi dada, demam berdarah dengue, typhoid, Hepatitis A,
infeksi vagina, dan penyakit anak-anak. Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (APHA)
menegaskan pentingnya tindakan segera untuk mengurangi ancaman penyakit menular dan
wabah pascabencana. Pemerintah dan para tim relawan di lapangan harus menjamin
ketersediaan pelayanan kesehatan di lapangan berangsur-angsur normal. Monitoring dan
surveilans ketat terhadap faktor lingkungan (air, sanitasi, penanganan sampah) dan
pengendalaian vektor penyakit (nyamuk dan lalat) harus mulai diperhatikan. Kelompok-
kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak, orang tua, serta orang cacat harus didata
agar bisa mendapat pelayanan kesehatan sesuai kebutuhannya. Tindakan promosi kesehatan
dan imunisasi terhadap penyakit berpotensi wabah harus mulai dilakukan di lapangan, dengan
mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan setempat. hal ini dapat dilakukan untuk
mengurangi kejadian penyebaran penyakit pasca bencana.
Sumber: Depkes, RI. 2013. Petunjuk Teknis Upaya Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta: Bakti Husad