Anda di halaman 1dari 26

1.

Prosedur Perawatan Traksi

a. Tujuan pemasangan traksi:

1) Untuk mengurangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar terjadi


pemulihan
2) Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat

3) Untuk menghindari cedera dari jaringan lunak

4) Untuk memperbaiki, mengurangi atau mencegah deformitas

5) Untuk mengurangi spasme otot dan nyeri

b. Konsep teori
Pengertian, Traksi adalah suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. ialah
tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk mengatasi kerusakan atau
gangguan pada tulang dan otot yang mengalami fraktur, dislokasi atau spasme otot
dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan,
traksi diantaranya memiliki dua jenis yaitu skeletas traksi dan skin traksi

c. Indikasi

1) Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur plato tibia

2) Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk traksi jenis ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa
dan diperbaiki lebih lanjut

3) Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas

4) Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi
vertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi
5) Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang
mengalami patah tulang paha
6) Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang
pada korpus pemoralis orang dewasa
7) Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 tahun
sampai dewasa muda
d. Kontraindikasi

1) Hipermobilitas

2) Efusi sendi

3) Inflamasi

4) Fraktur humeri dan osteoporosis

e. Jenis traksi

1) Skin Traksi

Traksi kulit (skin traksi) adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plaster langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk,
membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera dan biasanya
digunakan untuk jangka pendek (48 -72 jam). Traksi kulit menunjukkan
dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena
melalui jaringan lunak.(Suddarth, 2002)
2) Skeletal Traksi

Traksi skeletal adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins
(kawat) ke dalam. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang di
aplikasikan langsung ke skeleton melalui pins, wire atau buat yang telah
dimasukkan kedalam tulang. Untuk melakukan ini berat yang besar dapat
digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk
mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur
membutuhkan traksi jangka panjang.
c. Alat dan bahan
alat dan bahan pada traksi kulit:
 Pisau cukur

 Balsam perekat

 Alat rawat luka

 Katrol dan pulley

 Beban

 Bantalan conter traksi

 Bantal kasur

 Gunting

 Bolpoint untuk penanda/marker

 Bantal keras (bantal pasir)

 Bedak

 Kom berisi air putih

 Handuk

 Sarung tangan bersih

Alat dan bahan pada traksi skeletal :

 Zat pembersih untuk perawatan pin


 Set ganti balut

 Salep anti bakteri

 Kantung sampah infeksius

 Sarung tangan steril

 Kapas lidi

 Povidone iodine

 Kasa steril

 Nierbekken

D. Prosedur tindakan

PROSEDUR TINDAKAN
PRA-INTERAKSI
1) Pra interaksi

2) Persiapan alat dan bahan

ORIENTASI

- Berikan salam dengan menyebut nama

- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

- Menjaga privacy
TAHAP KERJA

 Pelaksanaan prosedur

 Mencuci tangan

 Gunakan handscoon

 Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)

 Bila ada luka dirawat dulu

 Bila banyak rambut/bulu dicukur

 Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan ballpoint

 Beri balsam perekat bila perlu

 Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian
medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga
immobilisasi fraktur
 Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur

 Masukkan tali pada pulley katrol

 Sambungkan tali pada beban (1/7 BB = maksimal 5 kg)

 k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki

 atur posisi pasien yang nyaman dan rapikan

 beritahu pasien bahwa tindakan selesai dan beri pesan agar


memanggil perawat jika ada keluhan
- Skin traksi
 Cuci tangan dan pasang sarung tangan
 Cuci, kertingkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang
kembali
 Lepas sarung tangan

 Anjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang


terpasang traksi
 Berikan bantalan di bawah ekstremitas yang tertekan

 Berikan penyokong kaki (footplates) dan lepaskan tiap 2 jam lalu


anjurkan pasien latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi
dan rotasi
 Lepas traksi tiap 8 jam atau sesuai instruksi

- Traksi skeletal

 Cuci tangan

 Atur posisi pasien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk


mempertahankan tarikan traksi yang optimal
 Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung
tangan steril
 Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin menggunakan kapas lidi
dengan tekhnik menjauh dari pin (dari dalam ke luar)
 Beri salep antibakteri jika diperlukan atau sesuai protokol tutup
kasa di lokasi penusukan pin
 Lepas sarung tangan

 Buang alat-alat yang telai dipakai dalam plastik khusus infeksius

 Cuci tangan

 Anjurkan pasien menggunakan trapeze untuk membantu dalam


pergerakan di tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan
area punggung/bokong
 Beri posisi nyaman

TERMINASI

- Bereskan alat, rapikan tempat tidur dan pasien

- Lepaskan handscoon

- Evaluasi hasil kesgiatan

- Berikan umpan balik positif pada pasien

- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, respon pasien dan


catat kulit atau cairan yang keluar di sekitar traksi jika menggunakan
skin traksi.

E. Contoh soal dan jawaban

F. Daftar pustaka
3. Perawatan Gips

a) Tujuan pemasangan gips

1) Untuk immobilisasi bagian tubuh pada posisi tertentu

2) Untuk immobilisasi dan menyangga tubuh yang fraktur

3) Untuk mencegah deformitas

4) Immobilisasi kasus dislokasi sendi

5) Koreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada deformitas sendi


lutut serta talipes ekuinovarus congenital

b) Konsep teori

Gips merupakan immobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak mengikuti


kontur tubuh tempat gips dipasang. Gips juga merupakan balutan ketat yang
digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan bahan gips
tioe plester dan fiberglass.
Indikasi pemasangan gips

1) Fraktur

2) Dislokasi tulang

3) Koreksi deformitas tulang


Jenis gips

4) Short arm cast, dipasang pada bawah siku sampai palmar / telapak tangan

5) Long arm cast, dipasang di atas axillary sampai proximal palmar

6) Short leg cast, dipasang di bawah lutut sampai kaki

7) Long leg cast, diapasang di atas dan 1/3 bagian paha sampai kaki

8) Walking cast, a short atau long leg cast untuk memberikan kekuatan

9) Body cast, dipasang mengelilingi badan

10) Spica cast dipasang pada sebagian badan dan satu ekstremitas

11) Shoulder spica cast dipasang pada sebagian kecil badan dan shoulder
hingga siku
12) Hip spica cast dipasang pada sebagian kecil badan dan ekstremitas bawah

c. Alat dan Bahan

 Gips

 Sarung tangan

 Baskom/ember berisi air bersih

 Set perawatan luka

D. Prosedur tindakan

PROSEDUR TINDAKAN
PRA-INTERAKSI
 Persiapan alat
 Persiapan pasien
ORIENTASI

 Berikan salam dengan menyebut nama

 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

 Menjaga privacy

TAHAP KERJA

 Pelaksanaan prosedur

 Cuci tangan

 Jika terdapat luka di sekitar tempat yang akan dilakukan


pemasangan gips, bersihkan dan kaji luka. Laporkan pada dokter
jika ada kotoran atau partikel asing yang tidak dapat diangkat.
 Pasang stockinett. Stockinette dipasang di atas tungkai dan harus
dipotong beberapa inci lebih panjang dari perkiraan panjang akhir
dari gips sehingga bagian berlebih dapat ditarik untuk menutupi
kulit pasien. berlebih dapat ditarik untuk menutupi kulit pasien.
Pastikan

berukuran tepat dan tanpa kerutan untuk menghindari titik tekanan


pada jaringan di bawahnya.
 Gunakan bantalan atau gulungan kasa pada tungkai untuk
mengelilingi lokasi fraktur. Bantalan tambahan mungkin
diperlukan untuk penonjolan tulang tetapi terlalu banyak bantalan
akan menambah tekanan.
 Bungkus lapisan pertama tanpa meregangkan bantalan tersebut
dari distal proximal
 Pasang lapisan kedua dengan lebih ketat dari proksimal distal

 Masukkan gulungan bahan gips plester kedalam air bersih dalam


ember satu demi satu lalu air diperas kemudian perban tersebut
dipasang mengelilingi lokasi tubuh yang terluka. Bahan sintetik
tidak perlu ditenggelamkan dalam air. Saat pemasangan gips,
sanggahlah tungkai dari bawah, dengan hanya menggunakan
telapak tangan untuk menghindari tekanan berlebihan hanya pada
satu area.(Suddarth, 2002)
 Ujung jari tidak boleh menekan gips dan tidak boleh bersandar
pada permukaan keras atau tajam. Hal tersebut dapat menyebabkan
gips menjadi rata dan dapat menciptakan tekanan
 Segera setelah prosedur selesai kulit pasien harus dibersihkan dari
bahan gips yang berlebihan

TERMINASI

- Bereskan alat dan pasien

- Lepaskan handscoon

- Evaluasi hasil kesgiatan

- Berikan umpan balik positif pada pasien

- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan,dan catat respon


pasien

Hal-hal yang harus diperhatikan setelah pemasangan gips

1. Awasi adanya tanda-tanda sindrome kompartemen, emboli lemak, dan DVT


2. Hindari terkena air

3. Tidak disarankan untuk menggunakan alat apapun untuk menggaruk jika


pada permukaan kulit yang dibalut terasa gatal
4. Tidak disarankan mengangkat sesuatu yang berat atau mengubah posisi
ataupun ukuran gypsum
5. Jangan menggunakan lotion deodorant bedak tabur atau minyak di dekat
gips.
E. Contoh soal dan jawaban
1. ORIF dan OREF

A. Tujuan praktikum
1. Untuk membersihkan luka

2. Mencegah masuknya atau meminimalkan resiko infeksi dan komplikasi situs pin.
3. Memberikan pengobatan pada luka

4. Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien

5. Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka

6. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.

7. Memeberikan prinsip untuk mendukung pendidikan keluarga sehingga mereka dapat


dengan aman melakukan perawatan pin situs dan mengenali komplikasi..

B. Konsep teori

a) Pengertian

ORIF adalah tindakan invasif bedah fiksasi internal dengan dengan tujuan untuk
mempertemukan serta memfiksasi kedua ujung fregmen tulang yang patah
dengan menggunakan pin, sekrup, kawat, batang atau lempeng untuk
mempertahankan reduksi (Mutaqin, 2013).
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang
ditransfiksasikan diatas dan dibawah fraktur, sekrup/pen atau kawat ditransfiksi
dibagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu
batang lain.

b) Komplikasi Post Operasi ORIF

1) Komplikasi post opp ORIF dapat meliputi anemia dan trombositopeniai


terjadi pada pasien dengan kerusakan jaringan yang luas, dan beresiko
mengalami perdarahan pasca bedah (Mutaqin, 2013).
2) Deleyed union, deleyed union merupakan kegagalan fraktur bergabung
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang (Rosyidi k, 2013).
3) Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali

4) Malunion, suatu keaadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak padai seharusnya, membentuk sudut atau miring
5) Infeksi, sistem pertahan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit dan masuk kedalam. Ini
biasanya terjadi pada fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat (Rosyidi k, 2013).
6) Avaskuler Nekrosis (AVN), AVN terjadi karena aliran darah ketulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang (Rosyidi k, 2013)
Komplikasi OREF

1) Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis )

2) Kekakuan pembuluh darah dan saraf.

3) Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed union atau non
union
4) Emboli lemak.

5) Overdistraksi fragmen.
b) Indikasi OREF

1) Fraktur terbuka grade II dan III, fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak
2) Fraktur terbuka yang disertai dengan hilangnya jaringan atau patah tulang
yang parah
3) Fraktur yang sangat kominutif ( hancur dan remuk) dan tidak stabil

4) Fraktur pelviks yang tidak bisa diatasi dengan cara lain

5) Fraktur yang terinfeksi dimana fiksasi internal mungkin tidak cocok


6) Non union yang memerluka kompresi dan perpanjangan

c) Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Klien dengan Pemasangan ORIF dan
OREF
1) Persiapan psikologis

Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang


fiksator eksternal. Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien.
Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan
bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat
ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan
fiksator ini.
2) Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf.

Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin
harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat
pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri
tekan, nyeri dan longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial

masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh
darah.
3) Pencegahan infeksi

Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara
rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus
dijaga kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran, dokter
harus diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan
ukurannya.
4) Latihan isometric

Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa
menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas
cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk
meminimalkan pelonggaran pin ketika terjadi tekanan antara interface pin
dan tulang.

Alat dan bahan

 Seperangkat set perawatan luka steril berisi

 Pinset ( 2 anatomis, 1 sirurgis )

 Khasa steril

 Khasa roll steril

 Com 1 buah

 Gunting jairngan steril

 Sarung tangan steril 1

 Sarung tangan bersih 1

 Nacl 0,9 %

 Sabun cair

 Gunting plester

 Jenis balutan (tergantung karakteristik luka, termasuk eksudat)

 Perlak/under pad

 Bengkok

 Masker
 Apron

 Kantong sampah korentang steril

 Troly /meja dorong

Prosedur Tindakan

PROSEDUR TINDAKAN
PRA-INTERAKSI
 Membaca catatan perawat untuk rencana perawatan luka

 Mencuci tangan

 Menyiapkan alat dan bahan

ORIENTASI

 Berikan salam dengan menyebut nama

 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

 Menjaga privacy

TAHAP KERJA

 Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum


kegiatan dimulai
 Memberikkan posisi yang nyaman kepada klien dan menutup tubuh
klien menggunakan selimut atau handuk sehingga hanya area luka
yang terpapar
 Menempatkan kantong sampah terkontaminasi sekali pakai dalam
jangkauan area kerja. Melipat bagian atas kantong sehingga
terbentuk manset
 Susun semua peralatan yang diperlukan di troly dekat pasien
( jangan dibuka peralatan steril dulu)
 Memakai masker wajah dan pelindung mata jika diperlukan mencuci
tangan secara menyeluruh. Memakai sarung tangan yang bersih
sekali pakai
 Letakkan bengkok di dekat pasien

 Jaga privacy pasien, dengan tutup tirai yang ada di sekkitar pasien,
juga pintu dan jendela

 Mengatur posisi klien, instrusikan pada klien untuk tidak menyentuh


area luka atau peralatan steril
 Mencuci tangan secara seksama Pasang perlak pengalas

 Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester,


ikatan atau balutan dengan pinset
 Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih
terdapat plester pada kulit, bersihkan dengan kapas alcohol
 Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan, pertahankan
permukaan kotor jauh darl penglihatan klien
 Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan

 Mengangkat balutan secara hati-hati. Melembabkan balutan luka


jika balutan tersebut menempel padakulit klien untuk memudahkan
pengangkatan balutan. Observasi karakter dan jumlah drainase pada
balutan, melepas sarung tangan dan membuang sarung tangan dan
balutan ke dalam kantong sampah yang telah disiapkan/bengkok.
 Buka bak instrument steril.

 Kenakan sarung tangan steril, Inspeksi luka untuk menggunakan


jenis balutan/ moderen dressing
 Basahi kain khasa dengan sabun, bersihkan luka dengan larutan
sabun pada daerah kulit sekitar luka (pegang khasa mengunakan
pinset steril) buang khasa pada kantong sampah, ulangi bila belum
bersih
 Cuci luka menggunakan sabun dan Nacl 0,9% pada daerah luka dari
dalam keluar, ulangi apabila belum bersih
 Untuk perawatan pin site

 Hapus kerak di sekitar pin: Bungkus kain kasa steril yang


dibasahi dengan larutan Nacl 0,9 % di sekitar lokasi pin dan
diamkan selama beberapa menit.
 Gunakan kain kasa terpisah untuk setiap situs pin. Saat
kerak melunak, lepaskan dengan kapas (gunakan swab
terpisah untuk setiap situs pin) atau pinset yang dibersihkan
dengan alkohol pada kain kasa steril sebelum menggunakan
dan di antara masing-masing pin.
 Singkirkan drainase jernih atau kuning dengan kapas
(gunakan swab terpisah untuk setiap situs pin) atau pinset
yang dibersihkan dengan alkohol pada kain kasa steril
sebelum menggunakan dan di antara masing masing pin.
 Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka

 Gunakan balutan sesuai kondisi luka (alginate)

 Tutup kassa steril kering pada seluruh permukaan luka

 Gunakan plester di atas balutan,fiksasi dengan ikatan atau balutan,


Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempatnya
 Bantu klien pada posisi yang nyaman

TERMINASI
- Bereskan alat dan pasien

- Lepaskan handscoon

- Evaluasi hasil kesgiatan

- Berikan umpan balik positif pada pasien

- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan,dan catat respon


pasien
http://scholar.unand.ac.id/54342/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai