Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 4

MAWADDAH WARAHMAH
AMI ASTRIA
AL HAIKAL HABIBI
MANGATUR RIVERSON SINURAT
SELVIRAWATI
MISRA LAILA
M.RIZKI FONNA
M.RISKY PRATAMA
SRI NINGSIH
AYA SOPHIA
SKENARIO 1
EMERGENCY MEDICAL TEAM (EMT)

Dr. Iqbal Mubaraq adalah dokter yang diterjunkan sebagai perwakilan Emergency
Medical Team (EMT) IDI dalam misi kemanusian bencana alam banjir di Aceh Utara. Seluruh
anggota EMT ini telah mendapatkan pelatihan Disaster Mangement sebagai bekal melakukan
misi kemanusiaan bencana alam dan non alam. Dalam misinya akan dibentuk 2 tim yang
sebelum diberangkatkan terlebih dahulu berkordinasi dengan Pemerintah setempat dan
Stakeholder yang bertujuan sinkronisasi guna memudahkan kolaboratif tindakan sesuai
kebijakan daerah.
Tugas tim pertama dengan Dr. Iqbal Mubaraq sebagai Team Leader adalah melakukan
Rapid Health Assessment (RHA) seperti identifikasi kondisi daerah yang terdampak bencana,
mendata jumlah masyarakat yang tinggal didaerah terkena dampak bencana, derajat kerusakan
yang dialami, jumlah pengungsi dan titik pengungsian, dan masyarakat yang mengalami
gangguan kesehatan serta daftar kebutuhan dasar yang dibutuhkan korban baik kebutuhan
makanan dan kebutuhan lain khususnya bidang kesehatan.
Berdasarkan laporan tim pertama, maka tim ke-2 yang tiba kemudian akan membangun
unit pelayanan kesehatan lapangan dengan triase lapangan bagi korban yang membutuhkan
penanganan segera dibidang kesehatan dan menyiapkan skema rujukan bagi korban butuh
dirujuk ke RS. Tim EMT kemudian merancang skema kerja penanganan bencana ini dengan
baik dan berkordinasi dengan seluruh elemen masyarakat serta relawan yang terjun membantu
penanganan bencana.
Sebagai mahasiswa kedokteran, apa saja yang harus anda ketahui dan persiapkan
mengenai skenario diatas?
1. IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Disester Management
Disater Management merupakan kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanggulangan bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana. dikenal sebagai
siklus manajemen bencana. tujuan management bencana untuk mencegah kehilangan jiwa,
mengurangi penderitaan manusia, memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang
mengenai risiko dan mengurangi kerusakan inspraktuktur utama, harta, dan kehilangan sumber
ekonomis

2. Rapid Healthy Assessment (RHA)


Rapid Healthy Assessment adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan
untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai
respon dalam suatu kejadian bencana.

3. Emergency Medical Team


Emergency Medical Teams (EMTs) adalah kelompok-kelompok profesional kesehatan yang
memberikan pertolongan medis langsung kepada populasi yang terdampak wabah dan
kedaruratan. EMT dikirim untuk menambah sistem kesehatan lokal yang terkendala atau
kewalahan. EMT termasuk tim pemerintah (baik sipil dan militer) dan non-pemerintahdan
dapat terdiri dari staf nasional dan internasional. EMT merupakan bagian penting dari gugus
kerja darurat kesehatan global dan perlu menyediakan respons medis yang terprediksi, tepat
waktu dan mandiri untuk membantu negara anggota semasa tanggap darurat, terutama bencana
danData
Sumber : - BNPB. wabah.
Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. (diakses tanggal Desember 2020). Diambil dari:
- WHO. Rapid health assesment protocol for emergencies. World Health Organization. 1999:3-17.
- (Respons Bencana Di Asia Dan Pasifik Sebuah Panduan Piranti-piranti dan Layanan-layananInternasiona
3.ANALISIS MASALAH

1. Sebutkan klasifikasi EMT serta manfaatnya?

Emegency medical Team adalah sekelompok orang dengan professional di bidang


kesehatan yang melakukan penanganan medis secara langsung kepada masyarakat yang
terkena dampak bencana atau akibat wabah dan kegawatdaruratan sebagai tenaga kesehatan
bantuan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat. Tim ini berisi tenaga
kesehatan dari pemerintahan, masyarakat sipil (akademisi, dunia usaha, organisasi non
pemerintah), dan tenaga kesehatan local, nasional, dan Internasiona.
Emergency Medical Team (EMT) diklasifikasikan menjadi 4 tipe yaitu EMT tipe 1
(outpatient emergency care); EMT tipe 2 (inpatient surgical emergency care); EMT tipe 3
(inpatient referral care); dan additional specialized care team. EMT yang paling banyak
ditugaskan selama terjadi bencana di Indonesia adalah EMT tipe 1 dan EMT tipe 2. EMT tipe 1
terbagi menjadi 2 tim yaitu mobile team dan fix team. Mobile artinya cari, temukan dan layani
karena korban tidak bisa mengakses fasilitas kesehatan. Mobile team akan bekerja di luar
fasilitas kesehatan dan fix team memberikan layanan di kelompok pengungsian. EMT tipe 2
bertugas untuk melakukan operasi di fasilitas kesehatan.

Sumber : Sumber:BNPB. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional Penanggulangan
Bencana. 2019. (diakses tanggal Desember 2020). Diambil dari: http://bnpb.cloud/dibi
2. Tujuan dan tindakan seperti apa yang harus di ketahui dari pelatihan disaster
management?

Sumber: Dr. I Khambali, S. M. (2017). Manajemen Penanggulangan bencana. Yogyakarta: Cv.


Andi Offset
3. Bagaimana cara melakukan Rapid Health Assesment?
4. SKEMA
V. Learning Objective (LO)

1. Manajemen Krisis dalam menghadapi bencana

2. Prinsip triase di lapangan dan di rumah sakit

3. Definisi Rapid Health Assessment

4. Manfaat dan kegunaan Rapid Health Assessment

5. Data apa saja yang terkandung dalam Rapid Health Assessment

6. Mengisi borang Rapid Health Assessment

7. Kompetensi dasar petugas kesehatan dalam menangani bencana

8. Penyebaran penyakit pasca bencana


1. Manajemen Krisis dalam menghadapi bencana

Manajemen krisis yaitu bagaimana cara menghadapi krisis, mengambil keputusan


yang tepat saat krisis terjadi dan mengawasi perkembangan krisis. Suatu manajemen
krisis berhubungan dengan risiko yang terjadi sebelum, selama dan setelah krisis.
Krisis diartikan sebagai kondisi kritis berhubungan dengan kejadian yang mungkin
berdampak negatif bagi organisasi, sehingga perlu diambil keputusan yang cepat dan
tepat agar tak berdampak pada semua operasional organisasi. Selama proses
manajemen krisis, penting untuk mengidentifikasi jenis krisis karena krisis yang
berbeda memerlukan penggunaan strategi manajemen krisis yang berbeda. salah satu
jenis krisis adalah bencana. Manajemen krisis bencana merupakan cara bagaimana
untuk mengidentifikasi, menghadapi, dan menanggulangi bencana. Bencana adalah
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengacam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik karena factor alam dan
non alam, maupun faktir manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi.
 
Sumber:BNPB. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. 2019. (diakses tanggal Desember 2020). Diambil dari:
http://bnpb.cloud/dibi
2. Prinsip triase di lapangan dan di rumah sakit

Sumber: Dr. I Khambali, S. M. (2017). Manajemen Penanggulangan bencana. Yogyakarta: Cv. Andi
Offset
3. Definisi Rapid Health Assessment
Kaji Cepat Masalah Kesehatan (Rapid Health Assessment) yang
selanjutnya disebut RHA adalah serangkaian kegiatan yang meliputi
mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data dan informasi guna
mengukur dampak kesehatan dan mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan masyarakat terdampak yang memerlukan respon segera.

Tim Kaji Cepat Kesehatan (Rapid Health Asessment Team/Tim RHA),


yaitu tim yang ditugaskan untuk melakukan penilaian kondisi kesehatan,
komposisi tim terdiri dari personil masing-masing sub klaster. Penilaian
cepat dapat dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Terdapat potensi krisis kesehatan
b) Terjadi situasi darurat krisis kesehatan
c) Pemulihan darurat situasi krisis kesehatan

Sumber :
• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2019 TENTANG
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
• Depkes, R. I. (2007). Pedoman teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Jakarta: Depkes RI.
4. Manfaat dan kegunaan Rapid Health Assessment

Sumber:BNPB. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional Penanggulangan
Bencana. 2019. (diakses tanggal Desember 2020). Diambil dari: http://bnpb.cloud/dibi.
5. Data apa saja yang terkandung dalam Rapid Health Assessment

 Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan mendasar pada penilaian kesehatan lingkungan dalam kedauratan
dan bencana. Pada suatu kejadian kedaruratan dan bencana kebutuhan informasi sangat bervariasi sesuai tingkat
kejadiannya, tetapi harus diperhatikan bahwa tindakan segera perlu dilakukan.
 Pengumpulan  data  yang  digunakan  dalam  penilaian  kesehatan  secara  cepat:
 Data umum :  
 Jenis kedaruratan dan  bencana  
 Waktu  kejadian 
 Lokasi 
 Perkiraan  jumlah penduduk yang terkena 
 Luas wilayah yang terkena dampak 
 Sarana transportasi yang ada  
 
 Data kesehatan  lingkungan
 Penyediacm air  
 Pembuangan kotoran  
 Penyehatan pangan  
 Pembuangan sampah  
 Pembuangan air limbah  
 Pengendalian vektor  
 Perilaku hidup bersih dan sehat  
 Tempat pengungsian 
 
 Data sebelum bencana dan data saat terjadi bencana seperti berikut:
 

Sumber: Dr. I Khambali, S. M. (2017). Manajemen Penanggulangan bencana. Yogyakarta: Cv. Andi Offset
Sumber:BNPB. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. (diakses tanggal Desember
2020). Diambil dari: http://bnpb.cloud/dibi.
6. Mengisi borang Rapid Health Assessment

 
Sumber :Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Edisi Revisi). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011
7. Kompetensi dasar petugas kesehatan dalam menangani bencana

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kopetensi dasar petugas keesehatan dalam menangani bencana

dalam melakukan penanganan bencana, tenaga kesehatan harus memiliki kopetensi dasar sebagai
berikut:
Pengelolaan dan perawatan korban dalam jumlah besar
Surveilans epidemiologi dan pengendalian penyakit
Rekayasa sanitasi dan sanitasi dasar
Pengelolaan kesehatan lingkungan
Pengelolaan kesehatan di tempat penampungan dan pemukiman sementara
Makanan dan nutrisi
Pengelolaan persediaan bantuan kemanusiaan
Partisipasi dalam mengkoordinasikan kegiatan tanggap bencana
Menyusun kembali program kesehatan secara normal sebagai langkah awal fase rehabilitasi dan rekonstruksi

Berdasarkan Standar Kopetensi Dokteran Indonesia 2012 terdapat


32 Butir Penyekit Kejadian Luar Biasa
33 Butir Penyakti wabah (endemi, pandemi)
34 Butir Penyakit terkait rehabilitasi medik dan social

Sumber: Wilopo, S. A. Kompetensi Inti untuk Kedokteran Bencana dan Kesehatan. Masyarakat: Proposal untuk revisi Standard
Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2017.
8. Penyebaran penyakit pasca bencana

Dalam situasi bencana, apa pun bentuk dan penyebabnya, akan ada implikasi pada
meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular atau penyakit berpotensi
wabah setelah bencana. Ancaman penyakit ini muncul sebagai dampak dari buruknya sanitasi,
kesulitan air bersih, dan membusuknya mayat yang belum ditemukan ataupun belum dikubur.
Kondisi semacam ini, jika tidak diantisipasi akan berdampak pada korban bencana yang masih
hidup, bahkan terhadap para tim relawan dan petugas yang membantu penanganan
pascabencana di lapangan.
Beberapa penyakit menular pascabencana, terutama setelah bencana yang harus diwaspadai
antara lain kolera, diare, malaria, infeksi dada, demam berdarah dengue, typhoid, Hepatitis A,
infeksi vagina, dan penyakit anak-anak. Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (APHA)
menegaskan pentingnya tindakan segera untuk mengurangi ancaman penyakit menular dan
wabah pascabencana. Pemerintah dan para tim relawan di lapangan harus menjamin
ketersediaan pelayanan kesehatan di lapangan berangsur-angsur normal. Monitoring dan
surveilans ketat terhadap faktor lingkungan (air, sanitasi, penanganan sampah) dan
pengendalaian vektor penyakit (nyamuk dan lalat) harus mulai diperhatikan. Kelompok-
kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak, orang tua, serta orang cacat harus didata
agar bisa mendapat pelayanan kesehatan sesuai kebutuhannya. Tindakan promosi kesehatan
dan imunisasi terhadap penyakit berpotensi wabah harus mulai dilakukan di lapangan, dengan
mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan setempat. hal ini dapat dilakukan untuk
mengurangi kejadian penyebaran penyakit pasca bencana.

Sumber: Depkes, RI. 2013. Petunjuk Teknis Upaya Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta: Bakti Husad

Anda mungkin juga menyukai